• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Gubernur Nomor 244 Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peraturan Gubernur Nomor 244 Tahun 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Peraturan Gubernur Nomor 244 Tahun 2015

Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Reklame

Bertentangan Dengan

Peraturan Dan Perundang-Undangan Yang Berlaku Diatasnya

___________________________________________________________

1. Dengan diberlakukannya Peraturan Gubernur Nomor 244/2015 tanpa ada sosialisasi kepada pemangku kepentingan, maka Pergub ini melanggar Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Bahwa Peraturan Gubernur Nomor 244 Tahun 2015 yang telah diberlakukan tanpa ada sosialisasi kepada pihak pemangku kepentingan, bertentangan dengan UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik:

BAB IV- Informasi yang Wajib Disediakan Dan Diumumkan, bagian kedua tentang Informasi yang Wajib Diumumkan Secara Serta-Merta.

Pasal 10

(1) Badan Publik wajib mengumumkan secara serta-merta suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.

(2) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

2. Pasal 9 huruf c dan d, Pasal 10 huruf c dan d serta Pasal 16, 17, 18 pada Peraturan Gubernur Nomor 244/2015 telah bersikap diskriminasi dengan memberikan peluang penayangan komersil pada reklame jenis elektronik/digital dan hanya mengijinkan penayangan non komersil pada reklame konvesional/papan reklame:

(2)

d. penyelenggaraan reklame elektronik/digital selain menyajikan reklame nama gedung, pengenal usaha, profesi, identitas/logo, yang beraktivitas di bangunan gedung dimaksud, dapat menyelenggarakan reklame komersial lainnya;

Pasal 10

Kawasan Kendali Sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b, merupakan kawasan dengan kriteria :

c. penyelenggaraan reklame elektronik/digital selain menyajikan reklame nama gedung, pengenal usaha, profesi, identitas/logo, yang beraktivitas di bangunan gedung dimaksud, dapat menyelenggarakan reklame komersial lainnya;

d. penyelenggaraan reklame papan/billboard dapat dilakukan dihalaman dengan ukuran luas maksimal bidang reklame sebesar 16 m2 (enam belas meter persegi) menyajikan nama gedung, pengenal usaha, profesi dan identitas/logo, yang beraktivitas di bangunan gedung dimaksud;

Bagian Keempat

Batasan Teknis Penyelanggaraan Reklame di Luar Sarana dan Prasarana Kota

(3)

Hal ini bertentangan dengan:

2.1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Pasal 28I

(2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

(5) Untuk menegakan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

2.2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan pada Bagian Kelima Peninggkatan Produk Dalam Negeri:

Bahwa Pasal 9 huruf c dan d, Pasal 10 huruf c dan d, serta pada Pasal 16, 17, 18 pada Pergub 244/2015 ini mengatur kawasan titik reklame dan jenis penayangan komersil untuk menggunakan produk Elektronik/Digital/LED yang semua komponen 100% import.

Pasal 22

(1) Dalam rangka pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan Perdagangan Dalam Negeri, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau pemangku kepentingan lainnya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengupayakan peningkatan penggunaan Produk Dalam Negeri.

(2) Peningkatan penggunaan Produk Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan keberpihakan melalui promosi, sosialisasi, atau pemasaran dan menerapkan kewajiban menggunakan Produk Dalam Negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4)

2.3.1 Pasal 1 ayat 2 ( UU Nomor 5 Tahun 1999)

Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.

2.3.2 Pasal 3 ( UU Nomor 5 Tahun 1999)

 Huruf a

Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

 Huruf b

Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil.

 Huruf c

Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan

 Huruf d

Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

2.3.3 Pasal 19 (UU Nomor 5 Tahun 1999).

1. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan; atau

2. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu;atau

3. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan;atau

(5)

2.3.4 Pasal 9 huruf c dan d, dan Pasal 10 huruf c dan d, pada Pergub sangat melanggar dan masuk dalam kategoriPasal Pidana Pokokyang diterangkan pada

BAB VIII, SANKSI, Bagian Kedua pada UU Nomor 5 Tahun 1999, yaitu:

Pasal 48

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda serendah rendahnya Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi tingginya Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.

Sebagaimana diketahui Pasal 19 huruf d merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pasal 19 secara keseluruhan. Untuk dapat mengetahui penggunaan Pasal 19 huruf d, maka perlu dijelaskan perbedaannya dengan butir-butir lain pada Pasal 19.Terdapat empat jenis kegiatan yang dilarang oleh Pasal 19, yaitu:

a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan;

b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu;

c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan;

d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.

(6)

penghalangan dapat dilakukan sendiri atau bersama-sama melalui berbagai cara misalnya: tidak diikut sertakan dalam suatu kerjasama atau kesepakatan atau tidak memberikan ijinpenggunaan akses kepada fasilitas yang esensial untuk proses produksi. Bentuk pelanggaran ini dapat terjadi pada hubungan usaha yang bersifat horizontal atau vertikal. Berikut (Gambar 1) digambarkan bentuk hubungan pelaku usaha dalam jenis kegiatan dilarang ini.

Sebagai contoh, perusahaan telekomunikasi X mempunyai jaringan tetap (fixed line) melakukan kegiatan usaha jasa sambungan langsung internasional (SLI). Selaku pemilik akses fasilitas esensial atas jaringan, perusahaan X melakukan pengalihan sambungan SLI atas kegiatan usaha jasa SLI yang dilakukan pesaingnya, Perusahan Y. Jadi dalam hal ini, Perusahaan X selaku pemilik kekuatan pasar telah melakukan hambatan pasar dalam bentuk menghalangi Perusahaan Y untuk memberikan jasa SLI.

b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu;

(7)

bentuk serta jumlah barang yang dapat dipasok. Berikut (Gambar 2) digambarkan bentuk hubungan pelaku usaha dalam jenis kegiatan dilarang ini.

Sebagai contoh, perusahaan operator terminal peti kemas X menghalangi konsumennya X untuk menggunakan terminal peti kemas milik pesaingnya Y. Bila dilanggar maka konsumen tersebut diancam tidak diperbolehkan menggunakan terminal peti kemas X.Perusahaan operator terminal peti kemas X merupakan perusahaan terbesar pada pelabuhan tersebut.

c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan;

(8)

Sebagai contoh, distributor kendaraan X mensyaratkan bahwa kendaraannya hanya boleh menggunakan suku cadang yang dipasok oleh produsen kendaraan dan komponen tersebut hanya boleh dipasang oleh montir yang telah menerima latihan khusus dari produsen kendaraan X.

Pasal 19 huruf d berbeda dengan ketiga kondisi di atas dalam hal pihak yang dirugikan. Kalau pada Pasal 19 a sampai c pihak yang dirugikan adalah pelaku usaha yang menjadi pesaing pelaku pada pasar yang bersangkutan, maka pihak yang dirugikan pada Pasal 19 huruf d merupakan pelaku usaha yang bekerjasama dengan perusahaan diskriminatif (pemasok atau pelanggan) yang mungkin bukan pesaing dari perusahaan diskriminatif tersebut.

3. Pasal 37 Ayat 1 Huruf b Pada Peraturan Gubernur Nomor 244 Tahun 2015

Waktu dan Bahan Materi Penayangan

(1) Penayangan informasi program Pemerintah/Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 36, diatur sebagai berikut :

(9)

2. Siang hari pukul 12.00 sampai dengan 18.00, sebesar 10% dari total jam tayang; dan

3. Malam hari pukul 18.00 sampai dengan 24.00, sebesar 10% dari total jam tayang.

Bertentangan Dengan Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik:

Pada BAB II- Pelaksanaan Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik.

Pasal 6

(1) Pelaksanaan penghematan pemakaian tenaga listrik pada penerapan jalan umum, lampu hias dan papan reklame sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 huruf d dilakukan dengan cara sebagai berikut:

c lampu papan reklame dinyalakan dari pukul 18.00-24.00.

4. Pasal 45 Ayat 1 Pada Peraturan Gubernur Nomor 244 Tahun 2015

Penyelenggara reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), dilarang :

1. Menyelenggarakan reklame rokok atau zat adiktif sesuai dengan Peraturan Gubernur baik di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor).

Bertentangan Dengan :

4.1. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2015 Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan:

Pada BAB IV- Penyelenggaraan, Bagian Ketiga tentang Peredaran

Pasal 31

Selain pengendalian iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud pada Pasal 27, iklan di media luar ruang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

(10)

Dan pada Bagian Kelima tentang Kawasan Tanpa Rokok

Pasal 50

(2) Larangan kegiatan menjual, mengiklankan, dan mempromosikan Produk Tembakau tidak berlaku bagi tempat yang digunakan untuk kegiatan penjualan Produk Tembakau di lingkungan Kawasan Tanpa Rokok.

4.2. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Reklame:

Pada BAB IV- Penyelenggaraan Reklame

Pasal 12

(4) Penyelenggara Reklame/Biro Reklame dan pemilik Reklame/produk dilarang menyelenggarakan Reklame rokok dan produk tembakau pada kawasan tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

Hormat kami,

Sekretariat AMLI

Referensi

Dokumen terkait

5.3 Hasil Proses SKFS (2 Enzim Selulase dan Xylanase) Skala Laboratorium 41 Tabel 5.4 Tabulasi Hasil Perhitungan Konversi Reject Pulp Menjadi. Bioetanol Melalui Proses SKSF

Dalam rantai makanan ekosistem laut yang berperan sebagai organisme autotrof adalah a.. Dalam arus energi suatu ekosistem yang berperan sebagai sumber energi utama adalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Karakteristik mahasiswa FKIP-UT di UPBJJ-UT Banda Aceh, yaitu: rataan umur 37,5 tahun, rataan lama pendidikan 10,3 tahun, rataan

“ Hari ini kita akan belajar mengenai larutan jenuh,tak jenuh, lewat jenuh, garam sukar larut, basa sukar larut, kelarutan dan hasilkali kelarutan dengan melakukan

Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis

Pelaksanaan universal precaution pada pertolongan persalinan oleh bidan praktik mandiri di wilayah kota Tangerang Selatan sudah baik (84,1%), hal ini dikarenakan mayoritas

Jika definisi itu diterapkan di rumah sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut: Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan