• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - Perilaku Suami Dalam Merawat Ibu Masa Nifas di Klinik Niar Medan Amplas Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - Perilaku Suami Dalam Merawat Ibu Masa Nifas di Klinik Niar Medan Amplas Tahun 2012"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya

adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

yang luas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak

dapat diamati oleh pihak luar.

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara

stimulus (perangsangan) dan respon. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut juga

teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon, dimana respon tersebut dibedakan

menjadi 2 respon yaitu, 1) Respondent respons/reflexive adalah respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relativ tetap, misalnya

makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makanan yang lezat menimbulkan

keinginan untuk makan, 2) Operant respon/instrumental respons adalah respon yang

timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan ini

disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon, Misalnya

(2)

uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya

(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam

melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo, 2003).

2. Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku

manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni: a) kognitif (cognitive),

b) afektif (affective), c) psikomotorik (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori

ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni pengetahuan

(knowledge), sikap (attitude), tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2003).

A. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan manusia yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.

 Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari atau

rangsangan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,

dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan

(3)

 Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan,

menyebutkan, contoh: menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek

yang dipelajari.

 Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

 Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat ilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokan, dan sebagainya.

 Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi

(4)

 Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

B. Sikap (attitude)

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulasi atau objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan

tidak langsung. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu a) menerima (receiving)

diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(objek), b) merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu tindakan dari

sikap, c) menghargai (valuing) diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah, d) bertanggung jawab (responsible) diartikan

bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok

antara lain, a) kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, b)

kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, c) kecenderungan untuk

bertindak (tend to behave).

C. Tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior).

Untuk menjadikan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor

(5)

Praktek atau tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan antara lain, a) persepsi

(perception) merupakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil, b) respon terpimpin (guided response), dapat melakukan

sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh, c) mekanisme

(mechanism) diartikan apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, d) adopsi (adoption)

adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya

tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau

bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

B. Suami

1. Pengertian suami

Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami

terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada

kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni

dengan baik (Harymawan, 2007).

2. Peran Pria dalam kesehatan reproduksi

Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

(6)

norma untuk perilaku seseorang dalam suatu posisi khusus, seperti seorang istri,

suami, anak, guru, hakim, dokter, perawat, rohanian, dan sebagainya (Marasmis,

2006).

Menurut BKKBN (2007) Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan

reproduksi khususnya pada Keluarga Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap

kesehatan.

a. Peran Suami Sebagai Motivator

Dalam melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami sangat diperlukan.

Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri

adalah pedoman penting bagi si istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila

suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk

tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh

besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan metode apa

yang akan dipakai.

b. Peran Suami Sebagai Edukator

Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran suami

dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi istri. Peran seperti

ikut pada saat konsultasi pada tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat

kontrasepsi, mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol,

mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi

(7)

kontrasepsi. Besarnya peran suami akan sangat membantunya dan suami akan

semakin menyadari bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya urusan

wanita (istri) saja.

c. Peran Suami Sebagai Fasilitator

Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan

fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan memeriksakan masalah

kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat terlihat saat suami menyediakan waktu

untuk mendampingi istri memasang alat kontasepsi atau kontrol, suami bersedia

memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan membantu istri

menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai.

3. Perilaku Suami Dalam Merawat Ibu Nifas

a. Suami dapat melakukan pekerjaan ibu sehari-hari seperti memasak, mencuci

pakaian dam merapikan rumah.

b. Membantu merawat bayi, jika suami bekerja pada siang hari, tugas merawat

bayi dapat digantikan ayah pada malam harinya.

c. Membantu ibu berkemih, mandi mengganti pakaian jika menginginkannya.

d. Ayah menyusui

Yaitu ayah mendukung dan berpartisipasi dalam proses pemberian ASI agar

ASI keluar lebih lancar.

 Suami melihat kepada istri saat menyusui bayi, mendekap bayi dalam

pelukan dan suami bisa membantu menyediakan makanan dan minuman

(8)

 Jangan tidur sepanjang malam tapi tunjukan solidaritas dalam kegiatan

menyusui di malam hari.

 Terhadap bayi, usapkan lengan ayahnya saat ia tengah menyusui

umumnya menyenangkan.

 Suami bisa membantu memberikan ASI perahan pada bayi saat istri tidak

bisa memberikan ASI secara langsung suami bisa berada disamping istri

yang tengah menyusui sambil memberikan semangat pada istri untuk terus

memberikan ASInya, juga kekaguman dan penghargaan.

C. Pengertian Nifas 1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam

waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal

dari bahasa latin yaitu “puer” yang arti nya bayi dan “parous” berarti melahirkan.

Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah

melahirkan.

2. Tahapan dalam masa nifas

a. Puerperium Dini

Diperbolehkan berdiri dam berjalan-jalan, dalam agama islam telah bersih dan

(9)

b. Puerperium intermedial

Waktu 1-7 hari post partum, kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lama nya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium

Waktu 1-6 minggu post partum, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan atau tahun.

3. Tanda-tanda bahaya masa nifas

a. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba tambah banyak.

b. Pengeluaran vagina yang baunya membusuk

c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung

d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan.

e. Pembengkakan diwajah atau ditangan

f. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil.

g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, sakit.

h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama.

i. Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkakan dikaki.

j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri.

(10)

D. Perubahan Fisiologis Ibu Masa Nifas 1. Perubahan sistem reproduksi

 Involusio uteri

Adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil

dengan berat sekitar 60 gram.

 Serviks

Serviks mengalami involusio bersama uterus, setelah persalinan ostium

eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup.

 Vulva dan vagina

Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil

dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali

sementara labia menjadi lebih menonjol.

 Perineum

Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal

yang ke 5, perineum sudah mendapatkn kembali sebagian besar tonusnya

sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

 Rahim

Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk

(11)

inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu, perlahan rahim akan

mengecil seperti sebelum hamil.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan

menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB .

3. Perubahan sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasine

sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara

kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah besar akan

dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta

dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami

penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan dieresis. Ureter yang

berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

4. Perubahan Sistem Musculoskeletal.

Ambulasi pada umum nya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat

membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.

 Dinding perut dan peritoneum

 Kulit abdomen

 Striae

 Perubahan ligament

(12)

5. Perubahan Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.

Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin dalam darah

berangsur angsur hilang.

 Hormon plasenta

 Hormon oksitosin

 Hormon pituitary

 Hipotalamik pituitary ovarium

6. Perubahan Tanda Tanda vital

 Suhu badan

Suhu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (370C-380C)

Sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.

 Nadi

Denyut nadi normal orang pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis

melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi akan

melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin di sebabkan oleh infeksi

atau perdarahan post partum yang tertunda.

 Tekanan Darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu

melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum

(13)

 Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan

mengikutinya, kecuali apabila ada ganguan khusus pada saluran nafas.

7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume

darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan

hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami

penurunan yang sangat besar selama nifas, namun kadarnya nasih tetap lebih

tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan

dengan demikian daya penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi

dini.

8. Perubahan Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kahamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta

faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih darah lebih

mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor

peningkatan darah.

E. Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas 1. Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari

(14)

2. Fase taking hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, disini ibu

mempunyai perasaan sangat sensitiv sehingga mudah tersinggung dan

gampang marah.

3. Fase letting go

Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya dan ini

berlangsung 10 hari setelah melahirkan serta ibu sudah mulai menyesuaikan

diri dengan ketergantungan bayinya.

4. Post partum blues

Yaitu gangguan psikologis sesudah melahirkan berupa depresi baby blues.

Gejala-gejalanya sebagai berikut :

 Reaksi depresi/sedih/disforia

 Sering menangis

 Mudah tersinggung

 Cemas

 Labilitas perasaan

 Cenderung menyalahkan diri sendiri

 Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan

 Kelelahan

 Mudah sedih

 Cepat marah

(15)

 Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya

 Perasaan bersalah

 Sangat pelupa

Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum blues :

 Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin

dan estriol terlalu rendah

 Ketidaknyamanan fisik yang di alami wanita menimbulkan ganguan pada

emosional seperti payudara bengkak.

 Ketidak mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional

yang kompleks.

 Faktor umur dan paritas

 Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan

 Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat

pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak di inginkan, riwayat

ganguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi

 Kecukupan dukungan dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman)

 Stress dalam keluarga misal (faktor ekonomi memburuk)

 Stress yang di alami wanita itu sendiri misalnya (ASI tidak keluar)

 Kelelahan pasca melahirkan

 Perubahan peran yang di alami ibu

 Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang

(16)

 Problem anak, setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu

dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional

ibu.

Cara mengatasi Post Partum blues :

 Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin

diungkapkan.

 Bicarakan rasa cemas yang di alami.

 Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah

melahirkan.

 Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam mengurus bayi atau

rumah tangga.

 Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.

 Kebutuhan istirahat harus cukup, tidurlah ketika bayi tidur.

 Berolahraga ringan.

 Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.

 Dukungan tenaga kesehatan.

 Dukungan suami, keluarga, teman, teman sesama ibu.

 Konsultasikan pada dokter atau orang yang professional, agar dapat

meminimalisir faktor resiko lain nya dan membantu melakukan

(17)

5. Depresi Berat

Depresi berat di kenal sebagai sindroma defresif non psikotik pada kehamilan

namun umum nya terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah

kelahiran.

Gejala-gejala depresi berat:

 Perubahan pada mood

 Ganguan pola tidur dan pola makan

 Perubahan mental dan libido.

 Dapat pula muncul fobia, ketakutan akan menyakiti diri sendiri atau

bayinya.

Penatalaksanaan depresi berat:

 Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.

 Terapi psikologis dari psikiater dan psikolog.

 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti depresan (hati-hati

pemberian anti depresan pada wanita hamil dan menyusui)

 Pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya tidak di tinggal sendirian

di rumah.

 Jika diperlukan lakukan perawatan di RS.

 Tidak dianjurkan untuk rooming in/rawat gabung dengan bayinya.

6. Psikosis post partum

Faktor pemicu psikosis post partum

(18)

 Riwayat penyakit dahulu menderita penyakit psikiatri

 Adanya masalah keluarga dan perkawinan

Gejala psokosis post partum ;

 Gangguan tidur

 Cepat marah

 Gaya bicara yang keras

 Menarik diri dari pergaulan

Penatalaksanaan psikosis post partum ;

 Pemberian anti depresan atau lithium

 Sebaiknya menyusui dihentikan karena anti depresan disekresi melalui

ASI

 Perawatan di RS

F. Dampak Yang Terjadi Bila Tidak Dilakukan Perawatan Masa Nifas 1. Perdarahan masa nifas

2. Infeksi masa nifas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar guru Mata Pelajaran IPA/Biologi telah mengetahui tentang pendidikan lingkungan dan telah melaksanakan

Sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tertanggal 26 April 2002 bahwa wakaf tunai adalah Wakaf Uang (Cash Wakaf/Wakaf al-Nuqud) yaitu wakaf yang dilakukan seseorang,

Indeks Williamson dengan angka diatas 0,4 menunjukkan bahwa Kabupaten Magelang masuk dalam wilayah dengan ketimpangan pendapatan yang tinggi, tingginya ketimpangan ini salah

Bahan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah sample tanah Alfisol dari Jumantono, Karanganyar sebagai pewakil tanah masam, Entisol dari Baki,

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

• Ketika harga kuotasian (quoted price) untuk pengalihan liabilitas atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri yang identik atau serupa tidak tersedia dan item yang identik

Data output yang dihasilkan berupa latitude dan longitude Nilai latitude dan longitude diambil dari sensor GPS Didapatkan nilai dari sensor accelerometer dan gyroscope

Tulisan ini merupakan Skripsi dengan judul “Pengaruh Ketebalan Bahan Terhadap Kinetika Pengeringan Kentang (Solanum tuberosum L.) Menggunakan Pengering Surya Metode Tidak