• Tidak ada hasil yang ditemukan

Generasi Fried Chicken Lokal pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Generasi Fried Chicken Lokal pdf"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Generasi Fried Chicken Lokal

(Studi Tentang Globalisasi dan Lokal Ekonomi Melalui Kasus Perilaku Mahasiswa di Kos Sayang Bunda Yogyakarta Dalam Mengkonsumsi Makanan Lokal Yang

Dipengaruhi Unsur Global ‘Siap Saji’ dari Restoran Lokal Berbasis Global)

oleh: Kenia Aninditya Pintoko (Bachelor of Arts in Cultural Anthropology,

Gadjah Mada University)

(tulisan ini pernah diajukan sebagai syarat ujian akhir mata kuliah kajian konsumsi dan gaya hidup di Jurusan Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada 2014)

Abstrak

Manusia merupakan makhluk homoeconomicus, dapat saya katakan demikian karena manusia selalu melakukan tindakan ekonomi agar dapat bertahan hidup untuk menghadapi pilihan ekonomi (konsumsi, jual-beli, untung-rugi) yang tidak terbatas , namun sumberdayanya terbatas. Antropologi Ekonomi sebagai sebuah sub-disiplin ilmu antropologi sosial mencoba untuk melihat gejala-gejala ekonomi bukan hanya pada material atau untung rugi saja , namun mencoba melihat pada orientasi nilai atau pengetahuan yang terkandung dalam tindakan ekonomi, bukan hanya secara mikro ataupun makro, namun juga secara kompleks. Tulisan ini mencoba melihat bagaimana nilai dari tindakan ekonomi manusia sebagai makhluk homoeconomicus menghadapi pilihan yang dipengaruhi oleh globalisasi dengan kemampuan sumberdaya lokal ekonomi terhadap konsumsi makanan.

Pengantar

Globalisasi, sering sekali dibicarakan dalam berbagai macam kasus yang

berhubungan dengan modernisasi dan perkembangan yang terjadi diseluruh dunia.

Tak lepas dari modernisasi, globalisasi juga sering dibicarakan dengan pasangannya

yaitu kapitalisme. Namun sesungguhnya bagi saya, globalisasi sendiri adalah sebuah

hasil/ fenomena yang muncul akibat runtuhnya negara adikuasa atau unisoviet, yang

akhirnya menyebabkan terjadinya sebuah tatanan baru yaitu mekanisme pasar bebas,

dimana tata perekonomian seluruh dunia diserahkan kepada mekanisme pasar bebas

lintas negara yang bersifat multilateral. Namun karena diserahkan kepada mekanisme

pasar bebas maka muncul sebuah pendorong utama terjadinya globalisasi adalah

(2)

penumpukan modal melalui proses penanaman modal) global yang tata perekonomian

seluruh dunia diserahkan kepada mekanisme pasar bebas lintas negara yang bersifat

satu kuasa atau control dan partnership. Menurut Noam Chomsky (dalam

Nopriadi,2007) ia menyebutkan dan menjelaskan bahwa sebenarnya globalisasi

adalah konspirasi elite barat untuk mengukuhkan tirani swasta diseluruh dunia.

Globalisasi sebagai hasil produk keruntuhan unisoviet dan perang dunia II

memunculkan dua negara adikusasa yaitu Amerika dan Russia. Dari globalisasi itu

sendiri muncul tiga macam globalisasi yaitu globalisasi itu sendiri , americanisasi, dan

mcdonaldisasi. Dalam sebuah perkembangan ekonomi globalisasi, Mcdonald dapat

menjadi sebuah bagian karena mampu membawa konsep rasionalitas, yaitu di zaman

yang semakin modern ini, dimana manusia membutuhkan efisiensi dan kecepatan

dalam setiap proses kehidupan ekonomi termasuk dalam hal makan. Sehingga dengan

kemampuannya McDonald mampu merasuki tubuh-tubuh perekonomian masyarakat

diberbagai negara termasuk Indonesia , yang akhirnya memunculkan perubahan nilai

terhadap makanan atau kuliner Indonesia.

Dalam artikel ini saya mencoba memandang melalui pendekatan simbolik

bahwa secara tidak terlihat ataupun terlihat McDonald yang merupakan produk

negara adikuasa Amerika, mencoba melakukan penjajahan kapitalisme secara halus

keberbagai negara yang ada di dunia dengan kehebatan dan kemampuan merasuki

tubuh sosial masyarakat dengan nilai bahwa apapun yang berasal dari mereka adalah

yang terbaik termasuk dalam tindakan ekonomi yang tidak dapat lepas dengan

perilaku konsumsi masyarakat lokal diberbagai daerah. Marx dalam Lee mengatakan

bahwa globalisasi memunculkan sebuah pemaknaan bahwa nilai dari tindakan

ekonomi bukan lagi sebuah simbol yang abstrak yang berguna bagi kuantifikasi

pertukaran ekonomi, namun saat ini sudah menjadi sebuah simbol yang riil (nyata)

dan konkret. Pada kasus ini saya ingin melihat bagaimana makanan fastfood menjadi

sebuah simbol yang memiliki nilai nyata dan konkret dalam kehidupan masyarakat ,

dimana bentuk nilai selalu berhubungan dengan materi yaitu dalam kasus ini

materinya adalah makanannya.

Fenomena pengalaman transformasi kebudayaan diatas bagi saya adalah

sesuatu yang empiris atau berdasarkan pengalaman-pengalaman, maka dalam

penulisan artikel ini saya menggunakan metode etnografi. Penggunaan metode

penelitian kualitatif saya pilih untuk menyusun artikel ini dengan observasi dimana

(3)

pengamatan indrawi saya maupun melalui media-media yang menunjukan

tranformasi perubahan perilaku ekonomi masyarakat lokal dalam hal mengkonsusmsi

makanan yang dipengaruhi gaya global, usaha mencapai makanan global, melalui

objek penelitian saya yaitu mahasiswa UGM yang kos di Kos Sayang Bunda,

Blimbingsari, Yogyakarta, dengan alasan kebanyakan dari penghuni kos merupakan

mahasiswa kedokteran dengan penghasilan orang tua diatas Rp10.000.000,-/bulan,

untuk mencoba melihat bagaimana dari kebutuhan masyarakat lokal akan makanan

global memunculkan usaha inovasi masyarakat lokal mencapai makanan global

tersebut.

Dari Kebutuhan Pokok Menjadi Kebutuhan Sosial

Di Indonesia terutama Yogyakarta memiliki sebuah lokal ekonomi yang sangat

kuat, dimana kemampuan masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya lokal yang

sifatnya berkembang melalui kemitraan (rekan, sahabat, atau keluarga), yang dalam

lingkup kecil untuk mempengaruhi perkembangan kehidupan. Namun sebagai

masyarakat yang berkembang terutama dalam hal makanan maka terjadilah

perkembangan dimana globalisasi menghilangkan kebiasaan masyarakat yang saya

lebih sebut dengan adanya sebuah transformasi etika menjadi estetika atau nilai

tertentu. Dimana awalnya lokal ekonomi yang memunculkan kata kuliner makanan

lokal yang memiliki etika, nilai makanan dimana membawa dan menjual memiliki

interaksi langsung yang memunculkan cerita, namun munculnya makanan global

fastfood menekan rata makanan lokal menjadi dibawah dan sering dikesampingkan

oleh masyarakat karena dianggap nilai prestigenya lebih rendah dibanding dengan

fastfood. Akibat kondisi liminal tersebutlah masyarakat lokal dengan sumberdaya

yang terbatas berusaha menciptakan inovasi dengan cara memanipulasi makanan

lokal menjadi seolah seperti makanan global. Usaha yang dipilih adalah dengan

menciptakan franchise lokal dengan menu unggulan yang sama dengan McDonald

yaitu fried chicken atau ayam goreng tepung.

Masyarakat lokal memiliki pengertian sebagai sekelompok masyarakat yang

menjalankan tata kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima

sebagai nilai-nilai yang berlaku umum. Dalam hal mengkonsumsi makanan lokal dari

segi ekonomi , masyarakat lokal dalam kasus ini adalah mahasiswa Universitas

(4)

standard makanan sesuai dengan apa yang telah ditentukan pemerintah Indonesia

yaitu empat sehat lima sempurna, kemudian karena berkembangnya jaman dan

merasuknya globalisasi serta materi dalam bentuk uang yang berlebih , nilai makanan

bukan lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani lagi, namun berubah menjadi

sebuah simbol kemampuan dengan nilai prestige. Bukti ketika seharusnya sehari-hari

cukup makan makanan yang memenuhi standard gizi, mahasiswa di Kos ini lebih

memilih untuk memakan makanan fastfood, westernfood, ataupun kuliner globalisasi,

dengan alasan bahwa dengan makan makanan tersebut terutama fastfood untuk

membuktikan bahwa perekonomian mereka mapan dan tidak ketinggalan jaman.

Walaupun demikian sebagai mahasiswa yang kebanyakan merantau (tidak

tinggal dirumah bersama orangtua), membuat mereka berpikir dua kali ketika

mengkonsusmsi McDonald, dengan alasan ekonomi, yaitu keuangan yang terbatas.

Namun usaha yang dilakukan oleh mahasiswa selain dengan alasan prestige tetapi

juga praktis kemudian mahasiswa memiliki restoran lokal berbasis franchise dengan

menu unggulan yang sama seperti McDonald yaitu friedchicken, seperti Olive

Chicken, Rocket Chicken, dan Yogya Chicken. Munculnya franchise lokal berbasis

menu global yaitu fastfood bagi saya merupakan sebuah transformasi perlakuan

modal ekonomi yang merupakan hasil pertemuan antara nilai kultural dan nilai

ekonomi yang memunculkan nilai kultural yang direproduksi (Marx dalam Lee).

Awalnya masyarakat lokal melakukan tindakan produksi dan modal terhadap

makanan dengan tuntutan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari kemudian berubah

menjadi memenuhi tuntutan pasar.

McDonald vs Olive

Dalam konsep pemikiran McDonald, ada delapan prinsip pemikiran fastfood

yang dikenal dengan 8F:

1. Family : Fast Food harus bisa disukai oleh seluruh anggota keluarga, karena

di era modern yang serba sibuk seorang Ibu tidak sempat memasak.

2. Fast : Layanan pada restoran Fast Food harus cepat, karena melayani

orang-orang sibuk

3. Fried : Makanan yang dimasak harus garing dan kering, konsep enak

menurut orang Amerika adalah masakan yang dimasak “deep frying”

4. Filling : Makanan harus mengenyangkan, tidak hanya cepat namun juga dapat

(5)

5. Fresh : Bahan baku pembuatan makanan harus bahan-bahan yang segar

6. Fantasy: Konsep gerai Fast Food dianjurkan memenuhi hasrat rekreasi, karena

orang-orang pergi ke restoran Fast Food tak hanya makan tapi bisa juga untuk

rekreasi atau mencari hiburan.

7. Fordism: Mengacu pada sistem “ban berjalan” Henry Ford, untuk

penghematan makanan-makanan Fast Food jalur produksinya diolah bagian

demi bagian untuk penghematan.

8. Franchise: Bekerjasama dengan pelaku bisnis lokal untuk mengembangkan

usahanya, supaya bisa menguntungkan kedua belah pihak.

Dari delapan prinsip, pada dasarnya masyarakat lokal Indonesia terutama

Yogyakarta sangatlah berbeda dengan kebiasaan masyarakat Amerika. Dalam

sejarahnya pada tahun 1867, Charles Feltman, seorang tukang daging Jerman,

membuka tempat penjualan hot dog pertama di Coney Island di Brooklyn, New York

City, meskipun asal-usul istilah ini masih diperdebatkan. World's Columbian

Exposition (Chicago 1893) dan St. Louis World's Fair pada 1904 disebut sebagai

promosi masal pertama untuk sejumlah makanan yang siap dibawa, termasuk hot dog,

kerucut es krim dan teh es.Kemudian muncul McDonald's, rantai makanan siap saji

terbesar di dunia dan merek yang paling sering dihubungkan dengan istilah "makanan

siap saji", didirikan sebagai sebuah restoran drive-in barbecue pada 1940 oleh Richard

J. dan Maurice McDonald. Setelah menyadari bahwa keuntungan terbesar mereka

berasal dari hamburger, kedua saudara ini menutup restoran mereka selama tiga bulan

dan membukanya kembali pada 1948 sebagai sebuah stan dengan menu sederhana

berupa hamburger, kentang goreng, milkshake, kopi, dan Coca-Cola, yang dilayankan

dalam bungkusan kertas yang langsung dibuang. Hasilnya, mereka dapat

memproduksi hamburger dan kentang goreng terus-menerus, tanpa menunggu

pesanan pelanggan, dan menyajikannya dengan segera. Hamburger seharga 15 sen,

sekitar setengah harga makanan lainnya. Metode produksi singkat ini, yang

disebutnya "Sistem pelayanan kilat" (Speedee Service System) dipengaruhi oleh

inovasi jalur produksi oleh Henry Ford yang kemudian mencoba untuk memproduksi

fried chicken untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kauskasoid yang membutuhkan

banyak asupan karena bekerja keras. Dewasa ini Masyarakat Amerika umumnya

merupakan masyarakat pekerja dengan slogan time is money, maka dari itu bagi

(6)

membuat makanan yang bukan makanan siap saji, maka dari itu fastfood menjadi

bagian dari kehidupan masyarakat pekerja yang membutuhkan makanan praktis.

Namun untuk masyarakat Indonesia , di negara berkembang yang

kebanyakan pekerja santai bukan industri ataupun pekerja yang bermain dengan

waktu, terutama di Yogyakarta yang terkenal dengan alon-alon asal kelakon yang

memiliki pengertian bahwa bekerja pelan-pelanpun tidak apa-apa yang penting tetap

dikerjakan. Sehingga ketika melihat bagaimana basis fastfood muncul dan masuk

dalam budaya masyarakat Amerika , maka terlihat sangat timpang ketika muncul

sebuah nilai yang terreproduksi dimana fastfood menjadi bagian budaya dalam

masyarakat Yogyakarta atau dengan kata lain muncul sebuah transformasi ekonomi

masyarakat dari lokal menjadi global. Tetapi perlu diingat kembali bahwa hal nilai

tersebut dapat muncul karena pertemuan nilai kultural dan nilai ekonomi, dimana nilai

ekonomi dipengaruhi oleh ekonomi pasar.

Market atau pasar sebagai pemegang kuasa pada globalisasi yang merubah

konstruksi masyarakat ini bersifat kapitalis , seperti yang saya katakan diawal bentuk

kehidupan masyarakat di negara adikuasa yang memiliki slogan ‘time is money’ atau

‘money talk’ dengan bentuk modal. Pasar dan globalisasi begitu berpengaruh terhadap

konstruksi perilaku masyarakat , karena yang pertama adanya sebuah creative

destruction yang didalamnya ada sebuah proses perubahan dari global civilization

menjadi global network, yang menyebabkan nilai bergeser dan menjadi muncul

sebuah simbol global bukan lagi menjadi simbol satu hal tertentu atau masyarakat

tertentu. Yang kedua karena uang dan teknologi mengubah waktu dan segalanya.

Yang ketiga globalisasi memiliki peran sebagai sebuah harga baru dimana mengubah

culture menjadi beyond culture. Dan yang terakhir globalisasi mengubah orientasi

masyarakat bahwa lingkungan luar bukan lagi berorientasi pada wilayah pusat/ center

namun pada wilayah sekitarnya.

Dari pasar itulah dapat kita lihat bagaimana pasar yaitu McDonald

mempengaruhi franchise lokal yang bernama Olive. Olive pertama kali muncul di

Yogyakarta dengan tujuan awal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang

memiliki kemampuan terbatas secara materi untuk mengikuti globalisasi yang

merasuk dalam tubuh budaya masyarakat. Sepenuhnya konsep Olive mengadopsi

sistem serta konsep branding dari McDonald. Awalnya konsep efisiensi yang

(7)

diterima oleh masyarakat lokal, namun lama kelamaan restoran fastfood lokal

dijadikan alternatif sebagai gaya kuliner barat yang dianggap lebih menyatu dengan

masyarakat karena cita rasa lokal yang masih ada, seperti tepung yang digunakan

adalah tepung buatan Indonesia bukan import, serta menjadi sebuah alternative nilai

prestige. Nilai yang dicari oleh masyarakat lokal terhadap Olive adalah masalah rasa

dimana masyarakat ingin mendapat hal yang sama, kemudian sistem produksinya

yang juga disamakan seperti McDonal, dimana untuk bagian nasi ada sendiri, ayam ,

kentang, dan minuman, yang ketiga adalah atmosfer dimana masyarakat mencari

sensasi dan pengakuan ketika memakan makanan tersebut adalah orang yang mampu

secara materi, dan yang terakhir adalah standard atau tempat restoran tersebut yang

dibuat sedemikan rupa agar dapat menyerupai dengan McDonald.

Bagi Mahasiswa Kos Sayang Bunda, Olive seolah menjadi alternative yang

terbaik untuk mengkonsumsi makanan fastfood , karena bagi mereka yang pertama

fried chicken merupakan simbol bahwa mereka bisa makan enak dan memiliki materi

yang berlebih, kemudian kedua nilai ekonomi yang terkandung adalah prinsip dimana

dengan sumberdaya yang terbatas dapat memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas

yang maksudnya dengan uang jajan yang relative murah dibandingkan dengan

McDonald (Rp6.500,00 vs Rp25.500,00) , mahasiswa mampu makan enak dengan

kata lain mampu makan fried chicken, yang terakhir adalah masalah rasa dimana rasa

ayam Olive lebih seperti ayam kampung asli bukan ayam potong seperti di

McDonald, sehingga lebih mudah diterima oleh lidah masyarakat lokal.

Ada sebuah teori yaitu teori homeostatis dimana teori ini menerangkan

mengenai perilaku manusia mengkonsumsi berlebih dikarenakan dorongan dari

dalam. Baulliard menjelaskan dalam teorinya yaitu teori patologis, dimana

kebudayaan konsumen manusia global saat ini cenderung patologis. Patologis sendiri

adalah semacam penyakit individu masa kini yang merasa tidak penah puas dalam

mengkonsumsi makanan, yang begitu merasa cukup untuk membutuhkan kekosongan

atau tidak membutuhkan makanan, yang merasa begitu kurang sehingga butuh

konsumsi berlebih dan mengkonsumsi makanan secara berlebihan namun memiliki

sumberdaya terbatas (dalam hal materi). Dari teori tersebutlah dapat dilihat Olive

sebagai hasil reproduksi nilai kebudayaan dan nilai ekonomi merupakan sebuah

simbol usaha masyarakat lokal untuk mencapai dan masuk dalam pranata globalisasi

(8)

berintegrasi namun berreproduksi melalui transformasi perubahan nilai lokal ekonomi

yang menjadi lokal ekonomi berbasis global.

Globally but Still Locally

Fenomena Olive dan McDonald melalui perilaku konsumsi dengan dasar

ekonomi yang dilakukan oleh mahasiswa Kos Sayang Bunda bahwa kegiatan

wirausaha terutama dalam hal ini tentang bagaimana globalisasi dan lokal ekonomi

bukan hanya melulu pada ekonomi, namun juga pada masalah sosial (Geertz). Dilihat

dari sejarahnya hingga kenyataannya yang ada saat ini, kegiatan yang terjadi

menunjukan pola-pola transformasi kebudayaan dalam masyarakat lokal yang belum

mencapai tahap berubah secara total menjadi global. Masyarakat lokal pada

perilakunya adalah act globally, dimana melakukan transformasi modal dari makanan

lokal berbasis kekeluargaan menjadi franchise, secara tindak konsumsi, mereka

berubah dari mengkonsumsi makanan lokal menjadi mengkonsumsi makanan global

fastfood. Pada kenyataannya seolah perilaku mereka sebenarnya dikontrol oleh

tangan-tangan yang tidak terlihat yaitu pihak kapitalis yang kemudian merubah sistem

pranata dan norma yang ada. Namun sayangnya seperti yang saya katakan diatas

bahwa masyarakat lokal juga mencari kesesuaian rasa, dimana yang muncul bukan

sebuah transformasi melainkan reproduksi nilai. Ketika masyarakat act globally,

namun mereka masih berpikir agar bagaimana menciptakan inovasi dengan rasa lokal

tetapi kualitas global dengan kata lain mereka masih think locally, dan kemudan

memproduksi dan mengkonsumsi makanan dengan selimut global namun rasa lokal

atau do locally, sehingga para pengkonsumsi fried chicken lokal ini dapat disebut

sebagai generasi fried chicken lokal yang tidak lagi mementingkan brand namun

berusaha mencari kesamaan walaupun tidak sama, hanya demi nilai dan kebutuhan

semata.

Pada akhirnya artikel ini memiliki kesimpulan melalui hasil perbandingan

yang menggunakan pendekatan simbolik dan aliran subtantif antara restoran lokal

berbasis global dengan restoran global yaitu bagaimana McDonaldisasi mampu

mengubah tatanan nilai lokal ekonomi yang tidak lagi berbasis lokal melainkan

menjadi global, dimana kemudian bagi masyarakat konsumsi perilaku ekonomi

mengkonsumsi makanan lokal berbasis global merupakan sebuah usaha dengan

(9)

muncul sebuah simbol dimana fastfood memiliki status yang lebih tinggi dibandingan

dengan makanan lokal lainnya sehingga terkandung sebuah nilai prestige yang lebih

tinggi ketika memakan makanan yang berselimut global tersebut. Sehingga Olive

merupakan simbol representasi bagaimana masyarakat lokal berusaha dan diusahakan

untuk mengikuti dan menjadi global.

Daftar Pustaka

Cateora. 2007. Pemasaran Internasional 1 (ed. 13). Jakarta. Penerbit Salemba Empat

Graham, Cateora. 2007. Pemasaran Marketing. Jakarta: Penerbit Salemba Pusat

Hall, Stuart. 1992. “The West and The Rest: Discourse and Power”. In Formations of

Modernity (edited by Stuart Hall and Bram Gieben). Cambridge: Polity.

Harrison. 1995. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Singapore. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Hudayana, Bambang, Pujo Semedi, dan Sjafri Sairin. 2002. Pengantar Antropologi

Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Khosman, Ali. 2009. Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta. Penerbit

Buku Kompas.

Lee, Martyn J. 2006. Budaya Konsumen Terlahir Kembali. Yogyakarta: Kreasi

Wacana.

Lechte, John. 2001. 50 filsuf kontemporer: dari strukturalisme sampai

postmodernitas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Schlosser, Eric. 2004. Negeri Fast Food. Yogyakarta: INSIST

Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Tarcher, Jeremy P. 2005. Fat: The Anthropology of an Obsession. United States of

America. Penguin Group.

Tortora, Gerard J. dan Bryan H. Derrickson. 2009. Principles of Anatomy and

Physiology: Twelth Edition. Asia: Wiley

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebagai perbaikan tindakan pada siklus I dengan tahap yang sama meliputi apersepsi, proses pembelajaran, dan

Raya Kaliasan Tromol Pos 1 Jati Sari, Karaw ang.. URAI

Pengelompokan tersebut didasarkan pada periode operasi tambang sesuai kontrak adalah lima belas tahun (dihitung sejak Tahun 2012 s.d. Selanjutnya dalam proses

Terjemahan alat kohesi grammatikal pada klausa yang digunakan dalam hikayat tersebut diidentifikasi, diklasifikasi dan dianalisis menggunakan teori LSF oleh Halliday (1995,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir

Oleh karena itu disini dinilai seberapa besar keluhan muskuloskeletal yang terjadi pada pekerja mekanik bengkel motor dengan menggunakan metode RULA, OWAS dan REBA..4.

Analisis keandalan terhadap suatu sistem atau produk merupakan prosedur yang harus dilakukan untuk memenuhi kaidah-kaidah perancangan dan produksi. Salah satu konsep

Artikel yang diajukan ke Jurnal Farmasi Udayana belum pernah dipublikasikan sebelumnya (kecuali dalam bentuk abstrak atau sebagai bagian dari skripsi), tidak dalam