• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi hawalah dalam lembaga keuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "implementasi hawalah dalam lembaga keuan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

REVISI MAKALAH FIQIH MUAMALLAH

Implementasi Hawalah dalam Lembaga Keuangan Syariah (diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah fiqih

muamallah)

Disusun Oleh :

Ema Rahmawati 1502100046

Jurusan/Kelas : PBS/A/III

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO

(2)

IMPLEMENTASI HAWALAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

A. PENDAHULUAN

Makalah ini membahas tentang Implementasi Hawalah dalam Lembaga keuangan Syariah. Makalah ini sengaja saya buat untuk saya sajikan kepada teman-teman perbankan. Karena dalam imlementasi hawalah dalam lembaga keuangan syariah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, Akad wakalah ini menjadisangat penting bahkan menjadi syarat sahnya akad-akad dalam pembiayaan syariah sepertipembukuan L/C, Inkaso, Transfer uang, atau akad Murabahah.1

Akad Wakalah dalam produk perbankan syariah perlu benar-benar dipahami apa,bagaimana akad ini seharusnya diterapkan dan diaplikasikan dan produk jasa bank syariah.Dalam makalah ini dibahas kaidah fiqh terhadap akad-akad tersebut, dan bagaimana seharusnya akad hawalah dapat diimplentasikan dalam produk-produk jasa perbankan syariah agar sesuai dengan tuntunan syariat

Pembahasan dalam makalah ini bersumber dari buku-buku yang berkaitan dengan hawalan dan lembaga-lembaga keuangan syariah dan bersumber dari jurnal ataupun skripsi yang berkaitan.

1

(3)

B. IMPELMENTASI HAWALAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Hawalah dalam teknis perbankan merupakan akad pengalihan piutang nasabah (muhal) kepada bank (muhal alaih). Nasabah memintak bantuan bank agar membayar terlebih dahulu piutangnya atas transaksi yang halal dengan pihak yang berutang (muhil). Selanjutnya bank akan menagih kepada pihak yang berutang tersebut. Atas bantuan bank membayarkan terlebih dahulu piutang nasabah, bank dapat membebankan fee jasa penagihan. Penetapannya dilakukan dengan memperhatikan besar kecilnya resiko tidak tertagihnya piutang.2

Akad hawalah banyak sekali memberi keuntungan dan manfaat, di antaranya :3

1. Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan.

2. Terjadinya talang dana untuk hibah bagi yang membutuhkan.

3. Dapat menjadi salah satu fee based income / sumber pendapatan non pembiayaan bagi bank syariah.

Adapun resiko yang harus di waspadai dari kontrak hawalah adalah adanya kecurangan nasabah dengan memberi invoice palsu atau wanprestasi (ingkar janji) untuk memenuhi kewajiban hawalah ke bank. Kontrak hawalah dalam perbankan biasannyaditerapkan pada hal-hal berikut :4

2

Imam Mustofa sebagaimana dikutip Veithzal,Islamic Financial Management Teori,Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga

Keuangan,Nasabah,Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: rajawali Pers,2008), hlm 238.

3

(4)

1. Factoring atau anjak piutang. Di mana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, kemudian bank membayar piutang tersebut dan bank menagihnya dari pihak ketiga.

2. Post dated check di mana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dahulu piutang tersebut.

3. Bill discounting pada dasarnya sama dengan hawalah, namun dalam biil discounting nasabah harus membayar fee.

Hawalah dalam pandangan Bank Muamalat Indonesia adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah fuqoha, hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan (muhal alaih) atau orang yang berkewajiban membayar utang. Secara sederhana, hal ini dapat dijelaskan bahwa si A (muhal) memberi pinjaman kepada B (muhil), sedangkan si B masih mempunyai piutang kepada si C (muhal alaih). Begitu B tidak mampu membayar utang kepada si A, maka B mengalihkan beban utang kepada si C. Dengan demikian si C harus membayar utang B kepada A. sedangkan utang si C sebelumnya pada si B dianggap selesai.5

4

Muha ad Syafi’i A to io,Bank Syariah:dari Teori ke Praktik,(Jakarta:Gema Insani Pers,2001),hlm 127

5

(5)

Skema al-hawalah6

C. Implementasi Hawalah dalam Produk Pembiayaan Perbankan Syariah

Dalam konteks perbankan syariah ijab qabul dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak hawalah dan dituangkan secara tertulis melalui korespondensi( hubungan surat menyurat ) atau menggunakan cara-cara komunikasi modern. Materi transaksi merupakan kesepakatan para pihak, yaitu muhil, muhal atau muhtal dan muhal alaih. Sementara itu,jika transaksi hawalah telah dilakukan, maka pihak – pihak yanh terlibat hanyalah

6Muha ad Syafi’i A to io,

Bank Syariah.. hlm 128

Muhal alaih

fa tor / a k

. i voi e

. ayar

Muhil

penyuplai

. Suplai ara g

Muhal

pe

eli

(6)

muhal dan muhal alaih, dan hak penagihan muhal berpindah kepada muhal alaih.7

Hawalah merupakan salah satu akad yang digunakan oleh Bank Syariah dalam kegiatan pelayanan jasa, di samping kafalah dan sharf. Bank Syariah mempergunakan hawalah dalam dua kegiatan pelayanan jasa pemberian dan pengalihan utang, yaitu hawalah muthlaqat dan hawalah muqayyadat.8 Hawalah yang pertama mengakibatkan adanya dana bank yang keluar (cash out), karena transakasi hawalah bentuk ini berfungsi untuk pengalihan utang para pihak. Sedangkan hawalah yang kedua tidak menimbulkan adanya dana yang keluar. Hawalah yang kedua berfungsi untuk melakukan set off utang piutang di antara tiga pihak yang memiliki hubungan utang piutang melalui transaksi pengalihan utang. 9

Sebagai sebuah transaksi di ranan pemberian pelayanan jasa hawalah memberikan beberapa keuntungan, baik kepada bank maupun kepada nasabah. Ia berperan dalam mempercepat penyelesaian utang piutang karena adanya dana talangan. Bagi bank syariah, ia merupakan sumber pendapatan non pembiayaan, sedangkan bagi nasabah, ia dapat membantu nasabah untuk mendapatkan instant cash sehingga dapat meningkatkan cash flow perusahaannya. Namun demikina hawalah pun bukan tanpa resiko, terutama kemungkinan adanya kecurangan nasabah dengan memberikan invoice palsu atau ingkar janji.10

D. Penerapan Hawalah

Pada implementasinya akad hawalah umum diterapkan pada lembaga-lembaga keuangan yang diantaranya adalah

7

Atang Abd sebagaimana dikutip Fatwa DSN MUI No.12/DSN-MUI/IV/2000 tentang Hawalah, hlm 285

8

Atang Abd Hakim,Fiqih Perbankan Syariah,(Bandung:Refika Aditama,2011),hlm 285

9

Ibid .. 286 10

(7)

pembiayan factorinng dan pembiayaan latter of credit untuk keperluan impor barang.

1. Penerapan hawalah pada pembiayaan factoring

Pembiayan factoring atau anjak piutang adalah transaksi pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan yang bertindak sebagai ( muhal alaih ) dengan cara mengambi alih piutang dari penjualan / pemberian jasa (muhal) atas utang atas pembelian/penerima jasa (muhil). 11

2. Penerapan Hawalan pada Pembiayaan L/C dalam Rangka Impor Pembiayaan dalam akad hawalah pada transaksi L/C dalam rangka impor, diwalai dengan penerbitan L/C denngan akad wakalah atau hawalah.12

E. Fatwa DSN MUI tentang Hawalah13

DEWAN SYARIAH INDONESIA MAJELIS ULAMA INDONESIA

FATWA

DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 31/DSN-MUI/VI/2002

11

Sadhana Priatdmaja,Tugas Presentasi Wakalah,Kafalah,dan Hawalah.hlm 23

12

Ibid.. hlm 24 13

(8)

Tentang

PENGALIHAN HUTANG Dewan Syariah Nasional, setelah:

Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah.

b. bahwa Lembaga Keuangan Syariah (LKS) perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya melalui akad pengalihan utang oleh LKS.

c. bahwa agar akad tersebut dilaksanakan sesuai dengan syaariah islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa mengenai hal tersebut untuk dijadikan pedoman

mengingat: 1. Firman Allah SWT, dalam Q.S. al-maidah/5:1, yang artinya

hai orang yang beriman penuhila akad-akad itu 2. firman Allah SWT, QS al-israa/17:34 yang artinya

...dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.

(9)

4. Firman Allah SWT QS al-maidah/5:2 yang artinya ...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

5. Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah/2:275 yang artinya :

Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperi berdirinnya orang yang kemasukan sentan lantaran (tekanan) pennyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat) sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,padhal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba ), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu(sebelum datang larangan): dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba ) maka orang itu adalah peghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya.

Hadis Nabi Riwayat Imam al-Tirmidzi dari ‘Amr bin

‘Auf al-Muzani, Nabi SAW bersabda yang artinya

(10)

6. Hadis Nabi Riwayat imam Ibnu Majah, al-Datuquthni, dan yang lain. Dati Abu Said al-Khudin Nabi SAW bersabda yang artinya tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri maupun orang lain.”

7. Kaidah fiqh:

a. Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya b. Kesulian dapat menarik kemudahan .

c. Keperluan dapat menduduki posisi darurat.

d. Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara (selama tidak bertentangan dengan syariat).

Memerhatikan : pendapat peserta rapat pleno Dewan Syariah Nasional pada hari Rabu,15 Rabiul awal 1423H/26 juni 2012.

MEMUTUSKAN

Menentukan : FATWA TENTANG PENGALIHAN UTANG Pertama : kententuan umum

Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:

a. Pengalihan utang adalah pemindahan utang nasabah dari bank/lembaga keuangan konvensional kebank/lembaga keuangan syariah.

(11)

kepada LKS pada waktu dan dengan cara pengembalian yang telah disepakati.

c. Nasabah adalah (calon) nasabah LKS yang mempunyai kredit (utang) kepada Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) untuk pembelian aset yang ingin mengalihkan utanganya ke LKS.

d. Aset adalah nasbah yang dibelinya melaluin kredit dari LKK dan belum lunas pembayaran kreditnya. Kedua : kententuan akad

akad dapat dilakukan melalui empat alternatif berikut:

alternatif 1

1. LKS memberikan qardh kepada nasabah. Dengan qardh tersebut nasabah melunasi kredit (utang)-nya. Dan dengan demikian, aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik nasabah secara penuh.

2. Nasabah menjual aset dimaksud angka 1 kepada LKS, dan dengan hasil penjualan itu nasabah melunassi qardh-nya kepada LKS.

3. LKS menjual secara murabaha aset yang telah menjadi miliknya tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan.

(12)

Altenatif II

1. LKS membeli sebagaian aset nasabah,dengan seizin LKK; sehingga dengan demikian, terjadilah syirkah al-milk antara LKS dan nasabah terhadap aset tersebut.

2. Bagian aset yag dibeli oleh LKS sebagaimana dimaksud angka 1 adalah bagian aset yang senilai dengan utang (sisa cicilan) nasabah kepada LKK. 3. LKS menjual secara murabahah bagian aset yang

menjadi miliknya tersebut kepada nasabah,dengan pembayaran secara cicilan.

4. Fatwa DSN Nomor:04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah berlaku pula dalam pelaksanaan pembiayaan pengalihan utang sebagaimana dimaksud dalam alternatif.

Alternatif III

1. Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset,nasabah dapat melakukan akad ijarah dengan LKS, sesuai dengan fatwa DSN-MUI Nomor 09/DSN-MUI/IV/2002.

2. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi kewajiban nasabah dengan menggunakan prinsip al-qardh sesuai fatwa DSN-MUI Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001.

(13)

dari) pemberian talangan sebagaimana dimaksudkan angka 2.

4. Besar imbalan jasa ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan LKS kepada nasabah sebagaimana dimaksudkan angka 2

Alternatif IV

1. LKS memberikan qardh kepada nasabah. Dengan qardh tersebut nasabah melunasi kredit (utang)-nya; dan dengan demikian aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi ilik nasabah secarah penuh.

2. Nasabah menjual aset angka 1 kepada LKS. Dan dengan hasil penjualan itu nasabh melunasi qardh-nya kepada LKS.

3. LKS menyewakan aset yang telah menjadi miliknya tersebut kepada nasabah dengan akad ijarah al-muntahiyah bi at tamlik.

4. Fatwa DSN nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-qardh dan fatwa DSN Nomor : 27/DSN-MUI/III/2002 tentang al-ijarah al-muntahiyah bi at tamlik berlaku pula pelaksanaan pembiayaan pengalihan utang sebagaimana dimaksud dalam alternatif IV ini.

Ketiga: ketentuan penutup

(14)

diperlakukan melalui Badan Arbitase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan gengan

ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan akan di ubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

ditetapkan di : Jakarta

pada tanggal : 15 Rabiul Akhir 1432 H 26 juli 2002 M

DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Sekretaris

Dr.K.H Sahal Mahfudh Prof.Dr.H.M Din Syamsuddin

(15)

Akad hiwalah juga dapat diaplikasikan di Lembaga Keuangan Syari'ah. BMT BRS sebagai salah satu Lembaga Keuangan Syari'ah menggunakan akad hiwalah sebagai salah satu produk pembiayaanya. Akad hiwalah biasanya digunakan anggota untuk membayar hutang anggota dipihak lain, sebagai modal awal untuk pelaksanaan sebuah proyek dan lain-lain. Dalam pelaksanaan akad hiwalah, BMT BRS mengenakan fee. Ini berbeda dengan teori hiwalah yang merupakan akad tabarru' yaitu akad yang tidak mencari keuntungan.Dalam pelaksanaan akadnya,dalam Fatwa DSN MUI N0: 12/DSN-MUI/IV/2000 tentang Hawalah menyebutkan bahwa pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad). Dalam hal ini, akad hiwalah harus mendapatkan persetujuan oleh tiga pihak. Pihak-pihak tersebut adalah muhil, muhal/muhtal, dan muhal 'alaih. BMT BRS dalam prakteknya hanya dilakukan oleh dua pihak saja yakni pihak BMT dan anggota sehingga praktek yang dilaksanakan mirip dengan akad al-Qard. dalam pelaksanaan akad hiwalah, pengenaan fee di BMT BRS tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan akad hiwalah termasuk ke dalam akad tabarru' yaitu akad yang berkaitan dengan transaksi yang tidak bertujuan mendapatkan laba/keuntungan.Jika BMT BRS ingin mengenakan fee maka akad yang digunakan adalah hiwalah bil ujrah atau pembiayaan multijasa.14

G. Berakhirnya Hukum Hiwalah

jika akad hiwalah telah terjadi, maka akibat hukum dari akad adalah sebagai berikut:15

14

Aris Pambudi,Tinjauan Hukum Islam terhadap Implementasi Akad Hawalah,Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,2011),hlm 3

15

(16)

a. Jumhur ulama berpendapat bahwa kewajiban pihak pertama untuk membayar utang kepada pihak kedua secara otomatis menjadi terlepas. Sedangkan menurut sebagian ulama mazhab Hanafi, antara lain,Kamal ibn al-Hummanm, kewajiban itu masih tetap ada, selama pihak ketiga belum melunasi utangnya kepada pihak kedua , karena sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, mereka memandang bahwa akad itu didasarkan atas prinsip saling percaya, buakn prinsip pengalihan hak dan kewajiban.

b. Akad hiwalah menyebabkan lahirnya hak bagi pihak kedua untuk menuntut pembayaran utang kepada pihak ketiga.

c. Mazhab Hanafi yang membenarkan terjadinya hiwalah muthalaqah berpendapat bahwa jika akad hiwalah al-muthalaqah terjadi karena inisiatif dari pihak pertama, maka hak dan kewajiban antara pihak pertama dan pihak ketiga yang mereka tentukan ketika melakukan akad utang piutang sebelumnya masih tetap berlaku, khususnya jika jumlah piutang antar ketiga pihak tidak sama.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No.2 2013

Mustofa,Imam,Fiqih Muamalah Kontemporer,Jakarta:Rajawali Pers,2016.

Hakim, Atang Abd,Fiqih Perbankan Syariah ,Bandung:Refika Aditama,2011

Mardani,Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah,Jakarta:Kencana, 2012. Mustofa,Imam,Fiqih Muamalah Kontemporer,Lampung:Stain Jurai Siwo Metro 2014

Siti Fatimah,Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Hiwalah di BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF)Gedongkuning Yogyakarta,Skripsi,Yogyakarta:Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,2008.

Syafi’i,Antonio,Bank syariah dari Teori ke Praktik,Jakarta:Gema Insani Press,2001.

Sadhana Priatdmaja,Tugas Presentasi Wakalah,Kafalah,dan Hawalah Aris Pambudi,Tinjauan Hukum Islam terhadap Implementasi Akad Hawalah,Skripsi ,Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,2011.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana menerapkan metode pembelajaran PBL (Problem Based Learning) atau inquiry pada matakuliah Teori dan Praktek

Seperti juga yang telah diatur dalam fatwa DSN-MUI di atas, agar akad- akad dalam asuransi sesuai dengan syariah, maka akad yang dilakukan antara perusahaan asuransi syariah

Seperti halnya siswa dalam belajar, apabila mereka diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan oleh guru, hasil belajar yang mereka peroleh

Pengendalian yang sudah dilakukan di PT SJI 3 untuk menurunkan nilai risiko ini adalah mesin feeder ini telah dilengkapi dengan tombol emergensi, menerapkan SSW, menyediakan

Penggunaan Bahasa dalam Ranah Keluarga Muda Jawa di Kabupaten Blora.. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri

Apabila seluruh areal panen tahun 2008 atau luas baku lahan kering (tegalan) dimanfaatkan secara optimal dengan produktivitas sesuai dengan potensinya, maka untuk memproduksi

Oleh karena itu ruang lingkup pengobatan komplementer alternatif difinisinya harus jelas, organisasi profesi yang resmi yang menaungi tiap jenis pengobatan komplementer

Terdiri dari jarum  jarum ang berlubang ujungna. !arum ini dipasang berjejer pada plat besi, ang fungsina untuk menarik benang permulaan bakal kain ang baru ditangkap