• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI RUMAH MAKAN TRADISIONAL TERHADAP MASUKNYA RUMAH MAKAN MODERN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 1980-2016 Afzalul Zikri1 , Anwar Yoesoef2 , Mawardi Umar3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EKSISTENSI RUMAH MAKAN TRADISIONAL TERHADAP MASUKNYA RUMAH MAKAN MODERN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 1980-2016 Afzalul Zikri1 , Anwar Yoesoef2 , Mawardi Umar3"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI RUMAH MAKAN TRADISIONAL TERHADAP MASUKNYA RUMAH MAKAN MODERN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 1980-2016

Afzalul Zikri1, Anwar Yoesoef2, Mawardi Umar3

Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala

Email:zikriafzalul72@gmail.com anwar@unsyiah.ac.id mawardiumar@gmail.com

ABSTRACT

Since 1980-2017 in the city of Banda Aceh it was continuing to develop. The type of restaurant in Banda Aceh until now consists of traditional and modern restaurants, hence this research entitled "The Existence of Traditional Restaurant Toward the Entry of Modern Restaurant in the City of Banda Aceh Year 1980-2016”. This study aims to: (1) explain the development of traditional restaurants and modern restaurants in the city of Banda Aceh, 1980-2016 and (2) to explain the existence of traditional restaurants when it occur the expansion of modern restaurants in the city of Banda Aceh, 1980-2016. This study uses a qualitative approach and historical method that consists of five steps: theme selection, heuristics, verification, interpretation and historiography. Data collection was done by interviewing, documentation, observation and literature study. Based on the research results it can be conclude that: the restaurants began to appear in the city of Banda Aceh since 1970s that is with the establishment of a traditional restaurant that sells type of regional food. Since 1970-2004 the number of traditional restaurants continues to grow to 180 units in 2004. In 2005 precisely after the tsunami the expansion of modern restaurants, which presents a challenge for the existence of traditional restaurants, both in terms of luxury places to eat, packed with a sense of modern, modern services with a public order shuttle system. In order to overcome the speed of modern restaurant expansion, the traditional restaurant keeps trying to maintain its existence, especially by giving satisfaction for the customers both in terms of the taste of its cuisine and the attraction in the form of banners by displaying various regional dishes.

Keywords:Existence, Traditional Restaurant, Modern Restaurant, City of Banda Aceh

ABSTRAK

Di Kota Banda Aceh sejak 1980-2017 terus mengalami perkembangan. Jenis rumah makan di Kota Banda Aceh hingga saat ini terdiri rumah makan tradisional dan rumah makan modern, maka penelitian yang berjudul “eksistensi rumah makan tradisional terhadap masuknya rumah makan modern di Kota Banda Aceh Tahun 1980-2016”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan perkembangan usaha rumah makan tradisional dan rumah makan modern di Kota Banda Aceh,

1Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah.

2Dosen Pembimbing I.

(2)

1980-2016 dan (2) menjelaskan eksistensi rumah makan tradisional saat terjadinya ekspansi rumah makan modern di Kota Banda Aceh, 1980-2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode sejarah yang terdiri dari lima langkah yaitu pemilihan tema, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, dokumentasi, observasi dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: rumah makan mulai muncul di Kota Banda Aceh sejak tahun 1970-an yaitu dengan berdirinya rumah makan tradisional yang menjual jenis makanan ala daerah. Sejak 1970-2004 jumlah rumah makan tradisional ini terus berkembang hingga mencapai 180 unit tahun 2004. Pada tahun 2005 tepatnya pasca tsunami terjadi ekspansi rumah makan modern, yang memberikan tantangan bagi eksistensi rumah makan tradisional, baik dari segi kemewahan tempat makan, dikemasnya dengan rasa yang modern, pelayanannya yang modern dengan sistem antar jemput pesanan masyarakat. Dalam rangka mengahadapi lajunya ekspansi rumah makan modern, membuat rumah makan tradisional terus berupaya mempertahankan eksistensinya, terutama dengan memberikan kepuasan bagi palanggan baik dari segi rasa masakan-nya maupun daya tarik berupa spanduk dengan menampilkan berbagai menu masakan bercirikhas daerah.

Kata Kunci:Eksistensi, Rumah Makan Tradisional, Rumah Makan Modern, Kota Banda Aceh.

PENDAHULUAN

Banda Aceh sebagai sentral dari kehidupan masyarakat Aceh, di daerah ini pula banyak berkembang segala jenis kegiatan usaha. Baik itu usaha pemerintahan, ekonomi, budaya, dan makanan. Usaha makanan di Banda Aceh saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam hal ini usaha makanan yang dikembangkan di Banda Aceh tidak hanya dalam satu jenis saja melainkan terdiri dari berbagai jenis makanan. Baik itu makanan khas daerah ataupun makanan yang berasal dari luar Aceh seperti masakan Padang, nasi uduk, ayam penyet, nasi goreng seafood, mie tiaw dan lain sebagainya.

Masyarakat di Kota Banda Aceh saat ini terdiri dari berbagai macam profesi dan kesibukkan masing-masing. Ada yang berprofesi sebagai pegawai swasta, pegawai negeri sipil dan mahasiswa. Dengan adanya beragam profesi yang digeluti oleh masyarakat Kota Banda Aceh ini menunjukkan adanya kemampuan mereka untuk berpenghasilan di atas rata-rata. Penghasilan yang didapat menunjang kehidupan dari masyarakat ini untuk lebih bergaya ekonomis. Baik itu dalam hal membeli pakaian, tempat tinggal dan makanan. Kehidupan yang demikian ini

membawa mereka untuk lebih hidup praktis dalam segala hal termasuk dalam makanan. Oleh karena inilah banyaknya tersedia berbagai macam rumah makan di Kota Banda Aceh. Hal ini mendukung kegiatan dari kehidupan masyarakat Kota Banda Aceh untuk cenderung membeli makanan di luar dari pada memasak di rumah.

(3)

Biasanya, antara rumah makan tradisional dan rumah makan modern tidak hanya dibedakan dalam menu makanannya, namun juga dari struktur bangunannya. Struktur bangunan rumah makan tradisional, masih sangat sederhana dan bernuansa lokal. Sedangkan struktur bangunan rumah makan modern lebih elegan dan kontemporer. Hal ini disebabkan karena keduanya memiliki perbedaan yang mencolok. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Eksistensi Rumah Makan Tradisional Terhadap Masuknya Rumah Makan Modern di Kota Banda Aceh Tahun 1980-2016”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

Perkembangan usaha rumah makan

tradisional dan rumah makan modern di Kota Banda Aceh, 1980-2016 ? dan Bagaimana eksistensi rumah makan tradisional saat terjadinya ekspansi rumah makan modern di Kota Banda Aceh, 1980-2016 ?

KAJIAN PUSTAKA

Kajian selanjutnya ada dalam jurnal Ichsan Nanda 2010 dengan judul ”Jangan Lupakan Kuliner Aceh”. Di dalam jurnal tersebut menjelaskan tentang beberapa kuliner khas Aceh yang harus kita ketahui dan jangan kita lupakan, dewasa ini memang dengan banyak munculnya berbagai jenis makanan baru yang praktis membuat sedikitnya warga Aceh melupakan makanan khas Aceh. Bumi Serambi Mekkah yang kental dengan budaya ini juga memiliki ciri khas dari kulinernya yang menggiur. Berbagai jenis makanan dan minuman yang menjadi ciri khas Aceh sekarang mulai dilupakan oleh para generasi penerus, masyarakat sebagai wadah utama untuk menyelamatkan kuliner yang mulai hilang dari kota-kota besar di Aceh. Berbagai jenis makanan diantaranya ada Gule Pli’u yang dimasak dari berbagai jenis sayuran dengan menggunakan bumbu khas yaituPli’u(kelapa yang dibusukkan) dan juga Tumeh ungkot muloh dari Aceh Utara.

Aceh yang kental akan budaya juga memiliki banyak kaum yang memiliki berbagai jenis makanan yang mengunggah selera, untuk kelompok berat diantaranya, kita pasti kenal dengan Mie Aceh, Ungkot paya, Nasi gurih, Kanji rumba, Keumamah, Kuwah ungkot yee, Kuwah beulangoeng, Kuwah sie itek, Martabak Aceh, Ayam tangkap, Sambai asam udeung, Sate matang, Sie reuboh dan masih sangat banyak dengan yang lainnya. Begitu halnya dengan makanan ringannya ada berbagai jenis diantaranya Apam, Bada reuteuk, Boh rom-rom, Halua, Kuweh supet, Dhodoi, Peunajoh tho, Meuseukat, Pulot, Ruti jala, Ruti cane dan Timphan. Masih sangat banyak dengan berbagi makanan yang lainnya. Mungkin ini hanya sebagian dan sekilas. Sedangkan dari jenis minuman dapat kita temukan di berbagai tempat sekarang ini diantaranya Kopi Aceh, Sanger, Ie boh timon, Kupi jok (kopi aren). Dari berbagai jenis makanan dan minuman yang telah tersebut diatas mungkin ada beberapa yang selalu menjadi menu hidangan kita dalam sehari-sehari.

Kajian selanjutnya ada dalam buku karangan Agus Budi Wibowo dan Dewi Navulan Sari tahun 2009 yang berjudul “Makanan Khas Aceh”. Buku ini menjelaskan kebutuhan pokok manusia, salah satunya adalah pangan. Sangat berbeda dengan makhluk bumi lainnya manusia lebih unggul dari kemampuan untuk memperoleh, mengolah, mencari, dan memanfaatkan bahan pangan. Sehingga pangan yang di konsumsi lebih baik bagi kesehatan. Dengan kata lain itu terjadi karena manusia memiliki budaya.

METODE PENELITIAN

(4)

penelitian ini ialah metode sejarah. (Hugiono dan P.K. Poerwantana (1992:25), Metode sejarah yaitu proses untuk mengkaji dan munguji kebenaran rekaman dan peninggala-peninggalan masa lampau dan menganalisa secara kritis. Adapun prosedur atau langkah kerja yang digunakan mengacu pada

prosedur yang dikemukakan oleh

Kuntowijoyo (1995:89), yaitu pemilihan tema, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.

Teknik Pengumpulan Data

Observasi, teknik ini dilakukan dengan proses pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, pengamatan yang dilakukan peneliti tentu saja hanya terbatas pada rumah makan tradisional dan rumah makan modern di Kota Banda Aceh.

Dokumentasi, teknik ini dilakukan dengan proses analisis pada sumber-sumber tertulis yang terkait dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini dokumentasi yang dipakai berupa BPS Kota Banda Aceh berupa Kota Banda Aceh Dalam Angka dan laporan tahunan Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh.

Wawancara, teknik ini dilakukan dengan proses wawancara pada pelaku dan saksi yang menyaksikan langsung bagaimana peran usaha rumah makan di Banda. Dalam penelitian ini, informan yang akan diwawancarai meliputi pemilik, pemilik dari luar, pembeli, dan masyarakat.

Studi kepustakaan, dalam hal ini penulis mengumpulkan berbagai buku-buku tentang usaha rumah makan , surat kabar, majalah, jurnal. Di samping itu, yang lebih utama lagi adalah menganalisis arsip surat kabar yang memberitakan tentang usaha makanan, khususnya usaha rumah makan di Kota Banda Aceh.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dilakukan dengan cara: Setelah semua data atau sumber primer dan sekunder terkumpul, maka akan

diadakan kritik dengan cara mengklasifikan dan membandingkan antara data yang satu dengan data lainnya. Guna memperoleh sumber yang asli atau dapat dipercaya. Setelah data otentik diperoleh, maka penulis akan mengadakan interpretasi (analisa) guna mendapatkan fakta-fakta tentang Eksistensi

Rumah Makan Tradisional Terhadap

Masuknya Rumah Makan Modern di Kota Banda Aceh 1980-2016. Setelah fakta diperoleh, langkah selanjutnya ialah menuangkan fakta itu ke dalam bentuk tulisan cerita sejarah yang bersifat kronologis (sesuai urutan waktu).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah rumah makan di Banda Aceh tidak terlepas dari peran kolonial Belanda. Hal ini bisa kita kaitkan dengan masuknya warung kopi di Kota Banda Aceh. Kebiasaan minum kopi merupakan budaya yang diperkenalkan oleh pemerintah Kolonial Belanda awal abad ke-20 yang diusahakan oleh gubernur Swart untuk mencegah kasus diare di Aceh. Akhirnya budaya ini terus berkembang sampai saat ini, sehingga banyak warung kopi yang ada di Banda Aceh. Dari penjelasan di atas, kita dapat membandingkan tentang kehadiran rumah makan di Kota Banda Aceh dan kaitannya dengan kehadiran tempat sejenis seperti warung kopi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis pada seorang narasumber yang bernama Irmawati, rumah makan yang tertua berada di Banda Aceh adalah Rumah Makan Asia Utama yang sekarang telah berubah namanya menjadi Rumah Makan Asia yang berdiri pertama sekali sekitar tahun 1970-an. Rumah makan tersebut sudah tiga kali berpindah tempat, yaitu dari yang awalnya terletak di pinggir sungai atau Krueng Aceh, kemudian pindah ke samping Bank Indonesia dan di tempat yang sekarang yakni berada tidak jauh dari tempat sebelumnya.\

(5)

Banda Aceh. Rumah makan tersebut menyajikan hidangan tradisional sesuai dengan kebudayaan pemiliknya. Sebagai contoh, rumah makan tradisional milik orang Padang tentunya menyajikan hidangan minang. Seiring dengan perkembangannya, rumah makan di Kota Banda Aceh semakin menyebar ke berbagai tempat. Lokasi yang biasanya menjadi pusat dari rumah makan tersebut adalah wilayah perkantoran, pasar, dan kampus.

Dalam kurun waktu tahun 1980 sampai 2004, rumah makan di Kota Banda Aceh jumlahnya semakin banyak. Namun pada tahun 2004, bencana Tsunami telah mengubah keadaan geografis dan ekonomi di Kota Banda Aceh. Hal ini menyebabkan banyaknya rumah makan yang hancur sehingga pada saat ini tidak ditemukan lagi. Meskipun demikian, masih ada beberapa rumah makan yang bertahan atau berganti nama. Biasanya pemilik rumah makan yang hadir pasca Tsunami adalah keluarga atau rekan dari pemilik rumah makan yang lama.

Dalam periode 25 tahun sejak 1980-2004 perkembangan jumlah rumah makan di Kota

Banda Aceh semakin berjamuran.

Perkembangan ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Sehingga membuka peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha rumah makan. Rumah makan yang berdiri dalam rentang waktu 1980-2004 ini tidak saja rumah makan tradisional melainkan juga mulai masuknya rumah makan dari luar daerah yang lebih modern.

Peristiwa stunami di akhir tahun 2004 telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan rumah makan, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya rumah makan ala modern. Kemunculan beberapa rumah makan ciri khas modern ini tidak terlepas dari banyaknya pendatang asing ke Kota Banda Aceh baik sebagai wisatawan maupun menjadi penduduk tetap dalam menjalankan pekerjaan. Selain itu jugas peristiwa stunami telah membawa perkembangan Kota Banda Aceh ke arah

yang lebih maju, terutama dalam bidang pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur ini telah membutuhkan pula akan pentingnya rumah makan di sekitarnya.

Jumlah rumah makan modern cenderung tidak begitu banyak setelah tsunami. Sejak 2005-2006 mulailah kembali terlihat rumah makan moden terutama diwali dengam pembukaan rumah makan KFC dan dikuti dengan berdirinya rumah makan Canai Mamak. Jumlah itu naik menjadi 3 unit rumah makan di tahun 2007 dengan berdirinya rumah makan modern Pizza Hut. Di tahun 2008-2009 naik lagi jumlah rumah makan modern dengan bertambahnya rumah makan Restoran Ali Kebab pada bulan Februari 2008, dan dalam tahun berikutnya yakni 2010-2017 sudah terdapat 5 unit rumah makan modern di

Kota Banda Aceh yakni dengan

bertambahnya 1 unit yaitu Rumah Makan AW.

Kemunculan Rumah Makan Modern sebenarnya membawa pegaruh positif bagi perkembangan kuliner masyarakat Banda Aceh, dengan munculnya jenis makanan baru ini masyarakat setidaknya tau bagaimana bentuk jenis dan rasa makanan luar. Sehingga menciptakan dunia kuliner baru di Aceh khusunya Kota Banda Aceh. Dalam hal ini membawa dampak negatif bagi Rumah Makan Tradisional pada umumnya, namun jika kita melihat apa yang terjadi sekarang tidak ada pengaruhnya bagi Rumah Makan Tradisional, hal ini

dikarenakan baik Rumah Makan

Tradisional ataupun Rumah Makan Modern berbeda konsepnya. Masing-masing memiliki jenis makanan yang tidak sama, bentuk bangunannya pun berbeda dan menunya pun tidak sama.

(6)

makanan untuk masyarakat konsumsi sehari-hari.

Dalam kata lain dengan adanya Rumah Makan Modern di Kota Banda Aceh semakin mewarnai kuliner luar yang berkembang di Aceh, dan juga Kota Banda Aceh menjadi sama dengan Kota-kota besar lainnya di Indonesia yang telah terlebih dahulu ada jenis makanan tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Munculnya rumah makan di Kota Banda Aceh mulai tahun 1970-an, yang diawali dengan berdirinya rumah makan bentuk tradisional yang menjual jenis makanan ala daerah. Dalama perkembangan selanjutnya rumah makan tradisional ini terus berkembang di berbegai pelosok Kota Banda Aceh bahkan hingga tahun 2004 telah 180 unit dengan lokasi yang biasanya menjadi pusat dari rumah makan tersebut adalah wilayah perkantoran, pasar, dan kampus. Pasca tsunami 2004 kemudian terjadi ekspansi rumah makan modern, bahkan sampai 2017 sudah terdapat 5 unit. Kemunculan rumah makan modern ini dikarena semakin banyaknya pekerja luar dan masuknya orang asing ke Kota Banda Aceh baik sebagai imigran tetap ataupun hanya sebagai wisatawan yang membutuhkan rasa makanan seperti negeri asal mereka sehingga mualilah dibangunnya rumah makan berciri khas masakan modern.

Terjadinya ekspansi rumah makan modern di Kota Banda Aceh pasac tsunami 2005 telah mendapat tantangan bagi keberadaan rumah makan tradisional. Permasalahan yang dihadapi terutama dari segi kemewahan tempat makan, dikemasnya dengan rasa yang modern, rumah makan modern juga melayani antar jemput pesanan masyarakat. Dalam rangka mengahadapi lajunya ekspansi rumah makan modern, membuat rumah makan tradisional terus berupaya mempertahankan eksistensinya,

terutama dengan memberikan kepuasan bagi palanggan baik dari segi rasa masakan-nya maupun daya terik berupa spanduk dengan menampilkan berbagai menu masakan bercirikhas daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Anwar Manan Latif. (2009). “Strategi Pemasaran Rumah Makan Wong Solo”.Jakarta :UIN Syarif Hidayatullah.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Djufri, dkk. (2016). Pedoman Penulisan Skripsi. Banda Aceh : FKIP Universitas Syiah Kuala.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (1993). “Dapur dan Alat-Alat Masak Tradisional Provinsi Daerah Istimewa Aceh”. Banda Aceh.

Hugiono dan P.K Poerwantana (1987). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:PT Bina Aksara.

Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Moleong, Laxy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: Rosda Karya.

Nanda, Ichsan. ( 2015) ”Jangan Lupakan Kuliner Aceh”. Banda Aceh: Jurnal.s

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada hubungan antara status pendidikan dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik berdasarkan hasil uji chi-square yang didapatkan nilai pvalue lebih besar

Dari diagram diatas terlihat bahwa faktor 10 (penanda jalan), faktor 9 (keamanan pejalan kaki), dan faktor 8 ( amenities koridor jalan wisata) termasuk dalam

[r]

Namun menurut SNI 01-3719-1995, minuman sari buah atau jus adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air dengan atau tanpa penambahan gula dan

singkatnya, tujuan mengalokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke akun-akun neraca, adalah membantu auditor memutuskan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan

However, as long as we make sure there is no content sticking off the edge page the user will only need to pan up and down, which is the easiest gesture for a mobile device with a

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan ubi jalar ungu dengan air memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap pH, total asam (%), total padatan terlarut ( o Brix),

PEMAKNAAN PENONTON TENTANG UNSUR KEKERASAN DALAM FILM “THE RAID 2 : BERANDAL” KARYA GARETH EVANS (Studi Resepsi Pada Anggota Komunitas Rumah Film Malang –