• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN. responden usaha toko pakaian di BTC adalah 262 responden yang terdiri dari 9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN. responden usaha toko pakaian di BTC adalah 262 responden yang terdiri dari 9"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 46 BAB IV

ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Data

4.1.1. Gambaran Umum Identitas Responden

Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah seluruh usaha toko pakaian yang ada di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta. Jumlah seluruh responden usaha toko pakaian di BTC adalah 262 responden yang terdiri dari 9 respoden lantai dasar, 165 responden lantai satu, dan 88 responden lantai dua.

Sedangkan jumlah responden yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 88 responden di BTC.

4.1.1.1. Tingkat Umur Responden

Dilihat dari penyebaran umur, sebagian besar responden berada diantara umur 30-34 tahun. Untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1

Distribusi Responden Dirinci Menurut Tingkat Umur Tahun 2015

No Tingkat Umur (Tahun) Jumlah Persentase

1 25-29 29 33%

2 30-34 33 37%

3 35-39 12 14%

4 40-44 12 14%

5 45 ke atas 2 2%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang berumur paling banyak respondennya adalah pada umur berkisar antara 30-34 tahun, yaitu berjumlah 33 responden atau sebesar 37 persen, kemudian baru diikuti responden yang berumur

(2)

commit to user

antara 25-29 tahun yaitu berjumlah 29 responden atau sebesar 33 persen, dan selanjutnya responden yang berumur antara 35-39 tahun menempati posisi yang sama dengan responden yang berumur antara 40-44 tahun yaitu berjumlah 12 responden atau sebesar 14 persen, dan responden yang berumur 45 tahun keatas memiliki jumlah paling sedikit yaitu berjumlah 2 responden atau sebesar 2 persen.

Jika dilihat dari segi umur responden, sebagian besar responden dapat dikatakan bahwa pada usia tersebut responden berada pada usia produktif kerja. Usia produktif kerja berkisar antara 15-64 tahun.

4.1.1.2. Tingkat Pendidikan Responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menamatkan pendidikan formal pada tingkat Strata 1.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang jumlah responden dari tingkat pendidikan dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Distribusi Responden Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tamat SD 1 1%

2 Tamat SMP 0 0%

3 Tamat SMA (Sederajat) 22 25%

4 Tamat Program Diploma 8 9%

5 Tamat Strata 1 54 62%

6 Tamat Strata 2 3 3%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, pada umumnya responden banyak menamatkan tingkat pendidikannya adalah Strata 1 yang berjumlah 54 responden atau sebesar 62 persen diikuti responden yang menamatkan tingkat pendidikan

(3)

commit to user

SMA (sederajat) berjumlah 22 responden atau sebesar 25 persen. Kemudian responden yang menamatkan pendidikan tingkat Strata 2 berjumlah 3 responden atau sebesar 3 sebesar dan responden yang menamatkan pendidikan tingkat SD berjumlah 1 responden atau sebesar 1 persen.

Berdasarkan informasi tesebut, dapat diketahui bahwa sebagaian besar responden menamatkan pendidikan tingkat Strata 1. Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis hal ini dikarenakan kebanyakan dari responden menginginkan sebuah pekerjaan yang dikelola sendiri atau memiliki usaha sendiri.

4.1.1.3. Lama Berusaha Responden

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, menunjukan bahwa responden paling banyak yang telah berusaha berkisar antara 1-3 tahun. Untuk mengetahui lebih jelas tentang lama berusaha responden dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Distribusi Responden Dirinci Menurut Lama Berusaha Tahun 2015

No Lama Berusaha Jumlah Persentase

1 0-11 bulan 6 7%

2 1-3 tahun 49 55%

3 4-6 tahun 27 30%

4 7-9 tahun 5 6%

5 10-12 tahun 1 1%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel 4.3 responden yang lama berusaha antara 1-3 tahun berjumlah 49 responden atau sebesar 59 persen diikuti responden yang lama berusaha antara 4-6 tahun berjumlah 27 responden atau sebesar 30 persen dan selanjutnya responden yang lama berusaha antara 0-11 bulan berjumlah 6

(4)

commit to user

responden atau sebesar 7 persen, responden yang lama berusaha antara 7-9 tahun berjumlah 5 responden atau sebesar 6 persen dan yang paling sedikit responden yang lama berusaha antara 10-12 tahun berjumlah 1 responden atau sebesar 1 persen.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang lama berusaha antara 1-3 tahun yang berjumlah 49 responden memiliki tingkat persentase paling banyak yaitu sebesar 55 persen. Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan responden yang menduduki lama berusaha antara 1-3 tahun tersebut pada umumnya adalah pengusaha toko pakaian yang menjalankan usahannya selain dengan off line shop juga merangkap sebagai on line shop dalam strategi menjalankan usahanya tersebut.

4.1.2. Modal Usaha Responden

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, diketahui bahwa modal usaha dari masing-masing toko pakaian terdapat perbedaan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang modal usaha responden dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.4

Distribusi Responden Dirinci Menurut Modal Awal Usaha

No Modal Usaha (Rp) Jumlah Persentase

1 1.000.000-10.000.000 5 6%

2 11.000.000-20.000.000 10 11%

3 21.000.000-30.000.000 45 51%

4 31.000.000-40.000.000 17 19%

5 41.000.000-50.000.000 7 8%

6 51.000.000-60.000.000 0 0%

7 61.000.000-70.000.000 0 0%

8 71.000.000-80.000.000 4 5%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

(5)

commit to user

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat modal awal usaha yang dimiliki responden dalam menjalankan usahanya yang berkisar antara Rp 21.000.000,00- Rp 30.000.000,00 memdudukin tingkat paling banyak respondennya yaitu berjumlah 45 responden atau sebesar 51 persen kemudian modal awal usaha antara Rp 31.000.000,00-Rp 40.000.000,00 berjumlah 17 responden atau sebesar 19 persen, modal awal usaha antara Rp 11.000.000,00-Rp 20.000.000,00 berjumlah 10 responden atau sebesar 11 persen, modal awal usaha antara Rp 41.000.000,00-Rp 50.000.000,00 berjumlah 7 responden atau sebesar 8 persen, modal awal usaha antara Rp 1.000.000,00-Rp 10.000.000,00 berjumlah 5 responden atau sebesar 6 persen, dan yang terakhir responden paling sedikit berjumlah 4 responden dengan persentase sebesar 5 persen meliliki modal awal usaha antara Rp 71.000.000,00-Rp 80.000.000,00.

Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki modal awal usaha antara Rp 21.000.000,00-Rp 30.000.000,00. Dengan demikian responden diharuskan sudah harus mempunyai sistem akuntansi yang memadai guna membantu menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam mengembangkan usahanya tersebut, selain itu juga untuk mengetahui secara jelas penghasilan dari usaha toko pakaian yang dijalankan oleh responden selama ini.

(6)

commit to user

4.1.3. Respon Responden Terhadap Pelatihan dalam Bidang Pembukuan Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, dalam hal ini di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta diketahui bahwa telah ada responden yang telah mengikuti pelatihan dalam bidang pembukuan walaupun hanya sebagian kecil.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.5

Respon Responden Terhadap Pelatihan Bidang Pembukuan Tahun 2015

No Respon Responden Jumlah Persentase

1 Pernah mendapat pelatihan 31 35%

2 Tidak pernah mendapat pelatihan

57 65%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Dari tabel di atas memberikan gambaran bahwa sebagian besar dari responden tidak pernah mendapat pelatihan bidang pembukuan yang akan digunakan dalam membukukan transaksi-tansaksi yang terjadi didalam usaha toko pakaian tersebut yaitu berjumlah 57 responden atau sebesar 65 persen. Akan tetapi, ada juga yang telah mendapatkan pelatihan pembukuan yang akan digunakan dalam membukukan transaksi-transaksi yang terjadi didalam usaha toko pakaian yang dimiliki responden, yaitu berjumlah 31 responden atau sebesar 35 persen.

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan sebagian responden yang telah mendapat pelatihan pembukuan tersebut mereka dapatkan dari bangku pendidikan formal walaupun ada sebagian kecil mendapat pelatihan pembukuan melalui pendidikan non formal. Dengan demikian sudah dapat membantu dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk usahanya, begitu juga sebaliknya

(7)

commit to user

tanpa adanya pelatihan bidang pembukuan sangat mempengaruhi kelancaran usahannya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan usahanya tersebut.

4.1.4. Jenis Barang yang Dijual

Dari penelitian yang penulis lakukan diketahui bahwa jenis barang yang dijual hampir sama pengusaha toko pakaian yang satu dengan pengusaha toko pakaian yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.6

Jenis Barang yang Dijual Responden Tahun 2015

No Jenis Barang Ya Tidak Jumlah Persentase Ya

Persentase Tidak

1 Pakaian muslim 51 37 88 58% 42%

2 Blus 72 16 88 82% 14%

3 Celana 50 38 88 63% 37%

4 Kemeja 72 16 88 82% 18%

5 Baju tidur 17 71 88 19% 81%

6 Perlengkapan sholat

8 80 88 9% 91%

7 Daster 42 46 88 48% 52%

8 Perlengkapan bayi

3 85 88 3% 97%

9 Rok 71 17 88 81% 19%

10 Dress 81 7 88 92% 8%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel di atas jenis-jenis barang yang dominan dijual adalah dress berjumlah 81 responden atau sebesar 92 persen, blus dan kemeja berjumlah 72 responden atau sebesar 82 persen, kemudian rok berjumlah 71 responden atau sebesar 81 persen, pakaian muslim berjumlah 51 responden atau sebesar 58 persen, celana berjumlah 50 responden atau sebesar 63 persen, daster berjumlah 42 responden atau sebesar 48 persen, baju tidur berjumlah 17 responden atau

(8)

commit to user

sebesar 19 persen, perlengkapan sholat berjumlah 8 responden atau sebesar 9 persen, dan perlengkapan bayi berjumlah 3 responden atau sebesar 3 persen.

4.1.5. Jumlah Pegawai/Pekerja

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis bahwa jumlah karyawan yang bekerja pada masing-masing toko pakaian bervariasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada lampiran 1.

Berdasarkan tabel 4.7 pada lampiran 1, jumlah pegawai masing-masing toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta tidak sama, jumlah terbanyak adalah pengusaha yang mempekerjakan 1 orang karyawan berjumlah 60 pengusaha toko pakaian, pengusaha yang mempekerjakan 2 orang karyawan berjumlah 20 pengusaha toko pakaian, pengusaha yang mempekerjakan 3 orang karyawan berjumlah 2 pengusaha toko pakaian, pengusaha yang dalam usahannya dikelola sendiri atau keluarga tanpa bantuan karyawan berjumlah 4 pengusaha toko pakaian, pengusaha yang mempekerjakan 7 orang karyawan berjumlah 1 pengusaha toko pakaian, dan pengusaha yang mempekerjakan 9 orang karyawan berjumlah 1 pengusaha toko pakaian.

Dari keseluruhan responden sebagian besar mempekerjakan dengan sedikit karyawan disebabkan faktor modal dalam usahanya dan kecilnya bentuk usaha yang mereka jalankan. Berbicara masalah tenaga kerja ini erat kaitannya dengan tingkat upah. Sistem pengupahan yang dipakai oleh pengusaha toko pakaian di BTC tergantung dari kebijakan masing-masing usaha toko pakaian. Ada yang melakukan pembayaran gaji per minggu, per bulan, dan ada yang melakukan

(9)

commit to user

pembayaran gaji karyawan dengan sistem bon dimana karyawan meminta gajinya ketika mereka membutuhkan uang dan tidak diambil semua gaji yang mereka miliki, atau karyawan mengambil semua gajinya pada periode waktu yang mereka inginkan.

4.1.6. Respon Responden Terhadap Pemegang Keuangan Perusahaan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa akibat kecilnya usaha yang mereka jalankan menyebabkan mereka dalam menjalankan usaha tidak menggunakan tenaga kasir. Untuk melihat lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8

Respon Responden Terhadap Pemengang Keuangan Perusahaan Tahun 2015

No Respon Responden Jumlah Persentase

1 Menggunakan tenaga kasir 7 8%

2 Tidak menggunakan tenaga kasir 81 92%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak menggunakan tenaga kasir yaitu sebanyak 81 responden atau 92 persen, hal itu dikarenakan masih kecilnya usaha yang mereka jalankan dan segala sesuatu dapat dikerjakan sendiri terutama dalam bidang keuangan. Akan tetapi, ada yang menggunakan tenaga kasir yaitu berjumlah 7 responden atau sebesar 8 persen.

Apabila perusahaan kecil menggunakan tenaga kasir maka sebaiknya harus ada pemisahan fungsi antara penerimaan kas dan pengeluaran kas. Sehingga didalam perhitungan laba rugi hasil usaha dapat terlihat dengan jelas pada laporan

(10)

commit to user

keuangan yang mereka buat. Maka dapat diketahui keuntungan atau kerugian suatu perusahaan tersebut serta untuk menulai kemajuan usaha yang dijalankan.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Buku Pencatatan Transaksi

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta, khususnya pada usaha kecil toko pakaian diketahui bahwa, pengusaha toko pakaian telah mempunyai buku pencatatan terhadap transaksi yang terjadi dalam aktivitas usahanya. Buku yang digunakan dalam pencatatan tersebut adalah buku kas (buku harian). Dengan demikian sudah sesuai dengan dasar pencatatan akuntansi yaitu dasar pencatatan secara cash basis, dimana transaksi-transaksi yang terjadi di perusahaan dicatat ketika adanya penerimaan dan pengeluaran kas oleh perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9 Buku Pencatatan

Penerimaan dan Pengeluaran Kas Tahun 2015

No Respon Responden Jumlah Persentase

1 Melakukan pencatatan

penerimaan dan pengeluaran kas

88 100%

2 Tidak melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas

0 0%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas berjumlah 88 responden atau sebesar 100 persen dan responden yang tidak melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas berjumlah 0 responden atau sebesar 0 persen.

(11)

commit to user

Berdasarkan informasi di atas pada umumnya pengusaha toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta sudah melakukan pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran kas dalam usahannya tersebut. Akan tetapi pencatatan yang dilakukan pengusaha toko pakaian di BTC masih sangat sederhana. Dari penelitian yang dilakukan penulis pencatatan yang dilakukan oleh pengusaha toko pakaian masih belum teratur dan hanya dapat dimengerti oleh para pengusaha toko pakaian itu sendiri.

Dalam hal pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukan oleh pengusaha toko pakaian masih ada sebagian kecil yang belum memadai, karena masih ada pengeluaran yang digunakan untuk keperluan pribadi atau rumah tangga dimasukan kedalam pengeluaran kas perusahaa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.10

Pemisahan Pencatatan Keuangan Perusahaan dengan Keuangan Rumah Tangga Responden

Tahun 2015

No Respon Responden Jumlah Persentase

1 Memisahkan pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga

78 89%

2 Tidak memisahkan pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga

10 11%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memisahkan pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga berjumlah 78 responden atau sebesar 89 persen dan responden yang tidak memisahkan

(12)

commit to user

pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga berjumlah 10 responden atau sebesar 11 persen.

Dari informasi diatas dapat disimpulkan sebagian besar pengusaha toko pakaian di BTC sudah melakukan pemisahan pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga. Akan tetapi, masih ada sebagian kecil pengusaha yang belum memisahkan pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga. Hal ini akan mempengaruhi perhitungan laba/rugi perusahaan, dimana biaya yang diperhitungkan dalam perhitungan laba/rugi semakin besar.

Sebaiknya pengusaha toko pakaian dalam mencatat penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dicatat dengan benar dan mudah dipahami oleh semua pihak yang memerlukan laporan keuangan tersebut dengan memisahkan antara penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dengan penerimaan dan pengeluaran kas rumah tangga.

Dalam Menjalankan usahanya pengusaha toko pakian di BTC tidak melakukan penjualan secara kredit karena pengusaha toko pakaian melakukan penjualan secara tunai. Dengan demikian pengusaha toko pakaian tidak memiliki buku piutang usaha. Untuk persediaan pengusaha toko pakaian hanya sebatas catatan faktur pembelian barang dagang dan sebatas ingatan saja tidak ada pembukuan mengenai persediaan.

(13)

commit to user 4.2.2. Perhitungan Laba/Rugi

Diketahui perhitungan laba/rugi terhadap usaha yang dijalankan sangat perlu.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.11

Pencatatan Terhadap Perhitungan Laba/Rugi Tahun 2015

No Respon Responden Jumlah Persentase

1 Melakukan perhitungan laba/rugi

88 100%

2 Tidak melakukan perhitungan laba/rugi

0 0%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagaian besar pengusaha pakaian telah melakukan pencatatan terhadap laba/rugi atas usaha yang mereka jalankan. Responden yang melakukan perhitungan laba/rugi berjumlah 88 responden atau sebesar 100 persen dan responden yang tidak melakukan perhitungan laba/rugi berjumlah 0 responden atau sebesar 0 persen.

Dari informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan laba/rugi dalam perusahaan sangat perlu sehingga mereka menerapkan perhitungan laba/rugi dalam usahannya. Perhitungan laba/rugi yang dilakukan oleh pengusaha toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta sudah sesuai dengan konsep dasar akuntansi yaitu konsep perbandingan, dimana perbandingan antara pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode waktu tertentu untuk memperoleh laba. Selain itu perhitungan laba/rugi oleh pengusaha toko pakaian di BTC juga sesuai dengan konsep kesatuan usaha, dimana sebagian besar pengusaha toko pakaian di BTC sudah memisahkan antara pengeluaran yang ada diperusahaan dengan pengeluaran rumah tangga.

(14)

commit to user 4.2.2.1. Penjualan/Pendapatan

Untuk penjualan dan pendapatan pengusaha pakaian sudah mengetahui atau mengenal dengan baik dan begitu juga dengan pencatatan yang dilakukan pengusaha pakaian telah menerapkan dengan baik. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.12

Pencatatan Pendapatan pada Responden Tahun 2015

No Pencatatan Penjualan Jumlah Persentase

1 Menerapkan pencatatan penjualan

88 100%

2 Tidak menerapkan pencatatan penjualan

0 0%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Dari tabel di atas pada umumnya responden telah menerapkan pencatatan penjualan. Responden yang melakukan pencatatan penjualan berjumlah 88 responden atau sebesar 100 persen. Pencatatan penjualan memang harus dilakukan oleh pengusaha toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang diterima oleh pengusaha toko pakaian. Pendapatan tersebut merupakan sumber utama dari perusahaan.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan sebagian besar pengusaha toko pakaian di BTC dalam mencatat penjualan yang terjadi didalam usahannya menggunakan dasar pencatatan dengan cash basis dimana suatu transaksi akan diakui dan dicatat ketika terjadinya penerimaan atau pengeluaran kas yang terjadi didalam perusahaan, agar responden mengetahui kemajuan dari perusahaan yang mereka kelola. Akan tetapi, pencatatan yang dilakukan oleh pengusaha toko pakaian masih sangat sederhana.

(15)

commit to user

Dalam pencatatan terhadap pendapatan harus berdasarkan dasar pencatatan, yaitu dasar akrual atau kas. Pengusaha toko pakaian dapat memilih dasar pencatatan pendapatan berbasis akrual atau berbasis kas. Berbasis akrual, dimana pencatatan tersebut dicatat atau diakui pada saat terjadinya transaksi dalam perusahaan tesebut tanpa melihat kas yang diterimannya. Berbasis kas, dimana suatu transaksi akan diakui dan dicatat ketika terjadinya penerimaan atau pengeluaran kas yang terjadi di dalam perusahaan. Selain itu juga berdasarkan konsep perbandingan dimana semua pendapatan yang dihasilkan dari transaksi yang terjadi di perusahaan dibandingkan dengan pengeluaran yang terjadi di perusahaan untuk mengetahui laba atau rugi dari pendapatan yang terjadi di perusahaan tersebut.

Tanpa adanya pencatatan pada pendapatan yang terjadi di perusahaan dengan baik maka perusahaan akan sulit mengetahui laba atau rugi yang terjadi di perusahaan, jika perusahaan tersebut tidak mengetahui laba atau rugi dengan benar maka perusahaan tersebut tidak akan berjalan atau beroperasi lama dan tidak sesuai dengan konsep kesinambungan dimana perusahaan tersebut seharusnya berjalan terus menerus tanpa ada batasan waktu.

4.2.2.2. Biaya-Biaya dalam Perhitungan Laba/Rugi

Dalam melakukan perhitungan laba/rugi responden, terdapat beberapa biaya yang akan diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(16)

commit to user Tabel 4.13

Biaya-Biaya dalam Perhitungan Laba/Rugi Tahun 2015

No Biaya dalam perhitungan

laba/rugi

Ya Tidak Jumlah Persentase Ya

Persentase Tidak 1 Pembelian barang

dagangan

88 0 88 100% 0%

2 Biaya listrik 56 32 88 64% 36%

3 Biaya sewa toko 81 7 88 92% 8%

4 Gaji karyawan 81 7 88 92% 8%

5 Biaya pengiriman barang

46 42 88 52% 48%

6 Biaya service cas 80 8 88 91% 9%

7 Jula-jula 1 87 88 1% 99%

8 Biaya rumah tangga

10 78 88 11% 89%

9 Biaya transportasi 27 61 88 31% 69%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa biaya-biaya yang dicatat dalam memperhitungkan laba/rugi antara lain pembelian barang dagangan, biaya listrik, biaya sewa toko, gaji karyawan, biaya pengiriman barang, biaya service cas, jula- jula, biaya rumah tangga, biaya transportasi. Biaya pembelian barang dagang berjumlah 88 responden atau 100 persen, biaya listrik berjumlah 56 responden atau 64 persen, biaya sewa toko dan gaji karyawan memiliki jumlah responden yang sama yaitu berjumlah 81 respondsen atau 92 persen, biaya pengiriman barang berjumlah 46 responden atau 48 persen, biaya service cas berjumlah 80 responden atau 91 persen, jula-jula berjumlah 1 responden atau 1 persen, biaya rumah tangga berjumlah 10 responden atau 11 persen, dan biaya transportasi berjumlah 27 responden atau 31 persen.

(17)

commit to user

Dari informasi di atas beberapa pengusaha toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta dalam menghitung laba/rugi perusahaan sudah sesuai dengan konsep kesatuan usaha karena dilihat dari biaya-biaya yang diperhitungkan dalam perhitungan laba/rugi tersebut sudah tepat, walaupun ada sebagian kecil yang memasukan biaya rumah tangga, yaitu berjumlah 10 responden dari 88 responden atau sebesar 11 persen. Dengan memasukan pengeluaran pribadi atau rumah tangga dalam perhitungan laba/rugi perusahaan, akibatnya laporan laba/rugi yang dibuat oleh pengusaha toko pakaian tidak tepat karena laporan laba/rugi perusahaan tidak menggambarkan hasil sebenarnya. Dan konsep perbandingan dimana pengeluaran yang terjadi di perusahaan dari aktivitas penjualan dibandingkan dengan seluruh pendapatan yang terjadi untuk memperoleh laba dari pendapatan yang terjadi di perusahaan.

4.2.2.3. Periode Perhitungan Laba/Rugi

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, dari masing-masing pengusaha toko pakaian dalam memperhitungkan laba/rugi terdapat perbedaan. Untuk melihat lebih jelas jangka waktu perhitungan laba/rugi yang dilakukan pengusaha pakaian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.14

Distribusi Responden Menurut Periode Perhitungan Laba/Rugi Tahun 2015

No Periode Perhitungan Laba/Rugi Jumlah Persentase

1 Periode satu minggu satu kali 7 8%

2 Periode satu bulan dua kali 6 7%

3 Periode satu bulan satu kali 75 85%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

(18)

commit to user

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa yang melakukan perhitungan laba/rugi responden yang melakukan perhitungan laba/rugi satu minggu satu kali berjumlah 7 responden atau sebesar 8 persen, responden yang melakukan perhitungan laba/rugi satu bulan dua kali berjumlah 6 responden atau sebesar 7 persen, dan responden yang melakukan perhitungan laba/rugi satu bulan satu kali berjumlah 75 responden atau sebesar 85 persen.

Dari informasi di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan perhitungan laba/rugi satu bulan satu kali. Hal ini dikarenakan usaha mereka tergolong masih kecil sehingga perkiraan-perkiraan yang mereka perhitungkan masih sedikit dan terbilang masih sangat sederhana. Hal ini sudah sesuai dengan konsep periode waktu, karena umur ekonomi bisnis dapat dibagi dalam beberapa periode waktu.

4.2.2.4. Kegunaan Perhitungan Laba/Rugi

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada pengusaha toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta diketahui bahwa, apakah hasil dari perhitungan laba/rugi sebagai pedoman untuk mengukur keberhasilan usahanya atau hasil perhitungan laba/rugi tidak digunakan sebagai pedoman untuk mengukur keberhasilan dalam usahannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(19)

commit to user Tabel 4.15

Kegunaan Perhitungan Laba/Rugi Tahun 2015

No Respon Responden Jumlah Persentase

1 Sebagai pedoman untuk mengukur keberhasilan usaha

88 100%

2 Tidak sebagai pedoman untuk mengukur keberhasilan usaha

0 0%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa keseluruhan pengusaha pakaian melakukan pehitungan laba/rugi digunakan sebagai pedoman untuk mengukur keberhasilan usahanya. Responden yang melakukan perhitungan laba rugi sebagai pedoman dalam mengukur keberhasilan usahannya berjumlah 88 responden atau sebesar 100 persen dan responden yang melakukan perhitungan laba/rugi tidak digunakan sebagai pedoman mengukur keberhasilan usahannya berjumlah 0 reponden atau 0 persen.

Dengan menggunakan laporan laba/rugi sebagai pedoman dalam mengukur keberhasilan suatu usaha tersebut sangat baik dilakukan oleh pengusaha toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta pada saat menentukan suatu keputusan yang berkaitan dengan perusahaannya apabila terjadi sebuah kerugian yang dialami oleh perusahaan tersebut.

4.2.2.5. Nilai Peralatan

Nilai peralatan yang responden miliki terdapat perbedaan antara yang satu dengan yang lain disebabkan karena masing-masing responden memiliki modal usaha dan jumlah tenaga kerja yang berbeda. Untuk lebih jelasnya tentang nilai peralatan pengusaha pakaian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(20)

commit to user Tabel 4.16

Distribusi Responden Menurut Nilai Peralatan Tahun 2015

No Nilai Peralatan (Rp) Jumlah Persentase

1 800.000-2.000.000 57 65%

2 2.500.000-4.500.000 17 19%

3 5.000.000 keatas 14 16%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai peralatan yang dimiliki responden antara Rp 800.000.000,00-Rp 2.000.000,00 berjumlah 57 responden atau sebesar 65 persen, nilai peralatan antara Rp 2.500.000,00-Rp 4.500.000,00 berjumlah 17 responden atau sebesar 19 persen, dan nilai peralatan Rp 5.000.000,00 keatas berjumlah 14 reponden atau 16 persen.

Dari penelitian yang penulis lakukan nilai peralatan yang dimiliki suatu perusahaan toko pakaian di Beteng Tarade Center (BTC) Surakarta tergantung dari besar kecilnya usaha dan modal usaha dalam perusahaan.

4.2.2.6. Tempat Usaha

Tempat usaha merupakan salah satu faktor untuk diketahui, tempat usaha responden diartikan sebagai tempat melakukan kegiatan usaha. Untuk lebih jelasnya tentang tempat usaha yang ditempati reponden dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.17

Distribusi Responden Menurut Tempat Usaha Tahun 2015

No Tempat Usaha Jumlah Persentase

1 Milik sendiri 0 0%

2 Disewa/Kontrakan 88 100%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

(21)

commit to user

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua tempat usaha yang digunakan oleh pengusaha toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta dengan cara menyewa atau dikontrak. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa semua kios yang ada di BTC tidak ada hak milik sendiri melainkan sewa kios dalam jangka yang cukup panjang misalkan sampai batas waktu nilai penyusutan gedung tersebut.

4.2.3. Respon Responden Terhadap Pembukuan yang Ada

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa, dengan sistem pembukuan yang mereka pakai selama ini sudah dapat membantu dan menilai kemajuan usaha, ini dijumpai dari beberapa pernyataan responden.

Untuk melihat lebih jelas apakah sistem pembukuan yang ada sudah dapat membantu responden dalam menilai kemajuan usaha, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.18

Respon Responden Terhadap Sistem Pembukuan Tahun 2015

No Respon Responden Jumlah Persentase

1 Sudah dapat membantu menilai kemajuan usaha

86 98%

2 Tidak dapat membantu dalam menilai kemajuan usaha

2 2%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden mengatakan sistem pembukuan yang mereka miliki dapat menilai kemajuan usaha berjumlah 86 responden atau sebesar 98 persen dan responden yang mengatakan sistem pembukuan yang mereka miliki tidak dapat menilai kemajuan usaha berjumlah 2 reponden atau sebesar 2 persen.

(22)

commit to user

Dari informasi di atas bahwa sebagian besar sistem pembukuan yang dimiliki reponden sudah dapat menilai kemajuan usaha reponden. Akan tetapi, pembukuan yang digunakan reponden masih bersifat sederhana dan tidak secara jelas disajikan dalam laporan keuangan. Hal ini bermakna walaupun ada sebagian responden yang mendapat pelatihan dalam bidang pembukuan baik pada saat berada di bangku pendidikan formal maupun non formal, tidak menjamin seseorang menguasai pembukuan dengan baik dan benar terbukti pembukuan yang dimiliki pengusaha toko pakaian masih bersifat sederhana dan tidak menerapkan pembukuan akuntansi secara baik dan benar.

4.2.3.1. Manfaat Pembukuan

Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa pada umumnya responden sudah mengetahui manfaat dari pembukuan tersebut. Untuk melihat lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.19

Respon Responden Terhadap Manfaat Pembukuan Tahun 2015

No Respon Responden Jumlah Persentase

1 Mengetahui manfaat pembukuan

88 100%

2 Tidak mengetahui manfaat pembukuan

0 0%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang mengetahui manfaat dari pembukuan tersebut berjumlah 88 reponden atau sebesar 100 persen dan responden yang tidak mengetahui manfaat dari pembukuan tersebut berjumlah 0 responden atau sebesar 0 persen.

(23)

commit to user

Dari informasi di atas bahwa sebagian besar pengusaha toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta sudah mengetahui manfaat dari pembukuan yang dilakukan didalam perusahaannya. Dengan demikian pengusaha toko pakaian sudah menyadari pentingnya manfaat pembukuan dalam usahanya. Pada umumnya responden mengetahui manfaat dari sistem pembukuan tersebut, yaitu untuk megetahui laba rugi perusahaan, biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan, dan melihat letak kelemahan yang dimiliki perusahaan untuk diperbaiki.

4.2.3.2. Kebutuhan Responden Terhadap Sistem Pembukuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, pada umumnya pengusaha pakaian tidak membutuhkan sebuah sistem pembukuan yang dapat membantu dalam menjalankan usaha. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.20

Kebutuhan Terhadap Sistem Pembukuan Tahun 2015

No Kebutuhan Terhadap Pembukuan Jumlah Persentase 1 Membutuhkan sistem

pembukuan

29 33%

2 Tidak membutuhkan sistem pembukuan

59 67%

Jumlah 88 100%

Sumber: data hasil penelitian lapangan

Dari tabel tersebut terlihat bahwa yang membutuhkan sistem pembukuan berjumlah 29 reponden atau sebesar 33 persen dan yang tidak membutuhkan sistem pembukuan berjumlah 59 reponden atau sebesar 67 persen.

Dari tabel di atas pengusaha toko pakaian di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta tidak membutuhkan sistem pembukuan. Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan sebagian besar responden beranggapan pencatatan sederhana

(24)

commit to user

yang mereka miliki sudah sangat membantu mereka dalam menjalankan usahannya dan tidak memerlukan sebuah sistem pembukuan yang terstruktur.

Akan tetapi, tidak sedikit juga yang membutuhkan sistem pembukuan dalam usahannya, karena mereka mengetahui manfaat pentingnya pembukuan didalam menjalankan usahanya secara tidak langsung mereka membutuhkan sistem pembukuan yang baik dan benar.

Gambar

Tabel 4.9  Buku Pencatatan

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penghambat dari sebagian masyarakat masih kurang berpartisipasi dan kelembagaan masyarakat kurang aktif dalam peningkatan kualitas SDM masyarakat dan faktor

Suatu aktivitas yang diharapkan dapat diterapkan untuk menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, dan komunikasi matematis siswa antara lain adalah

1182 | AKBEN Fen öğretiminde kullanılan problem kurma yaklaşımına ilişkin sınıf öğretmeni adaylarının görüşleri “Problem kurma uygulamaları ezberin dışında

Di jurusan Teknik Sipil mengambil bidang Manajemen Proyek Konstruksi dan mengerjakan Tugas Akhir dengan judul “Analisa Risiko Kecelakaan Kerja dengan Menggunakan

Konsep secara umum dari relationship quality adalah adanya kepercayaan (trust), kepuasan (satisfaction) dan komitmen (commitement) yang dimiliki oleh

• Ini dapat dibuktikan dengan adanya insentif serta penalti yang dijanjikan oleh Allah s.w.t dalam setiap nilai-nilai akhlak yang disebut di dalam al-Quran dan al-Sunnah.. •

Penelitian ini bertujuan, 1) mendeskripsikan kompetensi guru bahasa arab sesuai dengan undang-undang, 2) mendeskripsikan kompetensi guru, 3) mendeskripsikan faktor

When using the puppet style with Rails, this is the most sensible choice, because the response format of JavaScript can be used as the indicator for an AJAX request and doesn’t run