• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sistem Informasi Bimbingan Konseling Siswa pada SMP Negeri 1 Panarukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Sistem Informasi Bimbingan Konseling Siswa pada SMP Negeri 1 Panarukan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

611

Pengembangan Sistem Informasi Bimbingan Konseling Siswa pada SMP

Negeri 1 Panarukan

Ahmad Taufiq Hidayatullah1, Fajar Pradana2, Mochammad Chandra Saputra3

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1[email protected] , 2[email protected] , 3[email protected]

Abstrak

SMP Negeri 1 Panarukan memiliki salah satu tujuan yaitu pembentukan pribadi siswa yang berakhlak mulia. Untuk meraih tujuan tersebut, maka dibentuklah tata tertib dan layanan bimbingan konseling. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa masalah pada layanan bimbingan konseling. Pertama, banyak poin pelanggaran yang tidak terakumulasi karena pencatatan masih manual, sehingga sanksi tidak sesuai. Ini berdampak pada hasil nilai akhlak dan kepribadian yang memerlukan total poin pelanggaran sebagai salah satu indikatornya. Kedua, kurang efektifnya fungsi surat panggilan orang tua yang jarang disampaikan oleh siswa yang bersangkutan. Dan terakhir, proses input bimbingan konseling yang terkesan terlalu banyak menggunakan kertas. Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka dapat diberikan solusi untuk mengembangkan suatu sistem informasi yang mempunyai fungsi untuk dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Metode yang digunakan dalam pengembangan sistem adalah metode waterfall yang meliputi analisis kebutuhan, desain, implementasi, pengujian dan pemeliharaan. Sedangkan pada proses pengujian menggunakan metode basis patch testing, validation testing, dan compatibility testing. Hasil dari basis path testing adalah 2 fungsi memiliki struktur yang mudah dipahami dan mudah diimplementasi, dan 1 fungsi memiliki struktur yang lebih kompleks. Hasil dari validation testing adalah fungsi perangkat lunak dapat berjalan sesuai dengan fungsionalitasnya. Hasil dari compatibility testing adalah perangkat lunak dapat digunakan di 10 macam jenis browser.

Kata kunci: Bimbingan Konseling Siswa, Sistem Informasi, Pengembangan.

Abstract

SMP Negeri 1 Panarukan has one goal, namely the establishment of a students’ noble character. To achieve this objective, the codes of conduct and counseling services were established. Based on the interview, there are some problems in the counseling services. Firstly, many violation points are not accumulated because the point record is still manual, so the sanctions given are not appropriate. This affects the results of student character values that require the total violation points as the indicator. Secondly, the ineffectiveness of parent notification letter which is rarely given by students to their parents.Lastly, the input process of the counseling services that seems to use too much paper. Based on these problems, it can be given a solution to develop an information system that has the function to overcome these problems.The method used in the development of the system is the waterfall method which includes needs analysis, design, implementation, testing, and maintenance. While in the testing process, basis path testing, validation testing, and testing compatibility are used. The results of basic path testing are the two functions having a structure that is easy to understand and easy to implement and 1 function having a more complex structure. The result of the validation testing is a software function that can be run in accordance with its functionality.The results of the compatibility testing is the software that can be used in 10 different types of browsers.

Keywords: Student Counseling Services, Information System, Development

1. PENDAHULUAN

SMP Negeri 1 Panarukan merupakan sekolah menengah pertama yang memiliki visi

sekolah yaitu “Maju Ceria” Mandiri, Jujur,

(2)

sekolah adalah pembentukan pribadi siswa yang berakhlak mulia. Untuk dapat menciptakan tujuan tersebut, maka dibentuklah tata tertib peserta didik yang mengatur segala aturan terkait cara berseragam, cara bersikap, kewajiban peserta didik, dan sanksi yang didapat. Selain tata tertib, layanan bimbingan

konseling juga ikut andil dalam

menyelenggarakan dan menegakkan visi tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa masalah pada layanan bimbingan konseling. Pertama, banyak poin pelanggaran yang tidak terakumulasi karena pencatatan masih manual, sehingga sanksi tidak sesuai. Ini berdampak pada hasil nilai akhlak dan kepribadian yang memerlukan total poin pelanggaran sebagai salah satu indikatornya. Kedua, kurang efektifnya fungsi surat panggilan orang tua yang jarang disampaikan oleh siswa yang bersangkutan. Dan terakhir, proses input bimbingan konseling yang terkesan terlalu banyak menggunakan kertas.

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diberikan solusi untuk mengembangkan suatu sistem informasi yang mempunyai manfaat untuk dapat mengatasinya, sehingga tercipta beberapa ruang lingkup yang mencakup pencatatan poin pelanggaran agar poin pelanggaran dapat terakumulasi dengan tepat, penentuan sanksi poin pelanggaran yang memiliki fungsi notifikasi untuk dapat menyempurnakan peran dari surat panggilan orang tua, bimbingan konseling untuk dapat mengurangi peranan kertas, dan analisa rekomendasi kenaikan kelas dengan nilai akhlak dari pihak BK.

2. METODE

Metode pengambilan data terkait dengan kebutuhan-kebutuhan dan permasalahan sistem dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan studi pustaka. Pada metode obervasi yaitu dengan pengamatan langsung mengenai proses kegiatan konseling. Untuk metode wawancara yaitu dengan melakukan diskusi dengan pihak-pihak yang berkaitan langsung. Sedangkan untuk studi pustaka yaitu dengan mempelajari teori-teori pengembangan sistem melalui buku, dan jurnal. Dari pengambilan data dan analisa permasalahan dibuat analisa kebutuhan sistem yang akan dibangun.

Sedangkan untuk pengembangan sistem menggunakan metode waterfall yang meliputi analisis kebutuhan, desain, implementasi, pengujian dan pemeliharaan (Sommerville, 2011). Untuk pengujian melalui 3 metode yaitu

basis path testing, validation testing, dan compatibility tetsing. Basis path testing merupakan pengujian yang memiliki tujuan untuk mengetahui kompleksitas logika (cyclomatic complexity) dalam sebuah program (Pressman, 2010). Cyclomatic complexity

didapatkan berdasarkan flow graph suatu kode atau algoritma. Cyclomatic complexity

digunakan sebagai dasar dalam membuat independent path, sehingga dapat dihasilkan beberapa test case. Pengujian validasi menggunakan metode pengujian Black Box, karena tidak memerlukan untuk berkonsentrasi terhadap alur jalannya algoritma program dan

lebih ditekankan untuk menemukan

konformitas antara kinerja sistem dengan daftar kebutuhan (Indriati, 2010). Compatibility testing berfokus terhadap pesyaratan non-fungsional, pengujian ini bertujuan memastikan perangkat lunak yang telah dibangun mampu berjalan dengan baik pada lingkungan yang berbeda.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian bab ini dibahas mengenai

tahapan-tahapan pengembangan sistem

menggunakan metode waterfall yaitu analisis kebutuhan, perancangan sistem, implementasi sistem, dan pengujian sistem.

3.1. Analisis Kebutuhan

Dengan melakukan observasi dan

wawancara diperoleh informasi mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi pada proses penanganan pelanggaran dan bimbingan

konseling SMP Negeri 1 Panarukan.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibuat beberapa kebutuhan fungsional dan non-fungsional yang harus dapat dilakukan sistem, sehingga terbentuk suatu use case diagram

(3)

Gambar 1. Use Case Diagram

Use case diagram tersebut merepresentasikan aktor yang terlibat serta peran-perannya. Peran masing-masing aktor telah disesuaikan dengan masalah yang diobservasi sebelumnya. Masalah-masalah tersebut antara lain banyak poin pelanggaran yang tidak terakumulasi karena pencatatan masih manual, sehingga sanksi tidak sesuai. Ini berdampak pada hasil nilai akhlak dan kepribadian yang memerlukan total poin pelanggaran sebagai salah satu indikatornya. Masalah selanjutnya adalah kurang efektifnya fungsi surat panggilan orang tua yang jarang disampaikan oleh siswa yang bersangkutan. Dan masalah terakhir adalah proses input bimbingan konseling yang terkesan terlalu banyak menggunakan kertas.

Selain use case diagram, dibentuk pula

activity diagram yang menggambarkan hubungan aktivitas antara sistem dengan aktor (A.S & shalahuddin, 2011). Gambar 2 merupakan activity diagram mengelola pelanggaran.

Gambar 2. Activity Diagram Mengelola Pelanggaran

(4)

Pada gambar 3 di bawah ini merupakan

activity diagram untuk mengelola poin pelanggaran. Aktor dapat mengelola poin pelanggaran dengan memilih sub-menu poin pelanggaran, lalu sama halnya dengan mengelola pelanggaran, aktor dapat memilih salah satu diantara fungsi kelola, seperti menambah, memperbarui, atau menghapus poin pelanggaran.

Gambar 3. Activity Diagram Mengelola Poin Pelanggaran

3.2. Perancangan

Pada perancangan sistem ini perlu dilakukan agar sistem yang dibangun sesuai dengan kebutuhan user. Perancangan sistem dianalisa dari requirement sistem kemudian digambarkan dalam diagram. Pada tahap perancangan sistem ini menggambarkan alur

dari sistem yang akan dibangun. Perancangan sistem ini dimodelkan menggunakan bahasa pemodelan sistem yaitu UML (Unified Modelling Language), seperti sequence diagram.

3.2.1 Sequence Diagram

Sequence diagram tambah pelanggaran dimulai ketika BK berada dalam menu pelanggaran, dan sistem akan menampilkan daftar pelanggaran dalam tab daftar pelanggaran, sistem juga menyediakan tab

tambah pelanggaran untuk menambah

pelanggaran. BK memilih tab tambah

pelanggaran, lalu mengisi form tambah pelanggaran. Lalu dilanjutkan pada controller

pelanggaran, dan model_pelanggaran. Berikut ini merupakan sequence diagram tambah pelanggaran yang ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Sequence Diagram Tambah Pelanggaran

Sequence diagram tambah poin pelanggaran dimulai ketika BK berada dalam menu klasifikasi pelanggaran, dan sistem akan menampilkan daftar poin pelanggaran dalam

tab daftar klasifikasi poin dan fungsi untuk menambah poin dalam tab tambah klasifikasi poin. BK memilih tab tambah klasifikasi poin, kemudian sistem akan menampilkan form untuk tambah poin yang harus diisi. Kemudian akan dilanjutkan ke controller pelanggaran dan model_pelanggaran. Berikut ini merupakan

(5)

Gambar 5. Sequence Diagram Tambah Poin Pelanggaran

3.2.2 Physical Data Model

Physical data model digunakan untuk merepresentasikan rancangan basis data.

Physical data model mendefinsikan semua struktur tabel, termasuk nama kolom, tipe data kolom, primary key, foreign key, dan relasi antar tabel. Gambar 6 merupakan potongan rancangan physical data model sistem informasi bimbingan konseling siswa.

Gambar 6. Physical Data Model

3.2.3 Perancangan Komponen

Perancangan komponen mendefinisikan struktur data atau algoritma yang digunakan dalam suatu komponen perangkat lunak. Di dalam perancangan komponen ini hanya mencantumkan algoritma penambahan data pelanggaran sehingga tidak semua algoritma dicantumkan. Algoritma penambahan data pelanggaran ini akan diletakkan pada controller

pelanggaran dan model model_pelanggaran.

a. Controller Pelanggaran

Perancangan komponen fungsi

tambah_pelanggaran() merupakan algoritma

dari fungsi sistem untuk menambah

pelanggaran. Fungsi tambah_pelanggaran() merupakan bagian dari controller Pelanggaran. Pada tabel 1 merupakan algoritma dari fungsi tambah_surat_masuk().

Tabel 1. Algoritma Fungsi tambah_pelanggaran()

1 Mulai

2 Menyimpan data formulir tambah

pelanggaran ke dalam variabel

3 Melakukan kontak dengan model

untuk mengambil total poin pelanggaran seorang siswa pada tahun ajaran tertentu

4 Menghitung total poin

pelanggaran siswa pada tahun ajaran tertentu

5 Jika total poin pelanggaran

lebih dari 15

6 Deklarasi variabel status

dengan nilai ‘Sanksi belum diberikan 2’

7 Lainnya

8 Deklarasi variabel status

dengan nilai ‘Sanksi belum diberikan’

9 Mengambil sanksi yang cocok

dengan poin pelanggaran dari database dan menyimpannya dalam variabel

10 Menyimpan variabel-variabel

pelanggaran ke dalam array

11 Melakukan kontak dengan model

untuk menyimpan variabel array pelanggaran ke dalam database sistem

12 Deklarasi variabel array yang

berisi keterangan tahap penanganan pertama pada pelanggaran

13 Melakukan kontak dengan model

untuk menyimpan variabel array tahap penanganan pertama pelanggaran ke dalam database sistem

14 Jika total poin pelanggaran

kurang dari 16

15 Deklarasi variabel array yang

berisi tahap penanganan kedua pada pelanggaran

(6)

17 Deklarasi variabel array yang berisi tahap penanganan kedua pada pelanggaran

18 Melakukan kontak dengan model

untuk menyimpan variabel array tahap penanganan kedua

pelanggaran ke dalam database sistem

19 Menampilkan halaman daftar

pelanggaran

20 Selesai

b. Model model_pelanggaran (Fungsi ambil_total_ poin())

Perancangan komponen fungsi

ambil_total_poin() merupakan algoritma dari fungsi sistem untuk mengambil total poin seorang siswa pada tahun ajaran tertentu. Fungsi ambil_total_poin() merupakan bagian dari model model_pelanggaran. Pada tabel 2

merupakan algoritma dari fungsi

ambil_total_poin().

Tabel 2. Algoritma Fungsi ambil_total_poin()

1 Mulai

2 Mengambil total poin pelanggaran

seorang siswa pada tahun ajaran tertentu dari dalam database sistem

3 Menyimpan total poin pelanggaran

ke dalam variabel

4 Mengembalikan variabel berisi

total poin pelanggaran

5 Selesai

c. Model model_pelanggaran (Fungsi ambil_sanksi_ poin())

Perancangan komponen fungsi

ambil_sanski_poin() merupakan algoritma dari fungsi sistem untuk mengambil sanksi pelanggaran yang cocok dengan total poin

pelanggaran seorang siswa. Fungsi

ambil_sanksi_poin() merupakan bagian dari

model model_pelanggaran. Pada tabel 3

merupakan algoritma dari fungsi

ambil_sanksi_poin().

Tabel 3. Algoritma Fungsi ambil_sanksi_poin()

1 Mulai

2 Mengambil sanski pelanggaran

yang cocok dengan total poin pelanggaran dari dalam database sistem

3 Mengembalikan variabel array

yang berisi sanksi pelanggaran

4 Selesai

d. Model model_pelanggaran (Fungsi tambah_pelanggaran())

Perancangan komponen fungsi

tambah_pelanggaran() merupakan algoritma dari fungsi sistem untuk menambahkan data pelanggaran ke dalam database sistem. Fungsi tambah_ pelanggaran() merupakan bagian dari

model model_pelanggaran. Pada tabel 4

merupakan algoritma dari fungsi

tambah_pelanggaran().

Tabel 4. Algoritma Fungsi tambah_pelanggaran()

1 Mulai

2 Menyimpan data array ke dalam

tabel pelanggaran di dalam database sistem

3 Selesai

3.2.4 Perancangan Antar Muka

Pada bagian ini akan menjelaskan tentang perancangan antarmuka dari sistem informasi bimbingan konseling siswa.

a. Halaman Login

Halaman login merupakan halaman untuk masuk ke dalam sistem, guest harus memasukkan username dan password untuk masuk ke dalam sistem. Berikut ini merupakan rancangan antarmuka login pada gambar 7.

Gambar 7. Perancangan Antarmuka Login

b. Halaman Daftar Data Siswa

(7)

misalnya daftar data guru, daftar data wali kelas, dan lain-lain. Berikut ini merupakan rancangan antarmuka daftar data siswa pada gambar 8.

Gambar 8. Perancangan Antarmuka Daftar Data Siswa

3.3. Implementasi

Setelah tahapan perancangan selesai proses selanjutnya adalah proses implementasi. Pada proses implementasi sistem ini, menggunakan bahasa pemrograman PHP untuk membuat fungsi-fungsi didalamnya. Tampilan pada halaman sistem menggunakan HTML dan

Bootstrap, sedangkan untuk database menggunakan MySQL.

3.3.1 Implementasi Algoritma

Di dalam implementasi algoritma ini hanya mencantumkan proses penambahan data

pelanggaran yang telah dicantumkan

algoritmanya pada sub-bab perancangan komponen sehingga tidak semua fungsi dicantumkan. Proses penambahan data pelanggaran ini terletak pada controller pelanggaran, dan model model_pelanggaran untuk memasukkan data pelanggaran ke dalam basis data.

a. Model Model_pelanggaran (Fungsi ambil_total_poin())

Fungsi ambil_total_poin() berisi query

untuk mengambil jumlah poin pelanggaran seorang siswa pada tahun ajaran tertentu, fungsi ini ditunjukkan dalam tabel 5.

Tabel 5. Implementasi Algoritma ambil_total_poin()

1 public function

ambil_total_poin($nis,$tahun) {

2 $query = $this->db->query("SELECT SUM(poin) as total from

pelanggaran where nis = $nis and tahun_ajaran = '$tahun'");

3 $rows = $query->row();

4 $total = $rows->total;

5 return $total;

b. Model model_pelanggaran (Fungsi ambil_sanksi_ poin())

Funsgi ambil_sanksi_poin() berisi query

untuk mengambil sanksi pelanggaran yang cocok dengan total poin tertentu, fungsi ini ditunjukkan dalam tabel 6.

Tabel 6. Implementasi Algoritma ambil_sanksi_poin()

1 public function

ambil_sanksi_poin($poin) {

2 $query = $this->db->query("SELECT id, sanksi from sanksi_pelanggaran where poin_min <= $poin and

poin_maks >= $poin");

3 return $query;

4 }

d. Model model_pelanggaran (Fungsi tambah_pelanggaran())

Fungsi tambah_pelanggaran() berisi query

untuk memasukkan data pelanggaran yang telah diproses sedemikian rupa ke dalam basis data, fungsiini ditunjukkan dalam tabel 7.

Tabel 7. Implementasi Algoritma tambah_pelanggaran ()

1 public function

tambah_pelanggaran($data) {

2 $this->db->insert('pelanggaran', $data);

3 }

3.3.1 Implementasi Prototipe

Berikut ini merupakan hasil implementasi prototipe dari sistem informasi bimbingan konseling siswa.

a. Halaman Kelola Data Pelanggaran (BK)

Halaman kelola data pelanggaran

(8)

meliputi menambah, memperbarui, dan menghapus data. Berikut ini merupakan halaman kelola data pelanggaran yang ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 9. Halaman Kelola Data Pelanggaran

b. Halaman Detail Data Pelanggaran (BK)

Halaman detail data pelanggaran

merupakan halaman yang dapat diakses oleh BK untuk dapat melihat secara detail data pelanggaran seorang siswa. Di halaman ini pula tersedia fungsi untuk memperbarui data pelanggaran, pembaruan yang dimaksud adalah telah diterima atau tidaknya suatu sanksi, sehingga pengguna dapat membedakan antara pelanggaran yang telah diberi sanksi dan belum diberi sanksi. Berikut ini merupakan halaman detail data pelanggaran yang ditunjukkan pada gambar 10.

Gambar 10. Halaman Detail Data Pelanggaran

3.4. Pengujian

Setelah dilakukan implementasi sistem, tahap selanjutnya adalah proses pengujian sistem. Pengujian menggunakan 3 metode yaitu menggunakan metode basis path testing, validation testing, dan compatibility testing.

3.4.1. Basis Path Testing

Tabel 8 merupakan hasil basis path testing

yang dilakukan untuk mengetahui cyclomatic complexity. Fungsi menambah pemberian sanksi memiliki jumlah cyclomatic complexity

yaitu 6. Fungsi menambah kehadiran memiliki jumlah cyclomatic complexity yaitu 5. Serta

fungsi menambah membuat nilai akhlak dan kepribadian memiliki jumlah cyclomatic complexity yaitu 14. Hal ini menunjukkan bahwa 2 fungsi sistem memiliki struktur yang mudah dipahami, mudah dilakukan pengujian dan dapat mudah dilakukan implementasi atau perbaikan. Sedangkan 1 fungsi memiliki struktur yang lebih kompleks, sehingga akan lebih sulit untuk dilakukan pengujian.

Tabel 8. Hasil Basis Path Testing

Fungsi Jumlah

3.4.2. Validation Testing

Validation testing dilakukan pada beberapa fungsi dalam sistem informasi bimbingan konseling siswa. Berdasarkan hasil pengujian, fungsi yang diujikan dapat bekerja dengan baik dan memiliki status valid. Sehingga dapat disimpulkan fungsi dalam sistem informasi bimbignan konseling siswa dapat berjalan sesuai dengan fungsionalitasnya.

3.4.1. Compatibility Testing

Hasil compatibility testing menggunakan SortSite dibagi menjadi tiga kategori yaitu

critical issues, major issues, dan minor issues. Pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sistem dapat berjalan pada sepuluh macam versi browser sesuai pada gambar 11 tanpa mengalami masalah critical issues, dan

major issues. Sehingga sistem informasi bimbingan konseling siswa dapat berjalan dengan baik di sepuluh macam versi browser

(kecuali Internet Explorer versi 8).

(9)

4. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses perancangan sistem pada penelitian ini menghasilkan class diagram, sequence diagram, physical data model, perancangan komponen, dan perancangan antarmuka. Terdapat 3 class diagram, dan 12 sequence diagram yang didokumentasikan. Perancangan sistem merupakan dasar dalam implementasi sistem.

2. Proses implementasi sistem dilakukan berdasarkan perancangan sistem yang telah didefinisikan. Sistem dibangun dengan menggunakan Bootstrap sebagai framework

HTML dan CSS, Codeigniter sebagai

framework PHP dan MySQL sebagai database sistem.

3. Proses pengujian dilakukan dengan menggunakan basis path testing, validation testing, dan compatibility testing. Berdasarkan hasil basis path testing, 2 fungsi sistem mempunyai nilai cyclomatic complexity 6 dan 5, yang berarti jika dilakukan pengujian akan mudah dipahami, dapat dengan mudah dilakukan pengujian. Dan terdapat 1 fungsi sistem yang memiliki struktur yang lebih kompleks yang mempunyai nilai cyclomatic complexity 14, sehingga akan lebih sulit untuk dilakukan pengujian. Berdasarkan hasil 14 tabel

validation testing, fungsi yang ada di dalam sistem bimbingan konseling siswa berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil compatibility testing, sistem bimbingan konseling siswa dapat digunakan dengan baik pada 10 macam jenis browser.

5. SARAN

1. Untuk pengembangan berikutnya, fitur sistem untuk mengirim notifikasi dapat ditingkatkan dengan menambahkan

SMS Gateway.

2. Pada pengembangan berikutnya dapat dilakukan integrasi antara sistem informasi bimbingan konseling siswa dengan sistem informasi akademik siswa yang telah ada, sehingga diharapkan data-data siswa, wali murid, dan guru yang terdapat di sistem informasi bimbingan konseling siswa dapat berjalan beriringan dengan data di sistem informasi akademik siswa yang telah ada.

6. DAFTAR PUSTAKA

A.S, Rosa, dan M. Shalahudin. 2015. Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan

Berorientasi Objek. Bandung:

Informatika.

Indriati. 2010. Pengujian Validasi. [Online]

Tersedia di: <

http://indryz.lecture.ub.ac.id/files/2010/ 11/Pengujian-Validasi.docx> [Diakses 14 November 2016].

Sommerville, Ian. 2011. Software Engeneering, Ninth Edition. New York: Addison-Wesley.

Gambar

Gambar 1. Use Case Diagram
Gambar 4. Sequence Diagram Tambah Pelanggaran
Gambar 6. Physical Data Model
Tabel 3. Algoritma Fungsi ambil_sanksi_poin()
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah adalah bagaimanakah informasi yang terdapat pada SMP NEGERI 1 RANTAU SELATAN dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat

Manfaat dari pelaksanaan bimbingan konsleing dan peran guru yang melakukan bimbingan konseling adalah terbentuknya perilaku siswa yang lebih baik, dapat

Pernyataan ... Latar Belakang ... Identifikasi Masalah ... Batasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian .... Media Pembelajaran ...

1.4 Tujuan Tujuan dari pebuatan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : Merancang bangun sistem informasi Bimbingan Konseling yang berbasis web pada SMP Negeri 39 Surabaya,

Sistem informasi identifikasi masalah dan kebutuhan siswa adalah sistem berbasis web yang dibangun dengan tujuan untuk memudahkan guru BK dalam mengumpulkan

dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sistem ini mengindentifikasi masalah yang dihadapi siswadan mengidentifikasi layanan yang harus diberikan oleh guru BK menggunakan

Materi tergantung apa yang diungkapkan klien, atau konselor dapat memanggil klien yang menjadi tanggung jawab asuhannya untuk diberikan layanan konseling untuk

Dalam memperbaiki atau mengembangkan suatu sistem informasi, dibutuhkan suatu pendekatan dengan menggunakan alat dan teknik yang disediakan untuk memudahkan seorang analis sistem dalam