• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG GLADAG LANGEN BOGAN SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG GLADAG LANGEN BOGAN SURAKARTA"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS FAKTOR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PEDAGANG GLADAG LANGEN BOGAN

SURAKARTA

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi

Unirvesitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh : Dany Esaningrat Artianto

NIM : F1106003

FAKULTAS EKONOMI UNIRVESITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG MAKANAN DAN MINUMAN GLADAG

LANGEN BOGAN SURAKARTA ABSTRAK

Dany Esaningrat Artianto F1106003

Penelitian dengan judul Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Gladag Langen Bogan Surakarta untuk mengetahui deskripsi dan menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan lokasi terhadap jumlah pendapatan pedagang, serta untuk mengetahui manakah variabel bebas tersebut yang paling besar memberikan pengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuatitatif dengan survey terhadap responden melalui kuisioner dan wawancara.Penelitian dilakukan terhadap seluruh pedagang Gladag Langen Bogan Surakarta. Dalam menganalisis digunakan tehnik analisis regresi berganda dengan mengunakan model linier, dengan uji ststistik (uji t, uji F, koefisien determinasi R2), uji asumsi klasik.

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta rata-rata memperoleh pendapatan sebesar Rp.150.000 s/d 300.000 tiap harinya,dengan modal rata- rata sebesar Rp.1000.000 s/d Rp.3000.000, lama usaha rata-rata kurang dari 10 tahun berdagang, jumlah tenaga kerja rata-rata 3 orang, tingkat pendidikan formal rata- rata lulus SMA, dan lokasi pedagang sebagian menempati area tengah serta barat dan timur dari lokasi Gladag Langen Bogan Surakarta.

Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial (uji t) menunjukkan 3 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan yaitu modal, lama usaha, tenaga kerja, sedangkan variabel pendidikan dan lokasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Uji F menunjukkan bahwa secara bersama- sama kelima variabel yaitu modal, lama usaha, tenaga kerja, pendidikan, lokasi berpengaruh terhadap pendapatan, selanjutnya dengan melihat Standardized Coefficients Beta untuk membuktikan hipotesis kedua ternyata dari kelima variabel tersebut variabel yang berpengaruh paling dominan yakni tenaga kerja.

Karena tenaga kerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan pedagang maka diharapkan pedagang di Gladag Langen Bogan menambah jumlah tenaga kerja, tenaga kerja disini haruslah dicari tenaga kerja yang terampil, berkwalitas dan profesional agar dapat meningkatkan jumlah pendapatan.

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PEDAGANG MAKANAN DAN MINUMAN GLADAG LANGEN BOGAN

SURAKARTA

Surakarta, 13Agustus 2010 Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

(Dwi Prasetyani, SE, M.Si)

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim Penguji Skripsi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 13 Agustus 2010

Tim Penguji Skripsi

1. --- Ketua ( )

2. --- Pembimbing ( )

(5)

commit to user

v MOTTO

Tetaplah bermimpi dan teruslah berusaha

untuk mewujudkannya”

(penulis)

“Sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada

kemudahan”

(Q.S.Al-Insyirah)

“Keberhasilan hanya dapat diraih dengan

99% usaha dan 1% doa”

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan kepada : 1. Bapak dan Ibuku 2. Semua Keluargaku 3. Inspirasiku

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Gladag Langen Bogan Surakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis manghaturkan terima kasih kepada :

1. Dwi Prasetyani, SE, M.Si, selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. M.Com, Ak. Bambang Sutopo, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.

5. Seluruh pengelola, pedagang dan pegawai stand di Gladag Langen Bogan Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna bagi penyusunan skripsi ini.

6. Kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa selalu mendoakan, memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis.

7. Retno Putri yang telah senantiasa memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 dan semua sahabat baikku, terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 13Agustus 2010

(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

ABSTRAK ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI iv HALAMAN PERSEMBAHAN v HALAMAN MOTTO vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Perumusan Masalah………. 7

C. Tujuan Penelitian……….... 7

D. Manfaat penelitian………. . 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori……… 9

B. Sektor Informal……….. 9

a. Pengertian Sektor Informal……… 14

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

c. Perkembangan Sektor Informal di Indonesia……… . 16

C. Pedagang Kaki Lima……….. . 18

a. Pengertian Pedagang Kaki Lima……… . 18

b. Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima……… 20

c. Karateristik, Kekuatan dan Kelemahan Pedagang Kaki Lima……….. .. 21

D. Pendapatan……… 23

a. Teori Pendapatan……….. 23

b. Faktor-faktor yang diduga Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima……….. 25

E. Penelitian Terdahulu………. 30

F. Kerangka Pemikiran………. 33

G. Hipotesis……… 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian……… 36

(11)

commit to user

xi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian……… 49

1. Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam……… 49

2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia……… 51

3. Aspek Sosial Ekonomi……… 54

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)………. 55

B. Gambaran Umum Gladag langen Bogan……….. 56

C. Analisis Deskriptif Data……… 59

1. Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta………. 77

2. Pengaruh Lama Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta………. 78

3. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta……….. 78

4. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta……….. 79

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……… 83

B. Saran……….. 84

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di

Kota Surakarta………. 4

4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2000-2008………. 52

4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2007…………. 53

4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio jenis Kelamin, dan

Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008… 53

4.4 Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut

Pendidikan di Kota Surakarta 2008……… 55

4.5 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor Atas Harga Konstan

2000 Kota Surakarta Tahun 2004-2008 ( Jutaan Rupiah)…………. 56

4.6 Distribusi Frekuensi Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

4.7 Distribusi Frekuensi Modal Pedagang Makanan dan Minuman

di Gladag Langen Bogan……… 61

4.8 Distribusi Frekuensi Lama Usaha Pedagang Makanan dan Minuman

di Gladag Langen Bogan………. 62

4.9 Distribusi Frekuensi Banyaknya Tenaga Kerja Pedagang Makanan

dan Minuman di Gladag Langen Bogan………. 63

4.10 Distribusi Frekuensi Pedagang Tingkat Pendidikan Makanan dan

Minuman di Gladag Langen Bogan………. 64

4.11Distribusi Frekuensi Lokasi Stand/Gerobak Pedagang Makanan

dan Minuman di Gladag Langen Bogan………. 65

4.12 Distribusi Frekuensi Usia dan Jenis Kelamin Pedagang Makanan

dan Minuman di Gladag Langen Bogan... 65

4.13 Distribusi Frekuensi Daerah Asal Pedagang Makanan dan Minuman

di Gladag Langen Bogan……… 66

4.14 Distribusi Frekuensi Status Kegiatan Usaha Makanan dan Minuman

(15)

commit to user

xv

4.15 Distribusi Frekuensi Status Kegiatan Usaha Makanan dan Minuman

di Gladag Langen Bogan... 67

4.16 Hasil Analisis Linier Berganda………. 69

4.17 Hasil Analisis Uji F……… 74

4.18 Hasil analisis Multikolinearitas……….……… 74

4.19 Hasil Analisis Heterokedastisitas……..………. 75

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran……… 33

Gambar 3.1 Kriteria pengujian Uji t……… 42

Gambar 3.2 Kriteria Pengujian Uji F……… 44

Gambar 3.3 Kriteria Pengujian Autokorelasi……… 47

(17)

commit to user

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara yang sedang berkembang dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi taraf hidup rakyatnya yang bertujuan untuk mencapai kesejahteran masyarakat. Kendala yang seringkali dialami adalah masalah ketenagakerjaan, dalam hal ini adalah meningkatnya jumlah pengangguran, karena tidak semua penduduk dapat menawarkan tenaga kerja yang dimilikinya. Selain itu semakin bekurangnya sektor formal dalam menyerap tenaga kerja.sehingga mereka lebih memilih bekerja di sektor informal.

(19)

commit to user

ekonomi, mereka hanya sekedar menunggu musim yang baru (Simanjuntak, 1985:1).

Adanya badai krisis ekonomi pada tahun 1998 yang menambah semakin beratnya beban pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan di sektor formal, sektor informal merupakan alternatif yang digunakan untuk mengurangi angka pengangguran yang disebabkan semakin sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada, sektor informal yang selama ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah dipandang mampu menjadi mitra sektor formal dalam menyerap tenaga kerja, dengan demikian sektor informal perlu mendapat perhatian khusus karena peranannya cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pembangunan.

Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang tinggi secara cepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan usaha agar sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan sulit sekalipun. Dibalik era perubahan yang terus menerus terjadi, tentunya peluang usaha yang ada harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam hal ini usaha di sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan yang sulit sekalipun. Dalam hal ini usaha di sektor informal diharapkan mampu mengidentifikasikan peluang yang muncul akibat adanya perubahan tersebut (Harsiwi:2003:2).

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menambah income keluarga yang semakin tinggi. Salah satu sektor informal yang tidak memerlukan ketrampilan khusus adalah berdagang, dalam hal ini adalah pedagang kaki lima. Kemudahan ini dapat berupa permodalan, perijinan dan ketrampilan yang diperlukan. Walaupun dengan syarat yang ringan dan mudah memasukinya, namun mereka yang bekerja disektor informal khususnya pedagang kaki lima harus mampu mandiri dan ulet dalam bekerja agar dapat meningkatkan pendapatan mereka. Peranan sektor informal khususnya pedagang kaki lima ini sangat membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan usaha baru.

Salah satu kegiatan usaha di sektor informal adalah berdagang, usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Ada berbagai macam jenis kegiatan berdagang di sektor informal, antara lain pedagang pasar, pedagang kaki lima, pedagang makanan (warung makan) dll.

Surakarta merupakan salah satu kota yang sedang berkembang menuju kota Metropolitan maka banyak sekali pembangunan infrastruktur dan fasilitas–fasilitas umum untuk masyarakat, baik itu mall, taman, dan ruang publik sebagai tempat bagi masyarakat untuk melakukan sosialisasi. Surakarta merupakan kota yang sedang banyak berbenah dalam upaya pengembangan dan kemajuan kota .

(21)

commit to user

ketersediaan lapangan pekerjaan pada sektor formal. Berbagai jenis usaha sektor informal dijalani oleh masyarakat Surakarta.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta 2008

Mata

Pencaharian Kecamatan

Laweyan Serengan

Pasar

Kliwon Jebres Banjarsari

Petani Sendiri 38 0 0 81 337

Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2008hal:36)

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

selain mudah untuk dijalankan usaha ini mampu memberikan pekerjaan bagi sanak saudara atau kerabat pengusaha itu sendiri, sehingga juga bisa menopang perekonomian keluarga.

Selain itu juga masyarakat Surakarta banyak yang menyukai untuk berwisata kuliner atau mencoba makanan–makanan baru atau makanan– makanan enak, sehingga pasarnya pun tersedia luas di Kota Surakarta. Belum ada penelitian yang sahih untuk mendukung hipotesis ini, tetapi sudah menjadi semacam informasi yang melekat pada top of mind masyarakat Surakarta. Hal ini ini dibuktikan dengan banyaknya tempat-tempat makan dan hampir semua warung/restoran yang ada di Kota Surakarta ini selalu ramai dikunjungi pembeli. (www.KOMPAS.com)

Ada banyak warung makan yang tersedia di Kota Surakarta, mulai dari warung-warung baru atau warung–warung makan yang sudah lama berdiri dan sudah dikenal banyak orang. Jenis makanannya pun berbeda dan beragam, semua ada dari makan daerah sampai makanan dari luar daerah.

(23)

commit to user

Pengusaha yang ada di Gladag langen Bogan tersebut merupakan pengusaha di sektor informal, dan pengusaha- pengusaha makanan tersebut juga sering dihadapkan pada persoalan tentang bagaimana mencapai keberhasilan usaha melalui pemilihan kombinasi dari berbagai variabel keputusan. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan diantaranya modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, lokasi dsb. Dengan diketahuinya pengaruh faktor–faktor terhadap pendapatan usaha pedagang, diharapkan mereka dapat menggembangkan usahanya dengan mengambil kebijaksanaan yang tepat.

Dengan bertitik tolak pada masalah yang dihadapi masyarakat yang berkeinginan untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya disektor informal, karena kurangnya lapangan pekerjaan di sektor formal khususnya di Kota Surakarta dan uraian yang telah disimpulkan diatas, studi ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Padagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta, maka penelitian ini dibahas suatu topik yaitu “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

B. Perumusan Masalah

Untuk memberikan pedoman yang jelas dalam arah penekanan dari latar belakang yang diuraikan, maka beberapa masalah akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Apakah modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, lokasi dapat mempengaruhi pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta ?

2. Dari variabel diatas manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah variabel modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan lokasi mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta.

(25)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Memberikan informasi yang mendukung teori–teori tentang kesempatan kerja di sektor informal khususnya pedagang kecil dan menengah.

2. Bagi Pemerintah Daerah.

Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi yang berwenang untuk pengembangan dan pembinaaaan sektor informal khususnya pedagang makanan dan minuman di Langen Bogan Surakarta.

3. Bagi Masyarakat.

Sebagai sumbangan pemikiran bagi peningkatan taraf hidup masyarakat golongan ekonomi lemah yang belum memiliki kesempatan kerja.

4. Bagi Pedagang Gladag Langen Bogan.

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sektor Informal

Di negara berkembang sektor informal telah menjadi pusat perhatian pemerintah, karena sektor ini dipandang sebagai salah satu alternatif yang cukup penting dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan dan kemiskinan. Di Indonesia sektor informal juga mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini, hal ini dikarenakan menurunnya kemampuan sektor formal dalam menyerap angkatan kerja kota yang semakin lama semakin meningkat.

Pertambahan angkatan kerja di kota disebabkan karena tingkat urbanisasi yang tinggi dan tidak disertai dengan bertambahnya jumlah kesempatan kerja, akibatnya tidak sedikit para urbanit yang datang ke kota hanya akan menambah jumlah pengangguran yang ada. Para urbanit ini sebagian besar termasuk penduduk usia muda dan alternatif yang diambil adalah masuk dalam usaha sektor informal.

(27)

commit to user

Sektor informal sering dianggap menjadi penyebab kesemrawutan lalu lintas dan menjadikan lingkungan kotor. Meskipun demikian sektor informal sangat membantu kepentingan masyarakat dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja secara mandiri, selain itu juga menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah kebawah dengan harga relatif murah.

Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja. Oleh sebab itu mereka yang berada di sektor informal tersebut tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan fasilitas- fasilitas kesejahteraan seperti yang dinikmati rekan-rekan yang berada di sektor formal, misalnya tunjangan keselamatan kerja dan dana pensiun (Todaro, 2000:352).

Sektor informal muncul dalam kegiatan perdagangan yang bersifat kompleks oleh kerena menyangkut jenis barang, tata ruang dan waktu. Berkebalikan dengan sektor formal pada umumnya menggunakan teknologi maju, bersifat padat modal, dan mendapat perlindungan pemerintah. Sektor informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat golongan bawah. Sektor informal ini umumnya berupa usaha berskala kecil, dengan modal, ruang lingkup dan pengembangan yang terbatas (Harsiwi, 2002:1).

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

upaya untuk memepertahankan kelangsungan hidup agar bisa makan hari ini dan hari esok, dan bukan untuk memupuk keuntungan dan meraih kekayaan.

Sektor informal memiliki banyak keterkaitan dengan sektor–sektor lainnya dalam perekonomian perkotaan. Yang pertama, sektor informal terkait dengan sektor pedesaan merupakan sumber kelebihan tenaga kerja miskin, yang kemudian mengisi sektor informal di daerah perkotaan guna menghindari kemiskinan dan pengangguran di desa, walaupun sebenarnya kondisi kerja dan kualitas hidup dikota belum tentu lebih baik. Selain itu sektor informal dalam penyediaan input-input produksi dan tenaga kerja murah, sedangkan sektor informal sangat tergantung pada sektor formal dalam kedudukannya sebagai dasar pokok dari sebagian besar pendapatan yang mereka terima.

Klasifikasi yang didasarkan pada kemungkinan-kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang bersifat informal (Manning dan Effendi, 1985:79-80).

1. Kemungkinan kemungkinan pendapatan yang sah.

Menurut Manning dan Effendi beberapa kemungkinan pendapatan yang sah adalah sebagai berikut ini :

1) Kegiatan-kegiatan usaha primer dan sekunder, pertanian, perkebunan, untuk pasar, kontraktor bangunan serta kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengannya, tukang yang berdiri sendiri.

(29)

commit to user

3) Distribusi berlingkup kecil, petugas petugas pasar, pedagang kecil, penjaja di jalanan, pengusaha makanan dan minuman, agen–agen komisi dan pengecer.

4) Jasa-jasa lainnya, tukang musik, tukang semir sepatu, tukang cukur, tukang potret, tukang reparasi kendaraan, serta kerja-kerja pemeliharaan lainnya, perantara dan makelar, jasa–jasa keagamaan, obat-obatan.

5) Pembayaran–pembayaran antar perorangan (private transfer payment), peminjaman barang antar orang perorang, pengemis.

2. Kemungkinan – kemungkinan pendapatan informal yang tidak sah. Menurut Manning dan Effendi beberapa kemungkinan pendapatan yang sah adalah sebagai berikut ini :

1) Jasa-jasa para penjual tenaga kerja-kerja parasit pada umumnya mereka yang menerima barang curian, kegiatan meriba dan kegiatan gadai menggadai (dengan tingkat bunga ilegal), menjual obat-obatan terlarang, pelacuran, kegiatan penyelundupan.

2) Pencurian, pencopetan, perampasan bersenjata, perjudian.

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

resmi terdaftar dalam statistik perekonomian dan (3) Syarat-syarat bekerja yang dilindungi hukum. Kegiatan diluar kriteria tersebut sebagai sektor informal.

Kutipan oleh Imam Subhkan dalam tulisannya pada wordpress.com dari hernando de Soto ekonom dari Peru, yang banyak dirujuk pemikirannya yang berkaitan dengan pemberdayaan sektor informal untuk dapat terintregasi dalam pasar. Kapitalisme yang bertumpu pada ekonomi pasar semestinya mampu memperkaya orang-orang yang terlibat didalamnya sebagaimana yang terjadi di dunia barat. Namun di negara-negara berkembang kapitalisme belum mampu membawa berkah kekayaan pada masyarakat kepada masyarakat.

(31)

commit to user

kapital. Representasi adalah produk dari masyarakat yang telah mencapai

tahap konsensus, dalam hal “siapa memiliki property apa“ dan bagaimana

setiap pemilik dapat menciptakan nilai tambah dari propertinya tersebut. Mereka memiliki bisnis tanpa status usaha, mempunyai alat produksi tanpa ada surat kepemilikan, punya lapak tanpa surat izin formal. Sebagian alat-alat yang mati ini menimbun di sekor informal.

Sektor informal adalah sektor yang tidak memiliki suatu hukum dan tidak dilindungi hukum. Itulah yang menyebabkan potensi sektor informal menjadi aset mati, terhambat dan tidak berkembang karena tidak bisa berinteraksi dengan sektor diluarnya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menghidupkan atau mempresentasikan aset-aset sektor informal menjadi kapital adalah dengan mendorong formulasi aset-aset tersebut sehingga dapat terintegrasi kedalam pasar. Dengan kata lain, formulasi sektor informal menjadi jalan lain untuk menciptakan kekayaan bagi pelaku usaha sektor informal. Formalisasi yang dimaksud adalah pemberian status legal terhadap aset dan alat produksi yang dimiliki oleh pelaku usaha sektor informal.

1. Pengertian Sektor Informal

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Pengertian sektor informal dalam data sensus penduduk disebut sebagai pekerja yang berusaha sendiri dengan buruh tidak tetap atau keluarga sang pekerja keluarga tak dibayar (sensus penduduk 1971 dalam Jefta Leibo).

Sedangkan menurut Aris Ananta (1985) mendefinisikan “Sektor informal

adalah suatu kegiatan bisnis yang dilakukan sambilan, oleh seorang yang

dibantu oleh sanak keluarga“.

Pengertian sektor informal secara konsensus disepakati bahwa sektor informal adalah unit- unit usaha kecil yang tidak atau sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi oleh pemerintah. Proteksi ekonomi menurut Mulyadi Subri (2003 : 93) adalah tarif proteksi, kredit dengan bunga rendah penyuluhan, perlindungan dan perawatan tenaga kerja, terjaminnya arus teknologi impor, hak paten dan sebagainya.

2. Ciri–ciri Sektor Informal.

Menurut Aris Ananta (1985), ciri–ciri sektor informal adalah : a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik.

b. Belum mempunyai surat ijin usaha yang resmi. c. Modal dan perputaran usahanya sangat terbatas. d. Teknologi yang digunakan sederhana.

e. Pendidikan formal dari para pengelolanya tidak menjadi pertimbangan dalam mengelola usahanya.

(33)

commit to user

Ciri–ciri sektor informal menurut Breman yang dikutip oleh Chris manning dan Tandjudin Noer Effendi (2001 : 142) adalah :

a. Padat karya

b. Tingkat produktifitas rendah

c. Teknologi yang digunakan masih rendah d. Tingkat pendidikan formal yang rendah. e. Mudah sekali keluar masuk usaha

f. Kurangnya dukungan serta pengakuan dari pemerintah.

Dari beberapa ciri- ciri yang ada, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar dari ciri–ciri sektor informal menyatakan bahwa ciri-ciri sektor informal yakni modal kecil, teknologi yang digunakan sederhana, kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik, serta karyawan sedikit dan merupakan kerabat atau anggota keluarga dari pengusaha.

3. Perkembangan Sektor Informal di Indonesia.

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

menjadi sebab pengangguran, termasuk dikalangan penduduk usia muda serta semakin banyaknya muncul sektor informal dikota sendiri.

Memekarnya sektor informal di kota-kota besar di Indonesia banyak

ditanggapi sebagai “ganjalan“ oleh pihak penguasa (pemerintah kota) karena

sektor ini beroperasi ditempat-tempat strategis dan dipandang merusak lingkungan serta keindahan kota. Bahkan sudah sangat biasa usaha ini dikaitkan dengan masalah seperti kemacetan lalu lintas, pemukiman liar, pelacuran, percaloan dan sejenisnya. Karena itu pihak penguasa kota sengaja membatasi ruang gerak sektor informal ini. Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Jogjakarta, dan Semarang misalnya pemerintah kota telah menempuh cara-cara yang kurang manusiawi yaitu dengan mengusir, menghancurkan peralatan usaha yang digunakan, atau boleh dikatakan kebijaksanaan pemerintah kota selama ini hanya melihat dengan “sebelah

mata“ yaitu dari segi menata lingkungan fisik kota dan tidak melihat secara

(35)

commit to user

Di Indonesia sektor informal mulai dikenal sejak tahun 1970. Namun keberadaanya mulai diperhitungkan sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998, karena sektor informal terbukti mampu menyerap sebagian besar tenaga kerja yang mengalami PHK. Di perkotaan sektor informal menyediakan lapangan pekerjaan untuk kalangan miskin sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari– hari dalam krisis ekonomi.

Tempat kerja sektor informal biasanya merupakan lingkungan yang kotor sehingga jaminan kesehatan tidak ada, walaupun telah ada usaha yang memberikan upah yang memadai kondisi kerja yang tidak layak akan mempengaruhi kualitas dan kondisi hidup, upah serta harapan hidup bagi sebagian masyarakat, selain itu, hal tersebut mengakibatkan rendahnya produktifitas, daya saing dan kinerja bisnis sektor informal berdampak pada ketidakpastian pendapatan yang diperoleh.

B. Pedagang Kaki Lima

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima.

Istilah “Pedagang Kaki Lima“ sudah sangat dikenal bagi masyarakat

Indonesia, secara awam pedagang kaki lima adalah pedagang yang menjajakan jualannya di pinggir-pinggir jalan dalam skala kecil.

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

kelompok konsumen tertentu dalam masyarakat. Aktivitasnya dilaksanakan pada tempat-tempat yang strategis dalam suasana lingkungan yang informal.

Pedagang kaki lima (street traiding atau street hawker) adalah salah satu usaha dalam perdagangan dan salah satu wujud sektor informal. Pedagang kaki lima adalah orang yang bermodal relatif rendah, berusaha dalam bidang produksi dan barang–barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan tertentu dalam masyarakat, usaha tersebut dilakukan pada tempat- tempat yang dianggap strategis dalam lingkungan (Harsiwi , 2002).

Menurut Aris ananta (1985) pengertian pedagang kaki lima adalah orang–orang golongan ekonomi lemah, yang berjualan barang–barang kebutuhan sehari- hari, makanan, atau jasa yang modalnya relatif sangat kecil, modal sendiri atau orang lain, baik berjualan ditempat terlarang maupun tidak.

(37)

commit to user

dengan demikian maka pemerintah akan menyusun kebijakan yang berusaha mempertahankan eksistensinya.

Pedagang kaki lima merupakan obyek yang sangat menarik untuk diteliti dan dipahami secara mendalam, mengingat golongan ini mampu bertahan dan bahkan jumlahnya semakin meningkat walaupun berbagai aturan– aturan kebijakan pemerintah membatasai ruang gerak mereka.

2. Ciri–Ciri Pedagang Kaki Lima

Menurut Anis Ananta (1985). Ciri–ciri Pedagang Kaki Lima adalah : a. Kegiatan usahanya tidak terorganisasi dengan baik.

b. Tidak memiliki surat ijin usaha.

c. Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja.

d. Bergerombol di trotoar atau tepi jalan protokol, dipusat-pusat keramaian. e. Menjajakan barang dagangannya sambil teriak- teriak, kadang berlari sambil

mendekati konsumennya.

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

menggandakan modal atau ekspansi usaha sangat kecil (Hidayat dalam Harsiwi:2002).

3. Karateristik, Kekuatan dan Kelemahan Pedagang Kaki Lima.

Ada beberapa macam karateristik Pedagang Kaki lima menurut Kartini Kartono yang dikutip oleh Imbang Sutrisno (2006)

1. Merupakan pedagang pada umumnya namun kadang- kadang memproduksi barang- barang atau menyelenggarakan jasa- jasa yang sekaligus dijual kepada konsumen.

2. Mereka umumnya menjajakan barang dagangannya dengan gelaran tikar dipinggir–pinggir jalan atau toko-toko yang dianggap strategis, menggunakan meja, kereta dorong, maupun kios kecil.

3. Umumnya menjajakan bahan–bahan makanan, minuman, barang- barang konsumsi tahan lama secara eceran.

4. Umumnya bermodal kecil , bahkan tidak jarang mereka hanya merupakan alat bagi pemilik modal, dengan mendapatkan sekadar komisi sebagai imbalan atas jerih payahnya.

5. Pada umumnya kelompok pedagang kecil merupakan kelompok marginal, bahkan ada pula termasuk sub marginal.

6. Umumnya kualitas barang yang diperdagangkan relatif rendah.

7. Volume omset para pedagang kecil relaif tidak seberapa besar karena juga dipengaruhi jumlah modal kecil pula.

(39)

commit to user

9. Kasus pedagang kecil berhasil secara ekonomis, sehingga akhirnya memiliki tangga dalam hirarki pedagang yang sukses agak langka.

10. Pada umumnya usaha pedagang kecil merupakan family enterprises, yaitu ibu, anak turut membantu dalam usaha tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.

11. Barang-barang yang diperdagangkan pedagang kecil biasanya tidak berstandar dan penggantian barang- barang yang diperdagangkan sering terjadi.

4. Kekuatan dan kelemahan pedagang kaki Lima menurut Kartini Kartono yang dikutip oleh Imbang Sutrisnno (2006) adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan pedagang kaki lima meliputi :

a. Pedagang kaki lima memberikan kesempatan kerja pada umumnya sulit didapat pada negara- negara yang sedang berkembang.

b. Dalam prakteknya mereka biasa menawarkan barang dan jasa dengan harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani pajak.

c. Sebagian besar masyarakat kita lebih senang berbelanja pada pedagang kaki lima mengingat faktor kemudahan dan barang- barang yang ditawarkan relatif murah (terlepas dari pertimbangan kualitas).

2. Kelemahan pedagang kaki lima meliputi :

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

hasil minim ini. Oleh karena itu terciptalah keadaan dimana hasil yang mereka capai pas- pasan untuk sekedar hidup. Bahkan tidak ada kemungkinan untuk akumulasi modal.

b. Karena rendahnya pendidikan dan kurangnya ketrampilan, maka unsur efisiensi kurang mendapat perhatian, sehingga akan mempengaruhi kelancaran usaha.

c. Ada kalanya pedagang kaki lima lainnya yang sukses dengan jenis barang dagangan tertentu mengikuti jejak mereka menyebabkan suatu jenis usaha tertentu menjadi terlampau padat, sehingga sebagian dari mereka berguguran dan terpaksa harus gulung tikar ditengah jalan.

d. Seringkali terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga yang tinggi sehingga menyebabkan citra masyarakat tentang pedagang kaki lima kurang positif. Disamping itu, tidak jarang diantara mereka terjadi persaingan yang menjurus tidak sehat yang sangat merugikan banyak pihak

C. Pendapatan

1. Teori Pendapatan

(41)

commit to user

dikalikan dengan harga jualnya atau dalam matematik dapat dinyatakan (A Eachern, 2001:98) :

TR = Q P

Dimana : TR : Penerimaan Total atau Pendapatan Q : Jumlah Produksi

P : Harga Jual Produk

Pendapatan bersih merupakan pendapatan Bruto setelah dikurangi biaya-biaya dalam proses produksi. Biaya yang dimaksud disini adalah pengorbanan nilai yang memberikan sumbangan yang bermanfaat untuk produksi barang-barang. Biaya ini merupakan pengorbanan yang secara ekonomi tidak dapat dihindarkan dalam proses produksi barang.

Setiap pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan tujuan memperoleh laba atau menghindari kerugian dan untuk mengukur tingkat pendapatan dapt dicerminkan oleh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen. Apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan banyak dan mempunyai nilai jual yang tinggi dan biaya produksi rendah, maka dengan sendirinya tingkat keuntungan yang diperoleh akan tinggi pula.

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Pendapatan atau keuntungan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh pengusaha setelah dikurangi oleh ongkos tersembunyi (Sadono Sukirno, 1995: 38). Pendapatan merupakan hasil yang didapat dari kegiatan usaha seseorang sebagai imbalan atau kegiatan yang dilakukan. Pengusaha sebagai pimpinan usaha dapat mengambil keputusan-keputusan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi.

B. Faktor- faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan Pedagang Kaki Lima.

Dalam kegiatan usaha pedagang kaki lima faktor-faktor yang bisa memberikan pengaruh keuntungan usahanya, faktor- faktor tersebut antara lain adalah :

a. Modal

Modal merupakan barang- barang hasil produksi tahan lama yang pada gilirannya digunakan sebagai input produktif untuk produksi lebih lanjut (Samuelson, 1996:317), Modal adalah proses produksi tidak langsung, investasi barang modal adalah proses produksi tidak langsung, investasi barang modal dari penundaan konsumsi sekarang untuk meningkatkan konsumsi dimasa depan.

(43)

commit to user

kekayaan berupa barang dan uang yang bisa didapatkan sendiri maupun pihak lain berupa pinjaman (Suparmoko. 1993 : 96).

Modal terdiri dari :

1. Modal usaha adalah kapital semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung, untuk menambah output. Modal usaha pedagang kaki lima ini sendiri dari modal tetap seperti bangunan, peralatan dan modal lancar seperti uang kas dan barang dagangan.

2. Modal kerja adalah kapital yang diperlukan untuk membelanjai operasi sehari – hari atau disebut biaya tetap suatu usaha. Contoh : uang muka, gaji pegawai. Dimana uang tersebut akan kembali lagi masuk ke perusahaan melalui hasil penjualan.

Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan modal pasif. Modal aktif adalah modal yang tertera disebelah debit dari neraca, yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Berdasarkan fungsi kerjanya, modal aktif dapat dibedakan dalam modal kerja dengan modal tetap.

Perbedaan fungsional antara modal kerja dengan modal tetap ialah dalam aturan bahwa (Ismawan,1997:20) :

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

yang menurun, modal kerja dapat dengan segera dikurangi, tetapi modal tetap tidak dapat dengan segera dikurangi sehingga selalu ketinggalan waktunya. Demikian pula sebaliknya dalam keadaan gelombang ekonomi naik, modal tetap tidak dapat segera diperbesar atau disesuaikan.

2. Susunan modal kerja adalah relatif variabel. Elemen- elemen modal kerja akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, sedangkan susunan modal tetap adalah relatif permanen dalam jangka waktu tertentu, karena elemen- elemen dari modal tetap tidak segera mengalami perubahan- perubahan.

3. Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang pendek, sedangkan modal tetap mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang panjang.

b. Lama Usaha

(45)

commit to user

Menurut woodworth dan Marqus yang dikutip oleh Hapsari (2004), dalam hal pengalaman kerja ternyata menyangkut jumlah masa kerja saja, tetapi lebih itu juga perlu diperhitungkan jenis pekerjaan yang dihadapannya, sejalan dengan bertumbuhnya pengalaman kerja maka akan bertambah pula pengetahuan dan ketrampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya, karena penguasaan situasi dan kondisi dalam menghadapi calon pelanggan yang bervariasi.

c. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yaitu orang yang bekerja di stand Galabo, baik itu pemilik sendiri atau ditambah pegawai yang membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah atas tenaga yang digunakannya, jadi dalam variabel tenaga kerja ini yang masuk dalam pengolahan data, yakni semua orang (pedagang atau pemilik sendiri jika ikut di Galabo dan pegawai) yang ada dalam stand di Galabo dalam jumlah orang.

d. Tingkat Pendidikan

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

seseorang dapat meningkatkan penghasilan dengan cara meningkatkan tingkat pendidikannya (Simanjuntak,1985: 59). Apabila ketrampilan yang dimiliki meningkat maka pedagang akan dapat meningkatkan keuntungannya.

e. Lokasi

(47)

commit to user

Untuk pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan ini dummy lokasi usaha dibedakan menjadi 2, yaitu lokasi bagian tidak tengah yaitu stand yang berada di sebelah timur dan barat, dekat dengan tempat parkir dimana pengunjung datang dari arah sebelah situ, dan yang kedua yaitu lokasi tengah, yaitu stand yang berada di tengah- tengah area Gladag Langen Bogan yang jauh dari arah datangnya pengunjung.

D. Penelitian terdahulu

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Kota Surakarta.

Penelitian oleh Rahmawati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang

Kaki Lima Sektor Makanan dan Minuman (Study Kasus di Seputaran Alun-Alun Kota Madiun)” mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh dari modal, jam kerja, lama usaha, tingkat pendidikan dan usia terhadap keuntungan pedagang makanan dan minuman di seputaran alun-alun Kota Madiun. Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa variabel modal, jam kerja, lama usaha, tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap keuntungan pedagang makanan dan minuman diseputaran alun-alun Kota Madiun, sedangakan variabel usia berpengaruh tidak signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh pedagang makanan dan minuman diseputaran alun-alun Kota Madiun.

Wijayanti (2005), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Kaki Lima

(49)

commit to user

Sukoharjo, sedangkan variabel lama usaha, umur dan jenis barang dagangan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di seputaran alun-alun Kota Sukoharjo.

Penelitian oleh Tulus Haryono dan Supriyono, dalam jurnal ekonomi perspektif yang berjudul “Ketergantungan Usaha Pedagang kaki Lima

dengan Lembaga Terkait di Kotamadya Surakarta” meneliti tentang

pedagang kaki lima Di Surakarta dalam bentuk kegiatan usahanya, letak, karateristik, kelemahan dan kekuatannya. Dengan menggunakan analisis regresi berganda, uji F dan uji t, dan analisis beda dua mean, penelitian ini menyimpulkan bahwa usaha dari pedagang kaki lima ini mempunyai efek yang positif terhadap pendapatan mereka, seperti harga, pengalaman usaha, tingkat pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan keuntungan pedagang kaki lima tesebut.

Penelitian dengan judul “Kajian Terhadap Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tumbuhnya Pedagang Pada Suatu Kawasan : Studi

Kasus Kawasan Monumen Perjuangan 45 Banjarsari Surakarta” oleh

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

mempercepat tumbuhnya pedagang kaki lima dan diklasifikasikan menjadi (1) faktor eksternal (dari Kota Surakarta dan sekitarnya) dan (2) faktor internal (daerah yang bersangkutan) penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut dengan kuat mempercepat pertumbuhan. Semua faktor-faktor mempengaruhi pertumbuhan dalam hal jumlah, pembangunan spesial kios permanen, jenis ruang yang ditempati dan interaksi antara pedagang kaki lima di Monumen Perjuangan Banjarsari

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pada Gambar 2.1 kerangka pemikiran diatas maka dalam penelitian ini meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan

Modal

Lama Usaha

Jumlah tenaga Kerja

Tingkat Pendidikan

Lokasi

(51)

commit to user

pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan. Pendapatan pedagang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, lokasi.

Modal dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin banyak modal yang dimiliki, maka seorang pedagang akan dapat memperbesar volume usahanya dan menambah pendapatan usaha.

Lama usaha dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin lama seorang pedagang menekuni usahanya, maka nama dari usahanya akan semakin terkenal dan dikenal banyak orang, sehingga banyak orang yang datang untuk membeli, hal ini akan berpengaruh terhadap omset penjualan sehingga dapat meningkatkan pendapatan pedagang.

Jumlah tenga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses produksi, diamana semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan yang terlibat dalam proses produksi dalam hal ini tanaga kerja berperan dalam melayani pembeli sehingga semakin banyak tenaga kerja maka semakin cepat sajian yang dihidangkan sehingga menambah pendapatan pedagang.

Tingkat pendidikan pedagang mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang, karena semakin tingkat pendidikan, maka seseorang pedagang akan mempunyai pengetahuan pemahaman serta wawasan yang luas dalam mengelola usahanya sehingga menambah pendapatan pedagang.

(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

akan semakin banyak konsumen yang datang sehingga menambah pendapatan yang diterima pedagang.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara tehadap pertanyaan yang diujikan kebenarannya. Dalam penelitian ini ditemukan hipotesis sebagai berikut :

1. Faktor modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan lokasi diduga berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta.

(53)

commit to user

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan unit analitis pengertian pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta.

B. Jenis dan Sumber data

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey terhadap seluruh pedagang yang ada di Gladag Langen Bogan Surakarta yang berjumlah 70 pedagang.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer : Data tentang pedagang kaki lima yang dikumpulkan dengan wawancara. Dari responden menggunakan kuisioner kepada responden. Adapun responden adalah pedagang makanan dan minuman di Langen Bogan Surakarta.

(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

C. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara : Yaitu pengumpulan data dan informasi dengan cara menanyakan secara langsung kepada para pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta untuk melengkapi data yang diperlukan dan telah tertulis dalam kuisioner.

2. Observasi : Yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung keadaan umum respoden yang diteliti sehingga diperoleh data seakurat mungkin.

3. Studi Pustaka : Yaitu pengumpulan data empirik dan teori yang ada hubungan dengan masalah yang akan diteliti.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel dari penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi variabel bebasnya. Dan variabel yang mempengaruhi variabel terikat, variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat pendapatan ,pendapatan adalah hasil yang diterima setiap harinya oleh pedagang makanan dan minuman di Gladang Langen Bogan, diukur dalam satuan rupiah. Sedangkan variabel independennya adalah :

a. Modal

(55)

commit to user b. Lama Usaha

Adalah jangka waktu yang telah ditempuh pedagang mulai dari sebelum membuka cabang di Gladag Langen Bogan sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Lama usaha diukur dalam satuan tahun.

c. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja, yaitu orang yang bekerja di stand Gladag langen Bogan, baik itu pemilik sendiri atau ditambah pegawai pembantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah atau tenaga kerja yang digunakannya, jadi dalam variabel tenaga kerja ini yang masuk dalam pengolahan data yakni semua yang terlibat di stand Gladag Langen Bogan Surakarta.

d. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jangka waktu yang ditempuh oleh pedagang kaki lima menempuh pendidikan formal. Tingkat pendidikan diukur dalam satuan tahun.

e. Lokasi

(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

E. Tehnik Analisis Data

Dalam menguji hipotesa, dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda yaitu analisis peramalan yang menggunakan lebih dari satu macam variabel bebas.

a. Analisis Model Linier Berganda

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kaki lima di Gladag Langen Bogan Surakarta, maka digunakan model regresi berganda (Multiple regression). Hal ini dikarenakan penggunaan variabel yang lebih dari satu (Multivariabel), dan dapat dirumuskan model fungsi sebagai berikut :

Y = F ( X1,X2,X3,X4,X5) (3.1)

Dimana : Y = Tingkat pendapatan pedagang kaki lima

1

X = Modal

2

X = Lama Usaha

3

X = Jumlah Tenaga Kerja

4

X = Tingkat Pendidikan

5

(57)

commit to user

Dari fungsi tersebut kemudian diturunkan menjadi persamaan regresi sebagai berikut :

X = Jumlah Tenaga Kerja

4

X = Pendidikan

5

X = Lokasi D 1 = Lokasi Tidak Tengah

D 0 = Lokasi Tengah e = Variabel pengganggu

Selanjutnya dengan ordinary least square akan diperoleh koefisiean regresi tersebut dilakukan pengujian. Untuk menguji hipotesis tersebut, peneliti menguji dengan uji t, uji F dan uji asumsi klasik.

1. Alat uji yang digunakan

(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

hipotesis berkenaan dengan pengembangan aturan atau periode untuk memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis.

Dalam penelitian ini menggunakan pengujian sbb : a. Uji Statistik

1. Uji t

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini masing–masing koefisien regresi dengan hipotesa sbb:

a. Menguji Hipotesis

1. Hipotesis Ho :1 0 (berarti variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen).

2. Hipotesis Ho : 1≠ 0 (berarti variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen)

b. Menentukan nilai α

c. Melakukan perhitungan nilai t sbb :

t tabel

2 

 ; dFNK

Dimana:  = Derajat signifikan

N = Banyaknya data yang digunakan

K = Banyaknya parameter dan koefisien regresi

(59)

commit to user

a. Kriteria pengujian

Gambar 3.1. Kriteria Pengujian Uji t Ho diterima apabila t hitung < t tabel

Ho ditolak apabila t hitung > t tabel

b. Kesimpulan

1. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 2. Jika t hitung > maka t tabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima artinya koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan

Daerah Terima

(60)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

2. Uji F

Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersama–sama ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada secara bersama- sama mempengaruhi variabel dependennya atau untuk mengetahui apakah persamaan model cukup eksis untuk digunakan dalam uji F ini dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis

Ho : 1 2 3 4 5  0 (berarti secara bersama-sama

variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen)

Ha : 1≠ 2≠ 3≠4≠5≠ 0 (berarti secara bersama-sama

variabel independen mempengaruhi variabel dependen) b. Menentukan nilai α

c. Melakukan perhitungan nilai F

(61)

commit to user Dimana : R2= Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel independent plus konstanta N = Jumlah sampel

d. Kriteria pengujian

Gambar 3.2. Kriteria Pengujian Uji F

Ho diterima apabila F hitung ≤ F tabel Ho ditolak apabila F hitung >F tabel e. Kesimpulan

1. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya koefisien regresi variabel independen secara bersama–sama tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan

2. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

Ho diterima

Ho ditolak

(62)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

3. Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh veriasi variabel independen.

Semakin besar ( 2

R ) menunjukkan bahwa asumsi akan semakin mendekati kenyataan yang sebenarnya.

Nilai R berkisar antara -1 hingga 1, nilai R2 dapat dinotasikan dalam bilangan %. Para ahli statistik merekomendasikan untuk menggunakan untuk menggunakan

Adjusted R2 dalam melihat pengaruh yang ditimbulkan dalam linier regresi berganda. Alasannya, jika peneliti menggunakan

nilai 2

R ,nilai 2

R pasti akan mengalami penambahan nilai ketika dimasukkan variabel baru walaupun variabel baru itu secara parsial tidak signifikan.

Nilai Adjusted 2

R dinilai lebih mempresentasikan nilai pengaruh yang sebenarnya. Hal ini akan terlihat dari nilai

adjusted R2 yang dapat bertambah atau berkurang ketika ada penambahan variabel baru.

b. Uji Asumsi Klasik

(63)

commit to user 1. Multikolinearitas

Uji Multikolienaritas diketahui dari nilai VIF untuk masing-masing prediktor. Persyaratan untuk dapat dikatakan terbebas dari multikolinier adalah apabila nilai VIF prediktor berkisar pada nilai 1 atau tidak melebihi nilai 10. Uji Multikolienaritas juga dapat diketahui dari matriks interkorelasi dengan korelasi Pearson maupun meregresikan antar variabel bebas secara bergantian. 2. Heterokedastisitas

Heterokedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir ordinary least square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heterokeastisitas yaitu dengan menggunakan Scatter Plot nilai residual variabel dependen. Pengambilan kesimpulan diketahui dari memperhatikan sebaran Plot data, Jika sebaran data tidak mengumpul di satu sudut/bagian maka disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga dikatakan data adalah homogen. 3. Autokorelasi

(64)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

ruang. Dalam hal ini asumsinya adalah autokorelasi tidak terdapat dalam diturbansi atau gangguan Ui. Adanya autokorelasi antara variabel gangguan menyebabkan penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar.

Uji autokorelasi dapat diketahui dari nilai Durbin – Watson (DW). Jika nilai DW hitung lebih besar dari nilai DU pada tabel DW maka disimpulkan tidak terjadi Autokorelasi. Hipotesis yang akan dibuktikan adalah :

o

H = “Tidak terdapat autokorelasi positif dalam model regresi.”

Berikut daerah penerimaan atau penolakan Ho dan nilai

DW untuk mengetahui autokorelasi :

Daerah I III V

dl du 4-du 4-dl

Gambar 3.3. Kriteria Pengujian Autokorelasi.

II IV

(65)

commit to user

Daerah penolakan Hodapat dijelaskan sebagai berikut :

 Jika DW hitung terletak didaerah I disimpulkan terjadi

autokorelasi negatif.

 Jika DW hitung masuk ke daerah II maupun IV maka tidak

dapat disimpulkan karena masuk daerah ragu-ragu.

 Jika DW hitung masuk daerah III maka disimpulkan tidak

terjadi autokorelasi. Daerah ini merupakan daerah penerimaan

o H

.

 Jika DW hitung terletak didaerah IV maka disimpulkan terjadi

(66)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam a. Kondisi Geografis Kota Surakarta.

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Propinsi Jawa Tengah. Secara umum kota Surakarta merupakan dataran rendah yang terletak di lereng pegunungan Lawu dan dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 meter diatas permukaan air laut. Dengan luas

lintang selatan. Kota Surakarta dibelah oleh tiga aliran sungai besar yaitu Bengawan Solo, Kali Jenes, dan Kali Pepe. Wilayah kota Surakarta ini

mempunyai suhu udara rata-rata 260C280C dengan tekanan udara rata-rata 1.010,9 MBS, kelembaban udara 71%, kecepatan angin 4 knot

dan arah angin 2400 dan beriklim tropis.

(67)

commit to user Batas administratif Kota Surakarta :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. b. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo. c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo.

d. Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo da Kabupaten Karanganyar. Letak wilayah Kota Surakarta yang diapit oleh wilayah lain menjadikan Kota Surakarta merupakan wilayah yang strategis. Selain itu posisi posisi Kota Surakarta berada dalam jalur stategis diantara Yogyakarta dan Semarang (Joglo Semar). Hal ini tentu saja menyebabkan sektor perdagangan terutama sektor informal mudah untuk dikembangkan di Kota Surakarta, selain sektor pariwisata. Hal ini ditunjukkan dengan kenyataan bahwa perkembangan perdagangan sektor informal dari tahun ketahun semakin meningkat terutama Pedagang Kaki Lima.

b. Sumber Daya Alam

(68)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

2. Kondisi Sosial dan Sumber daya Manusia

Kondisi sosial politik selama tahun 2004 lalu dapat relatif tenang dan stabil. Modal dasar ini nampaknya tidak di sia-siakan oleh para pelaku ekonomi. Pulihnya pasar Gedhe juga memberikan andil bergeraknya pembangunan di Kota Surakarta. Keadaan diatas merupakan tahun dengan situasi sosial politik yang paling kondusif sejak terjadinya kasus multidimensi beberapa waktu yang lalu. Keadaan ini mendorong para pelaku ekonomi tumbuh kembali secara sehat.

(69)

commit to user Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2000-2008

Tahun Laki-penduduk tahun 2008 jika dibandingkan dengan jumlah Laki-penduduk tujuh tahun sebelumya pada tahun 2000 hasil sensus sebesar 490.214 jiwa, berarti tujuh tahun terakhir kota Surakarta mengalami kenaikan sebanyak 32.721 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan untuk di Jawa Tengah Kota Surakarta termasuk dalam kota yang cukup maju dan berkembang dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Tengah.

Kondisi pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta sudah relatif rendah yaitu hingga tahun 2007 mencapai rata-rata sebesar 0,48% pertahun (BPS Kota Surakarta). Kepadatan penduduk di Kota Surakarta pada tahun

(70)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Tabel 4.2

Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2007

Tahun Jumlah

Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2008)

Apabila jumlah penduduk tersebut dibandingkan dengan luas

wilayah yang sebesar 4.403 KM2, kepadatan adalah sebesar 12.716

jiwa/KM2 yang tersebar di 5 (lima) Kecamatan, 51 Kelurahan yang mencakup 529 RW dan 2645 RT. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor perdagangan juga sektor industri dan jasa.

Tabel 4.3

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008

Kecamatan Luas

(71)

commit to user

Berdasarkan data diatas dapat diketahui tingkat kepadatan kecamatan di Kota Surakarta, wilayah yang terpadat adalah Kecamatan

Serengan yaitu dengan tingkat kepadatan 19.899/ KM2 dengan luas

wilayah sebesar 3,19 KM2 dan jumlah penduduk sebesar 63.558 Jiwa, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan terkecil yaitu Kecamatan

Banjarsari yaitu dengan luas wilayah sebesar 14,81 KM2dan jumlah penduduk sebesar 162.093 Jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk

sebesar 10.945/KM2.

3. Aspek Sosial Ekonomi

(72)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Tabel 4.4

Penduduk berumur 5 Tahun Keatas yang bekerja Menurut Pendidikan di Kota Surakarta 2008

Pendidikan Laki-laki perempuan Jumlah

Belum Pernah Sekolah 916 4.100 5.016

Tidak Tamat SD 3.163 5.885 9.148

SD/MI 19.669 22.708 42.377

SMP/Tsanawiyah 30.358 22.786 53.144

SMP/Kejuruan 1.512 920 2.432

SMU/MA 39.666 21.486 61.152

SMK 23.443 13.122 36.565

Diploma I/II 590 2.940 3.530

Akademi/D.III 6.501 7.071 13.572

D.IV/S1/S2/S3 14.804 9.461 13.572

Jumlah 14.804 110.461 24.265

Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2008)

Berdasarkan pada Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa pendidikan tenaga kerja yang bekerja di sektor formal dan informal di Kota Surakarta sebagian besar merupakan lulusan SMP/Tsanawiyah dengan jumlah sebesar 55.576 jiwa dan lulusan SMA/SMK dengan jumlah sebesar 97.717 jiwa.

4. Produk Domestik Regional Bruto

(73)

commit to user Tabel 4.5

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT SEKTOR ATAS HARGA KONSTAN 2000 KOTA SURAKARTA

TAHUN 2004-2008 (JUTAAN Rupiah)

No LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 PERTANIAN AGRICULTURE 2.2796,91 2.821,39 2.855,22 2.899,10 2.866,18 2 PERTAMBANGAN DAN

PENGGALIAN MINNING & QUARRYING

1.732,80 1.790,63 1.786,83 1.828,17 1.905,23

SEKTOR PRIMER/PRIMARY SECTOR

4.529,71 4.612,04 4.642,05 4.727,27 4.771,41 3 INDUSTRI/INDUSTRIES 1.089.912,64 1.105.952,91 1.134.134,37 1.173.422,60 1.200.606,83 4 LISTRIK GAS,AIR BERSIH

ELECTRICITY,GAS & WATER SUPPLY

80.416,81 83.995,71 91.764,94 96.867,33 103.020,58

5 BANGUNAN CONTRUCTION 42.965,63 455.657,84 482.295 528.770,39 583.069,88 6 PERDAGANGAN,HOTEL &

RESTORAN TRADE,HOTEL & RESTAURANT

920.675,34 990.436,08 1.059.091,72 1.126.471,69 1.211.208,49

7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI TRANSPORT & COMMUNICATION

362..003,52 381.853,29 404.594,41 425.590,18 449.992,44

8 KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN FINANCIAL,OWNERSHIP & BUSINNESS SERVICE

354.389,36 378.286,92 401.749,42 425.90,18 449.992,44

9 JASA-JASA/SERVICE 436.480,36 457.375,87 489.257,66 519.573,14 546.699,38 SEKTOR TERSIER/TERTIER

SECTOR

2.073.548,66 2.207.951,16 2.354.693,21 2.500.499,78 2.657.874,25 PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO/ GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT

3.669.373,45 3.858.169,67 4.067.529,94 4.304.287,37 4.549.342,95

Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2008)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2006-2008 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi paling besar pada PDRB Kota Surakarta. Dan yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor penggalian.

B.Gambaran umum Gladag Langen Bogan

Gambar

Tabel                                                                                                          Halaman
Gambar 3.1 Kriteria pengujian Uji t……………………………………
Tabel 1.1
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menggunakan fasilitas ini seorang programmer hanya diharuskan memasukkan kelas kelas yang merupakan komponen dari Package.Package ini merupakan fitur dari Java 2 SDK yang

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak perusahaan agar dapat mengetahui kelemahan dalam keterikatan kerja karyawan yang rendah, dilihat dari sisi budaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan, audit client tenure, pergantian auditor dan kesulitan keuangan terhadap

Telah dilakukan penelitian mengenai skrining fitokimia, aktivitas antibakteri dan antioksidan dari ekstrak metanol dan etil asetat dari daun benalu kopi (Loranthus. parasiticus

[r]

[r]

rugi dalam pengadaan tanah untuk pembangunan jalur Mass Rapid Transit di. Kelurahan Lebak Bulus Jakarta Selatan telah sesuai dengan