• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang - Evaluasipelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care Terkait Dengan Deteksi Preeklamsia/Eklampsia Di Puskesmaslhoksukon Kabupaten Aceh Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang - Evaluasipelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care Terkait Dengan Deteksi Preeklamsia/Eklampsia Di Puskesmaslhoksukon Kabupaten Aceh Utara"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1LatarBelakang

Data angka kematian ibu hamil menurut WHO, penurunanangkakematian

ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk mencapai target

tujuan pembangunan millenium (millenium development goals / MDGs) dalam

rangka mengurangi tiga perempat jumlah perempuan yang meninggal selama

hamil dan melahirkan pada 2015, demikian pernyataan resmi organisasi

kesehatan dunia (WHO).

Jumlah angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tergolong sangat

tinggi diantara Negara-negara ASEAN lainnya. Jika dibandingkan AKI di

Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Malaysia mencapai 160

per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKI Vietnam sama seperti Negara

Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, Filifina 112 per

100.000 kelahiran hidup, Brunai 33 per 100.000 per kelahiran hidup, sedangkan

di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008).

Target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 102 per

100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan (SDKI 2012), rata-rata angka kematian ibu

(AKI) tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini

jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007, yang mencapai 228 per 100.000

kelahiran hidup. Pada tahun 2008 AKI sempat turun tipis menjadi 226 namun

(2)

hidup, target MDGs untuk menurunkan rasio AKI menjadi 102 per 100.000

kelahiran hidup adalah hal yang mustahil (Yuwono, 2010).

Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah

preeklamsia (PE) yang menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara 0,5% -

38,4%. Di Negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6 – 7% dan

eklampsia 0,1 – 0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan

preeklampsia dan eklampsia di Negara berkembang masih tinggi.

Menurut Depkes RI tahun 2010, penyebab langsung kematian maternal di

Indonesia terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28%,

eklampsia 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan abortus 5%.

Preeklampsia/eklampsia merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan

yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, protein urine dan oedema, yang

kadang-kadang disertai komplikasi sampai koma. Sindroma preeklampsia ringan

seperti hipertensi, oedema, dan proteinuria sering tidak diperhatikan, sehingga

tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan

eklampsia (Prawirohardjo, 2002).

Sindroma preeklampsia dapat dicegah dan dideteksi secara dini.

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan yang secara rutin mencari tanda-tanda

preeklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan

eklampsia. Ibuhamil yang mengalami preeklampsia perlu ditangani dengan

segera. Penanganan ini dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan

(3)

Preeklampsia/eklampsia dapat dideteksi dengan pemeriksaan antenatal

secara teratur minimal 4 kali selama kehamilanya itu dengan pemeriksaan tekanan

darah, tes protein urine, dan oedema untuk menegakkan diagnose ibu hamil

dengan preeklampsia/eklampsia. Secara keseluruhan derajat kesehatan masyarakat

Indonesia telah meningkat namun derajat kesehatan ibu (maternal) masih sangat

memprihatinkan. Kasus kematian ibu hamil dan melahirkan banyak terjadi di

daerah yang kekurangan tenaga bidan dan akses informasi mengenai kesehatan

reproduksi yang kurang memadai. Jika kondisi kehamilan seorang ibu dapat

dipantau secara teratur maka dapat diprediksi resiko yang mungkin timbul,

sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan (Evy, 2007).

Upaya-upaya yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu dalam kaitanya

dengan kehamilan sangat bervariasi di berbagai negara, tergantung sumber daya

yang ada dan lingkungan social budaya setempat (Sherris, 1999). Salah satu

intervensi strategis upayanya yaitu upaya Safe Motherhood yang di nyatakan

sebagai Empat Pilar Safe Matherhood, yaitu keluarga berencana, pelayanan

antenatal, persalinan aman, dan pelayanan obstetric esensial dimana target yang

ditetapkan untuk tahun 2015 untuk Indonesia yaitu menurunkan angka kematian

ibu (Hermiyanti, 2008).

Selama kehamilan pelayanan antenatal penting untuk menjamin bahwa

proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan tetap melalui kehamilannya

dengan sehat dan selamat. Dengan pemeriksaaan kehamilan beberapa factor risiko

yang ada pada ibu hamil dapat diprediksi kemungkinan komplikasi yang akan

(4)

faktor lain seperti ibu hamil dan melahirkan pada usia rawan (20 tahun atau 35

tahun), terlalu banyak melahirkan anak, terlalu dini atau rapat jarak kelahiran,

terbatasnya frekuwensi penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi juga

mempengaruhi kejadian komplikasi persalinan.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Aceh Utara tersebut diketahui jumlah

kehamilan di Aceh Utara pada tahun 2014 sebanyak 13.602 kehamilan dimana

dari komplikasi dan berhasil ditangani di Aceh Utara sebanyak 2.113 kasus

(76.1%). Angka kematian ibu tahun 2014 sebanyak 29 orang dengan kasus

preeklampsia sebanyak6 (20,8%), perdarahan sebanyak6 (20,8%), infeksi/sepsis

sebanyak10 (34,5%), dan penyebab lain sebanyak7 (24,1%) (Dinkes Aceh Utara,

2014).

Cakupan pelayanan antenatal dapat dilihat melalui kunjungan K-1 dan K-4

minimal 4 kali kunjungan selama kehamilan. Data DinasKesehatan Aceh Utara

2014diketahui cakupan K-1 ibu hamil Kabupaten Aceh Utara 91,9% dan cakupan

K-4 ibu hamil 80,9%, Kecamatan Tanah pasir K-1 99,1%, K-4 92,1%,

Kecamatan Simpang Tiga K-1 99,4%, K-4 91,4%, Kecamatan Syamtalira Aron

K-1 98,9%, K-4 96,6%, Kecamatan Nisam K-1 81,9%, K-4 58,6%, Kecamatan

Muara Matu K-1 79,2%, K-4 62,9%, Kecamatan Banda Baro K-1 77,2%, K-4

62,6%. Cakupan pelayanan tidak mencapai target disebabkan masih banyaknya

ibu yang memeriksa kehamilan diluar tenaga kesehatan yakni 22,1%

(5)

Hasil penelitian Hasmawati tahun (2012) di RSUD Embung Fatimah Kota

Batam sebanyak 346 orang. Preeklampsia pada ibu hamil yang tertinggi terdapat

pada usia ibu 20-35 tahun sebanyak 246 orang (75,4%), dan terendah pada

usia<20 dan>35 tahun sebanyak 85 orang (24,6%). Usia sangat menentukan status

kesehatan ibu. Kejadian Preeklampsia berdasarkan umur banyak ditemukan pada

kelompok usia ibu yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun.

Pada ibu hamil usia kurang dari 20 tahun belum matang dalam menghadapi

kehamilan baik pada organ reproduksi maupun mental. Pada usia ibu lebih dari 35

tahun, dalam tubuh telah terjadi perubahan-perubahan akibat penuaan

organ-organ. Tetapi kejadian preeklampsi tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia

20-35 tahun, seperti pada hasil penelitian ini yang jumlah terbanyak yang

mengalami preeklampsia pada usia 20-35 tahun karena penyebab preeklampsia

belum pasti, banyak faktor yang mempengaruhinya.

Pelaksanaan pelayanan antenatal care di Puskesmas Lhoksukon sudah

dilakukan sesuai dengan standar pelayanan akan tetapi belum maksimal

disebabkan kurangnya fasilitas antenatal seperti tersedianya tensimeter,stateskop,

dan alat laboratorium untuk pemeriksaan protein urine, kinerja tenaga kesehatan

seperti dokter, bidan, dan perawat, kunjungan ibu hamil seperti jumlah kunjungan

ibu hamil setiap minggu, dan program pelayanan antenatal yang terkait dengan

deteksi preeklampsia/eklampsia yaitu pemeriksaan tekanan darah, tes protein

urine dan oedema.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan di Puskesmas Lhoksukon diperoleh

(6)

(3.13%) kasus preeklamsia. Dari survey awal penelitian melalui Observasi

padatanggal 19 Januari 2015 di PuskesmasLhoksukon kepada 5 orang ibu hamil

pada usia kehamilan 22 - 34 minggu (3 orang trisemester II, dan 2 orang

trisemester III) di sertai membawa buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

menunjukkan bahwa dari ke 5 ibu hamil yang dilakukan pemerikasaan kehamilan,

terdapat2 orang yang di diagnose preeklampsia dan3 orang ibu hamil dalam

kondisi normal.

Maka berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Evaluasi Pelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care

Terkait Deteksi Preeklampsia/Eklampsia di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten

Aceh Utara tahun 2015.

1.2 PerumusanMasalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah: Terdapatnya ibu hamil dengan

preeklampsia/eklampsia di Puskesmas Lhoksukon.

1.3 TujuanPenelitian 1.3.1 TujuanUmum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan

Program Pelayanan Antenatal Care sehingga diketahui apakah Fasilitas Antenatal

Care, Tenaga Kesehatan, Program Kesehatan, dan Kunjungan Ibu Hamil

Terkait dengan Deteksi Preeklampsia/Eklampsia di Puskesmas Lhoksukon di

(7)

1.3.2 TujuanKhusus

1. Untuk mengetahui program pelayanan antenatal dengan Pelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care Terkait dengan Deteksi

Preeklampsia/Eklampsia di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh

Utara tahun 2015.

2. Untuk mengetahui kinerja tenaga program pelayanan antenatal care terkait dengan deteksi preeklampsia/eklampsia di Puskesmas

Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara tahun 2015.

3. Untuk mengetahui tersedianya fasilitas antenatal dengan pelaksanaan program pelayanan antenatal care terkait dengan deteksi

preeklampsia/eklampsia di Aceh Utara tahun 2015.

1.4 ManfaatPenelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi Perencanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dalam upaya deteksi

dan preekampsia/eklampsia pada ibu hamil.

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak Puskesmas Lhoksukon dalam memberikan pelayanan antenatal dan penyuluhan kepada ibu hamil

mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sebagai

deteksi dini ibu hamil dalam upaya pencagahan dan penanganan

Referensi

Dokumen terkait

Direktorat Pakan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia.. Microbial Ecology of the Ovine

IPR terhadap ROA adalah positif, pengaruh APB terhadap ROA adalah negatif, BANK Penghimpunan dana Penyaluran dana kinerja keungan Efisiensi Sensitivitas Kualitas Aktiva

Kondisi ini sejalan dengan pembelajaran IPS, yaitu membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik agar (1) menjadi warga negara dan warga dunia yang baik, (2)

Bila sudah demikian, otomatis sangat terkait erat dengan keberhasilan dalam proses belajar mengajar (Azzet, 2011: 57). Oleh karenanya guru tidak hanya sebagai komunikator

Capacity development of local government apparatus resources is done in order to provide maximum results in the field of public services in accordance with the

server end to end secure ; Tahap ketiga: implementasi rancangan sistem, pada bagian ini dilakukan penerapan atau implementasi dari rancangan yang telah dibuat, yaitu mulai

Melaksanakan pengendalian dengan cara mengamati terus menerus proses produksi dan proyek untuk menjamin agar sesuai jadwal dan mutu yang telah ditetapkan.. Mengumpulkan data

Sebagai kelanjutan proses pelelangan ini, kami mengundang saudara untuk menghadiri tahapan verifikasi dan pembuktian kualifikasi paket pekerjaan Pembersihan Saluran Drainase Jalan