UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG BATIK NON-KIOS
(STUDY KASUS PASAR KLEWER SOLO)
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
EMA LIDYA SARI 040501028
EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
N a m a : Ema lidya sari N I M : 040501028
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang batik
Non-kios (study kasus pasar klewer solo)
Tanggal desember 2010 Pembimbing,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
BERITA ACARA UJIAN H a r i : senin
Tanggal : 20 desember 2010 N a m a : Ema Lidya Sari N I M : 040501028
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang
Batik Non-kios (study kasus pasar klewer solo)
Ketua Departemen, Pembimbing Skripsi,
(Wahyu Ario Pratomo, SE.M.Ec) (Drs. Rahmad Sumanjaya Msi)
Penguji I Penguji II
(Prof.DR.Ramli Ms) (Dra. Raina Linda Sari, Msi) NIP. NIP. 131 762 430
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
N a m a : Rahmat Lubis N I M : 040501004
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang batik
Non-kios (study kasus pasar klewer solo)
Tanggal Desember 2010 Ketua Departemen,
Tanggal Desember 2010 Dekan,
Abstract
Informal traders are one of the economic actors who actually gave a high contribution to regional income. seen from the many existing formal traders, but the informal traders will survive with modest capital and income.the main of this research is to know at what facto capital, the old business and the role of trade credit on income earned by the traders batik non shop in the city solo.
This study used a simple linear regression method (OLS) with cross section data, then apply the econometric model to estimate the factors that affect non-shop revenue batik traders in the city solo
The results of this study indicate that the free variables of capital, the old business and trade credit can explain variations in the dependent variable batik merchant non shop revenue by 88% while the remaining 12% is explained by other variables not included in the estimation model.
Abstrak
Pedagang informal adalah salah satu pelaku ekonomi yang sebenarnya memberikan kontribusi yang tinggi untuk pendapatan daerahnya.dilihat daari banyaknya pedagang formal yang ada,namun pedagang informal masi tetap bias bertahan dengan modal yang seadanya dan pendapatan yang seadanya.tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebesar apa fakto modal,lama usaha dan peranan pemberian kredit perdagangan terhadap pendapatan yang diperoleh oleh pedagang batik non kios dikota solo.
Penelitian ini menggunakan metode regresi linear sederhana (OLS) dengan data cross section, kemudian menerapkan model ekonometrika untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang batik non kios dikota solo
Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel-variabel bebas yaitu modal,lama usaha dan kredit perdagangan dapat menjelaskan variasi variabel terikat pendapatan pedagang batik non kios sebesar 88% sedangkan sisanya 12% dijelaskan oleh variable‐variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model.
Kata pengantar
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillahirabbil alamin penulis anjatkan puji dan syukur kepada ALLAH
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dan salawat serta salah semoga selalu
dilimpahkan kepada rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, keluarga beliau,sahabat
serta orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.
Adapun skripsi ini berjudul “analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan pedagang batik non-kios (study kasus pasar klewer solo)” adalah sebagai
salah satu pelaksana akademis untuk memenuhi syarat perkuliahan di jenjang study
strata 1 dalam rangka meraih gelar sarjana ekonomi jurusan ekonomi pembangunan
fakultas ekonomi universitas sumatera utara.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini,
disebabkan keterbatasan penulis. Untuk itu penulis mohon maaf, kritik serta saran
yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi penulis agar
lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
serta sumbangsih wawasan dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya.
Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada seluruh pihak yang telah
membantu secara moril dan materiil dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, yaitu
1. bapak Drs.Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku dekan fakultas ekonomi
universitas sumatera utara
2. Bapak Wahyu ario pratom SE,M.Ec selaku ketua departemen ekonomi
pembagunan fakultas ekonomi universitas sumatera utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, M.soc.Sc.Ph.D selaku sekretaris departemen ekonomi
pembangunan fakultas ekonomi universitas sumatera utara.
4. Bapak Alm.Drs.Jonathan sinuhaji Msi.selaku penasehat akademik selama
penulis mengikuti perkuliahan di fakultas ekonomi universitas sumatera utara.
5. Bapak Drs.Rahmat Sumanjaya Msc, selaku dosen pembimbing penulis yang
telah memberikan bantuan,bimbingan,saran,kritik serta masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Prof.DR.Ramli Ms dan Ibu Dra.Raina Linda Sari,Msi, selaku dosen
pembanding dan penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini
7. Seluruh dosen pengajar dan pegawai departemen ekonomi pembangunan
fakultas ekonomi atas pengajaran,bimbingan dan bantuan selama penulis
mengikuti perkuliahan.
8. Bapak H.Abdul Kadir, selaku ketua pehimpunan pedagang pasar klewer atas
bantuannya selama penulis berada dikota solo.
9. Orang Tua penulis bapak H.Ir.Makmur MBA dan ibu Hj. Ernasari batubara
atas segala perhatian dan dukungannya kepada penulis.
10.Dina,anggi,ica. Sepupu dan adik penulis yang selalu direpotkan dalam
11.Teman-teman departemen ekonomi pembangunan stambuk 2004,2005,2006
terkhusus buat momon, dewi, hera, sonya, campall, windy, lindy, hikmah.
Dhandun, irfan, adi, dafi. Putra, andi, andre, arif. Yang telah menjadi teman
terbaik penulis. Serta teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu
persatu
12.Sahabat terbaik penulis, Rafika sari SE, Dr cut nella,siska armelia Spd
13.Teman-teman UPT II Kelurahan Medan perjuangan atas segala bantuan
morilnya.
14.seluruh pedagang kaki lima pasar klewer solo terkhusus kepada ibu siti saijah
dan bapak marzuki atas bantuan sukarelanya memberikan segala informasi yg
terkait dalam penyelesaian skripsi ini.
15.Yang saya sayangi Muhammad Tandean H.H. atas segala ketabahannya
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini
16.Pihak-pihak yang membantu terselesaikannya skrpsi ini baik secara langsung
maupun tidak langsung
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para
pembaca serta memberika kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan,16 desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Hipotesis ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
BAB II URAIAN TEORITIS ... 11
2.1 Pendapatan ... 7
2.2 kredit ... 11
2.3 modal ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1 lokasi penelitian ... 36
3.2 jenis dan Sumber Data ... 36
3.3 Penentuan Sample ... 37
3.4 Tehnik Pengumpulan data ... 37
3.5 Pengolahan Data ... 38
3.6 Analisis Data ... 38
3.7 Hipotesis Model ... 39
3.8 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ... 40
3.8.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 40
3.8.2 Uji T-Statistik ... 40
3.8.3 Uji F-Statistik ... 41
3.9 Uji penyimpangan asumsi klasik ... 42
3.9.1 Uji Multikolinearitas ... 42
3.9.2 serial correlation ... 43
3.10 Definisi Operasional Variabel ... 40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Gambaran Umum Kota Surakarta ... 45
4.2 Karakteristik Responden ... 46
4.2.1 tingkat jumlah pendapatan ... 46
4.2.2 lama usaha ... 47
4.3 Hasil Penelitian ... 48
4.4 Uji Kesesuaian (Test of goodness of fit) ... 51
4.4.1 Uji T-statistik ... 51
4.4.2 Uji F-statisti ... 54
4.4.3 koefisien determinasi ... 56
4.5 Hasil Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 56
4.5.1 Uji Multikolinearitas ... 56
4.5.2 Uji Durbin-Watson ... 57
4.5.3 Uji Heterokedastisitas ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN 1
Abstract
Informal traders are one of the economic actors who actually gave a high contribution to regional income. seen from the many existing formal traders, but the informal traders will survive with modest capital and income.the main of this research is to know at what facto capital, the old business and the role of trade credit on income earned by the traders batik non shop in the city solo.
This study used a simple linear regression method (OLS) with cross section data, then apply the econometric model to estimate the factors that affect non-shop revenue batik traders in the city solo
The results of this study indicate that the free variables of capital, the old business and trade credit can explain variations in the dependent variable batik merchant non shop revenue by 88% while the remaining 12% is explained by other variables not included in the estimation model.
Abstrak
Pedagang informal adalah salah satu pelaku ekonomi yang sebenarnya memberikan kontribusi yang tinggi untuk pendapatan daerahnya.dilihat daari banyaknya pedagang formal yang ada,namun pedagang informal masi tetap bias bertahan dengan modal yang seadanya dan pendapatan yang seadanya.tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebesar apa fakto modal,lama usaha dan peranan pemberian kredit perdagangan terhadap pendapatan yang diperoleh oleh pedagang batik non kios dikota solo.
Penelitian ini menggunakan metode regresi linear sederhana (OLS) dengan data cross section, kemudian menerapkan model ekonometrika untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang batik non kios dikota solo
Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel-variabel bebas yaitu modal,lama usaha dan kredit perdagangan dapat menjelaskan variasi variabel terikat pendapatan pedagang batik non kios sebesar 88% sedangkan sisanya 12% dijelaskan oleh variable‐variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar,
terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan senantiasa
beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan
yang lebih baik dalam rangka pencapaian tujuan nasional suatu bangsa.
suatu pembangunan ekonomi tidak saja tergantung pada pengembangan industrialisasi dan
program-program pemerintah, namun juga tidak lepas dari peran sektor informal yang
merupakan katup pengaman dalam pembangunan ekonomi. Masyarakat ekonomi sektor informal
merupakan masyarkat yang masuk dalam kelompok usaha sendiri dengan jenis kesempatan kerja
yang kurang terorganisir, tidak terdaftar secara resmi, umumnya yang masuk sektor informal
adalah usaha yang keberadaannya tidak memiliki NPWP.
Pada saat krisis dan sampai dengan saat ini salah satu sektor yang masih mampu bertahan
ialah sektor kecil dan mikro atau yang lebih sering disebut dengan sektor informal. Kita tidak
dapat meremehkan sektor ini, karena dewasa ini sektor informal telah banyak menyerap tenaga
kerja, walaupun tenaga kerja tersebut produktivitasnya rendah, namun telah berperan positif
dalam usaha kesempatan kerja, oleh karena itu sektor informal tidak bisa diabaikan begitu saja.
Menurut todaro (1998:322) karakteristik khas sektor informal adalah sangat bervariasi dalam
bidang kegiatan produksi barang dan jasa berskala kecil, unit produksi dimiliki secara
digunakan relatif sederhana. Para pekerjanya sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal,
umumnya mereka tidak memiliki keterampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja. Oleh
sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah dari kegiatan bisnis yang
ada di sektor formal.
Meskipun sektor informal bukanlah hal yang baru dalam perekonomian indonesia namun
masalah yang dihadapi oleh sektor informal khususnya pedagang kecil tidak pernah ada
habisnya, mulai dari pengadaan modal sampai dengan kualitas barang yang diperdagangkan.
Dalam hal ini kredit sering dijadikan alat untuk membantu usaha mereka, pemberian kredit pada
pedagang kecil dapat membantu meningkatkan pendapatan mereka namun dalam hal ini masih
banyak pedagang kecil yang lebih mempercayakan peminjaman uangnya terhadapa para rentenir,
dengan alasan peminjaman terhadap rentenir tidak terlalu berbelit-belit seperti peminjaman di
bank walaupun dengan bunga yang jauh lebih tinggi daripada bank.
Kota Solo adalah wilayah yang merupakan core area atau pusat aktifitas baik ekonomi,
sosial, budaya dan politik bagi wilayah disekitarnya.Wilayah kota solo yang relatif kecil dengan
jumlah penduduk yang juga sedikit menyebabkan perkembangan kota mengarah pada kotanisasi
diwilayah-wilayah sekitarnya. Karena itulah fungsi dan peran kota ini cukup unik, karena
sebagai pusat administrasi dan ekonomi, kota ini digerakkan oleh sumber daya dan tenaga kerja
yang lebih dari separuhnya berasal dari luar kota. terbatasnya kemampuan kota untuk
menyediakan lapangan pekerjaan bagi pendatang telah menciptakan kerja-kerja informal
diperkotaan, di surakarta sektor ini menjelma menjadi wilayah yang disatu sisi menjadi problem
perkotaan, namun disisi yang lain bermanfaat sebagai peredam ledakan pengangguran dan juga
sebagai sumber pemasukan daerah melalui retribusi. Disadari atau tidak sektor ini menjadi
penggerak utama roda ekonomi kota, karena dari sinilah kebutuhan mendasar masyarakat kota
diproduksi.
Berbicara tentang kota Solo kurang lengkap jika kita tidak membicarakan batik, karena kota
Solo adalah salah satu pusat batik terbesar di Indonesia, dimana banyak masyarakatnya adalah
pengrajin atau pedagang batik, industri batik di kota Solo sudah lama berkembang dan menjadi
lokomotif perekonomian di kota ini. Banyak alternatif lokasi yang tersedia untuk dijadikan
tujuan belanja batik, salah satunya adalah pasar batik klewer yang merupakan salah satu pusat
perdagangan batik terbesar di indonesia yang didirikan pada tahun 1970, dikarenakan oleh letak
pasar klewer yang sangat strategis yaitu berdekatan dengan kraton solo dan alun-alun sehingga
hampir setiap hari daerah ini tak pernah sepi oleh hiruk-pikuk jalanan. Pasar klewer menjadi
sentral bisnis perdagangan yang cukup besar dengan jumlah kios sebanyak 2.022 unit dan
nonkios sebanyak 500 orang (data tahun 2007) dengan perputaran uang sebesar
Rp.5.000.000.000-Rp.6.000.000.000/hari dan menghasilkan pendapatan dari retribusinya sebesar
Rp.3.000.000.000/tahun, atau menyumbang lebih kurang 5% untuk PAD kota solo (suara
merdeka : 2004) jenis batik yang dijual di pasar klewer antara lain kain batik tulis, batik cap,
baju batik, sprei batik, hingga sarung bantal batik dengan kisaran harga Rp.10.000-Rp.25.000
untuk baju batik dan Rp.100.000-Rp.1.000.000 untuk jenis batik dari bahan sutra.
Dengan berkembang pesatnya peranan pasar klewer terhadap perekonomian kota solo,
berakibat pada bertambahnya jumlah pedagang di pasar tersebut, tidak terkecuali pedagang
nonkios atau yang sering kita sebut pedagang informal. Memang jumlahnya tidak dapat
mengalahkan pedagang formal tetapi secara tidak langsung pedagang informal juga memberikan
Untuk meningkatkan pendapatan pedagang informal dihadapkan pada persoalan tentang
bagaimana memilih berbagai keputusan yang pada umumnya mereka mengambil keputusan
dengan naluri saja. Kemungkinan cara ini berhasil, namun seberapa jauh keberhasilannya jika
usaha formal semakin berkembang. Sehingga secara tidak langsung pedagang informal harus
mulai mempertimbangkan suatu cara yang tepat dalam mengambil keputusan untuk
meningkatkan pendapatanya.
Dari uraian diatas penulis merasa tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam sebuah
karya tulis berbentuk skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Batik Non-kios (Study kasus : Pasar Batik Klewer di kota solo)”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka ada rumusan masalah yang dapat diambil
sebagai kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
dalam penulisan skripsi ini. Rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara untuk
mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi.
Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Modal berpengaruh terhadap pendapatan pedagang batik?
2. Apakah Lama usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang batik?
1.3. Hipotesis
Hipotesis adalah proporsi, kondisi atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar
dan barangkali tanpa keyakinan, agar bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis dan dengan cara
ini kemudian diadakan pengujian (testing) tentang kebenarannya dengan mempergunakan data
empiris (empirical data) hasil penelitian. Dalam hipotesis ini penulis membatasi diri pada 4
faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang batik non-kios yaitu pada :
1. Modal berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang batik
2. Lama usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang batik
3. Kredit berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang batik
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor modal, lama usaha, jumlah pegawai
dan kredit terhadap pendapatan pedagang batik non-kios.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Menambah, melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang
Sudah ada menyangkut topik yang sama
2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi mahasiswa
fakultas ekonomi,khususnya mahasiswa departemen ekonomi pembangunan.
3. Sebagai proses pembelajaran dan menambah wawasan bagi penulis dalam hal
menganalisa dan berfikir.
4. Sebagai referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 PENDAPATAN
2.1.1. Pengertian Pendapatan
Untuk mengukur kondisi ekonomi seseorang, salah satu konsep pokok yang sering
digunakan adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan dapat menunjukkan seluruh uang yang diterima atau diperoleh oleh seseorang selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan
ekonomi.
Pendapatan merupakan uang yang diterima seseorang dan perusahaan dalam bentuk
gaji(wages), upah(salaries), bunga, laba, tunjangan ,uang pensiun dan sebagainya
(Collin,1994:287). Dari segi ekonomi mikro istilah pendapatan dipakai berkenaan dengan aliran
penghasilan dalam suatu periode waktu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi,
sumber daya alam,sewa,tenaga kerja(upah/gaji) dan modal (bunga/laba). Dari segi makro istilah
pendapatan nasional(national income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu
negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, tidak termasuk transfer (tunjangan
pengangguran, uang pensiun, dsb). Menurut kamus ekonomi pendapatan adalah berhubungan
dengan pendapatan pemerintah dari pajak, bea import, dan sebagainya. Istilah ini juga diterapkan
terhadap pendapatan perusahaan dan pendapatan individu.
Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan,
jenis kegiatan yang diikutsertakan terdiri dari modal atau keterampilan. Mempunyai
produktivitas tenaga kerja lebih yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih
Fisher dan Hicks menegaskan bahwa pendapatan adalah serangkaian kejadian yang berkaitan
dengan beberapa tahap yang berbeda, yaitu :
1. Kenikmatan pendapatan psikis
2. Pendapatan riil
3. Pendapatan uang (Mc.culler 1987:74)
Pendapatan psikis adalah barang dan jasa yang sungguh-sungguh dikonsumsi oleh orang,
yang menciptakan kesenangan psikis dan kepuasan kebutuhan. Pendapatan psikis merupakan
konsep psikologis yang tidak dapat diukur secara langsung namun dapat ditaksir oleh pendapatan
riil.
Sedangkan pendapatan riil adalah ekspansi kejadian yang menimbulkan kenikmatan
psikis. Pendapatan riil diukur dengan biaya hidup atau kepuasan yang diciptakan oleh
kenikmatan psikis dari keuntungan yang diukur dengan pengeluaran uang yang dilakukan untuk
perolehan barang dan jasa sebelum dan sesudah konsumsi.
Pendapatan uang menunjukkan seluruh uang yang diterima dan dimaksudkan akan
dipergunakan untuk konsumsi dalam memenuhi biaya hidup sementara pendapatan psikis lebih
mendasar dan pendapatan uang sering disebut dengan pendapatan.
Menurut BPS Pendapatan dikelompokkan sebagai berikut :
1. pendapatan sektor formal.
Yaitu segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang sifatnya regular dan yang
diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontrak prestasi dari sektor formal pendapatan
ini meliputi :
pendapatan berupa barang
2. pendapatan sektor informal
Yaitu segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang diterima , biasanya sebagai
balas jasa atau kontra prestasi dari sektor informal. Pendapatan ini berupa pendapatan
dari usaha yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri ,komisi, penjualan dari kerajinan
rumah tangga, pendapatan dari investasi, pendapatan keuntungan sosial.
Pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja
atau buruh baik berupa fisik maupun non-fisik,selama ia melakukan pekerjaan dari suatu
perusahaan, instansi atau tempat dia bekerja. Setiap orang yang bekerja berusaha untuk
memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar dapat memenuhi kebutuhan hidup
demi terciptanya kesejahteraan dalam rumah tangga.
2.1.2. Sebab-Sebab ketimpangan pendapatan
a. Usia
Pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan masa kerja seseorang,lewat
dari batas itu pertambahan usia akan diiringi dengan penurunan pendapatan. Batas atau
titik puncak diperkirakan ada pada usia 45-50 tahun dengan asumsi produktivitas
nasional dianggap sebagai unsur konstant
b. Karakteristik Bawaan
Seseorang yang dianugrahi paras rupawan dan suara yang indah jauh lebih
mencetak pendapatan yang berlipat ganda dari pendapatan orang lainnya. Demikian juga
seseorang yang lahir dengan IQ lebih dari 160, asalkan dia tidak aneh dia pasti lebih
secara alamiah biasa saja dengan ketekunan yang luar biasa dalam memperjuangkan
nasibnya, bias juga memperoleh penghasilan lebih tinggi, oleh sebab itu sejauh mana
besar kecilnya pendapatan bias dihubungkan dengan karakteristik bawaan masih jelas,
apalagi keberhasilan seseorang sering kali dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
masyarakat.
c. Keberanian Mengambil Resiko
Orang yang bekerja dilingkungan kerja yang berbahaya biasanya memperoleh
pendapatan lebih banyak, cateris paribus. Siapa yang berani mempertaruhkan kesehatan
dan nyawanya di bidang kerja berbahaya pasti menerima imbalan yang lebih besar.
d. Ketidakpastian dan Varian Pendapatan
Orang yang tekun dalam bidang pekerjaan akan menuntut lebih dan menerima
pendapatan yang lebih besar. Jelas tingkat pendapatan mereka tentu saja yang berhasil
akan melebihi orang yang bekerja dibidang yang lebih aman.
e. Bobot Latihan
Yang menguasai bobot latihan yang lebih tinggi pasti memperoleh pendapatan yang
banyak. Latihan itu bisa bersumber dari pendidikan formal,seperti sekolah, kuliah,
maupun kursus tertulis, bisa juga dari pengetahuan dan pengalaman seseorang selama ia
bekerja atau sering disebut magang. Bobot latihan memperbesar pendapatan karena
latihan itu meningkatkan keterampilan seseorang sehingga ia mampu menghasilkan
produk fisik marginal yang lebih tinggi.
Mereka yang mempunyai kekayaan warisan atau lahir dilingkungan keluarga yang kaya
akan lebih mampu memperoleh pendapatan daripada mereka yang tidak mempunyai
kekayaan warisan, sekalipun kemampuan dan pendidikannya setara.
g. Monopoli dan Monopsoni
Kebijakan sepihak serikat buruh,penerapan tingkat upah minimum oleh
pemerintah,ketentuan syarat lisensi, sertifikat dan sebagainya turut melibatkan perbedaan
pendapatan uang dikalangan kelas pekerja. Mereka yang diuntungkan oleh ketidak
sempurnaan pasar itu akan menerima pendapatan yang lebih rendah
h. Diskriminasi
Kita tidak bisa pungkiri bahwa dipasar tenaga kerja sering terjadi diskriminasi suku, ras,
agama atau jenis kelamin dan itu semua merupakan penyebab variasi tingkat pendapatan.
Sebaiknya dalam dunia kerja diskriminasi tidak terjadi lagi.
2.2. KREDIT
2.2.1. Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang artinya percaya ( Prapto dan
Achmad Anwari). Dalam arti luas, kredit diartikan sebagai kepercayaan, yakni si pemberi kredit
percaya bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Dan sipenerima
kredit merupakan penerima kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar
sesuai jangka waktu.
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 adalah
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
2.2.2. Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah
sebagai berikut :
a) Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang,
barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu/dimasa yanga
akan datang.
b) Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan, di dalam kredit juga mengandung unsure kesepakatan
antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam
suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing.
c) Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut
bisa berupa jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
d) Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak
tertagihnya/ macet pemberian kredit. Makin panjang suatu jangka waktu kredit maka
kreditur (pemberi kredit), baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun
oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya, terjadi bencana alam atau bangkrutnya
usaha nasabah tanpa ada unsure kesengajaan lainnya.
e) Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal
dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini
merupakan keuntungan bank.
2.2.3. Fungsi Kredit
Fungsi kredit secara luas antara lain :
a) Meningkatkan daya guna uang
Maksudnya jika uang hanya disimpan saja maka tidak akan menghasilkan sesuatu
yang berguna. Dengan diberikannya kredit, maka uang tersebut menjadi berguna
untuk menghasilkan barang atau jasa oleh sipenerima kredit.
b) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah
ke wilayah lainnya sehingga apabila suatu daerah yang kekurangan uang dengan
memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari
daerah lainnya.
c) Meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk
mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah
ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya
bertambah atau dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.
e) Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dapat menjadi alat stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang
diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Dan
kredit tersebut juga dapat membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri
ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa Negara.
f) Meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha,
apalagi bagi si nasabah yang modalnya terbatas.
g) Meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka akan semakin baik, terutama dalam
hal pemerataan pendapatan.
h) Menigkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan rasa saling
membutuhkan antar si penerima dan si pemberi kredit. Sehingga dapat pula
tercipta perdamaian dunia
2.2.4. Tujuan Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit ini
tidak akan terlepas dari misi lembaga keuangan tersebut. Adapun tujuan utama pemberian suatu
a) Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut
terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh kreditur sebagai balas jasa dan biaya
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Disisi lain nasabah juga akan
bertambah maju dalam usahanya.
b) Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya yaitu membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan adanya dana tersebut, maka pihak
debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
c) Membantu pemerintah
Bagi pemerintah, semakin banyak kredit yang disebarkan akan semakin baik, karena
dengan kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor. Keuntungan
tersebut berupa penerimaan pajak,membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah
barang dan jasa, menghemat devisa Negara karena mengurangi impor dan bahkan
meningkatkan devisa Negara apabila kredit yang diberikan untuk keperluan ekspor.
2.2.5. Jenis-Jenis Kredit
1. Dari segi lembaga pemberi-penerima kredit yang menyangkut struktur
Pelaksanaan kredit.
a) Kredit perbankan
Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada dunia usaha guna
membiayai sebagian kebutuhan permodalan.
Kredit yang diberikan oleh bank Indonesia kepada lembaga pemerintah, atau semi
pemerintah.
c) Kredit likuiditas
Kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank-bank yang beroperasi di
Indonesia yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai
kegiatan-kegiatan perkreditannya.
2. Dari segi kegunaan.
a) Kredit investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan usaha atau membangun proyek/pabrik baru
atau untuk keprluan rehabilitasi yang masa pemakaiannya untuk suatu periode yang
relatif lama.
b) Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
3. Dari segi tujuan kredit
a) Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi ataupun investasi.
Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.
b) Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak
ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk
digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang
tersebut.
4. Dari segi jangka waktu
a) Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling
lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b) Kredit jangka menengah
Jangka waktu kredit berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, biasanya
untuk investasi.
c) Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka
panjang masa pengembaliannya diatas tiga atau lima tahun. Biasanya kredit ini
untuk investasi jangka panjang.
5. Dari segi jaminan
a) Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk
barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit
yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.
b) Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta
6. Dari segi sektor usaha
a) Kredit pertanian
Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat.
Kredit sektor ini bisa jangka pendek atau jangka panjang
b) Kredit investasi
Yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri
kecil,menengah maupun besar
c) Kredit Pertambangan
Yaitu jenis kredit yang diberikan untuk usaha tambang yang dibiayai, biasanya
kredit jangka panjang.
d) Kredit Konstruksi
Yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai pembangunan gedung-gedung
perkantoran,perumahan, dan lain-lain
e) Kredit Profesi
Diberikan kepada kalangan profesional seperti dosen,dokter atau pengacara.
f) Kredit Perumahan
Yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan.
g) Kredit Pendidikan
Yaitu kredit yang diberikan untuk membangun sarana-sarana pendidikan atau
dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa yang sedang belajar.
2.2.6. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit
yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian
kredit. Sebelum kredit tersebut disalurkan, penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan
berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya.
Untuk menghindari kerugian/memperkecil resiko kredit dimasa mendatang investigasi
kredit yang tegas,spesifikasi, dan akurat harus dilakukan. Tujuan dari investigasu kredit ini
adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan obyektif sebanyak mungkin yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan dan keinginan calon debitur melunasi kredit.
Menurut Reed dan Giil (1989), unsure-unsur yang harus tercakup dalam investigasi kredit
adalah :
a. Kapasitas untuk membayar
b. Karakter dan itikad baik
c. Kemampuan menghasilkan pendapatan
d. Asset yang dimiliki
e. Kondisi ekonomi
f. Faktor-faktor penting dalam usaha
Untuk mendapatkan hasil investigasi yang baik dan akurat bank dapat melakukan
Langkah-langkah berikut :
1. wawancara dengan calon debitur. Dan hasil wawancara diharapkan dapat diperoleh
informasi tentang visi/misi/kemampuan pengelolaan, dan itikad baik calon debitur.
2. memeriksa kembali catatan-catatan bank tentang debitur yang bersangkutan. Hal ini
3. bank dapat menggunakan informasi-informasi yang berasal dari luar bank bersangkutan,
seperti konsultan ekonomi atau konsultan usaha, bank-bank lain yang pernah kerjasama
dengan calon debitur.
4. pengamatan langsung ke tempat usaha calon debitur
5. laporan keuangan calon debitur,terutama neraca,laporan rugi laba,dan laporan perubahan
modal.
2.2.7. Kriteria pemberian kredit
Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:193), untuk
memaksimumkan kemungkinan keberhasilan kredit maka prinsip 5C,konsep 7P dan konsep 3R
dapat diterapkan dalam analisis kredit :
Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut :
1. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit
benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang sinasabah baik yang
bersifat pribadi, hal ini dijadikan ukuran kemauan nasabah untuk membayar.
2. Capacity
Adalah analisis untuk melihat kemampuan nasabah untuk membayar kredit. Dari
penelitian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya yang dihubungkan
dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman, sehingga akan terlihat
kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak dilihat laporan keuangan
dan ukuran lainnya.capital juag harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada
sekarang ini dan persentase modal sendiri dengan modal pinjaman.
4. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga
kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
5. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non
fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan diteliti
keabsahannya serta kesempurnaannya.
Unsur-unsur dalam konsep 7P antara lain :
1. Kepribadian (Personality)
Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku,sejarah hidupnya
yang mencakup sikap, emosi, dna tindakan dalam menghadapi masalah.
2. Tujuan (Purpose)
Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar
kredit yang diajukan.
3. Prospek (Prospect)
Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur,baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
4. Pembayaran (Payment)
Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber dana
tersebut, dan bagaimana tingkat kepastiannya.
Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon
debitur.bagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.
6. Perlindungan (Protection)
Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan
usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.
7. Party
Bertujuan bagaimana calon debitur berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya.
Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas.
Unsur-unsur dalam konsep 3R :
1. Tingkat pengembalian usaha (Return)
2. Kemampuan membayar kembali (repayment)
3. kemampuan menanggung resiko (Risk Bearing Ability)
2.3. Modal
Modal merupakan barang-barang yang diciptakan oleh manusia dengan tujuan untuk
menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang akan digunakan masyarakat. Menurut
Mobyarto(1984:91) Modal merupakan barang atau utang yang secara bersama-sama dengan
faktor produksi lainnya (tanah dan tenaga kerja) dalam menghasilkan barang-barang baru.
Meskipun modal selalu dinyatakan nilainya dalam bentuk uang, namun ada juga
penciptaan modal tanpa menggunakan uang. Meskipun demikian uang masih merupakan alat
utama dalam penciptaan modal. Modal atau kapital yang dimaksud adalah semua barang yang
dihasilkan dan digunakan dalam proses produksi untuk masa yang akan datang. Dalam
bangunan, instalasi, pabrik, dan alat-alat transportasi. Modal juga meliputi persediaan barang
mentah, barang setengah jadi yang akan digunakan dalam sektor industri.
Ditinjau dari kekuasaan menggunakannya modal dapat digolongkan menjadi beberapa
bagian utama yaitu :
modal abstrak
yaitu modal yang elemen-elemennya tidak berubah dalam jangka waktu tertentu dan
relatif permanen. Dapat dikatakan modal pasif.
Modal kongkrit
Yaitu modal yang elemen-elemennya selalu berubah-ubah,akan selalu berganti baik
dalam waktu pendek (kas,piutang,barang) maupun dalam jangka waktu panjang (aktiva
tetap). (Kadariah, 1999:10)
Dalam suatu kegiatan proses produksi, modal terbagi menjadi dua bagian yaitu :
Modal yang tidak dapat bergerak (modal tetap)
Didefenisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam produksi yang tidak habis dalam
sekali proses produksi, peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relatif pendek dan tidak
berlaku untuk jangka panjang. Yang termasuk modal tetap adalah : tanah, bangunan dan
mesin-mesin.
Modal variabel (modal tidak tetap)
Didefenisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan sewaktu-waktu
Modal (sumber-sumber ekonomi manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis
karena dari waktu ke waktu masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk
ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk
pabrik-pabrik baru, membeli mesin-mesin, membangun jalan-jalannya dan sebagainya. Karena
adanya saving dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal dari waktu kewaktu bisa
bertambah sedangkan permintaan akan barang-barang modal terutama sekali dipengaruhi oleh
gerak permintaan akan barang-barang jadi pada gilirannya dipengaruhi oleh dua faktor utama :
Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan pendapatan penduduk.
2.4. Sektor Informal
2.4.1. Pengertian sektor informal
Konsep sektor informal pada awalnya dikemukakan oleh Hart, dimana sektor informal
sebagai bagian angkatan kerja dikota yang berada diluar pasar tenaga kerja yang terorganisir
(Hart dalam Breman, 1985-138), sedangkan study yang dilakukan oleh international labour
organization (ILO) mengungkapkan bahwa sektor informal tidak sebatas pada pekerjaan
dikawasan pinggiran kota besar,namun juga meliputi berbagai aktivitas ekonomi yang bersifat
mudah untuk dimasuki,menggunakan sumber daya lokal sebagai faktor produksi utama, usaha
milik sendiri, skala operasinya kecil, berorientasi pada penggunaan tenaga kerja dengan
penggunaan teknologi yang bersifat adaptif, keterampilan dapat diperoleh diluar instansi
pendidikan formal, tidak merasakan secara langsung dampak dari kebijakan yang dikeluarkan
Sejalan dengan itu Sethuraman dalam Kurniadi dan Tangkilisan (tt:23) memberikan
defenisi teoritis mengenai keberadaan sektor informal yang terdiri dari unit-unit usaha yang
berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok
menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan dalam usahanya itu sangat
dihadapkan berbagai kendala seperti faktor modal baik fisik maupun manusia (Pengetahuan) dan
faktor keterampilan.
Hidayat (1978 : 66) mendefenisikan sektor informal sebagai bagian dari system ekonomi
kota dan desa yang belum mendapat bantuan dari pemerintah atau belum mampu menggunakan
bantuan tetapi belum mampu berdikari.
Sebelumnya telah diuraikan bahwa kesan terhadap sektor informal yang kotor merupakan
usaha batu loncatan (tidak serius) adalah tidak salah dan tidak benar, hal ini dapat dilihat dari
temuan penelitian yang membedakan sektor informal menjadi dua yaitu:
1. Sektor informal merupakan suatu proses pengembangan sektor tradisional dengan
teknologi sederhana baik di pedesaan maupun di perkotaan, kegiatan usaha belum
terdaftar karena skala usaha kecil, menggunakan tenaga kerja yang berasal dari
keluarganya, belum terdaftar di lembaga formal, perizinan serta kebijaksanaan pemerinth
termasuk permodalan, pelayanan, dan perlindungan.
2. Sektor informal muncul sebagai suatu variasi struktur ekonomi yang muncul sehingga
suatu alternatif kegiatan ekonomi yang dapat diharapkan hidup bagi pelaku ekonomi, ini
berarti kurang terintegrasi menjadi kegiatan ekonomi yang lebih tinggi atau berubah
menjadi sektor formal.
Yang dipandang bersumber pada perekonomian kota di Negara dunia ketiga yang non sosialis.
Ini berarti bahwa istilah sektor informal menunjuk pada adanya dualisme yang ciri kedua bagian
saling bertentangan, sektor formal digunakan dalam pengertian pekerja bergaji dan perusahaan
besar yang lain, karena itu beberapa penulis berbicara tentang sektor yang terorganisasi, terdaftar
dan dilindungi oleh hukum
Kegiatan perekonomian yang tidak memenuhi kriteria ini kemudian dimasukkan dalam
istilah sektor informal,suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang sering
tercakup dalam istilah umum “usaha sendiri”. Ini merupakan jenis kesempatan kerja yang kurang
terorganisir yang sulit dipantau atau karena itu sering dilupakan dalam sensus resmi akhirnya
merupakan kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan-aturan
hukum, karena defenisi sektor informal ini kurang baik sehingga sering dilengkapi dengan suatu
daftar kegiatan agak berbeda yang terlihat apabila menyusuri jalan-jalan kota didunia ketiga
seperti : pekerja kaki lima,penjual Koran, anak-anak penyemir sepatu, penjaga kios,penjaga
keliling dan lain-lain. Dengan kata lain mereka adalah kumpulan pedagang kecil,pekerja yang
tidak terlihat dan tidak terampil serta golongan lain dengan pendapatan rendah dan tidak tetap.
2.4.2. Latar belakang Lahirnya Sektor Informal
Sektor informal lahir karena adanya dualisme dalam pembangunan ekonomi yang
diterapkan pada zaman colonial. Ciri ekonomi kolonial adalah adanya dualisme antara kota
(yang maju dan tempat lokasi industri barang konsumsi) dan desa (yang terbelakang dan tempat
dominasi tenaga kerja berlebihan), didaerah pedesaan juga terdapat dualisme lain, yaitu anatara
ekonomi enklave (lokasi perkebunan dan usaha pertambangan modern) dan ekonomi tradisional
Sektor informal dikota selama era pembangunan ini antara lain dipadati oleh kelompok
migran sekuler. Motif utama mereka berimigrasi adalah alas an ekonomi. Hal ini didasari atas
adanya perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara daerah pedesaan dan pekotaan. Di kota
terdapat kesempatan ekonomi yang lebih besar dibanding dengan pedesaan ( Todaro, 1995 :
265).
Penekanan pada latar belakang pedesaan ini tidak mengejutkan bila diingat bahwa sektor
informal dianggap bermula dari proses urbanisasi yang berlangsung terus, yakni arus tenaga
kerja yang berlebih keluar dari pedesaan secara besar-besaran. Dan meskipun para imigran
pedesaan ini merupakan bagian dari kaum miskin di kota, studi-studi yang didasarkan pada
penelitian empiris telah membuktikan : pertama bahwa di sektor informal persentase ini tidak
tentu jauh lebih rendah, dan kedua bahwa sejumlah besar mereka yang memperoleh keberhasilan
dari sektor informal dilahirkan di daerah kota (manning, 1985 : 145)
Betapapun kecilnya pendapatan diperoleh pekerja dalam sektor informal di kota,
kesempatan kerja dikota senantiasa lebih banyak tersedia daripada di daerah pedesaan dan
standar hidup minimum dikota juga lebih tinggi. Bahkan keadaan penduduk yang paling miskin
dikota barangkali jauh lebih baik daripada lapisan berpendapatan rendah dipedesaan (manning,
1985 : 146).
Sulit dirumuskan secara tegas batasan-batasannya karena luasnya spectrum dan
kompleksitas sektor informal ini walaupun dengan mudah orang menggolongkan mereka yang
bekerja debagai pedagang kecil, termasuk kategori bekerja di sektor informal, sehingga proses
pemberian batasan tampaknya harus ditempuh secara terbalik. Dari data empiris yang ada
diturunkan karakteristik umumnya untuk kemudian digunakan sebagai batasan apa yang
Umumnya para pedagang sektor informal seperti pedagang kaki lima memiliki latar
belakang social yang beraneka ragam baik tingkat pendidikan formal yang rendah dan
keterampilan yang sederhana serta berasal dari keluarga yang secukupnya, akan tetapi memiliki
semangat juang dan daya tahan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat kota.
Pada awalnya para pedagang sektor informal seperti pedagang kaki lima muncul satu
persatu dan terus bertambah setelah adanya reaksi pasar yang positif dan tanpa disadari semakin
bertambah banyak yang pada akhirnya menciptakan “pasar kaget” dan berkembang menjadi
pasar tradisional dan hal ini menjadi suatu realitas sosial yang tidak dapat dipungkiri dalam
kehidupan masyarakat indonesia khususnya dikota-kota besar. Hal ini dapat terjadi sebagai salah
satu dampak pembangunan nasional yang tidak merata sampai ke daerah-daerah hingga pedesaan
yang mengakibatkan jumlah kepadatan di kota-kota besar meningkat terus setiap tahun sejalan
dengan meningkatnya urbanisasi
2.4.3. Ciri-ciri sektor informal
Fenomena dari sektor informal merupakan suatu gambaran unik dari wajah ekonomi
kota. Dimana terdapat suatu komunitas masyarakat yang tidak mempunyai akses terhadap sektor
ekonomi informal, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. kegiatan usahanya umumnya sederhana, tidak tergantung pada kerja sama banyak orang
dan sistem pembagian kerja yang ketat. Dengan demikian dapat dilakukan oleh
perseorangan atau keluarga atau, usaha bersama atas dasar kepercayaan tanpa perjanjian
tertulis.
2. Skala usaha relatif kecil, modal kerja dan omset penjualan pada umumnya kecil, dan
3. Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha seperti halnya dalam bentuk
sektor informal.
4. Bekerja disektor informal lebih mudah dibandingkan bekerja disektor formal. Seseorang
dapat memulai dan melakukan sendiri usahanya adalkan ia mempunyai keinginan
kesediaan untuk itu, misalnya disebabkan oleh adanya hubungan keluarga.
5. Tingkat penghasilan disektor informal umumnya rendah.
6. Keterkaitan sektor informal dengan usaha lain sangat kecil. Kebanyakan
usaha-usaha sektor informal berfungsi sebagai produsen atau penyalur kecil yang langsung
melayani konsumen. Pendeknya jalur usaha tersebut justru membuat resiko usaha
semakin besar dan sangat mudah terpengaruh dengan perubahan-perubahan yang terjadi
pada konsumen.
7. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas menyerap
bermacam-macam tingkat pendidikan tenaga kerja.
8. Usaha sektor informal sangat beraneka ragam seperti pedagang kaki lima,pedagang
asongan,tukang becak,dan lain-lain. (simanjuntak, 1996 : 115-117)
Dari study yang dilakukan oleh magdalena (dalam yustika, 2000 : 1940)
Disimpulkan beberapa garis pokok mengenai sektor informal yang tidak jauh berbeda dengan
pendapatan yang diutarakan oleh simanjuntak, sebagai berikut :
1. Mempunyai kegiatan yang tidak terorganisir secara baik,karena kegiatan usahanya timbul
tanpa adanya bantuan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia disektor formal.
2. Secara umum aktivitas usaha ini tidak mempunyai izin usaha.
4. Secara umum kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak menyentuh pelaku
ekonomi sektor ini.
5. Kegiatan usahanya berganti-ganti dari sub sektor satu kesub sektor lainnya.
6. Menggunakan tehnologi sederhana (tradisional)
7. Tidak memiliki modal besar, sehingga skala operasinya kecil.
8. Usaha didasarkan atas pengalaman sehingga pendidikan tidak terlalu dibutuhkan.
9. Secara umum usahanya dilakukan oleh satu orang dan pekerjanya direkrut dari keluarga.
10. Hasil produksi atau jasa pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat menengah kebawah
2.4.4. Kekuatan sektor informal.
Beberapa kekuatan yang dimiliki sektor informal antara lain :
1. Daya tahan
Selama krisis ekonomi, terbukti bahwa sektor informal tidak hanya dapat bertahan,
bahkan berkembang pesat. Hal ini disebabkan faktor permintaan (pasar output) dan faktor
penawaran. Dari sisi permintaan, akibat krisis ekonomi pendapat riil rata-rata masyarakat
turun drastis dan terjadi pergeseran permintaan masyarakat, dari barang-barang sektor
formal atau impor (yang harganya relatif mahal) ke barang-barang sederhana buatan
sektor informal (yang harganya relatif murah)
2. Padat karya
Dibanding sektor formal, khususnya usaha skala besar, faktor informal yang pada
umumnya adalah usaha kecil bersifat padat karya. Sementara itu persediaan tenaga kerja
di indonesia sangat banyak, sehingga upahnya relatif lebih murah jika dibandingkan di
negara-negara lain dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit dibandingkan indonesia.
dan tingkat efisiensi usaha serta produktivitas pekerja tinggi), maka upah murah
merupakan salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki usaha kecil di indonesia.
3. Keahlian Khusus (Tradisional)
Bila dilihat dari jenis-jenis produk yang dibuat di industri kecil (IK) dan industri rumah
tangga (IRT) di indonesia, dapat dikatakan bahwa produk-produk yang mereka buat
umumnya seerhana dan tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal,tetapi
membutuhkan keahlian khusus (traditional skills). Disinilah keunggulan lain sektor
informal, yang selama ini terbukti bisa membuat mereka bertahan walaupun persaingan
dari sektor formal, termasuk impor sangat tinggi. Keahlian khusus tersebut biasanya
dimiliki pekerja atau pengusaha secara turun temurun,dari generasi ke generasi.
4. permodalan
kebanykan pengusaha di sektor informal menggantungkan diri pada uang
(tabungan)sendiri, atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal (diluar sektor
perbankan/keuangan) untuk kebutuhan modal kerja dan investasi mereka. Walaupun
banyak juga pengusaha-pengusaha kecil yang memiliki fasilitas-fasilitas kredit khusus dan
pemerintah. Selain itu, investasi di sektor informal rata-rata jauh lebih rendah daripaada
investasi yang dibutuhkan sektor informal. Tentunya , besarnya investasi bervariasi
menurut jenis kegiatan dan skala usaha.
2.4.5. Kelemahan Sektor Informal
Selain faktor –faktor kekuatan tersebut diatas, masa depan perkembangan sektor informal
di indonesia juga sangat ditentukan oleh kemampuan sektor tersebut,dibantu maupun dengan
Dengan kata lain, mampu tidaknya sektor informal bersaing dengan sektor formal atau
barang-barang import, juga tergantung pada seberapa serius dan sifat serta bentuk dari
kelemahan-kelemahan yang dimiliki sektor informal. Kelemahan sektor informal tercermin pada
kendala-kendala yang dihadapi sektor tersebut, yang sering kali menjadi hambatan-hambatan serius bagi
pertumbuhan dan perkembangannya.
Kendala-kendala yang banyak dialami pengusaha-pengusaha di sektor informal yang
paling utama adalah masalah keterbatasan modal, khususnya modal kerja. Kendala lain adalah
kesulitan pemasaran dan penyediaan bahan-bahan baku, keterbatasan sumber daya manusia,
pengetahuan minim mengenai bisnis dan kurangnya penguasaan tehnologi.
2.4.6. Tantangan dan peluang sektor informal.
Tantangan yang dihadapi sektor informal paada saat ini antara lain :
1. Persaingan Makin Bebas
Dengan diterapkannya sistem pasar bebas dengan bpola atau sistem persaingan yang
berbeda dan intensifitas lebih tinggi, ditambah lagi dengan perubahan tekhnologi dan
selera masyarakat akibat pendapatan masyarakat yang terus meningkat, maka setiap
pengusaha disektor informal, baik disektor industri manufaktur, sektor perdagangan,
maupun disektor jasa ditantang apakah mereka sanggup menghadapi/menyesuaikan usaha
meeka dengan semua perubahan itu.
2. perkembangan pesat tekhnologi
perubahan tekhnologi mempengaruhi ekonomi atau dunia usaha, dari dua sisi, yakni sisi
penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran, perkembangan tekhnologi
kualitas produk yang dibuat. Sedangkan dari sisi permintaan, peubahan tehnologi
membuat pola permintaan masyarakat beruba
Peluang dalam sektor informal
Peluang sektor informal untuk tetap bertahan dan berkembang dapat dilihat dari
dua sisi. Dari sisi penawaran, seperti yang telah dibahas sebelumnya, masih ada persoalan
struktur ketenagakerjaan didalam negri memberi peluang besar bagi pertumbuhan sektor
informal. Dengan adanya krisis ekonomi, peluang tersebut semakin besar. Terbukti krisis
ekonomi selama tahun 1998 lalu memberi sejumlah dorongan positif bagi pertumbuhan
output (bukan produktivitas) di sektor tersebut lewat pertumbuhan jumlah unit usaha.
Selain itu munculnya tawaran dari sektor formal untuk melakukan mitra usaha atau iliansi
dengan sektor informal karena kondisi memaksa. Dengan kata lain, muncul kesempatan
besar untuk melakukan kemitraan.
Dari sisi permintaan (pasar output), selama sebagian besar penduduk indonesia
berpendapatan rendah, permintaan terhadap produk-produk dari sektor informal tetap
besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa sektor informal berfungsi sebagai the last resort, tidak
hanya dilihat ari sisi kesempatan kerja tetapi juga dari sisi penjaminan ketersediaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan
data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian.
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan
cara sebagai berikut :
3.1Lokasi Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penelitian dilakukan pada suatu kawasan perdagangan batik
yaitu pasar batik Klewer di kota solo. Dengan alasan bahwa pasar klewer adalah salah satu
sentral perdagangan batik terbesar di indonesia, dan kota solo adalah salah satu daerah pengrajin
batik terbesar di indonesia. Responden yang dipilih adalah para pedagang batik non-kios.
Dimana kriteria dalam pengambilan sample dilakukan secara random.
3.2Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer
Data primer dalam penulisan skripsi ini adalah data-data yang diperoleh langsung dari
lapangan yaitu para pedagang batik yang berada di pasar klewer kota solo, dengan
menggunakan kuesioner dan wawancara.
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, buku literatur, internet, serta bacaan
lainnya yang berhubungan dengan penelitian
3.3Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 50 orang yang ditetapkan
sebagai responden, yaitu pedagang batik non-kios yang ada di pasar klewer kota solo yang
modalnya berasal dari pinjaman atau kredit. Dimana teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik Random Sampling yaitu secara acak.
3.4 Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik operasional pengumpulan data melalui proses
pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap obyek yang diamati secara langsung,
dalam hal ini adalah pedagang
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan
mewawancarai para pedagang batik yang ditentukan secara acak
3. Kuesioner (Daftar Pertanyaan)
Kuesioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara
menyebarkan angket (daftar pertanyaan) yang harus dijawab secara tertulis oleh
responden yang dijadikan sampel penelitian. Dalam hal ini yang menjadi responden
adalah para pedagang (seller).
4. Studi Kepustakaan
Teknik studi kepustakaan ini adalah mengumpulkan data dan informasi melalui telaahan
permasalahan yang ada didalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku,
majalah, koran, brosur, internet dan lain-lain.
3.5 Pengolahan Data
Penulis menggunakan program komputer E-views 4.1 untuk mengolah data dalam
penulisan skripsi ini.
3.6 Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan adalah model Ekonometrika, sedangkan metode yang
dipakai adalah metode OLS (Ordinary of Least Squares) atau Metode Kuadrat Terkecil Biasa.
Metode ini dikemukakan oleh Carl Friedrich Gauss.
Modal, lama usaha, kumlah pegawai dan tingkat bunga kredit sebagai variabel-variabel
independen yang mempengaruhi pendapatan pedagang batik sebagai variabel dependen dapat
dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut :
Y = f ( X1, X2, X3,)
Dengan spesifikasi model ekonometrika sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + μ
Dimana :
α = intercept
Berdasarkan model analisis di atas, maka hipotesis yang dapat diambil sebagai berikut :
1. 1 X
Y
> 0, artinya: jika terjadi peningkatah pada modal (X1), maka pendapatan (Y) akan
mengalami kenaikan, cateris paribus.
2. 2
X Y
> 0, artinya: jika terjadi peningkatan pada lama usaha (X2), maka pendapatan (Y) akan
mengalami kenaikan, cateris paribus.
3. 3
X Y
> 0, artinya: jika terjadi kenaikan pada kredit perdagangan (X3), maka pendapatan (Y)
akan mengalami kenaikan, cateris paribus.
3.8 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)
Untuk melihat Goodness of Fit dari hipotesa tersebut maka perlu dilakukan uji statistik,
yaitu :
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel
independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan mengenai variabel dependen.
3.8.2. Uji t-statistik
Uji t-statistik merupakan pengujian hipotesis secara parsial yang bertujuan untuk
mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan
menganggap variabel independent lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai
berikut :
H0 : bi = b
Ha : bi≠ b
Dimana bi adalah koefisien variabel independen pertama nilai parameter hipotesis,
biasanya dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila nilai t-hitung >
t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
independen yang diuji berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.
Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :
t-hitung =
Sbi b bi ) (
Dimana :
bi = Koefisien variabel independen ke-i
b = Nilai hipotesis nol
Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independent
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa
sebagai berikut :
H0 = b1 = b2 = bk... bk = 0 (tidak ada pengaruh)
Ha = b1 = 0... i = 1 (ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan tabel. Jika
F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :
F-hitung =
K = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model
n = Jumlah sampel
Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan (1 – α) 100% sebagai berikut :
H0 diterima apabila F-hitung < F-tabel
Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel
3.9 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Multikolinearitas adalah suatu fenomena yang terjadi pada model regresi jika dua atau
lebih variabel independen cenderung berubah dengan pola yang sama. Variabel-variabel tersebut
biasanya punya hubungan yang sangat erat dan tidak mungkin dianalisis secara terpisah
pengaruhnya terhadap variabel dependen.
Pengaruhnya terhadap nilai taksiran:
Nilai-nilai koefisien tidak mencerminkan nilai yang benar.
Karena standar errornya tinggi maka kesimpulan tidak dapat diambil melalui t-test.
T-test tidak dapat dipakai untuk menguji keseluruhan hasil taksiran.
Tanda yang diharapkan pada hasil taksiran koefisien akan bertentangan menurut teori.
Adapun cara mengatasinya:
Salah satu variabel independen jangan diikutsertakan dalam menaksir model. Tetapi harus
diperhatikan mungkin variabel tersebut secara teori berhubungan terhadap variabel dependen
maka hasil taksiran akan menjadi bias.
Mendefinisikan kembali variabel-variabel tersebut.
Mencari informasi-informasi teori-teori yang berlaku.
Penambahan data-data.
3.9.2 Serial Correlation/ Auto Correlation
Auto korelasi terjadi bila error term (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi.
Dikatakan bahwa Error Term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila:
Variabel (ei,ej) ≠ 0, untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memilki masalah auto korelasi.
Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui keberadaan auto korelasi yaitu:
3.10 Defenisi Operasional Variabel
1. pendapatan pedagang adalah laba bersih yang diperoleh pedagang dalam satu hari,yang
merupakan selisih antara omset penjualan dengan modal yang dikeluarkan. (Rp)
2. Modal awal adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pedagang sebagai dana awal
untuk memulai usaha (Rp)
3. Lama usaha adalah masa atau waktu pedagang mulai berdiri dan bertahan (Bulan)
4. kredit perdagangan adalah kredit yang digunakan oleh pedagang untuk membeli
Barang dagangannya, biasanya pembayarannya setelah barang dagangan tersebut