1 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
DAYA EKSPRESIF PADA PAKAIAN
Herman Jusuf
dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2 No.5 September 2002
Abstrak
Pakaian bukanlah sekedar pelindung tubuh. la memiliki kekuatan untuk mengekspresikan berbagai hal, dengan demikian is dapat menjadi media komunikasi antara seseorang dengan orang lain.
Kata Kunci: Estetika, Simbol, Komunikasi
I. Pendahuluan
Hampir dalam kurun waktu lima ribu tahun, sejak peradaban Mesopotamia dan Mesir kuno, banyak pelukis atau juru gambar, filsuf, penyair, pengamat sosial, pengelana, ahli atropologi dan arkeologi yang telah memberikan sejumlah informasi kepada kita tentang berbagai cara nenek moyang kita menghias tubuh mereka. Informasi yang mereka berikan tersebut merupakan bukti bahwa nenek moyang kita yang hidup pada 25.000 sampai
50.000 tahun yang lalu adalah para pemburu yang ternyata merupakan pencetus awal dan berbagai bentuk pakaian seperti yang kita kenal sekarang ini.
Pandangan tersebut didukung oleh para penulis seperti Hilaire Hiler dan Profesor J.C. Flugel yang
meyakini bahwa
2 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
atas, James Laver,
Elizabeth Hurlock, Desmond Morris dan para ahli lainnya juga menyatakan bahwa berbagai bentuk pakaian atau hiasan tubuh yang dikenakan oleh nenek moyang kita bukanlah berawal dan kebutuhan utilitarian. Mereka sependapat bahwa pakaian ataupun hiasan tubuh yang dikenakan tersebut berkaiatan erat dengan sesuatu yang bersifat magis dan kematangan seksual. Hampir semua meyakini bahwa pakaian yang dikenakan oleh nenek moyang kita dulu bahkan pakaian yang kita kenakan saat ini berasal dan dorongan seksual yang aktif. Kaum pria maupun wanita sama-sama
berusaha untuk
meningkatkan
kejantanan, kekuatan dan daya tank seksual demi tercapainya pemenuhan kebutuhan
seksual mereka. Meskipun demikian, pakaian yang mereka dan kita kenakan
pun memiliki tujuan lain yaitu untuk menunjukkan status dan kekayaan, untuk melindungi tubuh dan demi kesopanan (Robinson, 1997: 32). Para ahli teori (theorist)
tersebut di atas sepakat bahwa terdapat hubungan yang erat antara keelokan tubuh manusia dengan seksualitas. Menurut mereka gagasan kita perihal keelokan tersebut erat berkaitan dengan kepuasan ragawi.
Pakaian memiliki makna hanya ketika ia melekat pada tubuh. Ketika pakaian digantung di lemari, ia akan terlihat tanpa daya. Untuk betul-betul mamahami pakaian sangatlah penting bagi kita untuk terlebih dahulu
melihat
pemikiran-pemikiran yang berada di
baliknya, kemudian
barulah kita melihatnya seperti apa adanya, ketika pakaian tersebut beraksi.
3 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
"Clothes are more than just products of a textile factory or exhibits in a museum; they are artefacts, used by people in all activities of daily life - standing, sitting, dancing, working or dying".
Makna yang sesungguhnya dan pakaian menjadi sangat
jelas ketika kita
mempertimbangkan
bagaimana pakaian tersebut berhubungan dan beradaptasi dengan tubuh. Tuhan telah menciptakan berbagai bentuk tubuh manusia: ada orang yang bertubuh kurus, dan ada yang bertubuh gemuk. Jika tubuh tidak sesuai bagi gaya pakaian tertentu maka pakaian itulah yang harus
diubah, bukan tubuh.
Selanjutnya Broby-Johansen menyatakan sebagai berikut:
"But the determining factor is really neither the body nor the clothes. It is fashion. Fashion extebds far beyond mere clothes; it is affected by how we stand, sit, smile and cry, how we love and how we hate. It is nothing less than an attempt to unify all the
expressive capacities of language, gesture and physiognomy in a given society " (1968: 5).
Daya ekspresif dan bahasa yang dia maksud bukanlah hanya bahasa verbal, tetapi juga bahasa visual.
Gambar 1. Pakaian Mesir Kuno
II. Simbol
4 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
menghayati komponen-komponen seni. Melalui desain pakaian pun kita dapat membiasakan mata kita terhadap keragaman garis atau warna yang halus yang pada gilirannya akan meningkatkan kesadaran kita akan keberadaan unsur-unsur serupa pada bentuk karya seni lainnya. Ketika kita menghasilkan suatu karya desain yang utuh melalui konstruksi pakaian atau ketika komposisi yang kita buat itu terbentuk dengan cara menggabungkan berbagai bagian dan pakaian, maka kita telah menciptakan suatu "gambar" untuk dilihat oleh orang lain. Studi tentang desain pakaian akan memperdalam pemahaman kita tentang seni dan akan meningkatkan apresiasi terhadap kekayaan visual yang terdapat di lingkungan fisik kita (Horn, 1981: 291).
Kita dapat melakukan studi mengenai pakaian
melalui pendekatan logis, obyektif, dan deskriptif. Artinya kita dapat mempertimbangkan
secara terpisah berbagai aspek dan garis, bentuk, ruang, tekstur, serta warna dan kita dapat menanalisis fungsinya melalui suatu rancangan pakaian yang utuh. Kita dapat pula menambahkan prinsip-prinsip
pengorganisasian unsur-unsur tersebut, yaitu keseimbangan, proporsi, irama, dan penekanan. Tingkat persepsi yang dimiliki oleh manusia terbatas pada pengamatan intelektual dan menghasilkan suatu kesadaran akan sifat-sifat desain, serta membangkitkan suatu pemahaman tentang efek yang ditimbulkannya dan menumbuhkan apresiasi terhadap kesatuan estetik yang terdapat pada desain pakaian tersebut.
5 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
obyektif, melainkan reaksi subyektif. Pakaian memiliki kekuatan untuk membangkitkan perasaan dan pikiran di benak si pengamat, juga membangkitkan emosi yang tak dapat diungkapkan tetapi dapat dirasakan secara tajam. Pakaian dapat berfungsi sebagai simbol -semacam katalis- yang membangkitkan perasaan yang jauh melampaui pakaian itu sendiri.
Gambar 2.
Raja Louis XIV dari Perancis
Suatu simbol dari pakaian mengandung makna bagi sesuatu jauh di balik pakaian itu sendiri. Simbolisme pada pakaian seringkali terjadi tanpa disadari tetapi simbol yang dipergunakan secara tak sadar dapat lebih kuat: Si desainer atau si pemakai melalui manipulasi yang cermat dapat meningkatkan efek yang diciptakan.
Setiap jaman memiliki "rasa" yang berbeda, seperti halnya bahwa tiap desainer mengembangkan suatu karakteristik style tersendiri. Style merupakan sekutu dalam terciptanya simbol. Bagi mereka yang akrab dengan rancangan para perancang adi busana tentunya dapat menangkap ciri-ciri dari sebuah gaun rancangan Chanel atau setelan jas hasil rancangan Giorgio Armani. Dengan kata lain,
para perancang
6 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
demikian terungkaplah sebagian dari sifat, idealisme, nilai-nilai, pikiranpikiran, dan emosi mereka.
Para desainer
memproyeksikan din mereka pada karya-karya mereka. Misalnya saja Andre Courreges. Dia memulai karir bukan sebagai perancang busana tetapi sebagai seorang insinyur teknik dan sangat
dipengaruhi oleh
LeCorbusier. Bagi dia yang menjadi masalah utama dalam merancang pakaian
ialah bagaimana
memecahkan masalah fungsi secara selaras. Dia mengana.logikan
pekerjaannya itu dengan seorang insinyur yang merancang pesawat terbang atau sebuah mobil.
Banyak pengamat yang mendapatkan kesulitan dalam memandang suatu makna yang sama dengan maksud yang ingin dicapai oleh si perancang, terutama bila si perancang
tersebut melampaui jamannya. Jika demikian halnya, maka orang akan memandang karya para desainer tersebut berdasarkan
pengalamanmereka sendiri bukan berdasarkan pada pandangan si desainer itu yang tentunya sangat bersifat pribadi. Jika kita lebih memahami tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh si desainer, maka kita pun akan lebih bisa
menangkap dan
7 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
Gambar 3.
Pakaian kebesaran Raja suku Maya, Mexico.
Pengungkapan tentang kepribadian oleh pakaian yang dikenakan oleh seseorang terjadi melalui perkembangan gaya yang sifatnya individual, yaitu suatu gaya yang menjadi simbol mengenai dirinya
dan memberikan
"expressive quality" pada
penampilan orang
tersebut. Simbol tersebut dapat saja tidak menunjukkan keseluruhan sifat yang dimiliki oleh seseorang, bahkan pada kenyataannya justru dapat menyembunyikan sebagian dari sifat-sifat yang dimilikinya.
III. Keindahan
Efek yang ditimbulkan oleh masingmasing unsur visual pada sebuah karya
desain dapat
digabungkan, atau dampak dari setiap unsur itu dapat ditingkatkan
dengan cara
8 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
bahkan disembunyikan jika digabungkan dengan
unsur-unsur yang
berbeda. Jadi kita dapat mempergunakan garis lurus untuk melawan garis tubuh yang bersifat lengkung utamanya pada tubuh yang gemuk.
Dengan mempergunakan komponenkomponen seni seperti itu, kita dapat mengubah kerangka berpikir (frame of reference) yang kita jadikan acuan dalam melihat bentuk tubuh manusia dan dengan melakukan hal tersebut kita dapat menciptakan ilusi atau efek yang tidak dapat dicapai dengan cara
lainnya. Dengan
memanipulasikan unsur-unsur seni, pakaian dapat diorganisasikan
sedemikian rupa menjadi suatu keutuhan yang
memuaskan dan
bermakna sehingga keseluruhan pakaian tersbeut menajdi lebih bermakna daripada bagainbagiannya.
Penilaian terhadap
pakaian dapat
mencerminkan semua kriteria yang dapat saja menjadi tidak penting bagi kualitas estetik yang dikandungnya. Kita dapat menilai pakaian dari
ketrampilan yang
diperlukan untuk
menghasilkan pakaian tersebut. Kita dapat melihatnya dalam konteks sosial sebagai sesuatu yang berharga tapi dalam konteks lain is menajdi tak ada nilainya. Kita dapat lebih menekankan pada nilai simboliknya atau apda kekuatan yang dimiliki oleh pakaian dalam
mengkomunikasikan
suatu gagasan. Kita dapa pula
memandangnyasebagai manisfetasi budaya, yaitu
bahwa pakaian
mengungkapkan
9 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
pakaian, dan penilaian akhinnungkin saja akan melibatkan seluruh pendekatan tersebut.
Jika kita membatasi penilaian kita tentang pakaian pada kualitas-kualitas yang enak dipandang mata, pada pengorganisasian unsur-unsur yang menjadikan desain pakaian itu nyaman atau menyenangkan untuk dilihat, maka kita telah secara obyektif berurusan sigat-sifat estetik yang dikandung oleh pakaian.
Gambar 4.
Pakaian pria rancangan Jean-Paul Gaultier,
10 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
Gambar 5
Pakaian khas wanita Somalia, 1890.
IV Penutup
Pakaian merupakan medium yang ideal bagi pemenuhan kebutuhan kreatif dan untuk mengungkapkan
individualitas seseorang. Desainer, sama halnya dengan orang yang memilih dan menyusun
komponen-kpmponen
pakaian, dapat
mengkomunikasikan
11 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5 September 2002
Daftar Pustaka
Broby-Johansen ...Body And Cloth.
Chenoune, Farid. 1993. A History Of Men's Fashion. Paris: Flammarion.
Horn, Marilyn J, Lois M. Gurel. 1981. The Second Skin. London: Houghton Mifflin Company.
Robinson, Julian. 1988. The Fine Art of Fashion. London: Murdoch Books.