• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Timbal (Pb), Dan Besi (Fe) Pada Hewan Undur-Undur Darat (myrmeleon Sp.) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Timbal (Pb), Dan Besi (Fe) Pada Hewan Undur-Undur Darat (myrmeleon Sp.) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR LOGAM KADMIUM (Cd), KROMIUM (Cr), TIMBAL (Pb), DAN BESI (Fe) PADA HEWAN UNDUR-UNDUR DARAT (Myrmeleon Sp.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN

ATOM (SSA)

SKRIPSI

SRININGSIH HUTAGALUNG 090802009

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KADAR LOGAM KADMIUM (Cd), KROMIUM (Cr), TIMBAL (Pb), DAN BESI (Fe) PADA HEWAN UNDUR-UNDUR DARAT (myrmeleon Sp.)

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains

SRININGSIH HUTAGALUNG 090802009

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS KADAR LOGAM KADMIUM (Cd), KROMIUM (Cr), TIMBAL (Pb), DAN BESI (Fe) PADA HEWAN UNDUR-UNDUR DARAT ( Myrmeleon Sp. ) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA).

Kategori : SKRIPSI

Nama : SRININGSIH HUTAGALUNG Nomor Induk Mahasisw : 090802009

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Januari 2014

Komisi Pembimbing :

Dosen Pembimbing II Dosen Pembimbing I

Drs.Ahmad Darwin Bangun, M.Sc Dr. Tini Sembiring, MS

NIP.19521116198003001 NIP.194805131971072001

Diketahui / disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KADAR LOGAM Cd, Cr, Pb, DAN Fe PADA HEWAN UNDUR-UNDUR DARAT (myrmeleon Sp.) DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2014

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk setiap kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Banyak hal yang penulis rasakan disetiap penyertaannya sehingga semakin merasakan kebaikan dan kebesaranNya yang sangat luar biasa. Dalam pelaksanaan penelitian ini hingga penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari banyak mendapat bantuan, dukungan, maupun motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih Kepada :

1. Ibu Dr.Tini Sembiring, MS sebagai pembimbing I dan Bapak Drs. Ahmad Darwin Bangun, M.Sc sebagai pembimbing II yang dengan sbar telah memberikan dorongan, bimbingan, dan asaran sehingga skripsi ini dapat selesai. 2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc sebagai ketua dan sekretaris departemen Kimia FMIPA USU.

3. Bapak Prof. Harlem Marpaung selaku kepala Laboratorium bidang kimia

analitik FMIPA USU. 4. Seluruh Dosen Departemen Kimia FMIPA USU yang telah memberikan waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulis mengikuti kuliah di Departemen Kimia FMIPA USU , terkusus kepada Ibu Dra. Saur Lumban Raja, M,Si sebagai Dosen Wali yang tlah menyediakan waktunya untuk memberikan pengarahan dalam menyelesaikan studi selama perkuliahan dan penelitian

berlangsung. 5. Laboran dan seluruh asisten Kimia Analitik FMIPA USU yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian. 6. Seluruh Teman-teman stambuk 2009 dan teman-teman alumni SMA Sipahutar (terkhusus Mattatias, Usowan, Rivana)

7.Teman-teman KMK terkhusus keluarga kedua Thabita, buat dukungan , perhatian dan semangat yang tidak habis-habisnya diberikan kepada penulis 8. Pihak-pihak yang tida disebutkan namun dengan tulus membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepda kedua orang tua saya ( Alm. B. Hutagalung dan M. Pakpahan Amd) yang telah member seluruh dkungan sarana prasarana dan semangat bahkan dengan setia selalu membawa penulis dalam doa, saudara-saudaraku ( Hendra Hutagalung, Minarty Hutagalung Amd, Hermanto Hutagalung SPd, Erwinton Hutagalung, Hasan Ht.galung, dan Benni Ht.galung) dan seluruh keluarga Hutagalung dan Pakpahan atas doa dan dukugannya. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua .

(6)

ANALISIS KADAR LOGAM KADMIUM (Cd), KROMIUM (Cr), TIMBAL (Pb), DAN BESI (Fe) PADA HEWAN UNDUR-UNDUR

DARAT (Myrmeleon Sp.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRISERAPAN

ATOM (SSA)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang analisis kandungan logam berat Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Timbal (Pb), Besi (Fe), didalam Undur-undur Darat. Sampel destruksi kering diikuti dengan pelarutan abunya dengan HNO3(p) dan H2O2 30 %.

Uji kualitatif dilakukan dengan alat Inductively Coupled Plasma – Optical Emission (ICP-OES) dan penentuan kandungan logam Cd,Cr, Pb, dan Fe dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang untuk logam Cd λ = 228,8 nm; Cr λ = 359,3 nm; Pb λ = 283,3 nm; dan

(7)

ANALYSIS LEVELS METALS CADMIUM (Cd), CROMIUM (Cr), PLUMBUM (Pb), AND IRON (Fe) OF LAND ANT-LION

(Myrmeleon SP.) WITH METHODS ATOMIC ADSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

The analisis of heavy metals Cadmium (Cd), Cromium (Cr), Plumbum (Pb). And Iron (Fe),in Lnd Ant-Lion. The Land Ant-Lion was dry digestion and than the ash of land ant-lion dissolved with HNO3(p) and H2O2 30 % concentrated, Quatatif

test using Inductivelyn Coupled Plasma – Optical Emission ( ICP-OES) and determination of Cd, Cr, Pb, and Fe content using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) at wavelength for Cd λ = 228,8 nm; Cr λ = 359,3 nm;

(8)

DAFTAR ISI

2.5. Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry 19

(9)

b. Larutan Standar Cd2+ 100 mg/L 28

(10)

4.1.3.3. Penentuan Kadar Cadmium Dalam Sampel 45

4.1.3.3.1. Penentuan Kadar Cd Metode SSA 45

dalam mg/L 4.1.3.3.2. Penentuan Kadar Cd Metode SSA 46

dalam mg/kg 4.1.4. Logam Kromium (Cr) 46

4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi 47

4.1.4.2. Penentuan Koefisien Korelasi Kromium 48

4.1.4.3. Penentuan Kadar Kromium Dalam Sampel 49 4.1.4.3.1. Penentuan Kadar Cr Metode SSA 50 dalam mg/L 4.1.4.3.2. Penentuan Kadar Cr Metode SSA 51 dalam mg/kg 4.1.5. Logam Timbal (Pb) 51

4.1.5.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi 52

4.1.5.2. Penentuan Koefisien Korelasi Timbal 53

4.1.5.3. Penentuan Kadar Timbal Dalam Sampel 54

4.1.5.3.1. Penentuan Kadar Pb Metode SSA 54

dalam mg/L 4.1.5.3.2. Penentuan Kadar Pb Metode SSA 56

dalam mg/kg 4.2. Pembahasan 56

Bab 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 59

5.2. Saran 59

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1. Tabel 4.1 Kandungan Logam yang Terdapat dalam 36 Sampel Untuk Uji Kualitatif dengan ICP – OES

2. Tabel 4.2 Data Pengukuran Absorbansi Larutan Seri 37 Standar Besi

3. Tabel 4.3 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk 38 Penentuan Konsentrasi Logam Besi (Fe)

Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe)

4. Tabel 4.4 Data Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cd) 42 5. Tabel 4.5 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk 43

Penentuan Konsentrasi Logam Cadmium (Cd) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi

Larutan Standar Cadmium (Cd).

6. Tabel 4.6 Data Absorbansi Larutan Standar Kromium (Cr) 47 7. Tabel 4.7 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk 47

Penentuan Konsentrasi Logam Kromium (Cr) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kromium (Cr)

8. Tabel 4.8 Data Absorbansi Larutan Standar Timbal (Pb) 52 9. Tabel 4.9 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk 52

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1. Gambar 2.1 Undur-undur Darat 6

2. Gambar 2.2 Sarang Undur-undur Darat 7

3. Gambar 2.3 Metamrfosa Undur-undur Darat 8

4. Gambar 2.4 Pupa Undur-undur Darat 8

5. Gambar 2.5 Capung Undur-undur Darat 8

6. Gambar 2.6 Komponen utama dan susunan dari peralatan 21

Inductively Coupled Plasma – Optical Emission Spectrometry 7. Gambar 4.1 Kurva kalibrasi larutan seri standar logam Fe 39

8. Gambar 4.2 Kurva kalibrasi larutan seri standar logam Cd 45

9. Gambar 4.3 Kurva kalibrasi larutan seri standar logam Cr 49

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Lampiran 1 Kondisi Alat SSA Pada Pengukuran 64

Konsentrasi Fe

2. Lampiran 2 Data Hasil Pengukuran Absorbansi 64 Larutan Seri Standar Fe dengan

Spektrofotometer Serapan Atom

3. Lampiran 3 Kondisi Alat SSA Pada Pengukuran 64 Konsentrasi Cd

4. Lampiran 4 Data Hasil Pengukuran Absorbansi 65 Larutan Seri Standar Cd dengan

Spektrofotometer Serapan Atom

5. Lampiran 5 Kondisi Alat SSA Pada Pengukuran 65 Konsentrasi Cr

6. Lampiran 6 Data Hasil Pengukuran Absorbansi 65 Larutan Seri Standar Cr dengan

Spektrofotometer Serapan Atom

7. Lampiran 7 Kondisi Alat SSA Pada Pengukuran 66 Konsentrasi Pb

8. Lmpiran 8 Data Hasil Pengukuran Absorbansi 66 Larutan Seri Standar Pb dengan

Spektrofotometer Serapan Atom

9. Lampiran 9 Perbandingan Konsentrasi Logam Cd, Cr, Pb dan 66 Fe Dalam Sampel Undur-undur Darat Dengan

Standart BPOM Tentang Ambang Batas Logam Dalam Obat yang Bisa Dikomsumsi

10. Lampiran 10 Kondisi Alat ICP – OES Merek Varian pada Uji 67 Kualitatif Cd, Cr, Pb, dan Fe dalam Undur-undur

(14)

ANALISIS KADAR LOGAM KADMIUM (Cd), KROMIUM (Cr), TIMBAL (Pb), DAN BESI (Fe) PADA HEWAN UNDUR-UNDUR

DARAT (Myrmeleon Sp.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRISERAPAN

ATOM (SSA)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang analisis kandungan logam berat Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Timbal (Pb), Besi (Fe), didalam Undur-undur Darat. Sampel destruksi kering diikuti dengan pelarutan abunya dengan HNO3(p) dan H2O2 30 %.

Uji kualitatif dilakukan dengan alat Inductively Coupled Plasma – Optical Emission (ICP-OES) dan penentuan kandungan logam Cd,Cr, Pb, dan Fe dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang untuk logam Cd λ = 228,8 nm; Cr λ = 359,3 nm; Pb λ = 283,3 nm; dan

(15)

ANALYSIS LEVELS METALS CADMIUM (Cd), CROMIUM (Cr), PLUMBUM (Pb), AND IRON (Fe) OF LAND ANT-LION

(Myrmeleon SP.) WITH METHODS ATOMIC ADSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

The analisis of heavy metals Cadmium (Cd), Cromium (Cr), Plumbum (Pb). And Iron (Fe),in Lnd Ant-Lion. The Land Ant-Lion was dry digestion and than the ash of land ant-lion dissolved with HNO3(p) and H2O2 30 % concentrated, Quatatif

test using Inductivelyn Coupled Plasma – Optical Emission ( ICP-OES) and determination of Cd, Cr, Pb, and Fe content using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) at wavelength for Cd λ = 228,8 nm; Cr λ = 359,3 nm;

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia banyak yang beralih pada pengobatan

tradisional. Kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan tradisional semakin

tinggi karena mulai banyak ahli pengobatan tradisional yang berhasil dan menjadi

populer lewat media massa. Pengobatan tradisional juga dirasa lebih murah

dibandingkan dengan pengobatan modern. Selain itu, masyarakat beralih pada

pengobatan tradisional karena takut akan efek samping dari obat-obatan sintetis

yang dibuat di pabrik. Akhirnya, banyak masyarakat yang meminimalisir

mengkonsumsi obat buatan dan memanfaatkan pengobatan tradisional

(http://blogspot.com/2012/10/karya-tulis-undur-undur-darat-myrmeleon.html#)

Salah satu pengobatan tradisional untuk penyakit diabetes mellitus adalah

dengan mengkonsumsi undur-undur darat (myrmeleon sp.). Di samping karena khasiatnya, harganya juga terbilang cukup murah. Kepopulerannya terbukti dari

semakin banyaknya kalangan pebisnis yang membudidayakan dan menjual

serangga yang berjalan mundur ini. Binatang kecil yang biasa dijumpai di sekitar

rumah berhalaman pasir itu telah terbukti ampuh menurunkan gula darah

(Hidayatul dkk, 2003) .

Undur-undur darat dengan nama latin Myrmeleon sp hewan ini adalah hewan yang unik sesuai dengan namanya undur-undur hewan ini dapat berjalan

mundur hewan ini merupakan “anak” Kinjeng Dom atau Capung jarum. Capung

Jarum merupakan capung kecil yang mirip jarum.Hewan sekecil kutu anjing yang

biasa dijumpai di sekitar rumah berhalaman pasir ini ampuh menurunkan gula

darah.Dalam bahasa mandarin undur-undur darat bernama di-gu-niu dan dalam

bahasa Inggris disebut

termasuk dalam keluarga Myrmeleontidae, yang berasal dari Yunani dari

(17)

mempunyai mulut penggigit dan dua pasang sayap yang urat-uratnya berbentuk

seperti jala (Nugroho, 2008).

Berdasarkan penelitian yang diketuai oleh Tyas Kurniasih,dkk dari

Universitas Gajah Mada yang berjudul Kajian Potensi Undur-Undur Darat

(Myrmeleon sp.) 2006, diketahui bahwa binatang tersebut mengandung zat sulfonylurea. Kerja sulfonylurea pada undur-undur darat adalah melancarkan kerja pankreas dalam memproduksi insulin. Dalam hal ini, insulin digunakan untuk

menurunkan kadar gula darah yang menjadi masalah bagi penderita DM, dan

penelitian Femi Dwi Aldini,dkk menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

cukup signifikan antara penggunaan undur-undur dengan terjadinya kerusakan sel

pada jaringan hepar.

Toksisitas logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negatif

tetapi yang terutama adalah timbulnya kerusakan pada jaringan, terutama jaringan

ekskresi (hati dan ginjal) (Darmono. 1995).

Seperti pada umumnya jika kita minum obat apapun tidak boleh berlebihan.

Demikian juga yang terjadi pada undur-undur yang dikonsumsi untuk

menurunkan gula darah juga tidak boleh berlebihan karena mengkonsumsi

undur-undur terlalu banyak bisa menyebabkan badan panas, diare , dan pusing. Cara

mengonsumsinya ada dua macam. Pertama, langsung ditelan sebanyak 3-5 ekor,

sehari dua kali. Kedua, dimasukkan ke dalam kapsul, lalu diminum sehari dua kali

(pagi dan sore)

Masyarakat sering tidak mengetahui kandungan dan reaksi tubuh terhadap

bahan yang dikonsumsinya, tetapi mereka tetap mengkonsumsi karena dirasakan

adanya perbaikan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan dasar-dasar ilmiah

tentang kandungan, efek pada tubuh dalam jangka panjang dan korelasi dengan

reaksi tubuh terhadap berbagai zat yang terkandung. Upaya untuk menyembuhkan

(18)

gejalanya saja, tetapi juga harus memperhitungkan efek samping yang muncul

dari pengobatan tersebut.

Metode yang sangat umum digunakan unuk penentuan kadar logam berat

dalam jumlah kecil biasanya menggunakan SSA, ICP, dan lain sebagainya.

Namun penggunaan SSA lebih umum karena penggunaannya yang mudah, cepat,

sensitif dan biaya pengoperasian relatif murah. Tetapi alat ini hanya dapat

digunakan untuk uji kuantitatif. Metode ICP-OES memiliki beberapa kelebihan

disbanding metode SSA karena metode ini sangat selektif dan dapat digunakan

untuk analisa kulitatif dan kuantitatif beberapa unsur sekaligus di dalam sampel

pada saat pengukuran , namun metode ini lebih rumit iay pengoperasian reatif

mahal dan ketersediaan alat yang masih terbatas .

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang kandungan logam Cr, Cd, Pb, dan Fe pada undur-undur darat

(myrmeleon sp.) karena logam tersebut dapat menimbulkan keracunan dalam tubuh dan bahkan menimbulkan kematian jika tidak memenuhi standar yang

ditentukan.

1.2. Permasalahan

a. Apakah Undur-undur Darat (myrmeleon sp.) mengandung logam Cd, Cr, Pb, dan Fe ?

b. Berapakah kandungan logam Cd, Cr, Pb, dan Fe yang terkandung pada

undur Darat (myrmeleon sp.) ?

c. Apakah kadar logam Cd, Cr, Pb, Fe, dan Zn yang terdapat pada undur-undur

darat (myrmeleon sp.) masih memenuhi standar ambang batas BPOM.?

d. Apakah dengan mengonsumsi 3-5 ekor Undur-undur Darat masih memenuhi

(19)

1.3. Pembatasan Masalah

a. Dalam penelitian ini Undur-undur yang di analisis adalah Undur-undur Darat

(myrmeleon sp.)

b. Sampel diambil dari Silantom Jae Kecamatan Pangaribuan Kabupaten

Tapanuli Utara dengan beberapa kali pengambilan.

c. Ukuran dan berat Undur-undur Darat dianggap sama.

d. Logam yang dianalisis adalah logam Cd, Cr, Pb, dan Fe

e. Uji kualitatif dilakukan dengan metode ICP-OES

f. Uji kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode Spektrometer Serapa

Atom (SSA)

1.4. Tujuan Penelitian

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah logam Cd, Cr, Pb, dan Fe

terkandung dalam Undur-undur Darat (myrmeleon sp.) .

b. Untuk mengetahui berapa kadar logam Cd, Cr, Pb, dan Fe yang terkandung

dalam Undur-undur Darat (myrmeleon sp.) .

c. Untuk mengetahui apakah kadar logam Cd, Cr, Pb, dan Fe masih memenuhi

standar ambang batas BPOM.

d. Untuk mengetahui apakah dengan mengonsumsi Undur-undur Darat 3-5

masih memenuhi standart ambang batas BPOM.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai kandungan logam yg terdapat pada Undur-undur Darat (myrmeleon sp.) sebagai salah satu upaya untuk mengetahui kadar logam tersebut masih sesuai

(20)

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan dan di Laboratorium

Penelitian Fakultas Farmasi USU serta di Laboratorium Balai Teknik Kimia

Lingkungan Medan.

1.7. Metodologi

a. Penelitian ini adalah merupakan eksperimen laboratorium

b. Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak dan dalam beberapa kali

pengambilan.

c. Sampel Undur-undur Darat kemudian dihilangkan kadar airnya dengan

pemanasan dalam oven pada suhu 105-110o C kemudian dihaluskan

d. Dekstruksi Sampel Undur-undur Darat yang telah dihaluskan dilakukan dengan

metode dekstruksi kering dengan pemanasan dalam tanur 550 – 600o C selama

2 jam dan dilanjutkan dengan pelarutan sampel menggunakan HNO3(p), dan

H2O2 30 %.

e. Uji kualitatif dilakukan dengan metode ICP-OES

f. Uji kualitatif dengan penentuan kandungan logam Cd, Cr, Pb, dan Fe pada

Undur-undur Darat dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom

(SSA) dengan panjang gelombang untuk logam Cd λ = 228,8 nm; Cr λ =

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Undur-undur Darat

Undur-undur adalah kelompok binatang holometabola, yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami

metamorfosis sempurna adalah telur, larva, pupa, lalu menjadi imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan hewan dewasa.

Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan. Akan tetapi, pada saat itu terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ.

Sedangkan imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan (Nugroho,

2008).

Gambar 2.1. Undur undur darat (Myrmeleon sp.)

Undur-undur yaitu mempunyai Ordo Neuroptera (serangga bersayap jala),

famili myrmeleontidae. Ciri-ciri: serangga ini mempunyai mulut menggigit, dan

mempunyai dua pasang sayap yang urat-uratnya berbentuk seperti jala. Dalam

bahasa latinnya : Myrmeleon formicarius atau lion ant dalam bahasa inggris.

Dalam versi yang lain Undur-undur juga mempunyai family Myrmecoleonidae

(22)

Undur-undur darat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan : Animalis

Devisi : Magnoliophyza

Kelas : Insecta

Ordo : NeuropteraFamili : Myrmeleontidae

Genus : MyrmeleonSpesies : Myrmeleon Sp.

Undur-undur termasuk binatang pemangsa, membuat sarangnya di tanah

yang kering dan cukup mendapat cahaya. Sarang yang berbentuk tirus atau

kerucut itu juga berfungsi sebagai perangkap. Sarang undur-undur sering dijumpai

diketeduhan atap rumah, atau dibawah lantai rumah yang tinggi. Larva dari

undur-undur mirip sebuah kantung yang berbuku-buku dan memiliki rahang melengkung

yang sangat besar. Ia membuat lubang dalam tanah pasir yang gembur dengan

gerakan spiral ekornya. Tanah yang terlepas dibuang keluar lubang dengan

kepalanya. Pada dasar lubang tersembunyi, rahangnya siap menangkap serangga

kecil yang terperangkap dan menjadi mangsanya.

Gambar 2.2. Sarang undur-undur darat. (Widjajanto, dkk.2007)

Undur-undur memiliki tahapan kehidupan seperti kupu-kupu yaitu

bermetamorfosa. Tahapan dari daur serangga yang di alami undur-undur adalah

(23)

Gambar 2.3. Metamorfosa undur-undur

Gambar 2.4. pupa undur-undur

Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan

dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu pula terjadi

penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase

perkembangan . Jadi undur-undur merupakan larva dari suatu fase dalam

metamorphosis sempurna serangga.

(24)

Undur-undur berkhasiat mengobati penyakit diabetes, terbukti secara

medis, bahkan para dokter menganjurkan pasiennya untuk memakan binatang

undur-undur yang masih hidup tanpa harus dibersihkan air terlebih dahulu. Kalau

terkena air khasiatnya akan hilang. Yang dapat dipercaya menyembuhkan diabetes

dari binatang undur-undur ini salah satunya adalah bulunya. Undur-undur juga

tidak boleh dimakan dalam keadaan mati. Jika merasa jijik, pasien bisa

memasukkan ke kapsul kosong lalu dimakan dengan dorongan air. Kekuatan

hidup undur-undur jika di tempat terbuka (bukan di tanah gembur) bisa bertahan

selama dua hari, jika disediakan tanah gembur, akan bertahan hidup cukup lama.

2.2. Mineral

Dari dalam tanah tumbuhan hijau menghisap zat-zat tertentu melalui akarnya.

Zat-zat ini masuk kedalam tumbuhan dalam bentuk terlarut didalam air. Zat-Zat-zat ini

biasanya berupa garam-garaman dan dinamakan mineral. Mineral ini berlainan

halnya dengan bahan organik seperti karbohidrat, protein, dan lemak tidak dapat

dibuat oleh tumbuh-tumbuhan. Karena itu mineral tergolong bahan tak-organik,

yaitu tidak berasal dari mahluk hidup.

Kalau bahan tumbuhan seperti kayu bakar atau arang kita bakar, akan

tersisa abu. Abu ini terdiri atas bahan mineral yang telah diserap oleh tumbuhan

kedalam bagian tubuhnya. Sewaktu pembakaran, semua bahan organik habis

terbakar menjadi karbon dioksida dan air. Tetapi bahan tak-organik tersisa sebagai

garam-garaman yang bentuknya berupa abu. Didalam abu ini dapat ditemukan

antara lain logam Natrium (Na), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi

(Fe), Mangan (Mn), dan Molibden (Mo). Logam-logam ini ada dalam bentuk

senyawa garam Fosfat yang mengandung Fosfor (P), Klorida yang mengandung

Klor (Cl), Yodida yang mengandung Yod (J), Fluorida yang mengandung Fluor

(25)

Kalau kita makan tumbuh-tumbuhan, sudah tentu garam-garam inipun akan

memasuki tubuh kita. Didalam tubuh kita mineral seperti kalsium fosfat terdapat

didalam bagian tubuh seperti tulang dan gigi. Demikian pula mineral seperti besi

menjadi bagian hemoglobin, atau juga disebut butir darah merah. Hemoglobin

adalah suatu protein yang kerjanya mengangkut oksigen di dalam darah ke

seluruh bagian tubuh kita.

Di dalam daun-daunan hijau juga ada protein yang bentuknya hampir sama

dengan hemoglobin, yaitu klorofil. Klorofil atau hijau daun tidak mengandung

logam besi, tetapi logam Magnesium. Selain itu mineral seperti natrium dalam

bentuk garam natrium klorida, kalsium dalam bentuk kalsium hidrofosfat, serta

magnesium, dapat terlarut didalam cairan sel tubuh kita. Perananya mengatur

berbagai proses kehidupan. Kalsium misalnya diperlukan sedikit agar darah dapat

mengggumpal. Demikian pula kalsium berperan dalam peristiwa menegang dan

melemasnya otot seperti otot jantung. Sedangkan magnesium diperlukan sebagai

bahan pembentuk enzim. Natrium dan kalium diperlukan untuk mengatur tekanan

cairan tubuh di dalam sel-sel tubuh.

Jadi, mineral-mineral didalam tubuh kita mempunyai dua macam tugas.

Yang pertama ialah sebagai bahan pembentuk bagian-bagian tubuh, seperti tulang

dan gigi. Yang kedua ialah sebagai zat pengatur kelangsungan hidup. Mineral

yang diperlukan oleh manusia ialah kalsium, fosfor, magnesium, kalium, natrium,

mangan, besi, tembaga, kobalt, yodium, belerang, dan seng. Ada mineral yang

diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak, yaitu pada kadar 100 g atau lebih

sehari bagi setiap orang dewasa. Mineral seperti ini disebut unsur hara makro.

Termasuk kedalam golongan ini ialah kalium, natrium, kalsium, fosfor,

magnesium, dan klor. Ada pula mineral yang kita perlukan dalam kadar yang

lebih rendah, yaitu tidak lebih dari beberapa mg setiap hari untuk orang dewasa.

Mineral seperti ini disebut unsur hara mikro. Termasuk kedalam golongan ini

(26)

Mineral sangat penting bagi metabolisme tubuh. Mineral dapat diibaratkan

sebagai “busi” dari kehidupan karena mineral diperlukan untuk mengaktifkan

ribuan reaksi enzimatis dalam tubuh. Masing-masing mineral tidak bekerja

sendiri, tetapi bekerja secara seimbang satu sama lainnya. Oleh karena itu, bila

kita kelebihan satu mineral akan berakibat defisiensi (kekurangan) mineral

lainnya. Misalnya, kelebihan kalsium akan berakibat hilangnya magnesium dan

seng. Kelebihan natrium dan kalium akan berakibat defisiensi kalsium dan

magnesium. Kelebihan kalsium dan magnesium akan menyebabkan defisiensi

natrium dan kalium. Kelebihan natrium akan menyebabkan kehilangan kalium.

Kelebihan kalium akan berakibat hilangnya natrium. Kelebihan tembaga akan

mengakibatkan kehilangan seng. Kelebihan seng akan berakibat hilangnya

tembaga dan besi. Kelebihan fosfat akan mengakibatkan hilangnya kalsium.

Semuanya itu disebut reaksi berantai defisiensi.(Sembiring. 2000)

2.3. Logam Berat

Logam berat mengacu pada setiap logam yang berat atomnya lebih besar dari

berkisar 50. Ketika terserap kedalam tubuh, secara langsung logam berat beracun

(Eugene. 1990).Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih

dari 5 gr/cm3 (Fardiaz. 1992).

Hg mempunyai densitas 13,55gr/cm3. Diantara semua unsur logam berat,

Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan dengan

logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni,

Pb,As, Cr, Sn, Zn (Fardiaz, 1992).

Logam berat termasuk golongan logam dengan kriteria yang sama dengan

logam lain, yaitu:

a. Memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar panas

b. Memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar daya listrik

(27)

d. Dapat membentuk alloy dengan logam lain

e. Untuk logam yang padat dapat ditempa

Perbedaannya terletak pada pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini

berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Logam berat esensial

seperti Zn, Fe, dan Cu, bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah berlebih akan

menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh. Dan jika

yang masuk adalah logam berat beracun, seperti Pb, Cd, Cr, dan Hg, maka

dipastikan organisme tersebut akan keracunan. Dalam sistem biologi logam berat

bersift toksik, sebab dapat bereaksi dengan protein, enzim dan asam amino.

Logam berat dalam senyawa organic dapat terikat sebagai bio anorganik, yaitu

senyawa logam yang terikat dalam sistem biologi (Heryando Palar, 1994).

2.3.1. Logam Cd

Unsur Cd tanah terkandung dalam bebatuan beku, sedimen, dll. Kadar Cd dalam

tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan fraksi-fraksi tanah yang bersifat dapat

mengikat ion Cd. Senyawa-senyawa tertentu seperti bahan ligand dapat

mempengaruhi aktivitas ion Cd, yaitu membentuk kompleks Cd-ligan yang stabil

(Lahuddin,2007)

Kadmium (Cd) merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena unsur ini berisiko tinggi terhadap pembuluh darah. Logam ini memiliki tendensi untuk bioakumulasi. Keracunan yang disebabkan oleh kadmium dapat bersifat akut dan keracunan kronis. Logam Cd merupakan logam asing dalam tubuh dan tidak dibutuhkan dalam proses metabolisme. Logam ini teradsorbsi oleh tubuh manusia yang akan menggumpal di dalam ginjal, hati dan sebagian dibuang keluar melalui saluran pencernaan. Keracunan Cd dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Akibatnya tekanan darah menjadi tinggi yang kemudian bisa menyebabkan terjadinya gagal jantung dan kerusakan ginjal.

(28)

2.3.2. Logam Fe

Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Besi

membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi(II) atau fero

diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Garam-garam ini mengandung kation Fe2+

dan berwarna sedikit hijau. Garam-garam besi(III) atau feri diturunkan dari oksida

besi(III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada garam besi (II). Zat-zat pereduksi

mengubah ion besi(III) menjadi besi(II). (Svehla, 1990).

Besi merupakan mikroelemen esensial dalam system mahluk hidup.

Logam ini banyak digunakan dalam pabrik dan merupakan logam multiguna. Besi

banyak ditemukan dalam bahan makanan yang jumlahnya bervariasi dari yang

rendah (dalam sayuran) dan yang tinggi (dalam daging). Kandungan ya g rendah

dari Fe dalam makanan akan menyebabkan naiknya efisiensi absorpsi Fe,

disamping itu absorpsi logam lain juga meningkat baik esenssial (Co, Mn,Zn)

maupun toksik (Cd, Pb). Tetapi sebaliknya makanan yang banyak mengandung Fe

dapat menurunkan absorpsi Zn pada manusia dan Cu pada ruminansia.

(Darmono,1995).

Salah satu alasan mengapa Fe toksik pada sel adalah karena Fe

mengkatalis pembentukan hidroksi radikal. Radikal oksigen terkenal toksik pada

sel – sel hidup karena mampu menginduksi peroksida membrane lisosom yang

menyebabkan kerusakan endotel dan paru – paru serta agregasi platelet darah.

(Merian,1994)

2.3.3. Logam Pb

Timbal-senyawa yang mengandung toksik yang tinggi dan lebih dikenal dalam

masyarakat daripada arsenik saat ini. Polusi timbal dianggap oleh para ahli

menjadi masalah lingkungan utama yang dihadapi dunia modern (Meyer. 1990).

(29)

tinggi(11,48 gr/ml pada suhu kamar). Ia mudah terlarut dalam asam nitrat yang

sedang pekatnya (8 M). (Svehla, 1990).

1. Sumber dari Alam

Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg.

Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat didalam batu pasir

(sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah

berkadar sekitar 5 -25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar

antara 1- 60μg/liter.

Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb pada air

telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 μg/liter. Dalam air laut kadar Pb lebih

rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari

pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau

dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter.

2. Sumber dari Industri

Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb adalah semua industri

yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:

Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan

logam (scrap). Industri batery. Industri ini banyak menggunakan logam Pb terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya. Industri bahan bakar. Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industry maupun bahan bakar

yang dihasilkan merupakan sum ber pencemaran Pb. Industri kabel. Industri kabel memerlukan Pb untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian Pb di industri kabel

mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan

arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup. Industri kimia,

(30)

toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang

lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk

warna kuning dipakai lead chromate.

3. Sumber dari Transportasi

Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) Pb pada bahan bakar kendaraan

bermotor menghasilkan emisi Pb in organik. Logam berat Pb yang bercampur

dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di

dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas

buang lainnya.

Daya racun didalam tubuh diantaranya disebabkan oleh penghambatan

enzim-enzim oleh ion Pb2+. Enzim yang diduga dihambat adalah yang dibutuhkan

untuk pembentukan hemoglobin . penghambatan tersebut diakibatkan karena

terbentuknya ikatan yang kuat (ikatan kovalen) antara Pb2+ dengan grup sulfur

yang terdapat dalam asam-asam amino (misalnya cistein) dari enzim tersebut

.(Fardiaz. 1992).

2.3.4. Logam Cr

Logam berat krom (Cr) merupakan logam berwarna abu-abu, tahan terhadap

oksidasi meskipun pada suhu tinggi, mengkilat, keras, bersifat paramagnetik, dan

mempunyai bentuk senyawa-senyawa berwarna.

Krom merupakan elemen yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan

merupakan unsur esensial bagi manusia dan hewan pada konsentrasi yang rendah,

krom tersedia sebagai krom (II), krom (III), dan krom (VI) atau di kenal dengan

(31)

Cr (III) merupakan mikronutrien bagi makhluk hidup, tetapi bersifat toksik

dalam dosis tinggi. Cr (III) dibutuhkan untuk metabolisme hormone insulin dan

pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Cr (III) bisa menyebabkan

hiperglisemia, glukosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh , dan menurunkan

jumlah sperma

(widowati, W.2008)

Dalam bentuk makanan, kromium diserap 10-25 %. Kromium digunakan

dalam pembuata

meningkatkan ketahanan logam da

produk atau bahan kimia yang mengandung kromium dan bahan bakar

menyebabkan terjadinya pembakaran ke udara, tanah, dan air. Partikel menetap di

udara dalam waktu kurang dari 10 hari, akan menempel pada partikel tanah, dan

dalam air dengan sedikit larut. Efek racun akan timbul, jika menghirup udara

tempat kerja yang terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel,

kromat atau produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit.

Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium

akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan

mengiritasi hidung, paru-par

tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru.

Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar,

menyebabkan gangguan perut

kematia

2.4. Destruksi Kimia

Destruksi merupakan suatu cara perlakuaan ( perombakan ) senyawa menjadi

unsur – unsur sehingga dapat dianalisa. Metode destruksi materi organik dapat

(32)

1. Metode destruksi basah

2. Metode destruksi kering

Destruksi basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk

mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud menghindari

kehilangan mineral akibat penguapan. Pada tahapan selanjutnya, proses ini

seringkali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat atau hidrat

peroksida. Destruksi basah pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen,

timah hitam, timah putih, seng, dan tembaga.

Ada tiga macam cara kerja destruksi basah dapat dilakukan, yaitu :

1. Destruksi basah menggunakan HNO3 dan H2SO4

2. Destruksi basah menggunkana HNO3, H2SO4, dan HClO4

3. Destruksi basah menggunakan HNO3, H2SO4, dan H2O2 . (Apriyanto,1989).

Destruksi kering merupakan penguraian ( perombakan ) senyawa organik

dalam sampel menjadi anorganik dengan jalan pengabuan sampel dan

memerlukan suhu pemanasan tertentu. (Raimon, 1992).

Destruksi kering merupakan perombakan organic logam di dalam sampel

menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle

furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam

destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini

sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan

suhu pengabuan dengan system ini terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan

dianalisis. Bila oksida-oksida logam yang terbentuk bersifat kurang stabil, maka

perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik. Untuk logam Fe, Cu, dan Zn

oksidanya yang terbentuk adalah Fe2O3, FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida

logam ini cukup stabil pada suhu pengabuan yang digunakan. Oksida-oksida ini

kemudian dilarutkan ke dalam pelarut asam encer baik tunggal maupun campuran,

setelah itu dianalisis menurut metode yang digunakan. Contoh yang telah

(33)

Metode yang digunakaan untuk penentuan logam-logam tersebut yaitu metode

Spektrofotometer Serapan Atom (Raimon, 1993).

Bahan yang mempunyai kadar air tinggi sebelum pengabuan harus

dikeringkan terlebih dahulu. Bahan yang mempunyai kandungan zat yang mudah

menguap dan berlemak banyak pengabuan dilakukan dengan suhu mula-mula

rendah sampai asap hilang, baru kemudian dinaikkan suhunya sesuai dengan yang

dikehendaki. Untuk bahan yang membentuk buih waktu dipanaskan harus

dikeringkan dulu dalam oven dan ditambahkan zat anti buih misalnya olive atau

parain. Bahan yang akan diabukan ditempatkan dalam wadah khusus yang disebut

krusibel dengan berbagai kapasitas dan pemilihan wadah ini disesuaikan dengan

bahan yang akan diabukan. Temperatur pengabuan harus diperhatikan

sungguh-sungguh karena banyak element abu yang dapat menguap pada suhu yang tinggi.

Lama pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2-8 jam.

Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya

berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu pengabuan 30

menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu

maka cawan krusibel yang berisi abu yang diambil dari dalam alat pengabuan

(muffle) harus lebih dahulu dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105oC agar

suhunya turun, baru kemudian dimasukkan ke dalam desikator sampai dingin.

Desikator yang digunakan harus dilengkapi dengan zat penyerap uap air misalnya

silika gel atau kalsium klorida, natrium hidroksida. Penentuan abu yang tidak larut

dalam asam dilakukan dengan mencampurkan abu dalam asam klorida 10%.

Setelah diaduk kemudian dipanaskan selanjutnya disaring dengan kertas whatman

no.42. Residu merupakan abu yang tidak larut dalam asam yang terdiri atas pasir

dan silika. Apabila abu banyak mengandung bahan jenis ini maka dapat

diperkirakan proses pencucian bahan tidak sempurna ataupun terjadinya

kontaminasi dari tanah selama proses pengolahan bahan tersebut .(Sudarmadji.

(34)

Metode ini digunakan secara luas untuk penentuan kadar unsur logam

dalam jumlah kecil atau trace level ( Kealey, D. 2002).

2.5. Inductively Coupled Plasma – Optical Emission Spectrometry 2.5.1. Definisi Umum

Inductively Coupled Plasma – Optical Emission Spectrometry ( ICP/OES ) adalah

instrumen yang sangat baik untuk penentuan logam dalam berbagai matriks

sampel yang berbeda. Dengan teknik ini, sampel cair di injeksikan ke dalam

Radio Frequency (RF)-induksi plasma argon menggunakan satu jenis nebulizer.

Sampel dalam bentuk kabut mencapai plasma dengan cepat dan mengering,

menguap, dan menghasilkan energy selama proses eksitasi pada suhu tinggi .

Emisi atom yang berasal dari plasma dianggap baik pada konfigurasi radial atau

aksial , yang dikumpulkan dengan lensa atau cermin , dan dilewatkan masuk ke

celah pada panjang gelombang yang selektif. Pengukuran unsur tunggal dapat

dilakukan dengan efektif menggunakan kombinasi sederhana tabung

monokromator /photomultiplier (PMT), dan penentuan multiunsur secara simultan

dilakukan hingga 70 unsur dengan kombinasi polychromator dan array detektor.

Kinerja analisa sistem tersebut kompetitif dengan teknik analisis anorganik

lainnya, terutama berkaitan dengan throughput dan sensitivitas sampel.

Sampel cair dan gas dapat diinjeksikan secara langsung ke dalam

instrumen , sedangkan sampel padat memerlukan ekstraksi atau pelarutan dengan

asam sehingga analit berbentuk larutan . Larutan sampel diubah menjadi aerosol

dan bergerak ke saluran pusat plasma . Pada bagian inti Inductively Coupled

Plasma (ICP) temperatur mencapai 10.000 K, sehingga aerosol menguap dengan

cepat. Unsur analit dibebaskan sebagai atom-atom bebas dalam keadaan gas.

Tumbukan eksitasi lebih lanjut dalam plasma memberikan energi tambahan pada

atom, yang menyebabkan atom-atom pada keadaan tereksitasi. Energi yang ada

memungkinkan untuk mengubah atom menjadi ion-ion dan kemudian menjadikan

(35)

Atom dan ion pada keadaan tereksitasi dengan lambat menuju keadaan

dasar melalui emisi foton. Foton memiliki energi yang karakteristik yang

ditentukan oleh struktur tingkat energi terkuantisasi untuk atom atau ion. Dengan

demikian panjang gelombang dari foton dapat digunakan untuk mengidentifikasi

unsur-unsur dari keadaan awal. Jumlah foton berbanding lurus dengan konsentrasi

unsur yang ada pada sampel (Hou, X. and Jones, B. T. 2000).

Instrumentasi yang terkait dengan sistem ICP/OES relatif sederhana.

Sebagian dari foton yang diemisikan oleh ICP dikumpulkan dengan sebuah lensa

atau cermin cekung. Optik pemokus ini memberi gambaran ICP pada jalur masuk

perangkat penyaring panjang gelombang seperti monokromator. Panjang

gelombang partikel melewati sebuah monokromator yang akan diubah menjadi

sinyal listrik oleh photodetektor. Sinyal diperkuat dan diproses oleh elektronik

detektor, kemudian ditampilkan dan disimpan oleh komputer (Hou, X. and Jones,

B. T. 2000).

2.5.2. Karakteristik ICP-OES

Keuntungan utama dari analisis menggunakan ICP dibanding dengan instrument

yang menggunakan sumber eksitasi lainnya adalah kemampuannya untuk efisiensi

dan kebolehulangan pada penguapan, atomisasi, eksitasi, dan ionisasi untuk

berbagai unsur dalam berbagai sampel yang berbeda. Hal ini terutama disebabkan

oleh suhu yang tinggi, 6000-7000 K pada ICP. Suhu ini jauh lebih tinggi dari suhu

maksimum pada flame atau tungku (3300 K). Suhu yang tinggi pada ICP

membuatnya mampu untuk mengeksitasi unsur yang tahan terhadap panas, dan

(36)

2.5.3. Instrumentasi ICP-OES

Representasi dan tampilan dari ICP-OES dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 2.6.Komponen utama dan susunan dari peralatan Inductively Coupled Plasma - Optical Emission Spectrometry.

1. Pemasukan Sampel

a. Nebulizer

Nebulizer adalah perangkat yang digunakan untuk mengkonversi cairan menjadi

aerosol yang kemudian dialirkan ke plasma. Sistem pemasukan sampel yang ideal

untuk semua sampel pada plasma adalah kemampuan plasma untuk mensolvasi,

vaporisasi, atomisasi atau ionisasi, dan eksitasi. Karena hanya tetesan kecil dalam

ICP yang dianalisa, kemampuan untuk menghasilkan tetesan kecil untuk berbagai

sampel sangat menentukan kegunaan dari nebulizer pada ICP-OES. Banyak

perangkat yang dapat digunakan untuk memecah cairan menjadi aerosol, namun

hanya dua yang dapat digunakan pada ICP, yaitu pneumatik force dan ultrasonic

(37)

b. Pompa

Pompa adalah perangkat yang digunakan untuk mengalirkan sampel larutan

kedalam nebulizer. Dengan adanya pompa maka laju aliran konstan dan tidak

tergantung pada parameter larutan seperti viskositas dan tegangan permukaan

larutan. Selain itu laju aliran dapat dikontrol dan memungkinkan washout lebih

cepat dari nebulizer dan ruang semprot.

c. Spray Chamber (Tempat Penyemprot)

Setelah sampel aerosol terdapat pada nebulizer, harus segera dialirkan pada torch

sehingga dapat diinjeksikan ke dalam plasma. Karena hanya tetesan kecil aerosol

cocok untuk diinjeksikan ke dalam plasma, spray chamber ditempatkan antara

nebulizer dan torch. Fungsi utama dari spray chamber adalah untuk

menghilangkan tetesan besar dari aerosol. Tujuan kedua dari spray chamber

adalah untuk melancarkan keluaran pulsa yang terjadi selama nebulisasi, karena

spray chamber ikut memompa larutan.

d. Drains

Drains pada ICP berfungsi untuk membawa kelebihan sampel dari spray chamber

menuju ke tempat pembuangan. Selain itu, system drains memberikan tekanan

balik yang dibutuhkan untuk memaksa aerosol pada nebulizer melalui aliran gas

pada tungku injector tube kedalam plasma discharge. Jika sistem drains tidak

membuang habis sampel dan memungkinkan masih adanya gelembung, maka

injeksi sampel kedalam plasma dapat terganggu dan menyebabkan gangguan pada

(38)

2. Penghasil Emisi

a.Torches (Tungku)

Dari spray chamber aerosol diinjeksikan melalui torch kedalam plasma yang akan

terdesolvasi, menguap, teratomisasi, tereksitasi dan terionisasi oleh plasma. Torch

terdiri dari tiga tabung konsentrik, untuk aliran argon dan injeksi aerosol. Tiga

tabung itu terdiri dari plasma flow, auxiliary flow dan nebulizer flow.

b. Radio Frequency Generator.

Radio frequency (RF) generator adalah peralatan yang menyediakan daya untuk

pembangkit dan pemeliharaan debit plasma. Daya ini biasanya berkisar antara 700

sampai 1.500 watt, yang ditransfer ke gas plasma melalui kumparan yang terdapat

pada sekitar bagian atas torch. Kumparan, yang bertindak sebagai antena untuk

mentransfer daya RF ke plasma, biasanya terbuat dari pipa tembaga dan

didinginkan oleh air atau gas selama operasi.

3. Pengumpulan dan Pendeteksian Emisi.

a. Optik

Radiasi biasanya dikumpulkan oleh fokus optik seperti lensa cembung atau

cermin cekung. Optik ini bersifat mengumpulkan sinar, sehingga sinar difokuskan

menuju celah pada monokromator atau polikromator.

b. Monokromator

Monokromator digunakan untuk memisahkan garis emisi sesuai dengan panjang

gelombangnya. Monokromator digunakan dalam analisa multi unsur dengan cara

memindai cepat dari satu garis emisi ke garis emisi lainnya. Kisi difraksi

merupakan inti dari spectrometer, kisi memecah cahaya putih menjadi beberapa

panjang gelombang yang berbeda. Untuk menganalisa multi unsur secara simultan

(39)

c. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas garis emisi setelah garis emisi

dipisahkan oleh monokromator/polikromator. Jenis deteiktor yang paling banyak

digunakan pada ICP-OES adalah tabung photomultiplier (PMT).

4. Pemrosesan Sinyal dan Instrumen Kontrol

a. Pemrosesan Sinyal

Setelah emisi dideteksi oleh detector (PMT), maka arus anoda PMT dapat

dikonversi, yang mewakili intensitas emisi menjadi sinyal tegangan yang diubah

menjadi informasi digital. Informasi digital inilah yang mewakili intensitas emisi

relative atau konsentrasi dari sampel.

b. Komputer dan Processor

Komputer digunakan sebagai instrument untuk mengontrol, memanipulasi dan

mengumpulkan data analisis. Pada komputer kita dapat memilih parameter operasi

yang tepat untuk analisis seperti panjang gelombang, tegangan PMT, mengkoreksi

background pengukuran dan konsentrasi larutan standar. Kemampuan untuk

melihat data spectral pengukuran dengan waktu analisis yang sangat cepat

merupakan tujuan utama penggunaan computer dalam setiap instrumentasi (Boss,

C. B. and Freeden, K. J. 1997).

2.6. Spektrofotometri Serapan Atom.

2.6.1. Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Spektroskopi serapan atom adalah spektroskopi atomik yang disertai penyerapan

sebagai suatu emisi atau pancaran. Di dalam beberapa dekade spektroskopi

serapan atom menjadi salah satu dari cara yang yang paling luas digunakan untuk

(40)

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada adsorbsi cahaya

oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang

tertentu. Misanya natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm,

sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempuyai

cukup energy untuk mengubah tinkat elektonik suatu atom. Transisi elektronik

suatu unsure bersifat spesifik. Dengan adsorbsi energy, berarti memperoleh lebih

banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkn energinya ke tingkat

eksitasi

Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah propane, butane, hydrogen,

dan asetilen, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen, N2O dan asetilen.

Logam-logam yang mudah diuapkan seperti Cu, Pd, Zn, Cd umumnya ditentukan

ada suhu rendah sedangkan unsurunsur yang tak mudah diatomisasi diperlukan

suhu tinggi. Suhu tinggi dapat dicapai dengan menggunakan suatu oksidator

bersama dengan gas pembakar, contohnya atomisasi unsur seperti Al, Ti, Be tanah

jarang perlu menggunakan nyala oksiasetilena atau nyala nitrogen oksidaasetilena

sedangkan atomisasi unsur alkali hatus menggunakan campuran asetilena udara

(Khopkar, S.M. 2007).

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur

logam dalam jumlah sekelumit dan sangat kelumit. Cara analisis ini memberikan

kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk

molekul dari logam dalam sampel tersebut. Spektroskopi serapan atom didasarkan

pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap

biasanya sinar tampak atau ultraviolet. Metode spektroskopi serapan atom

berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap

cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya

pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat

elektronik suatu atom yang mana transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik.

Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga

suatu atom pada keadaan dasar dapat ditimgkatkan energinya ke tingkat eksitasi

(41)

2.6.2. Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom

Komponen penting yang membentuk spektrofotometer serapan atom

diperlihatkan pada skema di bawah ini:

A = Lampu Katoda Berongga

B = Chopper

C = Tungku

D = Monokromator

E = Detektor

F = Recorder (Khopkar,S.M,2007)

(42)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat

- Spektrofotometer Serapan Atom Z-2000 Series

- ICP – OES Varian

- Neraca analitik Mettler PM 400

- Peralatan gelas Pyrex

- Hot plate Fisher

- Bola karet

- Cawan krusibel

- Oven Fisher

- Desikator

- Spatula

- Botol aquadest

- Kertas`saring Whatman No.42

- Tanur listrik Fisher

- Matt Pipet Pirex

- Cawan penguap

3.1.2. Bahan

- Undur-undur

- HNO3(p) p.a ( E. Merck )

- H2SO4(p) p.a ( E. Merck )

- H2O2 30 % p.a ( E. Merck )

- NH4OH (p) p.a ( E. Merck )

(43)

- Aquadest

- Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O p.a ( E. Merck )

- CrCl3.5H2O p.a ( E. Merck )

- Pb(NO3)2 p.a ( E. Merck )

- Cd(NO3).5H2O p.a ( E. Merck )

3.2. Prosedur Penelitian

3.2.1. Pembuatan Larutan standart Cd2+

a. Larutan Standart Cd2+ 1000 mg/L

Sebanyak 2,9107 g Cd(NO3).5H2O dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang

telah berisi akuades, diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, dimasukkan ke

dalam labu ukur 1000 mL, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan

dihomogenkan.

b. Larutan Standart Cd2+ 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Cd2+ 1000 mg/L dan dimasukkan kedalam

labu ukur 100 ml, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.

c. Larutan Standart Cd2+ 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Cd2+ 100 mg/L dan dimasukkan kedalam

(44)

d. Larutan Standart Cd2+ 0,10; 0,20; 0,30; 0,40; dan 0.50 mg/L

Dipipet sebanyak 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; dan 5,0 mL larutan standart Cd2+ 10 mg/L

dimasukkan labu ukur 50 mL, ditambahkan aquadest sampai garis tanda dan

dihomogenkan.

3.2.2. Pembuatan Larutan Standart Fe3+

a. Larutan Standart Fe3+ 1000 mg/L

- Sebanyak 50 mL aquadest dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer, ditambahkan

20 mL H2SO4 pekat secara perlahan – lahan kedalama labu Erlenmeyer.

- Sebanyak 7 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer

yang telah berisi campuran aquadest dan H2SO4, diaduk hingga seluruh Kristal

larut sempurna, dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL, ditambahkaan

KMnO4 0,1 N setetes demi setetes sampai diperoleh warna merah muda,

ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Standart Fe3+ 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Fe3+ 1000 mg/L dan dimasukkan kedalam

labu ukur 100 ml, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.

c. Larutan Standart Fe3+ 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Fe3+ 100 mg/L dan dimasukkan kedalam

(45)

d. Larutan Seri Standart Fe3+ 0,10; 0,30; 0,50; 0,70; dan 0,80 mg/L

Dipipet sebanyak 0,10 ; 0,30; 0,50; 0,70; dan 0,90 mL larutan standart Fe3+ 10

mg/L dan dimasukkan labu ukur 50 mL, ditambahkan aquadest sampai garis tanda

dan dihomogenkan

e. KMnO4 0,1 N

Sebanyak 0,32 g KMnO4 dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan

akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

3.2.3. Pembuatan larutan standart Pb2+

a. Pembuatan larutan standart Pb2+ 1000 mg/L

Sebanyak 1,5990 g Pb(NO3)2 dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang telah

berisi aquadest, diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, dimasukkan ke

dalam labu ukur 1000 mL, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan

dihomogenkan

b. Pembuatan larutan standart Pb2+ 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standart Pb2+ 1000 mg/L dan dimasukkan

kedalam labu ukur 100 mL, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan

(46)

c. Pembuatan larutan standart Pb2+ 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standart Pb2+ 100 mg/L dan dimasukkan kedalam

labu ukur 100 mL, ditambahkan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.

d. Pembuatan larutan seri standart Pb2+ 0,10; 0,20; 0,30; 0,40; dan 0,50 mg/L

Sebanyak 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; dan 5,0 mL larutan standart Pb2+ 10 mg/L dan

dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, ditambahkan akuades hingga garis tanda

dan dihomogenkan.

3.2.4. Pembuatan Larutan standart Cr2+

a. Larutan Standart Cr2+ 1000 mg/L

Sebanyak 4,750 g CrCl3.5H2O dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang telah

berisi akuades, diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, dimasukkan ke

dalam labu ukur 1000 mL, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan

dihomogenkan.

b. Larutan Standart Cr2+ 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Cr2+ 1000 mg/L dan

dimasukkankedalamlabu ukur 100 ml, ditambahkan aquadest hingga garis tanda

(47)

c. Larutan Standart Cr2+ 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Cr2+ 100 mg/L dan dimasukkan kedalam

labu ukur 100 ml, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.

d. Larutan Standart Cr2+ 0,10; 0,20; 0,30; 0,40; dan 0,50 mg/L

Dipipet sebanyak 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; dan 5,0 mL larutan standart Cr2+ 10 mg/L dan

dimasukkan labu ukur 50 mL, ditambahkan aquadest sampai garis tanda dan

dihomogenkan.

3.2.5. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standart Cd2+

Sebanyak 50 mL larutan seri standart Cd2+ 0,10 mg/L diukur absorbansinya

dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada λ = 228,8 nm dan dilakukan

hal yang sama untuk larutan seri standar Cd2+0,20; 0,30; 0,40; dan 0,50 mg/L.

3.2.6.Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standart Fe3+

Sebanyak 50 mL larutan seri standart Fe3+ 0,10 mg/L diukur absorbansinya

dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada λ = 248,3 nm dan dilakukan

hal yang sama untuk larutan seri standar Fe3+ 0,30; 0.50; 0,70 dan 0.90 mg/L.

3.2.7. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standart Pb2+

Sebanyak 50 mL larutan seri standart Pb2+ 0,10 mg/L diukur absorbansinya

dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada λ = 283,3 nm dan dilakukan

(48)

3.2.8. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Cr2+

Sebanyak 50 mL larutan seri standart Cr2+ 0,10 mg/L diukur absorbansinya

dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada λ = 359,3 nm dan dilakukan

hal yang sama untuk larutan seri standart 0,20; 0,30; 0,40; dan 0,50 mg/L.

3.2.9. Pengabuan sampel

Undur-undur yang telah dipisahkan dari abu tanah dimasukkan dalam cawan

crusibel lalu di oven hingga berat konstan, kemudian, diabukan pada suhu 550 –

600 OC selama 2 jam dalam tanur listrik lalu didinginkan di dalam desikator.

3.2.10. Penyediaan Larutan Sampel ( SNI 01-3551-2000)

Abu sampel yang diperoleh pada destruksi kering dimasukkan kedalam beaker

glass 250 mL kemudian ditambahkan 10 mL HNO3 pekat dan 2 mL H2SO4 pekat

dicampur ratakan sehingga diperoleh larutan sampel dan dipanaskan selama 30

menit dan didinginkan. Larutan sampel tersebut ditambahkan 5 mL HNO3 pekat

dan 3 mL H2O2 30% kemudian dipanaskan diatas hot plate hingga setengah

volume awal, disaring dengan kertas saring whatman No.42, dicuci residu dengan

akuades panas, kemudian filtrat dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL dan diatur

pH = 3 dan ditambahkan akuades hingga garis tanda lalu dihomogenkan.

3.2.11. Penentuan Penentuan Cd2+, Fe3+, Zn2+, Pb2+ dan Cr2+ dalam sampel

Larutan sampel yang telah didestruksi diuji secara kualitatif dengan ICP –OES

kemudian dianalisa secara kuantitatif dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom

(SSA) ) dengan panjang gelombang untuk logam Cd λ = 228,8 nm; Cr λ = 359,3

(49)

3.3. Bagan Penelitian

3.3.1. Penentuan kurva kalibrasi

3.3.1.1. Penentuan kurva kalibrasi Cd2+; Pd2+; Cr2+

50 mL larutan seri standart Cd2+ 0,10 mg/L

Ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang = 228,8 nm dengan

menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom.

Hasil

dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standart 0,20; 0,30 ; 0,40; dan 0,50 mg/L. dibuat pada pH = 3

NB : Dilakukan prosedur yang sama pada penentuan kurva kalibrasi pada larutan

seri standar Pb2+; dan Cr2+ dengan panjang gelombang masing-masing λ =

283,3 nm; λ = 359,3 nm.

3.3.1.2. Penentuan kurva kalibrasi Fe3+

50 mL larutan seri standart Fe3+ 0,10 mg/L

Ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang = 248,3 nm dengan

menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom.

Hasil

(50)

3.3.2. Penentuan logam dalam sampel

9,005 gram sampel undur-undur

dipisahkan dari abu tanah

dimasukkan ke dalam cawan penguap dikeringkan dalam oven hingga berat konstan

diabukan dalam tanur listrik

abu sampel

dimasukkan ke dalam beaker gelas 250 mL ditambahkan 10 mL HNO3(p)

dipanaskan di atas hot plate selama 30 menit didinginkan

larutan sampel

ditambahkan 5 mL HNO3(p) ditambahkan 3 mL H2O2 30 %

larutan kuning kecoklatan

dipanaskan di atas hot plate hingga setengah volume awal

didinginkan

disaring dengan kertas saring whatman no.42 didinginkan dalam desikator

Filtrat Residu

dibilas dengan aquadest panas

dikumpulkan ke dalam labu takar 50 mL diatur pH hingga mencapai pH=3

diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda diuji secara kualitatif dengan ICP - OES kemudian ditentukan kandungan Cd, Cr, Pb, dan Fe pada panjang gelombang berturut-turut 228,8 nm; 359,3 nm; 283,3 nm; dan 248,3 nm dengan SSA.

Hasil

(51)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Uji Kualitatif Sampel

Uji kualitatif sampel dilakukan dengan menggunakan alat ICP – OES sehingga

diperoleh kandungan logam yang terdapat dalam sampel adalah seperti yang

ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Kandungan Logam yang Terdapat dalam Sampel Untuk Uji Kualitatif dengan ICP – OES

No. Logam Panjang Gelombang Kadar Satuan

1. Al 396,152 nm 550,813 mg/L

2. B 208,959 nm 0,003 mg/L

3. Ba 455,403 nm 0,937 mg/L

4. Cd 228,802 nm 0,223 mg/L

5. Co 238,892 nm 0,069 mg/L

6. Cr 367,716 nm 0,821 mg/L

7. Cu 324,754 nm 8,104 mg/L

8. Fe 259,940 nm 979,026 mg/L

9. Mn 257,610 nm 68,917 mg/L

10. Na 589,592 nm 560,330 mg/L

11. Ni 221,647 nm 0,484 mg/L

12. Pb 220,353 nm 0,959 mg/L

(52)

4.1.2 Logam Besi (Fe)

Pembuatan kurva larutan standar logam Besi (Fe) dilakukan dengan membuat

larutan standar denga berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,00; 0,10;

0,30; 0,50; 0,70; dan 0,90 mg/L, kemudian di ukur absorbansinya dengan alat

SSA (kondisi alat pada lampiran 1). Data absorbansi untuk larutan standar Besi

(Fe) dapat dilihat pada table 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.2. Data pengukuran absorbansi larutan seri standar Besi (Fe)

No. Sampel (mg/L) Absorbansi

1 0,00 0,0001

2 0,10 0,0029

3 0,30 0,0081

4 0,50 0,0130

5 0,70 0,0183

6 0,90 0,0235

4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi Dengan Metode Least Square

Data absorbansi yang diperoleh untuk suatu seri larutan standar Fe diplotkan

terhadap konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa

garis linear seperti pada gambar 4.1. Persamaan garis regresi ini diturunkan

dengan metode least square, dimana konsentrasi dari larutan standar dinyatakan

(53)

Tabel 4.3. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan

garis :

Y = aX + b

Dimana :

a = slope

b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least

square sebagai berikut :

� =∑(�� − ��)(�� − ��)

∑(�� − ��)2

b = Y – aX

Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel pada persamaan

maka diperoleh :

� =15,719.10

−3

0,608 = 0,0258

(54)

= 0,0109 – 0,0107

= 0,0002

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :

Y = 0,0258X + 0,0002

4.1.2.2. Penentuan koefisien korelasi untuk logam besi (Fe)

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

�= ∑(�� − ��)(�� − ��)

�(�� − ��)2(�� − ��)2

Koefisien korelasi untuk logam Besi (Fe) adalah :

�= 15,719.10

−3

�(0,608)(4,057.10−4) = 0,9999

Selanjutnya absorbansi diplotkan terhadap konsentrasi larutan seri standar

sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear seperti pada gambar

berikut:

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standart Logam Fe (mg/L)

y = 0,0258x + 0,0002

(55)

4.1.2.3. Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam Sampel

Kadar Besi (Fe) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi

dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil

pengukuran terhadap persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

4.1.2.3.1. Penentuan kadar Besi (Fe) yang terkandung dalam Undur-undur dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom dalam mg/L.

Dari data pengukuran absorbansi Besi (Fe) untuk sampel Undur-undur Darat

diperoleh serapan (A) sebagai berikut :

A1 = 0,0180

A2 = 0,0181

A3 = 0,0179

Dengan mensubstitusikan nilai Y (Absorbansi) ke persamaan garis regresi

Y = 0,0258X + 0,0002, maka diperoleh:

X1 = 0,6899

X2 = 0,6937

X3 = 0,6860

Dengan demikian kadar Besi pada Undur-undur yang adalah :

(56)

����������ℎ����,�� = �

Dari data hasil distribusi student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n- 1 = 2

untuk derajat kepercayaan 95% (p=0,05), t= 4,30

Maka, d = t(0,05 x n-1)Sx

d = 4,30 x 0,1 x 0,0049 = 0,0021

Dari data hasil pengukuran kadar Besi pada Undur-undur Darat adalah sebesar :

0,6898 ± 0,0021 mg/L

4.1.2.3.2 Penentuan Kadar Besi (Fe) yang Terkandung dalam Undur-undur Darat dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom dalam mg/Kg.

��������������= ����������������

����������ℎ �106��/��

Dengan mengkalikan hasil penentuan Besi dari sampel di atas, maka diperoleh

hasil pengukuran kadar Besi dari 9,0050 gram sampel sebesar :

Kadar Besi pada 9,0050 gram sampel dapat dihitung sebagai berikut :

�����= 0,6898 ��/��0,05 �

9,0050 �� � 10

6��/��

= 3,8300 mg/Kg

Kadar Besi dalam 1 ekor Undur-undur dapat dihitung sebagai berikut:

�������������� 1 ���� = 3,800 ��/��

20

(57)

4.1.3. Logam Cadmium (Cd)

Pembuatan kurva larutan standar logam Cadmium (Cd) dilakukan dengan

membuat larutan standar denga berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,00;

0,10; 0,20; 0,30; 0,40; dan 0,50 mg/L, kemudian di ukur absorbansinya dengan

alat SSA ( kondisi alat pada lampiran 3 ). Data absorbansi untuk larutan standar

Cadmium (Cd) dapat dilihat pada table 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.4. Data Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cd)

No. Sampel (mg/L) Absorbansi

1 0,00 0,0001

2 0,10 0,0098

3 0,20 0,0191

4 0,30 0,0285

5 0,40 0,0380

6 0,50 0,0480

4.1.3.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Data absorbansi yang diperoleh untuk suatu seri larutan standar Cd diplotkan

terhadap konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa

garis linear seperti pada gambar 4.2. Persamaan garis regresi ini diturunkan

dengan metode least square, dimana konsentrasi dari larutan standar dinyatakan

(58)

Tabel 4.5. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan

garis :

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :

Gambar

Gambar 2.1. Undur undur darat (Myrmeleon sp.)
Gambar 2.2. Sarang undur-undur darat. (Widjajanto, dkk.2007)
Gambar 2.3. Metamorfosa undur-undur
Gambar 2.6.                          Coupled Plasma - Optical Emission SpectrometryKomponen utama dan susunan dari peralatan Inductively
+7

Referensi

Dokumen terkait

ASG adalah perusahaan yang bergerak di sektor industri manufaktur dengan jenis produk kemasan kaleng, yang berawal dari sebuah industri pengolahan makanan dalam kaleng Dengan

Kesimpulan dari hasil analisis dan interpretasi terhadap representasi nasionalisme kebangsaan yang terkandung dalam lirik lagu “Dari Mata Sang Garuda” adalah adanya ungkapan

PERUBAHAN NAMA IKATAN ADHYAKSA DHARMAKARINI DAERAH / CABANG KETUA UMUM IKATAN ADHYAKSA DHARMAKARINIc. Menimbang

Deputi Bidang KB dan KR, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan

Pokja ULP/Panitia Pengadaan Pada Satker Deputi Bidang KB dan KR BKKBN Pusat TA 2013 akan melaksanakan pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket

Deputi Bidang KB dan KR,Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Pada umumnya jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Pariksabungan.. adalah 8 (unit) bangunan gereja dan tidak mempunyai masjid ataupun

Perubahan dan perkembangan yang sangat mendasar dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012 adalah ditegaskannya ketentuan tentang Diversi sebagai proses penanganan anak