• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh:

ITA YELLI PRIHANDINI

F. 1110013

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

Skripsi dengan judul:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA

Diajukan oleh:

ITA YELLI PRIHANDINI

F 1110013

Disetujui dan diterima oleh Pembimbing Pada Tanggal ... 2013

Surakarta, ... 2013 Pembimbing

DWI PRASETYANI, SE, M.Si

(3)

commit to user

iii

Skripsi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA

Diajukan Oleh:

ITA YELLI PRIHANDINI

F 1110013

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada tanggal .... ... 2013

Susunan Tim Penguji Skripsi

1. Ketua

Dr. Guntur Riyanto, M.Si ( ………. )

NIP 19580927198611001 2, Pembimbing

Dwi Prasetyani, SE, M.Si ( ………. )

NIP 197702172003122003 3. Anggota

Drs. Sutanto, M.Si ( ………. )

(4)

commit to user

iv

“ Kesuksesan belajar seseorang bukan karena kepandaiannya namun karena

seberapa besar kemauan hati dan kekerasan jiwa untuk belajar dan untuk mencapai

sukses “

“ Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang telah kita miliki tetapi kita selalu

menyesali apa yang belum kita capai “

“ Orang yang pecundang selalu berusaha menhindar dari kegaga

lannya, namun

orang bijak selalu menghadapi kegagalannya dan membuat mimpi baru ditengah

(5)

commit to user

v

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Ibu dan bapakku, terimakasih kepercayaan selama ini dan pengorbanannya, aku akan berusaha untuk mencapai cita-citaku dan masa depanku.

3. Adikku terimakasih untuk doa, motivasi dan bimbingannya.

4. Wahyu yang selalu ada dihatiku yang selalu menemaniku, memberi semangat, motivasi.

5. Teman-temanku Ekonomi Pembangunan angkatan 2010

(6)

commit to user

vi

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kain di Beteng Trace Center (BTC) Surakarta”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata S1 Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun berkat doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu memberi petunjuk dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini ;

2. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si, selaku ketua penguji skripsi 3. Bapak Drs.Sutanto, M.Si, selaku anggota penguji skripsi

4. Bapak Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta ;

5. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta ;

6. Segenap Dosen dan seluruh Staf Kantor TU Program Strata Satu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah membantu proses pelaksanaan Pendidikan dan Penelitian ;

(7)

commit to user

vii

9. Sahabat-sahabatku dan semua teman-teman seperjuangan di Ekonomi Pembangunan 2010 ;

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak, skripsi ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran terhadap segala kekurangan yang ada, sangat penulis harapkan dan penulis mengucapkan terima kasih, penulis berharap semoga skripsi ini turut memberikan sumbangan manfaat betapapun kecilnya bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Februari 2013 Penulis

(8)

commit to user

viii

HALAMAN ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pasar ... 13

B. Definisi Pasar Tradisional dan Pasar Modern ... 17

C.Sektor Informal ... 19

D.Pendapatan ... 23

E.Pengertian Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang ... 25

F.Penelitian Terdahulu ... 29

(9)

commit to user

ix BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 36

B. Jenis dan Sumber Data ... 36

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39

E. Metode Analisis Data ... 40

BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 49

B. Gambaran Umum Beteng Trade Center (BTC) Surakarta ... 55

C. Karakteristik Sampel ... 57

D. Analisis Data dan Pembahasan ... 61

E. Interprestasi Hasil Ekonomi ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 75

B.Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

x

1.1 Kontribusi Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Penerimaan Retribusi

Pelayanan Pasar Kota Surakarta Tahun 2005-2010 ... ...7

4.1 Kecamatan dan Kelurahan di Kota Surakarta ... 50

4.2 Jumlah Penduduk Di Kota Surakarta Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pertumbuhan Tahun 2004-2011 ... 52

4.3 Banyaknya Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2011 ... ...53

4.4 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2010-2011(Jutaan Rupiah) ... 54

4.5 Banyaknya Industri di Kota Surakarta Tahun 2011 ... 55

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Per Hari ... 57

4.7 Karakteristik responden Berdasarkan Tingkat Modal ... 58

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jam Kerja Dagang ... 58

4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Dagang ... 59

4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jumlah Tenaga Kerja ... 60

4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan tingkat pendidikan Pedagang ... 60

4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Pedagang ... 61

4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kios Pedagang ... 61

4.14 Hasil Regresi Linear Berganda ... 62

4.15 Hasil Uji Multikolinearitas (Pendekatan Koutsoyiannis) ... 64

4.16 Hasil Uji White Cross Term ... 65

4.17 Hasil Uji Autokorelasi BG ... 67

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Kerangka Pemikiran ... 33

3.1 Gambar Uji t ... 42

3.2 Gambar Uji F ... 44

3.3 Gambar Kriteria Pengujian Autokorelasi ... 48

4.1 Gambar Uji Autokorelasi ... 66

(12)

commit to user

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA

ITA YELLI PRIHANDINI F1110013

Penelitian ini dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta untuk mengetahui deskripsi dan menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenag kerja, dan pendidikan pedagang serta untuk mengetahui apakah variable modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan sensus terhadap responden melalui observasi dan wawancara. Penelitian dilakukan terhadap seluruh pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan model linear, uji statistik (uji t, uji F, dan koefisiensi determinasi R2) , uji asumsi klasik.

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta rata-rata memperoleh pendapatan sebesar RP 7.000.000; s/d Rp 8.000.000; tiap harinya, dengan modal rata-rata Rp. 170.000.000; s/d Rp 180.000.000; jam kerja rata-rata 7 jam per hari, pengalaman atau lama usaha rata-rata 16 tahun berdagang, jumlah tenaga kerja rata-rata 4 orang, tingkat pendidikan formal rata-rata lulusan SMA.

Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisiensi regresi secara parsial (uji t) menunjukkna 5 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan yaitu modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang. Uji F menunjukkan bahwa secara bersama-sama kelima variabel yaitu modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang berpengaruh terhadap pendapatan, selanjutnya dengan melihat uji F untuk membuktikan hipotesis kedua ternyata dari kelima variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta

Variabel modal memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan, melalui wawancara yang dilakukan sebagaian pedagang menggunakan modal sendiri serta para pedagang kesulitan dalam dana tambahan sebagai modal, maka hendaknya pedagang bisa melakukan pinjaman modal ke sumber lainnya misalkan bank, koperasi, BPR atau lembaga keuangan lainnya.

(13)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi dalam suatu Negara sangat penting karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mewujudkan perekonomian mandiri dan handal untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil dan merata. Namun pada kenyataannya perekonomian Indonesia pada saat ini dalam keadaan memprihatinkan. Masalah yang sering dialami adalah masalah ketenagakerjaan. Tidak semua penduduk dapat menawarkan tenaga kerja yang dimilikinya karena pekerjaan yang ditawarkan tidak sesuai dengan ketrampilan yang dimilikinya. Sehingga banyak diantara meraka yang memilih beralih bekerja di sektor informal.

(14)

commit to user

Adanya krisis ekonomi pada tahun 1998 semakin menambah beratnya beban pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan di sektor formal. Sektor informal merupakan alternatif yang digunakan untuk mengurangi banyaknya pengangguran yang ada karena lapangan pekerjaan yang semakin sempit dan sulit. Sektor informal memiliki peran yang cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pembangunan. Salah satu sektor informal yang tidak memerlukan ketrampilan khusus adalah berdagang. Karena dalam terjun ke dunia perdagangan seseorang harus mampu mandiri, mempunyai keuletan dalam bekerja agar dapat meningkatkan pendapatan. Usaha berdagang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan (Dhany, 2008:2).

Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya daptasi yang tinggi secara cepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan usaha agar sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan sulit sekalipun. Dibalik era perubahan yang terus menerus terjadi, tentunya peluang usaha yang ada harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam hal ini usaha di sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan yang sulit sekalipun. Dalam hal ini usaha di sektor informal diharapkan mampu mengidentifikasikan peluang yang muncul akibat adanya perubahan tersebut (Harsiwi:2003:2).

(15)

commit to user

cenderung bersaing untuk mencari peluang bisnis yang diharapkan mampu menambah pendapatan. Salah satu sektor informal yang tidak memerlukan ketrampilan khusus adalah berdagang, dalam hal ini adalah pedagang pasar. Namun mereka yang bekerja di sektor informal khususnya pedagang harus mampu mandiri dan ulet dalam bekerja agar dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang mempunyai kedudukan dan peranan yang paling strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Ada beberapa macam jenis kegiatan berdagang di sektor informal antara lain, pedagang pasar, pedagang kaki lima, pedagang makanan, dll.

Surakarta merupakan salah satu kota yang sedang berkembang setelah terjadi krisis moneter pada akhir tahun 1990-an. Banyak pembangunan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas umum untuk masyarakat, baik itu mall, pasar, taman, dan lain-lain.

(16)

commit to user

swasta tersebut memberikan alternatif bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas jual-beli sandang selain di Pasar Klewer. Keberadaan pusat perdagangan sandang baru tersebut tentunya akan mempengaruhi pusat perdagangan yang telah lebih dulu ada. Pasar dalam artian demand dari konsumen akan menjadi lebih sempit karena supply penyediaan fasilitas bertambah. Perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh tren berbelanja akan mempengaruhi pembagian wilayah pemasaran, mengingat fasilitas pendukung yang ditawarkan oleh pusat perdagangan sandang baru lebih baik. Pasar merupakan salah satu tempat yang ada di setiap kota di Indonesia, disamping untuk menunjang perekonomian masyarakat, pasar juga dapat memberikan kontribusi Pendapatan Asli daerah (PAD) suatu kota atau daerah. Walau sekarang banyak berdiri pusat perbelanjaan yang modern seperti mall, hypermart, indomart, alfamart tetapi pasar masih tetap bertahan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang saat ini masih menjaga keberadaan pasar, saat kota Surakarta dipimpin oleh Bapak Ir. Joko Widodo keberadaan pasar semakin terjaga. Hal ini dapat dilihat sekarang ini banyak pasar yang direvalitasi untuk menunjang perekonomian masyarakat. Kota Surakarta memiliki pasar kurang lebih sekitar 43 pasar yang tersebar di kota Surakarta, dari pasar yang besar sampai pasar yang kecil. hal ini membuktikan bahwa kota Surakarta juga sebagai kota perdagangan.

(17)

commit to user

(18)

commit to user

(19)

commit to user

7 Tabel 1.1

Kontribusi Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Penerimaan Retribusi Pelayanan Pasar Kota Surakarta Tahun 2005-2010 (%)

(20)

commit to user

Keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup masyarakat yang modern. Kenyataan yang ada di lapangan saat ini adalah di berbagai kota metropolitan bahkan kota – kota kecil di tanah air dengan mudahnya kita dapat menjumpai minimarket, supermarket, bahkan hypermarket disekitar tempat tinggal kita. Pasar modern menjanjikan kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja. Namun dibalik kesuksesan bisnis retail tersebut (pasar modern), terdapat persoalan khususnya untuk retail kelas menengah dan kelas kecil. Bahkan beberapa diantaranya memprotes ekspansi secara besar – besaran dari peritel kelas besar. Eksistensi pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata dari kegiatan ekonomi masyarakat disuatu wilayah.

(21)

commit to user

Di Surakarta juga terdapat pusat perdagangan, antara lain adalah Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), dan Beteng Trade Center (BTC) yang merupakan pusat pembelanjaan pakaian. Klewer merupakan pusat pembelanjaan terbesar di kota surakarta dan memiliki omset tertinggi. Pasar Klewer menyediakan berbagai jenis pakaian dan merupakan tempat kulakan. Banyak pendatang dari luar kota yang mendatangi Pasar Klewer untuk membeli barang dan menjualnya kembali dalam bentuk grosir maupun eceran. Biasanya di Pasar Klewer hanya melayani pembeli dalam bentuk grosir. Jarang sekali terdapat pedagang yang melayani pembeli dalam bentuk eceran. Selain Pasar Klewer terdapat pusat pembelanjaan pakaian lainnya yaitu Pusat Grosir Solo (PGS). Masyarakat lebih mengenalnya dengan PGS. PGS merupakan pasar modern yang terdiri dari 3 lantai dan memiliki fasilitas yang memadai, seperti tersedianya eskalator, tempat parkir yang luas dan sistem pengambilan tiket parkir yang modern. PGS menyediakan berbagai macam pakaian, sandal, sepatu, accesories, macam- macam makanan, dan lain lain. Tepatnya disamping PGS terdapat pusat pembelanjaan yaitu Beteng Trade Center (BTC) atau masyarakat lebih mengenalnya dengan Pasar Beteng.

(22)

commit to user

terdapat ratusan kios yang menjual kain textile dengan sistem timbangan atau kiloan, jadi tidak salah apabila tempat ini menjadi pusat perkulakan kain bagi warga Solo dan sekitarnya bahkan ada juga yang dari kota Semarang, Jogja, Ngawi bahkan dari kota Tegal, disamping harganya yang relatif murah juga lengkap pilihanya. Belanja di BTC bukan sekedar transaksi jual beli, Keunikan suasana khas pasar tekstil tradisional yang dikemas dengan fasilitas modern dan layanan yang prima, memberikan pengalaman berbelanja yang berkesan bagi pengunjungnya. Pasar tekstil tradisional dimanapun

tempatnya, selalu identik dengan nuansa yang “padat”. Selain terkenal

(23)

commit to user

Dengan bertitik tolak pada masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan sektor di sektor informal, karena kurangnya lapangan pekerjaan di sektor formal khususnya di kota Surakarta dan uraian yang dijelaskan tersebut, maka peneliti menyusun

penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Pedagang Kain Di Beteng Trade Center ( BTC ) Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah variabel modal, Jam kerja, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta ? 2. Apakah variabel modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan

pendidikan pedagang secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

(24)

commit to user

2. Untuk mengetahui apakah variabel modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang secara bersama-sama mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta secara parsial.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Memberi informasi yang mendukung teori-teori tentang kesempatan kerja di sektor informal khususnya pedagang kecil dan menengah.

2. Pemerintah Daerah

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi instansi yang berwenang untuk pengembangan dan pembinaan sektor informal khususnya pedagang di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.

3. Pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi khususnya pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta untuk lebih meningkatkan usahanya, memperbaiki manajemen usahanya dalam rangka peningkatan pendapatan yang diperoleh serta pemkembangan usaha. 4. Masyarakat

(25)

commit to user

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar

1. Pengertian Pasar

Dalam kehidupan sehari-hari, pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli. Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar tidak dikaitkan dengan masalah tempat, akan tetapi lebih dititikberatkan pada kegiatan apabila ada jual beli disebut pasar, dan apabila tidak ada jual beli maka disebut bukan pasar. Pasar dapat dibentuk dimana saja dan kapan saja misalnya di dalam bis, di terminal, di halte, dan lain-lain. Bahkan transaksi jual beli bisa terjadi melalui televisi, radio, telepon, serta internet. Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual dan pembeli dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat yaitu adanya penjual, adanya pembeli, adanya barang yang diperjualbelikan, adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Pengertian Pasar menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai berikut : a. Dalam ilmu ekonomi, pasar diartikan secara lebih luas. Pasar meliputi

“pertemuan” antar pembeli dan penjual dimana antar keduanyatidak

(26)

commit to user

b. Hasibuan (1993: 12) secara sederhana pengertian pasar adalah pertemuan antara penjual dan pembeli. Pengertian pasar tersebut adalah dipandang secara nyata. Sedangkan secara abstrak, pasar adalah ratusan atau ribuan perusahaan dalam suatu industri yang melakukan transaksi perdagangan dalam waktu tertentu.

c. Pasar dalam arti sempit adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Contohnya adalah Pasar Klewer di Solo, Pasar Beringharjo di Jogjakarta. Pasar dalam arti interaksi permintaan dan penawaran adalah tidak hanya karena adanya penjual dan pembeli dari sebuah barang dan jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw, 2007: 75).

Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual dan pembeli mempunyai peran dan fungsi penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar dalam kegiatan ekonomi ada tiga macam yaitu :

1) Fungsi distribusi

(27)

commit to user

mudah, sehingga jika pasar dapat berfungsi dengan baik maka kegiatan distribusi dapat berjalan lancar.

2) Fungsi pembentukan harga

Sebelum terjadi transaksi jual beli, terlebih dahulu dilakukan tawar-menawar sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Dalam proses tawar-menawar itulah keiginan kedua belah pihak (penjual dan pembeli) bertemu untuk menentukan kesepakatan harga atau disebut harga pasar.

3) Fungsi promosi

Pasar merupakan sarana paling tepat untuk mengadakan promosi karena di pasar banyak dikunjungi pembeli. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya memasang spanduk, membagikan brosur, member sampel produk kepada calon konsumen, dan lain-lain.

2. Jenis – jenis Pasar

Di dalam perekonomian, bentuk-bentuk pasar dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan monopolistik, dan pasar oligopoli ( Sadono, 1996 : 227 ). a. Pasar Persaingan Sempurna

(28)

commit to user

1) Perusahaan adalah price taker

2) Perusahaan mudah keluar masuk pasar

3) Menghasilkan barang yang serupa terdapat banyak perusahaan di pasar.

b. Pasar Monopoli

Adalah suatu pasar yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut ; 1) Hanya ada satu penjual

2) Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat mengganti output yang dijual monopolist.

3) Penjual sebagai price maker

4) Ada halangan (baik alami maupun buatan) bagi penjual lain untuk memasuki pasar

c. Pasar Persaingan Monopolistik

Yaitu struktur pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak. Adapun ciri-cirinya antara lain :

1) Terdapat banyak penjual

2) Barangnya bersifat berbeda corak

3) Perusahaan memiliki sedikit kekuasaan mempengaruhi harga 4) Relatif mudah memasuki pasar

d. Pasar Oligopoli

(29)

commit to user

industri. Biasanya struktur dari industri dalam pasar oligopoli adalah terdapat beberapa perusahaan raksasa yang menguasai sebagian besar pasar oligopoli. Di samping itu terdapat pula beberapa perusahaan kecil. Adapun ciri-ciri pasar oligopoli adalah :

1) Menghasilkan barang standar atau berbeda corak 2) Kekuasaan menentukan harga

3) Perusahaan perlu melakukan promosi berupa iklan, terutama oleh perusahaan yang menghasilkan barang yang berbeda corak.

B. Definisi Pasar Tradisional dan Pasar Modern

1. Definisi Pasar Tradisional

Menurut Perda No.02 tahun 2009, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, Bdan Umum Milik Los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan dengan tawar-menawar.

(30)

commit to user

(barcode) , berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.wikipedia.org). Kita dapat membedakan antara pasar tradisional dengan pasar modern, jika kita melihat definisi diantara kedua pasar tersebut. Akan tetapi, dengan menjamurnya pasar-pasar modern yang semakin banyak mengakibatkan pedagang-pedagang pasar tradisional gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan pasar modern yang kita lihat sendiri dari segi modal jauh lebih besar daripada pedagang pasar tradisional yang bermodalkan kecil. Sehingga baik dari segi harga dan kualitas jauh lebih murah dan lebih bagus pasar modern, karena pelayanan di pasar modern yang lebih baik dan lebih nyaman. Sedangkan pasar tradisional tidak senyaman pasar modern karena pasar tradisional terkenal becek, bau, dan sebagainya. 2. Definisi Pasar Modern

Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannyadilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.

(31)

commit to user

kebutuhan sehari-hari secara eceran langsung kepada pembeli akhir dengan cara swalayan yang luas lantai usahanya kurang dari 400 m2 (Perda No. 02/2009 Bab I mengenai Toko Modern).

C. Sektor Informal

Sektor informal memiliki pengertian dan kriteria yang sangat luas. Hal tersebut merupakan pencerminan bentuk dan latar belakang keberadaan sektor informal yang beragam. Sektor informal digambarkan suatu kegiatan usaha berskala kecil yang dikelola oleh individu-individu dengan tingkat kebebasan yang tinggi dallam mengatur cara bagimana dan dimana usaha tersebut dijalankan. Sektor informal juga didefinisikan sebagai sektor yang tidak menerima bantuan dari pemerintahan; sektor yang belum menggunakan bantuan ekonomi dari pemerintahan meskipun bantuan itu tersedia; dan sektor yang telah menerima bantuan ekonomi dari pemerintah namun belum sanggup berdikari (Soetjipto,1985:5)

(32)

commit to user

informal diharapkan dapat berdiri sebagai penyangga antara kesempatan kerja dan pengangguran.

Sejalan dengan itu Sethuraman dalam Kurniadi dan Tangkilisan memberikan definisi teoritis mengenai keberadaan sektor informal yang terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan dalam usahanya itu sangat diharapkan sebagai kendala seperti faktor modal baik fisik maupun manusia (pengetahuan) dan faktor ketrampilan. Secara umum sektor informal tidak hanya menyangkut aktivitas dari suatu individu namun juga merupakan suatu sistem ekonomi.

(33)

commit to user

mendapat upah (Wage Eaner) dan mereka yang bekerja mandiri (Self Emploiyer). Kategori buruh yang dibayar atau yang tidak dibayar atas dasar upah yang permanen memunculkan dua bentuk peluang kerja yang dimudian dikelompokkan kedalam sektor formal dan sektor informal (Rachbini dan Hamid, 1994: 1). Dengan kata lain fenomena dari skctor informal merupakan suatu gambaran unik dari wajah ekonomi kota. Dimana terdapat suatu komunitas masyarakat yang didak mempunyai akses terhadap sektor ekonomi formal, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Kegiatan usahanya umumnya sederhana, tidak tergantung pada kerja sama banyak orang dan sistem pembagian kerja yang tepat. Dengan demikian dapat dilakukan oleh perseorangan atau keluarga atau usaha bersama atas dasar kepercayaan tanpa perjanjian tertulis.

b. Skala usahanya relatif kecil

Modal kerja dan omset penjualan umumnya kecil serta dapat dilakukan secara bertahap.

c. Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki ijin usaha seperti halnya dalam bentuk sektor formal.

d. Bekerja disektor informal umumnya lebih mudah dibandingkan disektor formal.

Seseorang dapat memulai dan melakukan sendiri usahanya asalkan ia mempunyai keinginan dan kesediaan untuk itu, misalnya disebabkan oleh adanya hubungan keluarga.

(34)

commit to user

f. Keterkaitan sektor informal dengan usaha lain sangat kecil.

Kebanyakan usaha kecil sektor informal berfungsi sebagai produsen atau penyalur kecil yang langsung melayani konsumen. Pendeknya jalur usaha tersebut justru membuat resiko usaha semakin besar dan sangat mudah berpengaruh dengan perubahan yang terjadi pada konsumen.

g. Usaha sektor informal sangat beraneka ragam seperti pedagang kaki lima, pedagang asongan, tukang becak, dan lain-lain.(Simanjuntak, 1996: 115-117).

Dari studi yang dilakukan oleh Magdalena (dalam Yustika, 2000: 194) disimpulkan beberapa ciri pokok mengenai sektor informal yang tidak jauh berbeda dengan pendapat yang diutarakan oleh Simanjuntak, yaitu:

a. Mempunyai kegiatan yang tidak terorganisir secara baik, karena kegiatan usahanya timbul tanpa adanya bantuan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia disektor formal.

b. Secara umum aktivitas usaha ini tidak mempunyai surat ijin usaha.

c. Mempunyai kegiatan usaha yang tidak teratur secara baik dari segi lokasi maupun jam kerja.

d. Secara umum kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak menyentuh pelaku ekonomi sektor ini.

e. Kegiatan usahanya berganti ganti dari satu sub sektor ke sub sektor lainnya.

f. Menggunakan teknologi sederhana (tradisional).

(35)

commit to user

h. Usaha didasarkan atas pengalaman sehingga pendidikan tidak terlalu dibutuhkan.

i. Secara umum usahanya dilakukan oleh satu orang, one man enterprice dan pekerjaannya direkrut dari keluarga.

j. Hasil produksi atau jasa pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat menengah kebawah.

D. Pendapatan

Pendapatan merupakan hasil yang didapat karena seseorang telah berusaha sebagai ganti atas jerih payah yang telah dikerjakannya. Pendapatan industri adalah pendapatan yang diperoleh karena telah mengorganisasikan seluruh faktor produksi yang telah dikelolanya. Pendapatan yaitu pemasukan yang telah diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya atau dalam persamaan matematika dapat dinyatakan (William A. Eachern, 2000:98) :

TR = Q x P

Dimana,

(36)

commit to user

Pendapatan bersih merupakan pendapatan bruto setelah dikurangi dengan biaya-biaya dalam proses produksi. Biaya yang dimaksud adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang dikeluarkan saat proses produksi berlangsung demi untuk menghasilkan suatu produk tertentu (Mulyadi, 1990:7). Biaya ini merupakan pengorbanan yang secara otomatis tidak dapat dihindari dalam proses produksi.

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga (Boediono, 2002:89), yaitu:

a. Gaji dan Upah

Yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu, maupun satu bulan.

b. Pendapatan dan usaha sendiri

Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar. Usaha disini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga. Tenaga kerja berhasil dari anggota keluarga sendiri serta nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.

c. Pendapatan dari usaha lain

(37)

commit to user

lain, pendapatan dari pensiun. Setiap pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan tujuan memperoleh laba atau menghindari kerugian.

Untuk mengukur tingkat pendapatan dapat dilihat dari jumlah barang dan jasa yang dihasilkan banyak dan mempunyai nilai jual yang tinggi dan biaya produksi yang rendah, maka dengan sendirinya tingkat keuntungan yang diperoleh akan tinggi.

E. Pengertian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang

a. Modal

Modal merupakan barang-barang produksi tahan lama yang pada gilirannya digunakan sebagai input produktif untuk produksi lebih lanjut (Samuelson, 1996:317), modal adalah proses produksi tidak langsung, investasi barang modal adalah proses produksi tidak langsung, investasi barang modal dari penundaan konsumsi sekarang untuk meningkatkan konsumsi masa depan. Jadi modal juga terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan dalam menjalankan proses produksi, maka biaya itu termasuk kedalam modal. Modal adalah segala bentuk kekayaan berupa barang dan uang yang bisa didapatkan sendiri maupun pihak lain berupa pinjaman (Suparmoko,1993:96). Modal terdiri dari : 1) Modal usaha adalah kapital semua bentuk kekayaan yang dapay

(38)

commit to user

adalah kios, peralatan, modal lancar seperti uang kas dan barang dagangan.

2) Modal kerja adalah kapital yang diperlukan untuk membelanjai operasi sehari-hari atau disebut biaya tetap suatu usaha. Contohnya uang gaji pegawai dimana uang tersebut akan kembali lagi melalui penjualan. Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan pasif. Modal aktif adalah modal yang tertera dalam debit neraca, yang menggambarkan sumber dana yang diperoleh. Berdasarkan fungsi kerjanya, modal aktif dapat dibedakan dalam modal kerja dan modal tetap. Perbedaan fungsional antara modal kerja dan modal tetap adalah adalah aturan bahwa (Ismawan,1997:20) : 1) Jumlah modal kerja adalah fleksibel. Jumlah modal kerja dapat lebih

mudah diperbesar atau diperkecil, sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan modal tetap sekali dibeli tidak mudah dikurangi atau diperkecil. Dalam keadaan gelombang ekonomi yang menurun, modal kerja dapat dengan segera dikurangi, tetapi modal tetap tidak dapat segera dikurangi sehingga selalu ketinggalan waktunya. Demikian pula sebaliknya dalam keadaan gelombang ekonomi naik, modal tetap tidak dapat segera diperbesar atau disesuaikan.

(39)

commit to user

3) Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang pendek, sedangkan modal tetap terus mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang panjang.

b. Jam kerja

Jam kerja adalah waktu yang dimanfaatkan seseorang untuk memproduksi barang atau jasa tertentu. Adapun waktu yang dimaksud disini adalah lamanya jam yang benar-benar digunakan seseorang untuk kegiatan produktif, maka ia akan menghasilkan produk barang yang semakin banyak yang berarti meningkatkan pendapatan mereka. Jones dan Bondan telah membagi lama kerja seseorang menjadi satu minggu menjadi tiga kategori (Aris Ananta: 1990: 175) :

1) Seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu, dikategorikan bekerja di bawah jam kerja normal.

2) Seseorang yang bekerja antara 35-45 jam per minggu, dikategorikan bekerja pada jam kerja normal.

3) Seseorang yang bekerja diatas 45 jam per minggu, dikategorikan bekerja dengan jam kerja panjang.

(40)

commit to user

bahwa semakin banyak jam kerja maka kemungkinan akan semakin banyak pula pendapatan yang diperoleh karena kesempatan yang digunakan dalam bekerja semakin banyak.

c. Pengalaman Usaha

Jangka waktu pengusaha dalam melakukan usahanya memberikan pengaruh penting bagi pemilihan strategi dan cara melakukan usahanya, dan sangat bervariasi antara pengusaha satu dengan pengusaha yang lain. Pengusaha yang lebih lama dalam melakukan usahanya akan memiliki strategi yang lebih matang dan tepat dalam mengelola, memproduksi, dan memasarkan produknya. Karena pengusaha yang memiliki jam terbang tinggi didalam usahanya akan memiliki pengalaman, pengetahuan serta mampu mengambil keputusan dalam setiap kondisi dan keadaan. Selain itu, pengusaha dengan pengalaman dan lama usaha yang lebih banyak, secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau koneksi yang luas yang berguna dalam memasarkan produknya (Bambang, 2009:24).

d. Jumlah Tenaga Kerja

(41)

commit to user

e. Tingkat Pendidikan Pedagang

Tingkat pendidikan seseorang diduga akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya dalam bekerja. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja, akan tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada disekitar demi kelancaran pekerjaan. Asumsi dasar teori Human Capital bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilan dengan cara meningkatkan tingkat pendidikannya (Simanjuntak, 1985:59). Apabila ketrampilan yang dimiliki meningkat maka pedagang akan dapat meningkatkan keuntungannya.

F. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan ini, antara lain :

1. Salamatun Asakdiyah dan Tina Sulistyani (2001) dengan judul penelitian “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta”. Dalam penelitian ini

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan

pedagang pasar tradisional di Kota Yogyakarta digunakan variabel analisis

yang terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Dalam penelitian ini

tingkat pendapatan digunakan sebagai variabel terikat, sedangkan jumlah

modal usaha, jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, dan lama usaha

(42)

commit to user

pendapatan pedagang pasar dapat dicari dengan cara menghitung rata-rata

tingkat pendapatan dari ketiga kelompok pedagang pasar di Kota

Yogyakarta yang meliputi: Pasar Demangan, Pasar Kranggan, Pasar

Sentul, dan Pasar Prawirotaman. Demikian pula untuk mengetahui

seberapa jauh jumlah modal usaha yang digunakan, jam kerja yang

dijalankan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta lama usaha yang

telah ditekuni pedagang pasar. Hal ini dapat dicari dengan cara

menghitung rata-rata dari masing-masing variabel.

2. Wulaningsih (2005) dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Pedagang Pasar Klewer

Surakarta” menunjukkan bahwa variabel total penjualan, modal kerja,

(43)

commit to user

pelanggan tetap, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, letak kios, status persaingan, dan jenis kelamin. Sedangkan sisanya 31,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

(44)

commit to user

perdagangan pasar cukup prospektif sebagai sumber penghasilan yang memungkinkan pelakunyamemperoleh pendapatan yang layak.

4. Retno Dewi Wijayanti dengan penelitian “ faktor-faktor yang

mempengaruhi keuntungan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo”

pada tahun 2005. Ia menggunakan 75 responden yaitu pedagang kaki lima di kawasan alun-alun Setya Negara Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pedagang, pengalaman usaha, jam kerja, lokasi berdagang, cara berdagang, dan jenis dagangan terhadap keuntungan pedagang kaki lima. Hasilnya yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan adalah faktor jam kerja, lokasi usaha, dan cara berdagang. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap keuntungan pedagang kaki lima adalah umur pedagang, pengalaman usaha, dan jenis barang dagangan.

5. Penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo (studi

kasus di pasar nguter kecamatan nguter) “ oleh Nur Rahmat Wahyudi pada

(45)

commit to user

Sukoharjo. Penelitian ini menghasilkan bahwa variabel modal adalah variabel yang paling besar berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang.

G. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan gambar 2.1 diatas maka dalam penelitian ini meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta. Pendapatan pedagang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni modal, jam kerja, pengalaman/ lama usaha, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang.

Modal dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin banyak modal yang dimiliki, maka seorang pedagang akan dapat memperbesar usahanya dan menambah pendapatan usahanya.

Modal

Jam Kerja

Pengalaman Usaha

Jumlah Tenaga Kerja

Pendidikan Pedagang

(46)

commit to user

Jam kerja dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin lama seorang pedagang membuka usahanya, maka usahanya akan banyak dicari. Hal ini dikarenakan banyak orang yang tidak bisa belanja pada waktu jam kerja maka konsumen akan belanja pada waktu sehabis pulang kerja. Dan apabila pedagang membuka usahanya sampai sehabis jam kerja maka akan dicari oleh konsumen yang tidak punya waktu pada siang hari untuk berbelanja dan hal ini juga akan pempengaruhi pendapatan pedagang.

Pengalaman/lama usaha dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin lama seorang pedagang menekuni usahanya, maka nama dari usahanya akan semakin terkenal dan dikenal banyak orang, sehingga banyak orang yang datang untuk membeli, hal itu berpengaruh pada omset penjualan sehingga dapat meningkatkan pendapatan pedagang. Hal ini juga diperkuat oleh asumsi konsumen bahwa pedagang yang punya pengalaman banyak dalam arti ini lama membuka usahanya maka kualitas barang dagangannya bagus.

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses produksi, dimana semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melayani pembeli semakin cepat pembeli dilayani sehingga dapat meningkatkan pendapatan pedagang.

(47)

commit to user

H. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diujikan

kebenarannya. Dalam penelitian ini ditemukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga faktor modal, jam kerja, pengalaman/lama usaha, jumlah tenaga

kerja, dan pendidikan pedagang berpengaruh positif terhadap pendapatan

pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.

(48)

commit to user

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta yang terletak di Jl. Mayor Sunaryo No. 1 (Beteng), Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.

B.Jenis dan Sumber Data

Data yang diperoleh meliputi data primer dan data sekunder

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara secara langsung di lapangan yang dipandu dengan daftar pertanyaan (kuesioner) atau angket yang dibuat sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sumber dari penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.

2. Data sekunder adalah data yang digunakan dalam penelitian yang didapatkan sacara tidak langsung antara lain dari BPS Kota Surakarta, Pengelola Beteng Trade Center (BTC) , jurnal penelitian, media massa, dan studi kepustakaan.

C.Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengambilan Sampel

(49)

commit to user

diduga. Sedangkan sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi.

Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan penarikan sampel berstrata. Artinya bahwa populasi yang ada disekat-sekat menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis barang dagangan. Menurut Lexy (95:165) bahwa pada penelitian non kualitatif, sampel itu dipilih dari suatu populasi yang dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi sampel benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi. Berdasarkan data dari pengelola Beteng Trade Center (BTC) Surakarta, jumlah pedagang kain di Beteng Trade Center 650 pedagang, sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 87 responden. Jumlah 87 responden tersebut dengan pertimbangan bahwa sampel dapat mewakili dari keseluruhan populasi yang ada. Pengambilan sampel terkecil sebanyak 87 pedagang merupakan pembulatan dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, et. Al, 1993: 161) sebagai berikut :

(50)

commit to user

Dimana :

n : ukuran sampel N : ukuran populasi

e : nilai kritis atau batas kesalahan yang diinginkan, yaitu sebesar 10%.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan : a) Wawancara

Pengumpulan data dan informasi dengan cara menanyakan secara langsung kepada para pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta untuk melengkapi data yang diperlukan yang telah tertulis dalam kuesioner.

b) Observasi

Pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian sehingga dapat mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk proses penyelesaian penelitian ini.

c) Studi Pustaka

(51)

commit to user

D.Definisi Operasional Variabel

Variabel dari penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi variabel bebasnya. Dan variabel yang mempengaruhi variabel terikatnya, variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan, pendapatan adalah hasil yang diterima setiap harinya oleh pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta, diukur dalam satuan rupiah. Sedangkan variabel independennya adalah :

a. Modal adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh pedagang untuk pertama kalinya dalam memulai usaha, dengan satuan rupiah

b. Jam kerja adalah waktu yang dimanfaatkan seseorang untuk memproduksi barang atau jasa tertentu adalah waktu lama responden melakukan kegiatan perdagangan setiap harinya, dengan satuan jam.

c. Pengalaman/lama usaha adalah jangka waktu yang ditempuh pedagang mulai membuka usahanya sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Lama usaha diukur dalam satuan tahun.

d. Jumlah Tenaga Kerja yaitu orang yang bekerja baik itu keluarga maupun

pegawai yang membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah atas tenaga yang digunakannya, jadi dalam variabel tenaga kerja ini yang masuk dalam pengolahan data yakni orang yang bekerja baik itu keluarga maupun orang lain.

e. Pendidikan pedagang, adalah jangka waktu yang ditempuh oleh pedagang

dalam menempuh pendidikan formal. Tingkat pendidikan diukur dalam

(52)

commit to user

E.Metode Analisis Data

Dalam menguji hipotesa, dalam penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda yaitu analisis peramalan yang menggunakan lebih dari satu variabel bebas.

a. Analisis Model Linear Berganda

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta, maka digunakan model regresi berganda (Multiple Regression). Hal ini dikarenakan penggunaan variabel yang lebih dari satu (Multivariabel), dan dapat dirumuskan sebagai berikut (Gujarati,1999:157) :

Y : β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3+ β4 X4+β5 X5 + e ... (3.1)

Dimana: Y : Pendapatan

β0 : Intersep

β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien Regresi X1 : Modal

X2 : Jam Kerja

X3 : Pengalaman

X4 : Jumlah Tenaga Kerja

X5 : Pendidikan Pedagang

(53)

commit to user

Selanjutnya dengan ordinary least square akan diperoleh koefisien regresi tersebut dilakukan pengujian. Untuk menguji hipotesis tersebut, peneliti menguji dengan uji t, uji F, dan uji asumsi klasik.

1. Alat Uji yang digunakan

Selain menganalisis hubungan variabel bebas dengan variabel tidak bebas maka diadakan pengujian terhadap hipotesis. Teori pengujian hipotesis berkenaan dengan pengembangan aturan atau periode untuk memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis.

Dalam penelitian ini menggunakan pengujian sebagai berikut : a. Uji statistik

1) Uji t

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, langkah-langkahnya sebagai berikut (Gujarati,1999:73) :

a) Ho : β1 = 0 (tidak signifikan)

Ha : βi ≠ 0 (signifikan) b) Nilai tabel :

α = derajat signifikansi

N = jumlah data yang diobservasi

(54)

commit to user

c) Kriteria pengujian

Daerah ditolak Daerah diterima Daerah ditolak

-t (α/2, N-2 ) t(α/2,N-2)

Gambar 3.1 Uji t

Ho diterima apabila –t(α/2,N-2) ≤ t hitung ≤ t(α/2,N-2) Ho ditolak apabila –t hitung ≤ -t(α/2,N-k) atau t hitung ≥

t(α/2,N-2) d) Rumus

T hitung = e) Kesimpulan

Apabila t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel maka Ho ditolak, berarti signifikan.

(55)

commit to user

2) Uji F

Digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-samaterhadap variabel dependen secara signifikan atau tidak. Prosedurnya sebagai berikut (Gujarati,1999:73) :

a) Menentukan Hipotesis

Ho : β1= β2= β3= β4= β5 = 0

(tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama)

Ha : β1≠ β2≠ β3≠ β4≠ β5≠ 0

(ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama).

b) Tingkat keyakinan (level of significance) α = 0,05%

Nilai F tabel ={ a; (N – K) ; (K – 1) } Keterangan :

N : jumlah sampel K : banyaknya parameter

Keterangan :

(56)

commit to user

c) Kriteria Pengujian

Gambar 3.2 Uji F

F tabel = Fα;n-k; k-1

Ho diterima apabila F tabel ≤ F (α; n-k; k-1) Ho ditolak apabila F tabel > F (α; n-k; k-1) d) Kesimpulan

Ho diterima apabila F hitung ≤ F tabel

Ho ditolak apabila F hitung > F tabel 3) Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini digunakan untuk menghitung seberapa besar variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Koefisien regresi yang digunakan adalah R² yang telah memperhitungkan jumlah variabel bebas dalam suatu model regresi arau R² yang telah disesuaikan (Adjusted R2 atau R-2). Nilai R2 dapat dihitung (Gujarati,1999:44)

Ho diterima Ho ditolak

(57)

commit to user

Keterangan :

N : jumlah sampel K : banyaknya variabel R2 : R-square

R-2 : adjusted R-square

Koefisiensi R² dihitung dengan criteria pengujian 0 ≤ R² ≤ 1 dimana nilai R² antara 0 dan 1, dan R² selalu positif. Jika nilai R2 sebesar 1 berarti hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen bersifat sempurna, jika nilainya sebesar 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

b. Uji asumsi klasik

Dalam regresi linear klasik terdapat faktor pengganggu, model yang baik mengharapkan faktor-faktor pengganggu tidak muncul. Untuk mengetahui ada tidaknya faktor pengganggu dalam suatu model, maka digunakan pengujian asumsi klasik terhadap model tersebut. Uji asumsi yang digunakan adalah :

a) Uji Multikolinearitas

(58)

commit to user

menggunakan korelasi parsial dengan cara melihat besarnya R2 dan r2. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan meregresi tiap variabel bebas dengan variabel bebas lainnya, yang akan menghasilkan r2 pada setiap regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Apabila R2 yang dihasilkan dalam suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen, hal ini salah satu yang menyebabkan terjadi multikolinearitas (Gujarati,1999:157).

b) Heteroskedastisitas

(59)

commit to user

independen tidak signifikan secara statistik tidak mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Gujarati,1999:157).

c) Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Adanya autokorelasi antara variabel gangguan menyebabkan penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Uji autokorelasi dapat diketahui dari nilai Durbin – Watson (DW). Jika nilai DW hitung lebih besar dari nilai DU pada tabel DW maka disimpulkan tidak terjadi Autokorelasi. Hipotesis yang akan dibuktikan adalah (Gujarati,1999:157) :

Ho = tidak terdapat autokorelasi positif dalam model regresi

(60)

commit to user

Gambar 3.3 Kriteria Pengujian Autokorelasi

Daerah penolakan Ho dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Jika Dw hitung terletak didaerah I disimpulkan terjadi autokorelasi negatif

 Jika DW hitung masuk ke daerah II maupun IV maka tidak dapat disimpulkan karena masuk daerah ragu-ragu

 Jika DW hitung masuk daerah III maka disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Daerah ini merupakan derah penerimaan Ho

 Jika DW hitung terletak di daerah IV maka disimpulkan terjadi autokorelasi positif.

Tidak ada autokorelasi Ragu-

ragu Autokolerasi

positif

Ragu- ragu

Autokolerasi negatif

(61)

commit to user

49

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Deskripsi Kota Surakarta ditinjau dari aspek Geografis, Demografi, Sosial, dan Ekonomi berdasarkan BPS Kota Surakarta adalah :

1. Keadaan Geografis

a. Letak Geografis

Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah, terletak di antara 110°15ʺ Bujur Timur dan 7°36ʺ Lintang Selatan. Sekitar 65 Km Timur Laut Yogjakarta dan 100 Km Tenggara Semarang. Kota Surakarta ini berada didaerah rendah (±92 m dari permukaan laut) yang diapit oleh Gunung Merapi di barat dan Gunung Lawu di timur.

Batasan wilayah Surakarta secara administrasi ialah : Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar b. Luas Wilayah

(62)

commit to user

Kelurahan), Serengan (7 Kelurahan), Pasar Kliwon (9 Kelurahan), Jebres (11 Kelurahan), dan Banjarsari (13 Kelurahan).

Tabel 4.1

Kecamatan dan Kelurahan di Kota Surakarta

No Kecamatan Kelurahan

1 Laweyan Pajang, Laweyan, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Sandakan, Kerten, Karangasem, Jajar

2 Serengan Joyontakan, Danukusuman, Serengan, Tipes, Kratonan, Jayengan, Kemlayan

3 Pasar Kliwon Joyosuran, Semanggi, Pasar Kliwon, Gajahan, Baluwarti,Kampung Baru, Kedung Lumbu,Karangasem, Sangkrah, Kauman

4 Jebres Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Sudiroprajan, Gandekan, Sewu, Pucang Sawit, Jagalan, Purwodiningrat, Tegalharjo, Jebres, Mojosongo

5 Banjarsari Kadipiro, Nusukan, Gilingan, Stabelan, Kestalan, Keprabon, Timuran, Ketelan, Punggawan, Mangkubumen, Manahan, Sumber, Banyuanyar

Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2011)

(63)

commit to user

c. Keadaan Wilayah 1) Keadaan Iklim

Di Kota Surakarta, suhu udara rata-rata berkisar antara 24,7°C sampai dengan 27,9°C. tingkat kelembaban udara berkisar antara 64% sampai dengan 85%. Pada bulan Februari terjadi hujan terbanyak, yaitu sebesar 23 hari. Untuk curah hujan terbanyak sebesar 699 mm, yang jatuh pada bulan Oktober. Sedangkan rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar juga terjadi pada bulan November, yaitu sebesar 33,1 m per hari hujan (BPS, Surakarta Dalam Angka 2008).

2) Keadaan Tanah

Keadaan wilayah Kota Surakarta secara umum adalah datar, hanya di bagian utara dan timur yang agak bergelombang dengan ketinggian kurang lebih 92 meter diatas permukaan laut. Jenis tanah sebagian merupakan tanah liat berpasir termasuk Regosol kelabu dan Alluvial, di bagian utara berupa tanah liat Grumosol serta bagian timur laut tanahnya Litosol Mediteranian.

2. Keadaan Demografi

(64)

commit to user

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kota Surakarta Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pertumbuhan Tahun 2004-20011

Tahun Jenis Kelamin Jumlah Rasio Jenis Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2011)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 adalah 522.935 jiwa yang terdiri 247.245 orang penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 275.690 orang penduduk berjenis kelamin perempuan. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk lima tahun sebelumnya pada tahun 2004 hasil sensus sebesar 510.711 jiwa, berarti dalam lima tahun terakhir Kota Surakarta mengalami kenaikan sebanyak 12.224 jiwa.

(65)

commit to user

3. Keadaan Sosial Ekonomi

a. Keadaan Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.3 berikut ini dapat dijelaskan bahwa penduduk di Kota Surakarta paling banyak adalah tamatan SMA, yaitu sebanyak 129.914 jiwa. Penduduk dengan tingkat pendidikan tamatan SMP menduduki tempat kedua dengan jumlah 109.036. sedangkan penduduk yang tidak bersekolah atau tidak mempunyai tingkat pendidikan adalah sebesar 44.165 jiwa. Keadaan pendidikan penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat melalui tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3

Banyaknya Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan 2011

1 Tamat Akademi/PT 49.798

Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2011 b. Kondisi Perekonomian

(66)

commit to user

Surakarta tahun 2010-2011 berdasarkan harga konstan 2000 dapat dilihat dalam tabel 4.4 :

Tabel 4.4

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan UsahaAtas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2010-2011

(Jutaan Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011

1 Pertanian 2.908,82 2.911,03

2 Penggalian 1.832,36 1.809,03

3 Industri Pengolahan 1.277.210,09 1.312.945,81 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 119.194,83 128.648,33

5 Bangunan 671.926,81 717.165,29

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

1.367.808,36 1.466.845,97 7 Pengangkutan dan Komunikasi 514.407,73 549.760,87 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

518.980,77 567.860,96

9 Jasa-Jasa 629.616,47 663.965,04

Total 5.103.886,24 5.411.912,32

Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2011)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa PDRB Kota Surakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari semua sector tersebut, industry perdagangan memberikan kontribusi paling besar pada PDRB Kota Surakarta baik pada tahun 2010 maupun tahun 2011. Sedangkan sector yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sector penggalian sebesar 1.832,36 dan 1.809,03 pada tahun 2010-2011. Rendahnya kontribusi sector ini dikarenakan Kota Surakarta tidak memiliki pertambangan.

(67)

commit to user

c. Jumlah Industri

Perkembangan jumlah industry di Kota Surakarta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Tabel 4.5

Banyaknya Industri di Kota Surakarata tahun 2011

No Cabang Industri/Bidang Usaha Jumlah Unit Usaha

2008 2009

Total Industri 5.677 5.945

Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, 2011

Pada tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 jumlah unit

B. Gambaran Umum Beteng Trade Center ( BTC ) Surakarta

(68)

commit to user

belum cukup ramai. Pada tahun 1998-1999 terjadi reformasi besar-besaran yang terjadi di seluruh daerah di Indonesia termasuk di Kota Surakarta, yang berakibat lumpuhnya perekonomian semua daerah di Indonesia karena terjadi penjarahan dan pembakaran yang rata-rata diserang adalah pusat perbelanjaan dan fasilitas umum. Tetapi setelah tahun 1999 sedikit demi sedikit para pelaku ekonomi bangkit dari keterpurukan dan mulai membangun lagi usahanya yang telah dirintis untuk menumbuhkan perekonomian yang telah terpuruk termasuk para pelaku ekonomi di daerah Surakarta. Pada waktu itu Beteng Trade Center (BTC) Surakarta belum cukup ramai seperti sekarang, dulu cuma beberapa pedagang kain saja yang mendirikan usahanya di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta, tetapi semakin lama banyak pedagang yang membuka usahanya di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.

(69)

commit to user

khusus untuk berjualan baju batik. Total dari pedagang yang berjualan di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta adalah sekitar 1000-an pedagang.

C. Karakteristik Sampel

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden dan dari hasil kuisioner dalam penelitian ini diperoleh data tentang pedagang kain di Beteng Trade Center ( BTC) Surakarta. Data-data tersebut antara lain mengenai pendapatan, modal, jam kerja, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang.

Data-data tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Pendapatan

Berdasarkan pada tabel 4.6 berikut dapat dijelaskan bahwa dari 110 pedagang, frekuensi tertinggi adalah yang memiliki pendapatan antara 7.000.000,- sampai 10.999.999,- per hari yaitu sebanyak 30 pedagang (34,5%). Sedangkan frekuensi terendah adalah yang memiliki pendapatan antara 18.500.000,- sampai 21.999.999,- per hari yaitu sebanyak 2 pedagang (1,8%).

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan per hari

(70)

commit to user

2. Modal

Berdasarkan pada tabel 4.7 berikut dapat dijelaskan bahwa dari 87 pedagang, frekuensi tertinggi adalah yang memiliki modal awal terbanyak antara 180.000.000,- sampai 249.999.999,- yaitu sebanyak 32 pedagang (36,8%). Sedangkan frekuensi terendah adalah yang memiliki modal awal sedikit 370.000.000,- sampai 439.999.999,- yaitu sebanyak 4 pedagang (4,6%).

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Modal Dagang

Sumber : data Primer, diolah 3. Jam Kerja

Berdasarkan pada tabel 4.8 berikut dapat dijelaskan bahwa dari 87 pedagang, frekuensi tertinggi adalah pedagang yang bekerja 7 jam per hari yaitu sebanyak 67 pedagang (77%). Sedangkan frekuensi terendah adalah pedagang yang bekerja 8 jam per hari yaitu sebanyak 20 pedagang (23%).

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jam Kerja Dagang

No Jam Kerja Jumlah Presentase

2 7 67 77

3 8 20 23

Jumlah 87 100

(71)

commit to user

4. Pengalaman Usaha

Berdasarkan pada tabel 4.9 berikut dapat dijelaskan bahwa dari 87 pedagang, frekuensi tertinggi adalah yang memiliki pengalaman usaha 15-19 tahun yaitu sebanyak 24 pedagang (27,6%). Sedangkan frekuensi terendah adalah yang memiliki pengalaman usaha 30-34 tahun yaitu sebanyak 6 pedagang (6,9%).

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usah Dagang

No Pengalaman Usaha /Lama Usaha (Tahun)

Jumlah Presentase

1 5-9 12 13,8

2 10-14 16 18,4

3 15-19 24 27,6

4 20-24 20 23

5 25-29 9 10,3

6 30-34 6 6,9

Jumlah 87 100

Sumber : data Primer, diolah

5. Jumlah Tenaga Kerja

(72)

commit to user

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

No Jumlah Tenaga Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 1 2 2,3

Sumber : data Primer, diolah 6. Pendidikan

Berdasarkan pada tabel 4.11 berikut dapat dijelaskan bahwa dari 87 pedagang, frekuensi tertinggi adalah pedagang yang lulusan SMA yaitu sebanyak 37 pedagang (42,5%). Sedangkan frekuensi terendah adalah pedagang yang lulusan SMP yaitu sebanyak 6 pedagang (6,9%).

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pedagang

Sumber : data Primer, diolah Program Eviews 4.0 7. Tempat Tinggal

(73)

commit to user

Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Pedagang

No Tempat Tinggal Frekuensi Presentase (%)

1 Wilayah Solo 66 75,9

2 Luar Wilayah Solo 21 24,1

Jumlah 87 100

Sumber : data Primer, diolah 8. Status Kios

Berdasarkan pada tabel 4.13 berikut dapat dijelaskan bahwa dari 87 pedagang, frekuensi tertinggi adalah yang mengatakan bahwa status kepemilikan kios yang ditempati adalah milik sendiri yaitu sebanyak 63 pedagang (72,41%). Sedangkan frekuensi terendah adalah yang mengatakan bahwa status kepemilikan kios yang ditempati berstatus menyewa yaitu sebanyak 6 pedagang (6,9%).

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kios

Pedagang

Sumber : data Primer, diolah

D. Analisis Data dan Pembahasan

1. Analisis Regresi Berganda

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Uji t
Gambar 3.2 Uji F
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pedagang informal adalah salah satu pelaku ekonomi yang sebenarnya memberikan kontribusi yang tinggi untuk pendapatan daerahnya.dilihat daari banyaknya pedagang formal yang

Sri Indayanti : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Tanaman Hias di Kotamadya Medan, 2000... Sri Indayanti : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Rachmadany Pinem : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Buku Bekas di Titi Gantung..., 2002... Rachmadany Pinem : Analisis Faktor-Faktor

Nadeak : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal..... Nadeak : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KONVEKSI DI PASAR TANJUNG KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER’’ adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali

Dari informasi di atas beberapa pengusaha toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta dalam menghitung laba/rugi perusahaan sudah sesuai dengan konsep

Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi Pendapatan Pedagang Ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun1. PROFIL TEMPAT

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Di Kecamatan Pangkatan – Kabupaten Labuhan Batu.. Dinyatakan : Lulus, dan telah