Laporan Praktikum Fisika Tentang
Pengukuran
Posted by Yus Ran Posted on 5:51:00 PM with
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan mengukur merupakan pendahuluan pembelajaran fisika yang sangat
penting. Mengukur pada hakekatnya membandingkan suatu besaran yang belum
diketahui nilainya dengan besaran lain yang sudah diketahui nilainya sebagai satandar.
Untuk keperluan tersebut diperlukan alat ukur, yaitu sebuah alat untuk menentukan nilai
atau besaran dari suatu kuantitas atau variable.
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur
itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang
telah disepakati. Misalnya untuk mengukur diameter sebuah koin maka kita bisa
menggunakan jangka sorong. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan adalah panjang
dari diameter koin tersebut. Sedangkan besaran pembandingnya adalah centimeter.
1.1
Tujuan Percobaan
Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki
nilai besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat
digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI)
merupakan satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang
berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu
besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan besaran yang lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok
bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain.
Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas
besaran-besaran pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran-besaran pokok
yang berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara
penulisan dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan
diberi tanda kurung persegi.
Berdasarkan table bahwa dapat diketahui dimensi tertentu dari suatu benda, misalkan
untuk mengetahui Volume zat padat jika bentuknya beraturan, maka akan memiliki
panjang, lebar, tinggi, diameter dan sebagainya.
Untuk mengukur volume zat padat yang teratur bentuknya dapat dilakukan
secara tidak langsung dengan mengukur perubah (variabel) yang membangunnya
(volume)
Perhitungan Volume balok dilakukan dengan cara mengukur panjang lebar dan tinggi
dari balok itu sehingga :
Pernyataan diatas berdasar pada Hukum Archimmides, yang berbunyi:
“setiap benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mendapat
gaya ke atas sebesar beratfluida yang dipindahkan oleh benda itu”.
Melalui pemahaman ini kita akan membandingkan harga massa jenis yang dihitung
secara konfensional (hitung massa dan volume) dan dengan menerapkan hukum
Archimides.
Secara sistematis, hukum archimedes dapat ditulis sebagai berikut :
FA = ρa Va g
FA = gaya angkat ke atas pada benda (N)
ρ a = massa jenis zat cair (kg/m3)
Va = volume zat cair yang terdesak (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
BAB II
Adapun alat dan bahan yang kami gunakan pada percobaan kali ini antara lain
2.1 Alat-alat
o
Jangka sorong
Alat ini dipakai untuk mengukur suatu benda yang ukurannya kecil, dapat
digunakan untuk mengukur panjang benda, kedalaman beda, serta dapat mengukur
diameter suatu benda. Ketelitian alat ini mencapai 0,05 mm
o
Milimeter skrup
Yaitu sebuah alat yang diperuntukkan untuk mengukur benda yang ukurannya sangat
kecil, biasanya dipakai untuk mengukur tebal sebuah uang logam, tebal buku dsb.
Ketelitian alat ini mencapai 0,01 mm
Neraca teknis
o
Gelas Ukur (bejana gelas)
o
Thermometer
o
Barometer
o
Bangku penumpu
2.2 Bahan
Air
Benda-benda yang diukur
BAB III
METODE PERCOBAAN
o
Cara Statis
o
Percobaan Benda Ke-1 (Mencari Volume dan Massa Balok)
Balok yang diukur adalah balok berjenis Alumunium. Ukur mulai dari Panjang,
Lebar kemudian tinggi balok dengan melakukan 5 kali percobaan di berbagai tempat
yang berbeda dengan menggunakan jangka sorong dan milimeter sekrup (Millimeter
skrup digunakan untuk mengukur lebar dan tinggi balok). Sedangkan untuk
pengukuran massa, percobaan yang dilakukan hanya 1 kali. Kemudian masukkanlah
percobaan itu kedalam table yang telah ditentukan, kemudian cari pula ketelitian
percobaan pada tiap massa jenis benda dengan rumus :
x
100%
Dimana ρ literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan (sesuai
literatur )
ρ percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari
percobaan
Silinder yang diukur adalah silinder besi. Teknik yang digunakan adalah dengan
mengukur tinggi menggunakan jangka sorong dan diameter menggunakan micrometer
skrup. Masing-masing pengukuran tinggi dan diameter dilakukan 5 kali. Sedangkan
pengukuran massa, dilakukan percobaan sebanyak satu kali saja. Kemudian
masukkanlah percobaan itu kedalam table yang telah ditentukan kemudian cari pula
ketelitian percobaan pada tiap massa jenis benda dengan rumus :
x 100%
Dimana ρ literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan (sesuai
literatur )
ρ percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari
percobaan
o
Cara Dinamis
o
Percobaan Benda ke-3 (Mencari Volume dan Massa sebuah kunci)
Kunci yang digunakan adalah sebuah kunci pintu, dapat diprediksikan
sebelumnya bahwa kunci terbuat dari bahan campuran Besi benda padat yang lain.
Pengukuran volume dilakukan dengan menggunakan bejana gelas dan air. Dan untuk
mengetahui massa dilakukan dengan menggunakan neraca. Yang kemudian dicari
selisihnya antara massa ketika diukur di udara dengan massa ketika diukur di dalam air.
Kemudian masukkanlah percobaan itu kedalam table yang telah ditentukan kemudian
cari pula ketelitian percobaan pada tiap massa jenis benda dengan rumus :
x 100%
Dimana ρ literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan (sesuai
literatur )
ρ percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari
percobaan
Catatlah suhu ruang, kelembaban, serta tekanan udara sebelum dan sesudah
melakukan percobaan dengan menggunakan
thermometer
dan
barometer
, kedalam
table yang telah disediakan.
Kelembaban udara dapat dihitung dari pengurangan antara suhu ukur yang berwarna
merah (kiri) dengan yang berwarna biru (kanan), kemudian ubah ke dalam % melalui
ketentuan yang terdapat di tabel thermometer.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Berdasarkan pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan pada hari Selasa
18 Oktober 2011, maka didapatkan dilaporan hasilnya sebagai berikut :
1. Tabel pengamatan keadaan suhu ruangan (lab.Fisika- universitas Pakuan)
Keadaan Ruangan
P (cm)Hg
T (
oC)
C (%)
Sebelum Percobaan
74,7
29
o71%
Sesudah Percobaan
74,7
30
o65%
Keterangan tambahan: waktu pengukuran sebelum percobaan pertama sekitar pukul
08:00 wib dan pengukuran sesudah percobaan sekitar pukul 10:30
2
Tabel pengamatan pada pengukuran Balok (Alumunium)
3 Table Pengamatan pada pengukuran silinder Besi
Diketahui:
literatur = 7,9 gr/cm
3Massa alumunium = 61,5 gr
No
D (cm)
r (cm)
t (cm)
V (cm
3)
1
1,572
0,786
4,055
7,87
7,814
Didapat ketelitian percobaan penelitian sebesar
81,1 %
BAB V
PEMBAHASAN
1.
Berdasarkan Percobaan Kedua yang dilakukan pada balok Alumunium
didapatkan data volume dari hasil kali p x l x t :
Percobaan 1 : V = 4,58 cm
3Percobaan 2 : V = 4,575 cm
3Percobaan 3 : V = 4,586 cm
3Percobaan 4 : V = 597 cm
3Percobaan 5 : V = 587 cm
3Dari hasil perhitungan diatas didapatkan rata-rata massa jenis alumunium sebesar
p1 +
p2 +
p3 +
p4
5
=
2,6818
g/cm
3Sehingga nilai ketelitiannya kita bias cari menggunakan rumus :
x 100%
Diketahui : ρ alumunium literatur= 2,7 gr/cm
3Dan didapat:
x 100% =
92,6
%
Didapat ketelitian percobaan penelitian alumunium sebesar
92,6 %
2.
Berdasarkan Percobaan Ketiga yang dilakukan pada silinder besi didapatkan
data volume dari hasil kali (π x r
2)x t
Volume=
(π x r
2)x t
Massa jenis= Massa : Volume
Diketahui : massa Silinder besi =61,5 gram
P1 = 7,814 gr/cm
3P2 = 7,844 gr/cm
3P3 = 7,804 gr/cm
3P4 = 7,765 gr/cm
3Percobaan 1 : V = 7,87 cm
3Percobaan 2 : V = 7,84 cm
3Percobaan 3 : V = 7,88 cm
3Percobaan 4 : V = 7,92 cm
3Percobaan 5 : V = 7,93 cm
3Dari hasil perhitungan diatas didapatkan rata-rata massa jenis silinder besi sebesar
p1 +
p2 +
p3 +
p4
5
=
7,8004
g/cm
3Sehingga nilai ketelitiannya kita bisa cari menggunakan rumus :
x 100%
Diketahui : ρ besi literatur= 7,9 gr/cm
3Dan didapat:
x 100% =
87,4
%
Didapat ketelitian percobaan penelitian silinder besi sebesar
87,4 %
3.
Berdasarkan Percobaan ke-empat (Percobaan pengukuran volume sebuah
kunci) ini tekhnik perhitungannya berbeda dengan percobaan sebelumnya, kali ini kami
akan meggunakan system dinamis sebagai langkah perhitungannya, hal ini
dikarenakan kunci memiliki bentuk yang tidak beraturan. Pada percobaan ini pula kami
belum memastikan tepat jenis logamnya, dikarenakan kunci terbuat dari bahan
campuran, akan tetapi sebagai bahan perbandingan, kami memakai besi sebagai
acuannya.
Didapat :
Volume=
(mu-ma)
Diketahui : massa besi =61,5 gram
Massa jenis= Massa : Volume
Dan didapat massa jenis sebesar = 6,399 gr/cm
3Sehingga nilai ketelitiannya kita bisa langsung dicari menggunakan rumus :
x 100%
Diketahui : ρ besi literatur= 7,9 gr/cm
3Dan didapat:
x 100% =
81,1
%
Didapat ketelitian percobaan penelitian logam kunci sebesar
81,1 %
BAB VI
Kesimpulan
Suatu pengukuran dikatakan sempurna jika alat pengukuran yang digunakan
memiliki ketelitian yang akurat serta di lakukan berulang-ulang untuk mendapatkan
pengukuran yang akurat, penggunaan alat yang salah bisa saja membuat keakuratan
semakin berkurang
Dari percobaan pengukuran benda padat diatas, untuk mendapatkan nilai
keakuratan massa jenis suatu benda bisa kita tempuh melalui dua cara, yaitu cara
perhitungan system dinamis (dengan syarat benda haruslah beraturan) serta
perhitungan system dinamis ( juga bisa digunakan jika suatu benda memiliki bentuk
yang tidak beraturan),
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam fisika, pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Mengapa demikian?
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya untuk mengukur panjang suatu kabel maka kita bisa menggunakan meteran. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan adalah panjang dari kabel tersebut. Sedangkan besaran pembandingnya adalah meteran. Meteran merupakan alat ukur besaran panjang yang satuannya telah disepakati. Dengan demikian jika nilai hasil perbandingan kedua besaran tersebut menunjukkan bahwa panjang kabel itu ternyata 1,5 kali lebih panjang dari ukuran satu meteran dapat dikatakan bahwa panjang kabel yang terukur adalah 1,5 meter.
Mengukur itu sangat penting untuk dilakukan. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan secara kuantitatif. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukungnya.
Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numerik yang menunjukkan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari fenomena atau permasalahan tersebut. Dengan demikian, maka dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif berdasarkan pola-pola yang dihasilkan oleh data-data kuantitatif tersebut.
Dengan salah satu argumentasi di atas, sudah dapat kita ketahui betapa penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika. Maka tidak ada alasan bagi para fisikawan bahkan mahasiswa untuk mengabaikannya dalam setiap riset-riset mereka.
1.1 TUJUAN PERCOBAAN
Dengan dilakukannya percobaan pada praktikum ini diharapkan bahwa mahasiswa dapat dengan mudah mempergunakan beberapa alat ukur. Dengan tidak hanya mengetahui namanya saja namun juga mempergunakan dan merepresentasikan data-data yang terukur dalam sebuah format laporan yang sesuai.
Sebagai ssatu hasil keluaran yang dapat dipresentasikan dengan baik merupakan tujuan berikutnya dimana mahasiswa dapat menentukan volume dan massa jenis beberapa zat padat. Hingga akhirnya presentasi format percobaan dapat diperbandingkan dengan teori-teori yang terkait dengan percobaan apakah percobaan yang dilakukan dapat dipastikan sesuai atau bahkan jauh melenceng dari teori yang ada.
1.2 DASAR TEORI
Besaran dan Satuan
1. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran yang lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain.
Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisan dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diberi tanda kurung persegi.
Berdasarkan table bahwa dapat diketahui dimensi tertentu dari suatu benda, misalkan untuk mengetahui Volume zat padat jika bentuknya beraturan, maka akan memiliki panjang, lebar, tinggi, diameter dan sebagainya.
PENGUKURAN CARA STATIS
Untuk mengukur volume zat padat yang teratur bentuknya (kontinu) dapat pula dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur perubah (variabel) yang membangunnya.
Volume balok dapat juga dilakukan dengan cara mengukur panjang lebar dan tinggi dari balok itu sehingga :
Vbalok = p x l x t
Dengan;
P = panjang balok L = lebar balok T = tinggi balok
Sedangkan volume silinder pejal dapat juga dilakukan dengan mengukur diameter dan panjang silinder itu sehingga:
= ¼ π r2 .p
Dengan;
d = diameter silinder p = panjang silinder r = jari-jari silinder
Dalam menentukan massa jenis suatu benda pada percobaan ini, akan menerapkan Hukum Archimmides :
setiap benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mendapat gaya ke atas sebesar beratfluida yang dipindahkan oleh benda itu.
Melalui pemahaman ini kita akan membandingkan harga massa jenis yang dihitung secara konfensional (hitung massa dan volume) dan dengan menerapkan hukum Archimides.
Massa jenis (rapat massa) suatu zat adalah massa tiap satuan volume atau dapat
Jika massa dan volume dapat diketahui dengan cara menimbang zat itu dengan timbangan atau neraca teknis sehingga besaran massa dapat diukur langsung dengan alat ukurnya. Untuk mengukur langsung volume zat padat dapat dilakukan dengan memasukkan zat padat itu ke dalam gelas ukur yang berisi zat cair. Apabila zat itu tenggelam seluruhnya maka perubahan penunjukan volume itu dari zat padat tersebut.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
Sejak jaman dahulu orang telah melakukan pengukuran, seperti mengukur luas tanah, mengukur massa badannya, dan mengukur selang waktu antara matahari terbit sampai tenggelam. Mengukur merupakan yaitu proses membandingkan suatu besaran yang diukur dengan besaran tertentu yang telah diketahui atau ditetapkan sebagai acuan. Pada pengukuran yang berbeda kita mungkin membutuhkan alat/instrumen yang berbeda pula.
Misalnya, saat mengukur panjang jalan Anda menggunakan meteran, tetapi saat menimbang berat badan Anda menggunakan neraca. Berikut akan Anda pelajari instrumen pengukur panjang, massa, dan waktu.
Alat Pengukuran yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah
a. Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser. Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama, sedangkan skala pendek yang terdapat pada rahang geser merupakan skala nonius atau vernier. Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis.
Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi dalam 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong tepat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, kedalaman tabung, dan panjang benda sampai nilai 10 cm.
b. Mikrometer Sekrup
Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu 0,01 mm.
c. Neraca Teknis
Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda. Massa tiap benda selalu sama dimana pun benda tersebut berada. Satuan SI untuk massa adalah kilogram (kg).
Alat untuk mengukur massa disebut neraca. Ada beberapa jenis neraca, antara lain, neraca ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Setiap neraca memiliki spesifikasi penggunaan yang berbeda-beda. Jenis neraca yang umum ada adalah neraca tiga lengan dan empat lengan.
Pada neraca tiga lengan, lengan paling depan memuat angka satuan dan sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka puluhan, dan lengan paling belakang memuat angka ratusan.
Selain beberapa alat ukur diatas pada praktikum kali ini juga dipergunakan bejana gelas untuk mengukur volume dengan teorema Archimedes, Thermometer untuk mengukur suhu ruangan dan Barometer digunakan untuk mengetahuui tekanan dalam ruangan.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Percobaan I (Mencari Volume dan Massa Balok)
Kubus yang diukur adalah balok kuningan. Teknik yang digunakan adalah dengan mengukur rusuk-rusuk kubus tersebut menggunakan jangka sorong dan milimeter sekrup. Masing-masing pengukuran rusuk tiap kubus diulang 5 kali. Sedangkan untuk pengukuran massa, percobaan yang dilakukan hanya 1 kali.
Percobaan II (Mencari Volume dan Massa Besi Silinder)
Silinder yang diukur adalah silinder besi. Teknik yang digunakan adalah dengan mengukur tinggi menggunakan jangka sorong dan diameter menggunakan micrometer skrup. Masing-masing pengukuran tinggi dan diameter dilakukan 5 kali. Edangkan pengukuran massa, dilakukan percobaan sebanyak satu kali saja.
Percobaan III (Mencari Volume dan Massa sebuah kunci)
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan pada hari Selasa 26 Oktober 2010, maka didapatkan dilaporkan hasilnya sebagai berikut :
Keadaan ruangan P (cm) Hg Temperature (0C) C (%)
Sebelum percobaan 75,5 270 84%
Sesudah percobaan 75,6 280 77%
Table Pengamatan Balok Kuningan
No P(cm) L (cm) T (cm) V (cm3)
1 4,020 1,020 0,952 7,34 7,940
2 4,025 1,915 0,950 7,32 8,155
3 4,010 1,920 0,952 7,32 8,155
4 4,010 1,915 0,949 7,28 8,200
5 4,005 1,912 0,955 7,34 8,166
4,014 1,9164 0,9516 7,314 8,1232
Table Pengamatan Besi Silinder
No D(cm) T (cm) V (cm3)
1 1,580 4,110 8,050 7,726
2 1,581 4,150 8,140 7,641
3 1,581 4,105 8,050 7,726
4 1,581 4,110 8,062 7,715
5 1,581 4,125 8,092 7,681
1,5808 4,120 8,075 7,6978
Table Pengamatan Kunci
Bend
a M (g) Mu (g) Ma (g) V (cm3)
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan Percobaan pertama yang dilakukan pada balok kuningan didapatkan data ukuran Panjang, lebar dan tinggi, serta massa benda.
Sehingga dapat diperhitungkan sebagai berikut :
Diketahui, Tabel Perhitungan dan massa benda = 58,2796 gram
Volume = P x L x t Massa Jenis = massa /
Dari hasil perhitungan didapatkan rata-rata data sebesar 8,1232 g/cm3
Berdasarkan Percobaan kedua yang dilakukan pada besi silinder didapatkan data ukuran Panjang, diameter, serta massa benda.
Sehingga dapat diperhitungkan sebagai berikut :
Diketahui, Tabel Perhitungan dan massa benda adalah 62,1943 gram
Volume = ¼ π r2 .p Massa Jenis = massa/volume
Percobaan 1 = ¼ x 3,14 x (1,580/2)2 x 4,110 = 62,1943 / 8,050
= 8,050 cm3 = 7,726
Percobaan 2 = ¼ x 3,14 x (1,581/2)2 x 4,150 = 62,1943 / 8,140
= 8,140 cm3 = 7,641
Percobaan 3 = ¼ x 3,14 x (1,581/2)2 x 4,105 = 62,1943 / 8,050
= 8,050 cm3 = 7,726
Percobaan 4 = ¼ x 3,14 x (1,581/2)2 x 4,110 = 62,1943 / 8,062
= 8,062 cm3 = 7,715
Percobaan 5 = ¼ x 3,14 x (1,581/2)2 x 4,125 = 62,1943 / 8,092
= 8,092 cm3 = 7,681
Dari hasil perhitungan didapatkan rata-rata data sebesar 7,6978 g/cm3
Sehingga nilai ketelitian dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
= x 100%
= x 100%
= 1 – 0.013 x 100% = 99.98%
Berdasarkan Percobaan ketiga yang dilakukan pada sebuah kunci didapatkan data ukuran volume, massa udara dan massa air.
Sehingga dapat diperhitungkan sebagai berikut :
Massa Jenis Kunci Tidak Sebanding dengan Massa Jenis benda seperti Besi Kuningan 8,6 dan Besi 7.8
BAB VI
KESIMPULAN
Mengukur itu sangat penting untuk dilakukan. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan secara kuantitatif. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukungnya.
Pengukuran harus dilakukan dengan kecermatan yang tinggi dan dilakukan dengan alat yang sesuai agar hasil pengukuran meminimalisirkan kesalahan.
Hasil Pengukuran harus dituangkan dalam bentuk tabel dengan baik agar tidak perlu dilakukan pengukuran ulang yang mengaibatkan lamanya proses perhitungan data kembali. Percobaan pada balok kuningan menghasilkan ketelitian hampir mencapai 100 % atau sebesar 99,94% dan bahkan besi silinder sebesar 99,98%. Namun pada pengukuran secara langsung pada kunci didapatkan data sebesar 10,048 gram/cm3 dimana masa jenis kunci
DAFTAR PUSTAKA
Nurachmandani, Setya, Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta 2009, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar, Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan