63
PKM KELOMPOK TANI PADI DAN KELOMPOK TANI HORTIKULTURA
DI DESA PUNGGUR KECIL KECAMATAN SUNGAI KAKAP
KABUPATEN KUBU RAYA
Yulisa Fitrianingsih1*, Riadi Budiman2, Herda Desmaiani1, Ochih Saziati1 1 Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
2 Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
*e-mail: icha_jolie@yahoo.com
Jalan Prof. Hadari Nawawi Pontianak, Kalimantan Barat 78124
ABSTRACT
Farmer groups in Punggur Kecil Village do not have rice milling machine, which causing high cost production. In addition, agricultural activities resulted unprocessed agricultural waste and causing acidic soils. On the other hand, agricultural waste has great potential for biomass as an alternative source of energy and soil conditioner. An alternative solution is provided to help farmers for processing agricultural waste, namely SUMBER, and for rice milling rice milling or rice huller. The objectives of this program are: a) To create independent farmer groups in the production processes of agricultural products. b) To processing agricultural waste into biomass c) To trigger community to actively involved in finding solution regarding agricultural waste problem which could reduce pollution from agricultural waste. d) applying biomass from agricultural waste as a soil conditioner that can increase the pH of agricultural soils.
Keywords: Agricultural waste, biomass, horticulture, rice
PENDAHULUAN
Desa Punggur Kecil memiliki luas wilayah ±10.128 Ha, dengan jumlah penduduk 14.276 jiwa. Mata pencaharian sebagian besar dari sektor pertanian dan perkebunan berpola sederhana/tradisional. Komoditi unggulan di Desa Punggur Kecil adalah padi/sawah, kelapa, jagung dan buah-buahan musiman. Krisis ketersediaan alat pertanian seperti penggiling padi, perontok padi dan pemipil jagung menjadi masalah yang belum terselesaikan untuk para petani di Desa Punggur Kecil. Masyarakat kelompok tani harus mengolah hasil pertanian menggunakan jasa penggilingan dengan membayar Rp 500/Kg dan harus menunggu 12 jam bahkan 24 jam jika musim panen tiba. Hal ini tentu saja membuat kegiatan produksi pertanian menjadi tidak efisien dan efektif. Selain harus menyewa alat penggilingan padi, kelompok tani juga harus menyewa alat perontok padi dan pemipil jagung sehingga semakin menambah besar biaya produksi.
64
Pada saat proses penggilingan juga akan dihasilkan sekam padi sebagai limbah yang tidak memiliki nilai. Limbah ini biasanya hanya ditumpuk dan kemudian dibakar. Kelompok tani belum menyadari bahwa limbah tersebut berpotensi sebagai biomassa yang dapat dimanfaatkan kembali untuk pertanian khususnya memperbaiki kondisi fisik-kimia tanah. Hal ini dikarenakan minimnya keterampilan dan pengetahuan kelompok tani terhadap pemanfaatan limbah hasil pertanian. Pengolahan lahan pertanian yang kurang unsur hara tanah dan rendahnya pH tanah (pH 3-5) sebagai akibat pertanian di lahan gambut juga menjadi masalah penting yang dihadapi oleh kelompok tani di Desa Punggur Kecil. Hal yang biasa dilakukan oleh petani untuk menaikkan pH tanah adalah dengan cara membakar lahan pertanian agar dihasilkan abu. Namun, pembakaran secara terus menerus untuk kegiatan pertanian dapat menyebabkan pencemaran udara.
Mitra yang terlibat dalam kegiatan PKM adalah kelompok tani di Desa Punggur Kecil yaitu Kelompok Tani Padi Harapan Jaya I dan Kelompok Tani Hortikultura Usaha Timur Jaya. Luas sawah yang dikelola adalah ± 25 Ha dan untuk lahan pertanian hortikultura seluas ± 5 Ha. Jumlah gabah yang digiling per harinya ± 500 Kg dan sekam yang dihasilkan ± 120 Kg. Solusi yang ditawarkan adalah menekan biaya produksi dan waktu dengan memberikan sentuhan teknologi alat-alat penunjang kegiatan pertanian yaitu penggiling padi (rice huller), perontok padi dan pemipil jagung. Dengan mengolah hasil panen sendiri, pendapatan petani dapat meningkat. Selain itu, ditawarkan juga alat pengolah limbah pertanian yang dikenal dengan nama SUMBER [1]. SUMBER adalah alat yang digunakan untuk membakar limbah pertanian (jerami, sekam, cangkang buah dan serasah) dalam sebuah wadah tertutup. Sehingga proses pembakaran lebih efisien, panas yang dihasilkan dapat dikumpulkan dan disalurkan dengan lebih efisien dan abu serta arang hasil pembakaran dapat lebih baik mutunya dan terkumpul dalam sebuah wadah sehingga mudah dimanfaatkan.
Abu dan arang dari pembakaran sekam memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Arang sekam mempunyai keuntungan selain dapat digunakan sebagai penggembur tanah pertanian juga mudah menyerap air dan menyimpan oksigen yang baik untuk akar. Bahkan pemberian arang sekam padi dengan dosis tertentu dapat meningkatkan pH tanah dan ketersediaan nutrisi dalam tanah [2] [3] [4]. Berdasarkan hal tersebut, maka produksi arang dari sekam padi dapat mengatasi permasalahan yang dialami oleh Kelompok Tani di Desa Punggur Kecil yang memiliki lahan dengan pH tanah yang masam.
65 METODE PENGABDIAN
Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah metode eksperimen dan partisipatori. Metode eksperimen diperlukan untuk menentukan kelayakan dan keberhasilan produk khususnya arang berdasarkan pengujian skala laboratorium. Keberhasilan kegiatan ini dengan menggunakan metode partisipatori sangat ditentukan oleh partisipasi dari masyarakat yang menjadi sasaran dari kegiatan ini. Masyarakat akan dilibatkan secara langsung dalam kegiatan ini mulai dari proses perencanaan, running alat dan aplikasi.
Metode Eksperimen
Guna mendukung kualitas produk maka diperlukan pengujian skala laboratorium terhadap arang yang dihasilkan untuk parameter pH.
Metode Partisipatori
Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku kelompok tani
dilakukan penyuluhan dan pelatihan tentang teknologi rice huller, SUMBER, perontok padi
dan pemipil jagung supaya tercipta kelompok tani yang mandiri dan produktif. Penyuluhan menjelaskan kepada masyarakat tentang cara penggunaan alat rice huller, perontok padi dan pemipil jagung serta teknik mengolah limbah pertanian untuk dijadikan arang menggunakan SUMBER. Tahapan metode partisipatori yang juga dilakukan pada kegiatan ini adalah melakukan pertemuan dan diskusi dengan ketua kelompok tani terkait pelaksanaan kegiatan dan permasalahan yang sedang dihadapi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan yang sudah dilakukan dalam kegiatan PKM adalah tahap persiapan dan perencanaan, pembuatan alat, running alat, pengujian dan aplikasi produk, sosialisasi dan pelatihan serta monitoring.
Tahap Persiapan dan Perencanaan
66
Gambar 1. Koordinasi Perizinan dengan Mitra Kelompok Tani Pembuatan Alat
Pembuatan alat dilakukan secara bertahap meliputi pembelian bahan-bahan yang diperlukan, perakitan alat, finishing hingga pengujian alat. Pembuatan alat memakan waktu selama 2 bulan mulai dari Mei hingga Juni. Alat yang pertama dibuat adalah SUMBER. Kemudian Perontok padi dan pemipil jagung. Alat yang telah selesai dirakit kemudian dicat dan diberi identitas alat yaitu “PKM UNTAN 2018”.
Gambar 2. Proses Perakitan Alat
Gambar 3. Proses Finishing Alat
67
km dari Universitas Tanjungpura. Jerami dan sekam yang diambil dalam kondisi kering agar mudah dibakar.
Gambar 4. Pengambilan Bahan Baku Jerami dan Sekam
Jerami yang telah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam alat SUMBER bagian sisi luar lalu dibakar. Sementara sekam dimasukkan ke dalam tabung tertutup yang berada di bagian tengah alat SUMBER. Jerami ditambah terus menerus hingga sekam di dalam tabung berubah menjadi arang. Berdasarkan hasil uji coba, waktu yang diperlukan untuk mengubah sekam menjadi arang ± 8 jam.
Gambar 5. Uji Coba Alat SUMBER
68
warnanya masih kekuning kuningan. Oleh karena itu, untuk pembakaran selanjutnya perlu dilakukan pengadukan sekam di dalam tabung agar proses pembakarannya merata.
Gambar 6. Produk Arang dari Alat Sumber
Selain SUMBER, dilakukan juga uji coba pemakaian untuk alat-alat lain yaitu rice huller, perontok padi dan pemipil jagung. Semua alat menunjukkan kondisi yang baik sehingga siap untuk diserahkan kepada mitra.
Gambar 7. Uji Coba Alat Rice Huller dan Perontok Padi
Sosialisasi dan Pelatihan
Sosialisasi dan pelatihan dilakukan selama ± 3 jam yang diawali oleh sambutan dari tim PKM dan perwakilan dari mitra kelompok tani Harapan Jaya I dan kelompok tani Usaha Timur Jaya. Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi dan pelatihan. Adapun jumlah peserta yang mengikuti kegiatan sosialisasi di masing-masing lokasi Mitra adalah sebanyak 35 orang. Pada saat sosialisasi berlangsung, para anggota kelompok tani terlihat sangat antusias mulai dari diskusi, tanya jawab, hingga pelatihan penggunaan dan perawatan alat. Sebelum acara sosialisasi dilakukan, alat-alat yang telah siap untuk diserahkan diangkut menggunakan
69
Gambar 8. Proses Pengangkutan Alat ke Lokasi Mitra
Gambar 9. Sosialisasi dan Pelatihan di Lokasi Kelompok Tani Usaha Timur Jaya
Gambar 10. Sosialisasi dan Pelatihan di Lokasi Kelompok Tani Harapan Jaya I
70
berharap dapat menjalin kerjasama lebih lanjut karena masih ada beberapa kendala yang perlu mendapat bantuan.
Gambar 11. Penandatangan Berita Acara dan Serah Terima Alat
Monitoring
Kegiatan monitoring dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi alat-alat yang telah diberikan serta berdiskusi dengan mitra mengenai manfaat yang mereka rasakan setelah diberikan bantuan alat-alat pertanian. Kegiatan monitoring juga memberikan dampak positif terhadap hubungan kemitraan dengan kelompok tani yaitu terjalinnya komunikasi yang baik dan intensif sehingga keberlanjutan kegiatan tetap terjaga.
Gambar 12. Kegiatan Monitoring ke Lokasi Mitra
71
Gambar 13. Penggunaan Alat SUMBER oleh Mitra Kelompok Tani Hortikultura
KESIMPULAN
Kelompok tani di Desa Punggur Kecil Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat mengalami beberapa masalah terkait kegiatan pertanian diantaranya tidak tersedianya alat-alat pertanian sehingga mengharuskan untuk membayar sewa dengan biaya tinggi, limbah pertanian yang tidak dimanfaatkan serta kondisi tanah pertanian di lahan gambut dengan pH yang rendah. Limbah pertanian seperti jerami, sekam dan serasah memiliki potensi besar sebagai sumber biomassa, sehingga solusi yang ditawarkan disesuaikan dengan kondisi permasalahan di lokasi mitra, ketersediaan bahan dan kemampuan dalam penggunaan alat. Transfer ilmu berupa sosialisasi dan penyerahan alat-alat pertanian yaitu rice huller, SUMBER, perontok padi dan pemipil jagung kepada mitra mampu untuk meningkatkan kemandirian dan produktivitas kelompok tani dalam mengolah hasil pertanian.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi yang telah mendanai kegiatan PKM ini.
PUSTAKA
[1] J. Cespedes, “The SUMBER Project,” Lund University, Sweden, 2013.
[2] F. Silva, A. Bertonha, P. Freitas, A. Muniz and R. Ferreira, “Aplicação de cinza da casca
de arroz e de água residuária de fecularia de mandioca na cultura de aveia,” R. Agroneg.
Meio Amb., vol. 1, pp. 25-36, 2008.
[3] M. Pinto, L. Vahl, G. Islab O and L. Timm, “Casca de Arroz Queimada Como Corretivo
de Acidez do Solo. In : CONGRESSO BRASILEIRO DE CI NCIA DO SOLO,” in 32.
Fortaleza, Anais Fortaleza, 2009.
[4] W. Sandrini, “Alterações químicas e microbiológicas do solo decorrentes da adição de cinza de casca de arroz,” Universidade Federal de Pelotas, Pelotas, 2010.
[5] J. Priyadharshini and T. Seran, “Paddy Husk Ash As a Source of Potassium for Growth
and Yield of Cowpea (Vigna unguiculata L.),” The Journal of Agricultural Sciences, vol.
72
[6] A. Rahayu and T. Harjoso, “Aplikasi Abu Sekam pada Padi Gogo (Oryza sativa L.)
Terhadap Kandungan Silikat dan Prolin Daun serta Amilosa dan Protein Biji,” Biota, vol.