• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid Kelas V Tentang Konsumsi Makanan Jajanan Di Sd Negeri Kecamatan Medan Petisah Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid Kelas V Tentang Konsumsi Makanan Jajanan Di Sd Negeri Kecamatan Medan Petisah Tahun "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Pembangunan suatu bangsa tidak pernah lepas dari aset pokok yang disebut sumber daya alam (natural resources) dan sumber daya manusia (human resources). Kedua sumber daya tersebut sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan.

Kelompok usia yang memiliki potensi besar untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya adalah anak usia sekolah. Anak usia sekolah merupakan penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang sangat serius terhadap masalah kesehatannya. Salah satu upaya dalam meningkatkan kesehatannya adalah dengan melakukan perbaikan gizi melalui pendidikan gizi.

Pendidikan gizi merupakan salah satu upaya dalam perbaikan gizi terutama diusia sekolah dasar yaitu usia 7-12 tahun. Perbaikan gizi anak sekolah dasar khususnya merupakan langkah strategis karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas (Depkes RI, 2005).

(2)

dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Sehingga, masih banyak makanan jajanan yang tidak memenuhi standar gizi untuk anak sekolah dasar.

Pada umumnya anak-anak lebih menyukai jajanan di warung maupun kantin sekolah daripada makanan yang telah tersedia di rumah (Kus dan Kusno, 2007). Menurut Adriani,dkk (2012), hal tersebut terjadi karena anak usia ini sering dianggap sedang memasuki fase Johnny won’t eat artinya dimana anak suka makan makanan yang mereka sukai. Sehingga salah satu faktor yang memengaruhi status gizi anak adalah kebiasaan makan.

Menurut Agresta (2005) dalam Damanik (2010) kebiasaan jajan pada anak sekolah dipengaruhi jumlah uang dari orangtua, rasa lapar, bujukan teman, rayuan pedagang makanan, dan lainnya. Selain itu, iklan di media massa berdampak cukup besar dalam memengaruhi kebiasaan makan anak. Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu sudah memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat melengkapi kebutuhan gizi anak.

Pada umumnya, anak sekolah menghabiskan seperempat waktunya setiap hari di sekolah (Aprillia, 2011). Kebiasaan jajan di sekolah terjadi karena 3-4 jam setelah makan pagi dan perut akan terasa lapar kembai (Sihadi, 2004). Akhirnya apabila tidak beli jajan, anak tidak dapat memusatkan kembali pikirannya pada pelajaran yang diberikan guru. Jajan juga dapat dipergunakan untuk mendidik anak dalam memilih makanan jajanan 4 (empat) sehat 5 (lima) sempurna (Yusuf, dkk, 2008).

(3)

memberikan 36% energi dan 29% protein dan zat besi 52%, tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologi maupun kimiawi masih dipertanyakan (Cahanar, 2006 dalam Butarbutar 2009).

Hasil penelitian di daerah Bogor juga menunjukkan rata-rata konsumsi energi yang berasal dari makanan jajanan bagi 265 anak sekolah dasar kelas IV-VI sekitar 304 kal, menyumbang sekitar 24,7 % dari rata-rata total konsumsi kalori per hari. Untuk protein sekitar 6,7 gram/hari, menyumbang sekitar 22,9 % dari rata-rata total konsumsi protei per hari mereka (Sihadi, 2004).

(4)

sebab banyak makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat beredar. Mengonsumsi makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat dapat menyebabkan anak terkena penyakit dan dapat menurunkan status gizi anak (Haryanto, 2002).

Berdasarkan Hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam lima tahun terakhir (2006-2010) menunjukkan bahwa sebanyak 40-44% jajanan anak disekolah tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Berdasarkan pengambilan sampel jajanan anak sekolah di 6 ibu kota provinsi (DKI Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya), ditemukan 72,08% yang positif mengandung zat berbahaya. Jajanan di sekolah tersebut mengandung bahan berbahaya yang dilarang digunakan untuk pangan seperti formalin, boraks, zat pewarna rhodamin B dan methanyl yellow dimana jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi akut berupa alergi, batuk, diare, dan keracunan dalam jangka panjang dapat terakumulasi dan mencetuskan kanker (Kompas, 2011 dalam Andrita 2012).

Dari hasil penelitian tentang pemeriksaan formalin pada bakso yang dijual di sekolah dasar di kota Medan yang dilakukan oleh Ginting (2010) menunjukkan bahwa dari 21 (dua puluh satu) sampel yang dianalisis diambil dari dua puluh satu sekolah dasar yang tersebar di dua puluh satu kecamatan, tujuh sampel positif mengandung formalin dengan kadar yang diperoleh berkisar antara 20,71 mcg/g hingga 49,44 mcg/g.

(5)

setelah makan nasi uduk, serta keracunan pada murid salah satu SD Kota Medan setelah minum susu yang dipromosikan ke sekolah tersebut.

Berdasarkan kasus yang ditemukan di Kecamatan Medan Johor pada tahun 2010 terdapat tiga orang anak menjadi korban keracunan makanan. Dua diantaranya adalah anak SD yang meninggal dan seorang lagi kritis (Suara Pembaharuan, 2010). Pada bulan Februari 2011 puluhan murid sekolah dasar Al Washliyah di Kecamatan Medan Denai mengalami keracunan. Puluhan murid SD mengalami mual-mual setelah mengonsumsi jajanan di kantin sekolah. Sekitar 14 murid diantaranya harus mendapatkan perawatan medis yang serius ke rumah sakit (Eksposnews, 2011).

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dari 2 (dua) sekolah yaitu sekolah SD Negeri 060893 dan 060834, makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima ditemukan menggunakan warna yang mencolok seperti pada saus siomay, saus sosis goreng, saus telur goreng, saus mie goreng, minuman sirop, es tiga rasa, dll. Dan mereka dibekali uang jajan berkisar antara Rp. 2.000,00 - Rp. 5.000,00 yang memungkinkan anak mampu membeli makanan jajanan secara bebas.

(6)

pada anak sekolah yang notabene merupakan golongan usia pertumbuhan yang seharusnya mengonsumsi makanan sehat (Judarwanto, 2008).

Salah satu ruang lingkup yang sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan adalah lingkungan sekolah. Upaya pendidikan gizi di sekolah berpeluang besar untuk berhasil meningkatkan pengetahuan tentang gizi di kalangan masyarakat karena siswa sekolah diharapkan dapat menjadi jembatan bagi guru dalam menjangkau orang tuanya, karena anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab terorganisasi dengan baik serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima perubahan (Dinatia, 2011). Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie, 2005) serta kelompok usia ini memiliki kebiasaan-kebiasaan sikap yang relatif mudah dibentuk (Khomsan, 2000). Menurut Suhardjo (2003), salah satu tujuan umum pendidikan gizi pada anak sekolah adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan sikap tentang peranan makanan yang bergizi bagi kesehatan manusia.

Promosi kesehatan atau pendidikan gizi selalu dimaksudkan agar anak didik mengubah perilaku konsumsi pangan menuju perilaku yang lebih baik. Pendidikan gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan gizi murid, membentuk sikap positif terhadap makanan bergizi dalam rangka membentuk kebiasaan makan yang baik (Khomsan, 2000).

(7)

kepada sarsaran diharapkan sasaran dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan termasuk masalah gizi yang lebih baik. Informasi gizi perlu dinyatakan dalam istilah-istilah sederhana dan mudah dikenal pula sehingga mampu menggunakan pengetahuan tersebut secara efektif (Nurhayati, 2010).

Untuk mencapai pengetahuan yang baik dan optimal tentang gizi, maka metode dan media yang digunakan harus disesuaikan dengan sasaran yang akan dituju. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan metode ceramah. Pada metode ceramah dapat terjadi proses perubahan perilaku kearah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo, 2005).

(8)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jayanti (2010) menunjukkan perbedaan pengetahuan ibu balita pre-test dan post test dengan penyuluhan yaitu dari 16,65 menjadi 33,12, perbedaan sikap ibu balita pre-test dan post test dengan penyuluhan yaitu dari 8,12 menjadi 15,81, perbedaan pengetahuan ibu balita pre-test dan post pre-test dengan media leaflet yaitu dari 16,08 menjadi 33,12, perbedaan sikap ibu balita pre-test dan post test dengan media leaflet yaitu dari 8,46 menjadi 14,23. Hasil uji t-test menunjukkan penyuluhan efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu balita di Kecamatan Medan Denai. Sedangkan menurut Ahmadi (2010) efektivitas penyuluhan terhadap pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan di SD Negeri No. 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, menunjukkan bahwa penyuluhan efektif untuk menurunkan angka rata-rata pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan dengan derajat kepercayaan 95% atau (p<0,05).

Media yang digunakan juga harus disesuaikan dengan sasaran, mengingat bahwa kelompok usia ini sangat cenderung mengaktualisasikan dirinya seperti bermain, bergerak, anak senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung (Anonim, 2012). Maka, pendekatan media yang lebih efektif pada usia ini dengan karakter yang telah dikemukakan haruslah media yang menarik dan menyenangkan agar mudah diserap oleh anak. Media yang digunakan menggunakan permainan yang sifatnya lebih edukatif.

(9)

edukatif dapat meningkatkan kemampuan menguatkan anggota badan, menjadi lebih terampil dan menumbuhkan serta mengembangkan kepribadiannya.

Salah satu permainan edukatif yang terkait pendidikan gizi adalah US Departement of Agricultural (USDA), mengembangkan permainan edukatif untuk memperbaiki status gizi anak. Permainan ini dinamakan My Pyramid for Kids yang menggunakan konsep “Membantu Anak untuk Makan dengan Baik,

Melakukan Olahraga dan Mendapatkan Kesenangan” (French,dkk, 2006).

Colby dan Haldeman (2007) yang menggunakan media teater anak sebagai media pendidikan gizi terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku, kepercayaan dan kebiasaan anak. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk (2006) menyebutkan bahwa ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang gizi setelah dilakukan penyuluhan dengan media audio-visual. Penelitian juga dilakukan oleh Ikada (2010) menyebutkan bahwa ada peningkatan pengetahuan anak sekolah dasar tentang gizi setelah dilakukan pendidikan dengan menggunakan media buku cerita bergambar.

Departemen Kesehatan RI (2008), untuk mempromosikan kesehatan disekolah sebaiknya menggunakan pendekatan yang sesuai dengan dunianya anak sekolah. Salah satu metode promosi kesehatan yang dapat digunakan untuk anak TK dan SD adalah dengan menggunakan permainan ular tangga, dimana pesan-pesan kesehatan dapat dituangkan kedalam permainan tersebut sehingga anak lebih tertarik.

(10)

untuk berkonsentrasi, teliti dan sabar menunggu giliran (Anonim, 2012). Menurut Mulyati (2009), salah satu model pembelajaran yang relevan dengan pengaitan konsep pembelajaran adalah dengan menggunakan permainan ular tangga.

Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan disain yang dirancang, yaitu dengan media permainan ular tangga. Permainan ini ringan, sederhana, mendidik, menghibur dan “sangat berinteraktif jika dimainkan bersama-sama”. Kata interaktif sendiri mempunyai arti “terhubung” antara satu dengan yang lain

ataupun “input” dari sang pemakai dengan media yang dipakai. Ular tangga pada

umumnya terdiri atas satu petak permainan yang berisi kotak-kotak yang harus dilewati oleh para pemain dengan menggerakan bidak setelah sebelumnya memutar dadu terlebih dahulu. Permainan yang mudah, bermanfaat dan menyenangkan merupakan kunci terpenting dalam mendesain permainan anak. Konsep ini merujuk pada konsep “Bermain Sambil Belajar”.

1.2.Perumusan Masalah

(11)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan metode ceramah dan metode permainan ular tangga terhadap peningkatan perilaku murid tentang konsumsi makanan jajanan di SD Negeri Kecamatan Medan Petisah.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa SD Negeri 060893 Kecamatan

Medan Petisah tentang konsumsi makanan jajanan sebelum dilakukan metode ceramah.

2. Untuk mengetahui sikap siswa SD Negeri 060893 Kecamatan Medan

Petisah tentang konsumsi makanan jajanan sesudah dilakukan metode ceramah.

3. Untuk mengetahui tindakan siswa SD Negeri 060893 Kecamatan Medan Petisah tentang konsumsi makanan jajanan sesudah dilakukan metode ceramah.

4. Untuk mengetahui pengetahuan siswa SD Negeri 060834 Kecamatan Medan Petisah tentang konsumsi makanan jajanan sebelum dilakukan metode permainan ular tangga.

5. Untuk mengetahui sikap siswa SD Negeri 060834 Kecamatan Medan Petisah tentang konsumsi makanan jajanan sebelum dilakukan metode permainan ular tangga.

6. Untuk mengetahui pengetahuan siswa SD Negeri 060834 Kecamatan

(12)

7. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan perilaku antara metode ceramah dan metode permainan ular tangga

1.4.Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak SD Negeri 060834 dan 060893 di Kecamatan Medan Petisah dalam peningkatan perilaku tentang konsumsi makanan jajanan.

2. Sebagai bahan masukan puskesmas setempat agar lebih memperhatikan pentingnya penyuluhan tentang makanan jajanan sekolah.

3. Menambah pengetahuan penulis dalam penelitian lapangan

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Komposisi Bahan Makanan

Referensi

Dokumen terkait

Persamaan ini memperlihatkan variasi turunan arus dengan waktu dan sebagaimana diketahui bahwa sesaat setelah saklar ditutup, pada rangkaian tidak mengalir arus (karena sifat

Stasiun 4a berada di cekungan Teluk Kendari, diperkirakan limbah baik yang barasal dari Teluk Lasolo maupun yang berasal dari Teluk Kendari akibat arus akan terperangkap

Robot dapat melakukan 6 mode service yakni mode service dekat, jauh, kiri, kanan, acak dan gabung dengan rata-rata persentase keberhasilan sebesar 93,35%.. Kata kunci:

Panjang dari bagian segmen yang tidak mempunyai sel ganglion (aganglionik) itu biasanya berbeda-beda ; 75% pasien terbatas pada bagian rektum dan sigmoid, 8%

Setiap individu harus dapat mengembangkan dan melihara persahabatan. Seseorang yang tidak mampu membangun relasi dengan orang lain dan lebih menutup diri dari relasi sosial

Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan menggunakan persamaan (1) diperoleh perbandingan biaya pemeliharaan rutin konstruksi jalan perkerasan lentur dan perkerasan

Perlakuan akuntansi untuk penjualan produk utama dan produk sampingan pada Pabrik Tahu dan Tempe Padang Tarok dapat dilakukan dalam 4 metode yaitu; penjualan produk

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan