• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Investasi - Analisis Perbandingan Kinerja Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Investasi - Analisis Perbandingan Kinerja Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional di Indonesia"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Investasi

Menurut Tendelin (2001: 3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan harapan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang. Investasi bisa berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset nyata seperti tanah, emas, dan bangunan, maupun aset finansial seperti deposito, saham, dan obligasi.

Pihak – pihak yang melakukan investasi disebut sebagai investor. Investor pada umumya dibagi menjadi dua, yaitu investor individual dan investor institusional. Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi. sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi. (Tendelin 2001:4)

Menurut Tendelin (2001:4) tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan yang dimaksud adalah penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini dari pendapatan di masa mendatang. Sedangkan secara khusus, alasan orang untuk melakukan investasi antara lain adalah:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang 2. Mengurangi pengaruh inflasi atas kekayaan

(2)

2.1.2 Proses Manajemen Investasi

Tanpa melakukan pembedaan terhadap investor, Fabozzi (1999: 2) membagi proses manajemen investasi menjadi lima yaitu:

1. Menetapkan sasaran investasi

Sasaran yang ingin dicapai tergantung institusi itu sendiri. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan investasi yaitu: tingkat pengembalian (return), risiko (risk), dan ketersediaan jumlah dana.

2. Membuat kebijakan investasi

Penetapan kebijakan dimulai dengan keputusan alokasi aktiva/aset. Investor akan memutuskan bagaimana mendistribusikan dana kepada kelompok-kelompok aktiva utama. Kelompok aktiva utama umumnya meliputi saham, obligasi, real estat, dan sekuritas-sekuritas luar negeri.

3. Pemilihan strategi investasi

Strategi portofolio dapat dibedakan menjadi strategi aktif dan pasif. Strategi portofolio aktif menggunakan informasi-informasi yang tersedia dan tehnik-tehnik peramalan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik dibandingkan portofilio yang hanya dideversifikasikan secara luas. Portofolio pasif adalah strategi yang melibatkan input ekspektasional minimal dan sebagai gantinya bergantung pada diversifikasi untuk mencocokkan kinerja dari beberapa indeks pasar.

4. Memilih aktiva

(3)

(portofolio yang memberikan pengembalian yang diharapkan terbesar untuk tingkat resiko tertentu atau tingkat resiko terendah untuk tingkt pengembalian tertentu).

5. Mengukur dan mengevaluasi kinerja

Ini merupakan langkah terakhir dalam proses manajemen investasi, Langkah ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan selanjutnya mengevaluasi kinerja tersebut secara relatif terhadap patok duga (benchmark). Patok duga merupakan kinerja dari serangkaian sekuritas yang telah ditentukan, diperoleh untuk tujuan perbandingan.

2.1.3 Pengertian Reksadana

Dilihat dari asal katanya, reksa dana berasal dari kata reksa yang artinya jaga atau pelihara dan dana yang artinya uang atau kumpulan uang. Jadi, reksa dana bisa diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara bersama untuk suatu kepentingan. Uang yang ada dalam instrument reksa dana merupakan uang yang dikumpulkan dari sejumlah investor. Umumnya, reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat investor untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 209).

(4)

Dari kedua definisi tersebut, maka setidaknya dalam pengertian reksa dana terdapat unsur-unsur berikut:

1. Wadah untuk menampung dana 2. Masyarakat pemodal (investor) 3. Portofolio efek

4. Manajer investasi

2.1.4 Klasifikasi Reksa Dana

Darmadji dan Fakhrudin (2006: 211) membedakan reksa dana dengan melihat dari sudut pandang diantaranya: (1) bentuk, (2) sifat, (3) portofolio investasi, (4) tujuan investasi. Penelitian ini membahas mengenai perbandingan kinerja antara reksa dana konvensional dan reksa dana syariah. Oleh karena itu penjelasan mengenai kedua sub reksa dana tersebut juga akan ditambahkan dalam klasifikasi reksa dana.

Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 18 ayat (1), reksa dana dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu:

1. Reksa dana berbentuk perseroan (corporate type)

(5)

2. Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif (contractual type)

Reksa dana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan, dimana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk ini yang lebih populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan reksa dana yang berbentuk Perseroan. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, seluruh reksa dana yang ada di Indonesia saat ini berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Dilihat dari sifatnya, reksa dana dapat dibedakan menjadi (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 213):

1. Reksa dana bersifat Tertutup (close-end fund)

Merupakan reksa dana yang tidak dapat membeli kembali unit penyertaan yang telah dijual kepada investor. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali unit mereka kepada manajer investasi. Apabila investor hendak menjual unti miliknya, maka penjualan tersebut harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat unit reksa dana tersebut dicatatkan.

2. Reksa dana bersifat Terbuka (open-end fund)

(6)

Dilihat dari portofolio investasinya reksa dana dibedakan menjadi (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 214):

1. Reksa Dana Pasar Uang

Reksa dana jenis ini merupakan reksa dana yang hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Jenis ini sangat cocok untuk investor yang bersifat sangat konservatif

2. Reksa Dana Pendapatan Tetap

Merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya minimal 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang. Reksa dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari reksa dana pasar uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan pengembalian yang stabil. Jenis ini cocok untuk investor yang bersifat konservatif

3. Reksa Dana Saham

Merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya minimal 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksa dana sebelumnya, namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. Jenis ini cocok untuk investor yang bersifat moderat

4. Reksa Dana Campuran

(7)

Dilihat dari tujuan investasinya dapat dibedakan atas (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 214):

1. Growth Fund

Reksa dana yang menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana. Reksa dana jenis ini biasanya mengalokasikan dananya pada saham.

2. Income Fund

Reksa dana yang mengutamakan pendapatan konstan. Reksa dana jenis ini mengalokasikan dananya pada surat hutang dan obligasi.

3. Safety Fund

Reksa dana yang mengutamakan keamanan daripada pertumbuhan. Reksa dana jenis ini umumnya mengalokasikan danannya di pasar uang, seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan surat hutang jangka pendek.

Berdasarkan hukum reksa dana dibagi atas dua yaitu (Gemala Dewi dkk dalam Pasaribu, 2011: 9):

1. Reksa Dana Konvensional

(8)

prinsip prinsip syariah. Meskipun demikian, dalam reksa dana konvensional terdapat akad muamalah yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu jual beli dan bagi hasil (mudharabah/ musyarakah). Dan di sana terdapat banyak manfaat seperti memajukan perekonomian, meminimalkan risiko dalam pasar modal dan sebagainya.

2. Reksa Dana Syariah

Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 Reksa Dana syariah adalah reksa dana sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksanaannya, yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal. Yang membedakan reksa dana syariah dan reksa dana konvensional adalah reksa dana syariah memiliki kebijakan investasi yang berbasis pada portofolio dengan kategori halal. Dikatakan halal apabila perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, dalam pengelolaannya, reksa dana ini tidak mengijinkan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor dan Manajer Investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki.

(9)

1. Dalam reksa dana konvensional, masih terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan syariah,baik dari segi akad, pelaksana investasi, maupun dari segi pembagian keuntungan.

2. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam bak umum syariah dan surat utang sesuai syariah.

3. Jenis usaha emiten haruslah sesuai dengan syariah, antara lain tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-barang atau jasa-jasa merusak modal dan membawa keburukan. Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tisak boleh ada unsur yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading-menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi orang dalam untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat hutangnya lebih dominan dari modalnya.

(10)

(hutang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip usaha yang Islami.

5. Mekanisme operasioanl reksa dana syariah terdiri dari: Wakalah antara Manajer Investasi dan pemodal; serta Mudharabah antara Manajer Investasi dengan penggunaan investasi.

6. Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh Manajer Investasi) dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah dibuat bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada si pemodal, (2) pemodal menaggung risiko sebesar dana yang telah diberikan, (3) Manajer Investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.

7. Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam reksa dana syariah adalah (1) penghasilan dari saham berupa dividen, rights, dan capital gain. (2) penghasilan dariobligasi yang sesuai syariah. (3) penghasilan dari Surat Berharga Pasar Uang. (4) penghasilan dari deposito.

2.1.5 Pengelola Reksa dana

(11)

Pihak selanjutnya yang terlibat dalam pengelolaan reksa dana adalah Bank Kustodian. Bank kustodian memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam hal menyimpan, menjaga, dan mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan maupun penjualan kembali suatu reksa dana sesuai dengan kontrak investasi yang telah ditetapkan dengan manajer investasi.

Undang-undang pasar modal pasal 25 ayat 1 menyebutkan bahwa kekayaan reksa dana tidak boleh dipegang langsung oleh manajer investasi tetapi wajib disimpan dalam Bank Kustodian yang tidak terafiliasi langsung dengan manajer investasi. Hal ini untuk menghindari adanya kecurangan dalam pengelolaan kekayaan tersebut.

Berbeda dengan manajer investasi, izin Bank Kustodian hanya berlaku untuk perusahaan. Tidak ada izin khusus untuk perorangan bekerja dalam Bank Kustodian (Rudiyanto, 2013:25). Saat ini ada 18 bank yang mendapat izin untuk menjalankan usaha sebagai bank kustodian.

2.1.6 Hubungan return dan risiko reksa dana

(12)

Sumber: Ru

(13)

investasi bebas risiko (risk free asset). Investasi bebas risiko dalam penelitian ini diasumsikan sebagai tingkat bunga rata-rata Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Pengukuran sharpe dalam Tendelin (2001: 324) diformulasikan sebagai ratio risk premium terhadap standar deviasinya yaitu:

Dimana :

Si = indeks Sharpe

Ri = rata-rata return reksa dana i selama periode pengamatan

Rf = rata-rata return investasi bebas resiko selama periode pengamatan

σi = standar deviasi return reksa dana i selama periode pengamatan

Semakin besar angka rasio sharpe maka kinerja reksa dana tersebut makin baik.

2.2.2 Metode Treynor

Metode Treynor merupakan ukuran kinerja porofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to volatility ratio. Sama halnya seperti indeks Sharpe, pada indeks Treynor kinerja portofolio dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya resiko dari portofolio tersebut. Perbedaan dengan indeks Sharpe adalah risiko yang digunakan bukanlah risiko total portofolio atau standar deviasi melainkan risiko sistematis (diukur dengan beta) atau lebih dikenal dengan risiko pasar.

(14)

Dimana :

Ti = indeks Treynor

Ri = rata-rata return reksa dana i selama periode pengamatan

Rf = rata-rata tingkat return investasi bebas resiko selama periode pengamatan

βi = beta portofolio investasi

Semakin besar angka rasio Treynor maka kinerja reksa dana tersebut makin baik.

2.2.3 Metode Jensen

Metode Jensesn diciptakan oleh Michael C. Jensen metode ini didasarkan pada Capital Asset Pricing Model (CAPM). Seperti Treynor yang dipertimbangkan dalam metode ini adalah resiko sistematis. Jensen berpendapat bahwa kinerja reksa dana yang baik adalah kinerja reksa dana yang melebihi kinerja pasar sesuai dengan resiko sistematis yang dimilikinya. Metode Jensen sering juga disebut Jensen alpha dalam Tendelin (2001: 330) dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

Jα = indeks Jensen

rp = pengembalian (return) portofolio rm = pengembalian (return) pasar rf = risk free rate

Semakin besar angka rasio Jensen maka kinerja reksa dana tersebut makin baik. 2.3 Kinerja Pasar (Benchmark)

(15)

pembanding yang berbeda-beda untuk masing-masing reksa dana (multiple benchmark index) yaitu:

1. Untuk reksa dana saham benchmark yang peneliti gunakan adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) untuk reksa dana saham Konvensional dan JII (Jakarta Islamic Index) untuk reksa dana saham Syariah

2. Untuk reksa dana pendapatan tetap benchmark yang peneliti gunakan adalah Indeks Obligasi yang dikembangkan oleh tim riset Infovesta. Ada 3 indeks yang dikembangkan PT Infovesta (Rudiyanto, 2013: 183), yaitu:

1) Infovesta Government Bond Index (IGBI) yang mencerminkan pergerakan Obligasi Pemerintah berbasis Kupon Tetap

2) Infovesta Corporate Bond Index (ICBI) yang mencerminkan pergerakan harga Obligasi Korporasi berbasis Kupon Tetap

3) Infovesta Syariah Bond Index (ISBI) yang mencerminkan pergerakan harga Obligasi Korporasi Syariah berbasis Kupon Tetap

Untuk reksa dana pendapatan tetap Konvensional yang digunakan adalah Indeks Obligasi yaitu rata-rata dari ketiga indeks diatas. Sedangkan untuk reksa dana pendapatan tetap Syariah yang digunakan adalah ISBI

(16)

2.3 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis dan merupakan acuan atau pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan:

1. Vince Ratnawati dan Ningrum Khairani (2012) melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Kinerja Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional”. Penelitian ini ingin melihat perbandingan kinerja reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran dilihat dari return dan resikonya serta melalui Sharpe, Treynor, dan Jensen Ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja reksa dana syariah dan konvensional memang berbeda tetapi tidak signifikan.

2. Iin Qarina Pasaribu (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Reksa Dana Syariah dengan Reksa Dana Konvensional”. Penelitian ini membandingkan kinerja reksa dana pendapatan tetap, campuran, dan saham. Hasil penelitian ini menunjukkan pada (α) 5% tidak ada perbedaan kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional baik diukur dengan rasio Sharpe, rasio Treynor, maupun rasio Jensen.

(17)

4. Abdul Gani Yazir dan Suhardi (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Risiko dan Tingkat Pengembalian Reksadana Syariah dan Reksa dana Konvensional”. Hasil penelitian ini menunjukkan, risiko reksa dana syariah lebih kecil dan return reksa dana syariah lebih menguntungkan dibanding reksa dana konvensional. Reksa dana syariah juga memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan reksa dana sepanjang tahun 2008-2010.

5. Arief Dwi P, Adi Susilo Jahja, dan Mohammad Yamin (2012) melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Kinerja Reksa Dana Syariah dan Konvensional di Indonesia Periode 2001-2010”. Penelitian ini membandingkan kinerja reksa dana PNM Syariah dengan reksa dana Anggrek selama 10 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan kinerja antara kedua reksa dana tersebut. Dari analisis tren terlihat bahwa kinerja reksa dana syariah lebih stabil dibandingkan reksa dana konvensional.

6. Neuneung Ratna Hayati (2006) melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap (Konvensional dan Syariah) Sebagai Suatu Evaluasi Portofolio Investor di Pasar Modal”. Hasil penelitian ini menunjukkan reksa dana pendapatan tetap baik konvensional dan syariah sama-sama memiliki risiko diaatas risiko pasar namun return serta kinerja reksa dana syariah masih lebih baik dibandingkan dengan reksa dana konvensional.

(18)

and Malaysia”. Hasil penelitian ini menunjukkan kinerja reksa dana syariah di Malaysia lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja reksa dana syariah di Indonesia bahkan pada saat krisis ekonomi global dan kemampuan manajer investasi syariah dikedua negara tidak dapat meningkatkan return reksa dana. 8. A.F. Hartono, S. Soekarno dan S.M. Damayanti (2013) melakukan penelitian

dengan judul “Indonesian Islamic and Conventional Equity Fund Performance Measurement Using Sharpe, Modified Snail Trail and Morningstar Rating Groundwork”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham syariah tidak berbeda secara signifikan dengan kinerja reksa dana saham konvensional, namun kinerja reksa dana saham konvensional memiliki peringkat kinerja yang lebih tinggi dari reksa dana saham syariah.

9. Ali Ridho (2008) melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Kinerja Reksa Dana Konvensional dan Syariah Dengan Menggunakan Indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen”. Hasil penelitian ini menunjukkan pada (α) 5% tidak ada perbedaan signifikan kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional baik diukur dengan indeks Sharpe, indeks Treynor, maupun indeks Jensen.

(19)

reksa dana konvensional baik diukur dengan rasio Sharpe, rasio Treynor, maupun rasio Jensen.

2.4 Kerangka Konseptual

Kinerja reksa dana dapat diukur dengan beberapa metode antara lain Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen Ratio. Untuk itu kerangka pemikiran yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis

Hipotesis menyatakan jawaban sementara yang menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis 1

Ho: Tidak ada perbedaan kinerja reksa dana Saham konvensional dan syariah diukur dengan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen Ratio

Ha: Ada perbedaan kinerja reksa dana Saham konvensional dan reksa dana saham syariah diukur dengan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen Ratio

H1 H2 H3  

 

Reksa Dana Konvensional Reksa Dana Syariah

Sharpe Ratio Treynor Ratio Jensen Ratio

(20)

Hipotesis 2

Ho: Tidak ada perbedaan kinerja reksa dana Pendapatan Tetap konvensional dan syariah diukur dengan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen Ratio

Ha: Ada perbedaan kinerja reksa dana Pendapatan Tetap konvensional dan syariah diukur dengan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen Ratio

Hipotesis 3

Ho: Tidak ada perbedaan kinerja reksa dana Campuran konvensional dan syariah diukur dengan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen Ratio

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Orang tersebut merupakan orang-orang terpilih menjadi pemain pada setiap pelaksanaan kesenian Gong Gumbeng dalam ritual bersih Desa di Desa Wringinanom Kecamatan Sambit

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Dalam mengatur suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah –

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga selaku Dosen Pembimbing I Skripsi, bagi penulis yang senantiasa memberikan ilmu,

Jenis penelitian yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah penilitian empiris. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah yuridis sosiologis dengan teknik

Karakteristik mesin sepeda motor scooter matic (scootic) yang memiliki putaran mesin lebih tinggi bahkan dari kendaraan truk sekalipun dimana di butuhkan minyak

Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah, (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan

Idealnya adalah siswa yang memiliki nilai baik dalam mata pelajaran Fiqih.. seharusnya juga aktif dalam