• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TENTANG MENGHARGAI KERJASAMA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TENTANG MENGHARGAI KERJASAMA (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TENTANG MENGHARGAI KERJASAMA

DAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

KELOMPOK 3

ALIYA CAHYANI PURNAEDI

ANNISA NURUL INSANI

NANI

SINDI YUNIA WULANSARI

YUDHA

XI-IPA 1

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini berisi tentang “ Menghargai kerja sama dan perjanjian Internasional bagi Bangsa Indonesia “.

Mohon maaf bila ada kekurangan atau kesalahan dalam makalah ini mungkin karena sumber data kurang tersedia maka beberapa kesulitan dan kekurangan pun ada. Kritik dan saran yang membangun akan kami terima guna perbaikan di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua terutama bagi para pembaca untuk menambah wawasan atau pengetahuan tentang hubungan Internasional.

Bayah, 08 Februari 2014

Kelompok 3

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR ISI

...ii

BAB I PENDAHULUAN

...1

1.1

Latar Belakang...1

1.2

Rumusan Masalah...1

1.3

Tujuan...2

1.4

Manfaat ...2

BAB II KAJIAN TEORI ...2

2.1 Pengertian Perjanjian Internasional...2

2.2

Manfaat kerja sama dan perjanjian internasional bagi Indonesia

...4

2.3

Bentuk-bentuk Kerja Sama dan Perjanjian Indonesia dengan Negara lain ...5

2.4 Hasil-hasil Kerjasama dan Perjanjian Internasional yang Bermanfaat -

bagi Indonesia ...5

2.5

Prinsip Kerja Sama Antarbangsa

...6

2.6

Penghargaan Indonesia atas Kerja Sama Internasional

...7

2.7

Dukungan Bangsa Indonesia ...7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...7

DAFTAR PUSTAKA ...9

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menyikapi era globalisasi, Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan berbagai langkah konkrit guna melaksanakan reformasi disegala bidang, salah satu tandanya dengan dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang kemudian disempurnakan dengan UU No.32 dan 33 tahun 2004. Khususnya mengenai reformasi bidang pendidikan, pemerintah telah berusaha untuk menjabarkan desentralisasi pendidikan di daerah-daerah seperti yang tercantum dalam pasal 7 Undang-Undang No. 22 tahun 1999. Dari mulai tingkatan pendidikan dasar dan menengah yang diatur sepenuhnya oleh pemerintah daerah sampai pe ndidikan tinggi yang diberi kewenangan mengelola institusinya dalam bentuk Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Dalam PP No.153 tahun 2000 dijelaskan pengelolaan Perguruan Tinggi BHMN tersebut meliputi sumber daya, kerjasama dan keuangan sepenuhnya diserahkan ke perguruan tinggi bersangkutan.

Undang-undang otonomi daerah tersebut memberi wewenang kepada perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan untuk melakukan otonomi dalam pengembangan institusinya. Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah menindaklanjuti reformasi pendidikan tersebut dengan mengeluarkan UU Sisdiknas (UU No.20 Tahun 2003). Semangat otonomi dari peraturan tersebut menegaskan bahwa perguruan tinggi diberi keleluasaan untuk mengembangkan segala potensinya dengan mengadakan kerjasama akademik dan non akademik dengan lembaga atau badan di dalam maupun di luar negeri tanpa terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan pemerintah pusat. Kerjasama yang dikembangkan tentunya tidak hanya bertaraf lokal saja melainkan sampai melakukan kerjasama luar negeri (internasional).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas dan kuantitas pelaksanaan kerjasama internasional?

2. Hambatan apakah yang dihadapi dalam upaya menjalin pelaksanaan kerjasama luar negeri? 3. Upaya apa yang akan di lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Ada hal-hal yang ingin diketahui dalam penelitian yang menjadi tujuan dari penelitian , antara lain : 1. Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas pelaksanaan kerjasama luar negeri dalam upaya

menjalin kerjasama luar negeri.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam upaya menjalin pelaksanaan kerjasama luar negeri.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan suatu negara dalam mengatasi hambatan tersebut.

(5)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dicapai melalui kegiatan penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Hukum Internasional, Hukum perjanjian internasional dan Hukum Administrasi Negara. Selain itu juga dapat dijadikan rujukan bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan selanjutnya.

2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas kerjasama luar negeri yang sedang dan akan dilakukan.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian, Manfaat Kerjasama dan Perjanjian Internasional

A. Pengertian Perjanjian Internasional

Secara umum dan luas perjanjian internasional dalam bahasa Indonesia disebut juga persetujuan, traktat ataupun konvensi. Banyak para Sarjana Hukum Internasional memberikan definisi perjanjian internasional, diantaranya adalah T. May Rudy (2002:123) mengemukakan :

“Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa

-bangsa dan bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum tertentu”.

Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes, pengertian perjanjian internasional lebih sederhana lagi :

“Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa -bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu”.

Menurut Rebecca M. Wallace (1986:20), secara tersirat mendefinisikan:

“Perjanjian internasional adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh subjek hukum internasional

yang mengkin terjadi diantara dua negera (bipartite) atau antara banyak negara (multi partite) yang membentuk hukum-hukum (traite lois).

Menurut Konvensi Wina 1969 dan Konvensi Wina 1986 pasal 2 ayat 1 huruf a definisi perjanjian internasional adalah :

“Treaty means an international agreement concluded between states in written form and governed by international law, wheter embodied in a single instrument or in two or more related

instrument ang whatever its particular designation”

(Perjanjian internasional berarti suatu persetujuan internasional yang ditanda-tangani antar Negara dalam bentuk tertulis dan diatur oleh hukum internasional, apakah dibuat dalam wujud satu instrumen tunggal atau dalam dua instrumen yang saling berhubungan atau lebih dan apapun yang menjadi penandaan khususnya).

(6)

B. fungsi Perjanjian Internasional

Menurut Mohd. Burhan Tsani (1990:66-67) dalam kehidupan masyarakat internasional dewasa ini perjanjian internasional mempunyai beberapa fungsi yang tidak bisa diabaikan, diantaranya : 1. untuk mendapatkan pengakuan umum anggota masyarakat bangsa-bangsa.

2. sarana utama yang praktis bagi transaksi dan komunikasi antar anggota masyarkat negara. 3. berfungsi sebagai sumber hukum internasional

4. sarana pengembang kerjasama internasional secara damai C. Unsur-unsur Perjanjian Internasional

Salah-satu hal yang menjadi titik fokus perhatian penelitian ini adalah dari segi bentuk perjanjian internasional tertulis atau tidak tertulis yang telah jelas dikemukakan di atas memiliki kekuatan hukum yang berbeda walaupun sama-sama merupakan perjanjian internasional, namun adakah para sarjana hukum internasional memberikan batasan pada perjanjian internasional tertulis dan tidak tertulis dalam menentukan bentuk perjanjian internasional pada umumnya. Menurut I Wayan Parthiana (1992:13) yang dimaksud perjanjian internasional yaitu:

“Kata sepakat antara dua atau lebih subjek hukum internasional (negara, tahta suci, kelompok

pembebasan, organisasi internasional) mengenai suatu obyek tertentu yang dirumuskan secara tertulis dan tunduk pada atau yang diatur oleh hukum internasional”.

Dengan demikian maka dapat dijabarkan beberapa unsur atau kualifikasi yang harus terpenuhi suatu perjanjian, untuk dapat disebut sebagai perjanjian internasional, yaitu:

a. Kata sepakat

b. Subjek-subjek hukum c. Berbentuk tertulis d. Obyek tertentu

e. Tunduk pada atau diatur oleh hukum internasional. (Walter S. Jones, 1993:113)

D. Subjek-subjek hukum internasional yang memiliki kemampuan untuk mengadakan perjanjian internasional.

Menurut T. May Rudy (2002:131) pada umumnya hanya negara-negara yang memenuhi syarat ketatanegaraan menurut hukum internasional dan organisasi internasional yang dapat menjadi peserta dan dapat mengadakan perjanjian internasional. Tetapi kemudian pernyataan tersebut di atas dilengkapi oleh I Wayan Parthiana (2002:18), yang menyatakan bahwa semua subjek hukum internasional adalah pemegang hak dan kewajiban berdasarkan hukum internasional, termasuk memiliki hak untuk mengadakan ataupun menjadi pihak atau pe serta pada suatu perjanjian internasional. Namun bukan berarti semua subjek hukum internasional memiliki kemampuan untuk mengadakan ataupun sebagai pihak atau peserta pada perjanjian internasional. Dengan kata lain,

(7)

tidak semua subjek hukum internasional memiliki kapasitas yang sama. Ada yang memiliki kapasitas atau kemampuan penuh (full capacity), ada yang memiliki kemapuan lebih terbatas, bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mengadakan perjanjian internasional. Sebagai contoh, individu dapat diakui sebagai subjek hukum internasional sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu tersebut termasuk dalam masalah masyarakat dan hukum internasional. Tegasnya subjek-subjek hukum internasional yang memiliki kemampuan untuk mengadakan perjanjian internasional adalah :

1. Negara

7. Bangsa-bangsa yang sedang memperjuangkan haknya (I Wayan Parthiana, 2002:14).

Selanjutnya negara sebagai subjek hukum internasional yang memiliki kemampuan penuh untuk mengadakan perjanjian internasional, pada prakteknya tidak hanya mengadakan perjanjian antar negara dengan negara atau antar pemerintah (Government to Government/G to G) tetapi juga sering melibatkan instansi/lembaga hukum di dalam negara atas nama pemerintah dalam melakukan praktek kerjasama/perjanjian internasional.

Seperti disampaikan di muka bahwa lembaga hukum pada suatu negara juga memiliki ke mampuan untuk mengadakan perjanjian internasional dikarenakan badan-badan hukum tersebut termasuk dalam sistem hukum nasional dengan kata lain bisa berkedudukan sebagai subjek hukum internasional tetapi juga bisa berkedudukan sebagai subjek hukum nasional. Maka dalam hal ini akan timbul suatu pertanyaan, bagaimana suatu lembaga hukum seperti Universitas Negeri Yogyakarta dapat melakukan perjanjian internasional?. Jawabannya dapat dilihat pada peraturan perundang -udangan yang mengatur mekanisme hubungan luar negeri dan perjanjian internasional lembaga-lembaga negara, yaitu Undang-undang nomor 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negeri, Undang-undang nomor 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional dan Petunjuk pembuatan perjanjian internasional di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional yang dikeluarkan oleh Biro kerjasama luar negeri Depdiknas tahun 2000.

Perbedaan antara perjanjian internasional tak tertulis dan perjanjian internasional tertulis

No Bentuk Perjanjian Keunggulan Kelemahan 1. Berbentuk tidak

(8)

2. Berbentuk tertulis

a. Memiliki ketegasan tentang materi obyek dan subjek perjanjian.

b. Memiliki kejelasan aturan main karena dibuat dalam

2.2 Manfaat kerja sama dan perjanjian internasional bagi Indonesia

Secara khusus, manfaat yang dapat bangsa Indonesia peroleh dari kerjasama dan perjanjian internasional adalah sebagai berikut:

a. Dalam aspek ideologi, di antaranya:

1) Dapat mengetahui nilai-nilai yang dianut oleh negara lain.

2) Dapat terhindar dari pengaruh negatif dari nilai-nilai ideologi yang dianut negara lain. 3) Diperoleh kesempatan untuk menunjukkan keunggulan ideologi Pancasila dalam setiap

berhubungan dengan negara lain. b. Dalam aspek politik, di antaranya:

1) Dapat mengetahui perkembangan politik yang terjadi di negara lain. 2) Dapat mencontoh aspek-aspek positif dari kehidupan politik di negara lain. 3) Mempererat hubungan diplomatik dengan negara lain.

c. Dalam aspek ekonomi, di antaranya:

1) Menarik minat negara lain untuk menanamkan modalnya atau berinvestasi di negara lain. 2) Dapat menikmati barang-barang yang diproduksi oleh negara lain.

3) Terbukanya peluang untuk mengekspor produksi dalam negeri ke negara lain. d. Dalam aspek sosial-budaya, diantaranya:

1) Terbukanya kesempatan untuk mengadakan pertukaran pelajar.

2) Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk bidang tertentu di mana negara kita memiliki kekurangan.

(9)

2.3 Bentuk-bentuk Kerja Sama dan Perjanjian Indonesia dengan Negara lain

a. Indonesia mendukung kerja sama di berbagai kawasan

1) menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika tahun 1955, dan menghasilkan Dasasila Bandung. 2) mengirimkan pasukan Garuda bergabung dengan pasukan PBB

3) menyeru kepada negara adikuasa untuk tidak melakukan tindakan fatal 4) menyepakati untuk membentuk OPEC selanjutnya Indonesia bergabung 5) memprakarsai terbentuknya ASEAN, awalnya 5 anggota, sekarang 10 negara

b. Indonesia dan Beberapa Perjanjian Internasional

1) Indonesia-Belanda tentang penyerahan Irian Jaya ditandatangani di New York pada tanggal 15 Agustus 1962.

2) Indonesia-Australia tentang perbatasan, ditandatangani di Jakarta 12 Feb 1973

3) Indonesia-Malaysia tentang tentang normalisasi hubungan, ditandatangani di Jakarta tanggal 11 Agustus 1966

4) Indonesia-Cina tentang normalisasi hubungan diplomatik

5) Indonesia-Cina tentang penyelesaian masalah dwikewarganegaraan

6) Beberapa perjanjian Indonesia dengan negara tetangga tentang garis batas landas kontinen, misalnya; dengan Malaysia, Muangthai, Australia, Singapura.

2.4 Hasil-hasil Kerjasama dan Perjanjian Internasional yang Bermanfaat bagi Indonesia

kerjasama internasional mempunyai arti untuk mewujudkan dunia yang tertib damai, dapat menjalani kehidupan yang selaras dengan semua bangsa dan membina kerjasama di segala bidang demi kesejahteraan bersama. Kerjasama perjanjian inte rnasional yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia beserta hasil-hasilnya dapat disebutkan antara lain sebagai berikut:

a. ASEAN Dalam rangka meningkatkan ketjasama di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya melalui ASEAN Indonesia aktif merintis dan mengembangkan organisasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

b. Organisasi Konferensi Islam (OKI) OKI merupakan forum kerj asama antara negara-negara Islam dan negara-negara mayoritas berpenduduk Islam, untuk meningkatkan perdamaian dan kesejahteraan umat manusia.

c. OPEC Melalui OPEC, Indonesia berupaya mempertahankan stabilitas dan pengembangan ekonomi negara OPEC pada khususnya, dan dunia pada umumnya.

d. Perserikatan Bangsa Bangsa (United Nations) Indonesia mendapat bantuan melalui badan -badan khusus PBB. Sebagai contoh di bidang pangan dan pertanian melalui FAO, bidang kesehatan lewat WHO, bidang permodalan bantuan lewat IBRD, sedangkan dalam bidang kesehatan anak-anak Indonesia mendapat bantuan dan UNICEF

e. Lembaga Keuangan Internasional Indonesia memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan internasional, seperti IMF, Bank Dunia, dan ADB.

f. APEC Indonesia menjalin kerjasama dengan negara-negara maju yang tergabung dalam APEC

(10)

g. Konferensi Asia Afrika (KAA) Bersama-sama dengan India, Pakistan, Birma da1i Srilanka dan Indonesia memprakarsai Konferensi Asia Afrika (KAA) yang menghasilkan Dasa Sila Bandung, yang isinya adalah sebagai berikut:

1) menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam Piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa);

2) menghormati kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa;

3) mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar ataupun kecil; 4) tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam soal -soal dalam negeri negara lain; 5) menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan din sendiri secara sendirian ataupun secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB;

6) tidak menggunakan peraturan-peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dan salah satu negara-negara besar, dan tidak melakukan campur tangan terhadap negara lain;

7) tidak melakukan tindakan ataupun ancaman agresi ataupun penggunanaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara;

8) menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan cara damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi, atau penyelesaian masalah hukum, ataupun lain-lain cara damai, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB;

9) memajukan kepentingan bersama dan kerja sama;

10) menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

h. Perjanjian Internasional tentang Garis Landas Kontinen Indonesia telah mengadakan perjanjian internasional untuk menyelesaikan masalah garis landas kontinen, antara lain sebagai berikut:

1) Perjanjian antara Indonesia dan Malaysia mengenai Selat Malaka dan Laut Cina Selatan, pada tanggal 27 Oktober 1969 '

2) Persetujuan antara Indonesia dengan Austr'ilia, mengenai Laut Timor dan Laut Arafuru, pada tanggal 18 Mei 1971

3) Perjanjian antara Indonesia dan Thailand mengenai Selat Malaka bagian utara dan Laut Andaman, pada tanggal 17 Desember 1971

4) Persetujuan antara Indonesia, Malaysia, dan Thailand mengenai landas kontinen bagian utara, pada tanggal 21 Desember 1971 Peran Indonesia di dunia internasional dalam membina dan mempererat persahabatan serta kerja sama yang saling bermanfaat antara bangsa-bangsa perlu diperluas dan ditingkatkan, demi terwujudnya tatanan dunia baru yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial

2.5. Prinsip Kerja Sama Antarbangsa

Kerja sama antarbangsa dilaksanakan dengan bangsa Indonesia dengan mengacu pada prinsip – prinsip sebagai berikut :

1. Dilandasi politik luar negeri bebas aktif 2. Ditujukan untuk kepentingan nasional

3. Tidak mencampuri urusan dalam negeri Negara lain 4. Saling menguntungkan

(11)

5. Mewujudkan tatanan dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.

2.6 Penghargaan Indonesia atas Kerja Sama Internasional

Ada banyak manfaat yang diperoleh bangsa Indonesia dari kerja sama dan hubungan Internasional yaitu dari mempertahankan, menegakan, hingga mengisi kemerdekaan. Penghargaan tersebut diwujudkan dengan cara keaktifan dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan dunia melalui hubungan Internasional.

Peran serta organisasi internasional dalam menyelesaikan masalah Indonesia, misalnya : 1. Pada tahun 1957 untuk pertama kalinya Indonesia dipercaya menjadi salah satu Negara yan tergabung dalam pasukan perdamaian PBB di timur.

2. Pada tahun 1962 PBB membentuk United Nation Temporary Executif Authority (UNTEA) untuk membantu masalah penyelesaian Irian Barat

3. Pada tahun 2000 PBB membentuk UNAMET untuk membantu menyelesaikan krisis Timor Timur yang berakhir dengan berpisahnya Timor Timur dari Indonesia

2.7 Dukungan Bangsa Indonesia

Dukungan bangsa terhadap perjanjian internasional ditunjukan melalui :

1. Mendukung perjuangan dekolonialisasi, yaitu sikap yang teguh dan konsistem dalam mendukung perjuangan bangsa

2. Mau membina dan bekerja sama dengan berbagai Negara di dunia,

3. Melaksanakan sikap memihak, yaitu tidak mau mengikatkan diri pada salah satu fakta pertahanan dunia

4. Bersikap terbuka dalam kerja sama internasional

5. Peduli dan mendukung kegiatan mewujudkan perdamaian dunia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perjanjian Internasional adalah sebuah perjanjian yang dibuat di bawah hukum internasional oleh beberapa pihak yang berupa negara atau organisasi internasional. Sebuah perjanjian multilateral dibuat oleh beberapa pihak yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian bilateral dibuat antara dua negara, bilateral perjanjian yang lebih dari dua negara.

(12)

1. Manfaat kerja sama dan perjanjian internasional bagi Indonesia

Secara khusus, manfaat yang dapat bangsa Indonesia peroleh dari kerjasama dan perjanjian internasional adalah sebagai berikut:

a. Dalam aspek ideologi, di antaranya:

1) Dapat mengetahui nilai-nilai yang dianut oleh negara lain.

2) Dapat terhindar dari pengaruh negatif dari nilai-nilai ideologi yang dianut negara lain. 3) Diperoleh kesempatan untuk menunjukkan keunggulan ideologi Pancasila dalam setiap berhubungan dengan negara lain.

b. Dalam aspek politik, di antaranya:

1) Dapat mengetahui perkembangan politik yang terjadi di negara lain. 2) Dapat mencontoh aspek-aspek positif dari kehidupan politik di negara lain. 3) Mempererat hubungan diplomatik dengan negara lain.

c. Dalam aspek ekonomi, di antaranya:

1) Menarik minat negara lain untuk menanamkan modalnya atau berinvestasi di negara lain.

2) Dapat menikmati barang-barang yang diproduksi oleh negara lain.

3) Terbukanya peluang untuk mengekspor produksi dalam negeri ke negara lain.

d. Dalam aspek sosial-budaya, diantaranya:

1) Terbukanya kesempatan untuk mengadakan pertukaran pelajar.

2) Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk bidang tertentu di mana negara kita memiliki kekurangan.

2. Bentuk-bentuk kerjasama dan perjanjian Indonesia dengan negara lain.

1. Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ke-60 pada tanggal 28 September 1950.

2. Penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955 yang melahirkan semangat dan solidaritas negara-negara Asia-Afrika.

3. Keaktifan Indonesia sebagai salah satu pendiri Gerakan Non-Blok (GNB) pada tahun 1961. 4. Terlibat langsung dalam misi perdamaian Dewan Keamanan PBB dengan mengirimkan Pasukan

Garuda.

5. Indonesia menjadi salah satu pendiri ASEAN.

6. Ikut serta dalam setiap pesta olahraga internasional mulia dari Sea Games, Asiann Games, Olimpiade dan sebagainya.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

BNSP, (2007). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Kelas V.

Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Badan Penelitian Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Dikti.

Depdiknas. (2003). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. (2004). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Depdiknas. (2007). Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Manajemen Dikdasmen, Dirpom Tk dan SD, BNSP.

Haryanto, (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hollands Roy, (1983). Kamus Matematika Departement of Mathematics Dundee Colloge of Education. Jakarta: Erlangga

Rahmat, et al. (2006). Belajar Matematika dengan Orientasi Penemuan dan Pemecahan Masalah. Bandung: Sarana Pancakarya.

Ruseffendi. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud

Sinaga, M. et al. (2006). Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga

Suryabrata, S. (2002). Metodologi Penelitian Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Suherman, E. et al (2001). Common Textbook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica UPI

Surya, Y. (2006). Matematika itu Asyik 5A. PT. Arman Delta Selaras.

Wijaya, C. dan Rusyan, T. (1992). Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi optimum parameter-parameter yang mempengaruhi proses ekstraksi oleoresin jahe

Pada ibu post partum, harus dilakukan perawatan payudara atau pemeriksaan payudara minimal diinpeksi dan dipalpasi, dimaksudkan agar tidak ada masalah dan gangguan

Dilatar belakangi pembelajaran matematika yang membuat siswa jenuh terutama dalam berhitung yang mana Pada kondisi awal pembelajaran /pra siklus hasil belajar siswa masih rendah,

Peserta didik secara berkelompok menata persamaan cirri kaidag dari dua teks editorial/opini yang telah ditemukan dalam diskusi kelompok.. Peserta didik

Pengaruh Kondisi Lingkungan Pemeliharaan Berbeda Terhadap Sintasan Serta Laju Pertumbuhan Larva dan Spat Tiram Mutiara Pinctada maxima

Menurut Komalasari (2010: 62) terdapat beberapa tipe dalam cooperative learning diantaranya, (1) Number Head Togther (Kepala Bernomor) model pembelajaran dimana

Dengan demikian keberhasilan dan kelancaran ibu dalam menyusui memerlukan kondisi kesetaraaan antara laki-laki dan perempuan, laki-laki dalam hal ini suami memiliki peran

Hal inilah yang mungkin terjadi pada penelitian ini, dimana seluruh subyek dengan asupan rendah namun kadar hemoglobin darah normal, sehingga tidak terdapat hubungan antara