• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Terjemahan Alat Kohesi Pada Teks Hikayat Raja-Raja Pasai Dalam Bahasa Inggris The Chronicle Of The Kings Of Pasai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Terjemahan Alat Kohesi Pada Teks Hikayat Raja-Raja Pasai Dalam Bahasa Inggris The Chronicle Of The Kings Of Pasai"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerjemahan karya sastra bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Karena kegiatan ini tidak hanya melibatkan bahasa, tetapi juga menyangkut masalah budaya. Seorang penerjemah karya sastra selain harus menguasai aspek-aspek kebahasaan antara kedua bahasa baik bahasa sumber (BSu) maupun bahasa sasaran (BSa) juga harus didukung dengan pemahaman budaya yang baik antara kedua bahasa tersebut. Dengan menguasai aspek-aspek kebahasaan dan didukung pemahaman budaya, seorang penerjemah karya sastra mampu menyampaikan pesan teks sumber sesuai dengan konteks dan situasi budaya bahasa sasaran. Salah satu terjemahan karya sastra yang mengandung unsur budaya adalah Hikayat Raja-Raja Pasai.

Hikayat Raja-Raja Pasai dipilih sebagai objek kajian penelitian ini dengan

beberapa alasan. Pertama, Hikayat Raja-Raja Pasai mengandung nilai kearifan lokal budaya Melayu dan ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu. Kedua, Hikayat Raja-Raja Pasai menggunakan sistem gramatika yang berbeda dengan sistem gramatika pada

(2)

Karya terjemahan dikatakan berterima, jika karya tersebut menggunakan kaidah dan struktur yang berlaku dalam BSa. Hal ini juga berkaitan dengan pemilihan kata dan istilah dalam BSa. Jika penerjemah menggunakan kata-kata yang kurang alamiah dibaca atau didengar oleh pembaca BSa, maka terjemahan tersebut tidak memenuhi konsep keberterimaan suatu terjemahan. Keberterimaan teks terjemahan berhubungan dengan pembaca teks tersebut. Pembaca akan memahami penggunaan bahasa secara alamiah sesuai dengan situasi yang melingkupi teks tersebut melalui rangkaian kalimat pembentuk teks. Jika rangkaian kalimat tersebut tidak bisa saling berhubungan dan bahkan tidak alamiah bagi pembaca teks tersebut maka teks terjemahan yang dihasilkan dapat dikatakan tidak berterima. Oleh karena itu, dalam suatu teks terjemahan penerjemah harus mampu untuk merangkai kalimat sedemikian rupa tanpa mengurangi makna yang terkandung di dalamnya agar maksud dari kalimat tersebut bisa diterima dan dipahami oleh pembacanya.

Salah satu komponen penting dalam memahami teks adalah kohesi. Kohesi menghubungkan dan membentuk keutuhan serta kepaduan sebuah teks. Menurut Gerot dan Wignell (1996:170) kohesi merupakan “the resources within language that provide continuity in a text”. Kohesi sebagai komponen pembentuk teks menghubungkan

komponen yang satu dengan komponen yang lainnya sehingga terbentuk pemahaman yang saling berkesinambungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Halliday dan Hasan (1976: 48) bahwa kohesi merupakan “a semantic one; it refers to relations of meaning that exist within the text, and that define it as a text”. Kohesi membentuk satu kesatuan

(3)

pengalaman disebut makna ideasional, klausa berfungsi sebagai proses interaksi antara penulis dan pembaca disebut makna interpersonal dan klausa berfungsi sebagai pesan disebut makna tekstual. Kohesi merupakan bagian dari fungsi makna tekstual yang memandang klausa sebagai pesan. Klausa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah klausa berdasarkan pandangan LSF oleh Halliday (1985; 1994; 2004).

Menurut Eggins (2004:255-256) klausa terbagi dalam dua bentuk yaitu klausa simpleks dan klausa kompleks. Istilah klausa simpleks setara dengan kalimat sederhana dan klausa kompleks setara dengan kalimat majemuk. Klausa simpleks terdiri atas satu struktur dengan satu verba utama, sedangkan klausa kompleks terdiri atas dua struktur atau lebih dengan dua verba atau lebih yang dihubungkan dengan alat konjungsi. Keberadaan konjungsi pada sebuah klausa dapat menyebabkan klausa tersebut menjadi kompleks sehingga klausa tersebut sulit untuk dipahami. Hal ini senada dengan penda-pat Nababan (2003:73) bahwa kalimat kompleks lebih sulit dipahami daripada kalimat simpleks, karena kalimat kompleks mengandung lebih dari satu gagasan yang dirangkum dalam satu kalimat dan dihubungkan dengan menggunakan alat kohesi. Dalam hal ini, Halliday dan Hasan (1976:6) membagi alat kohesi menjadi dua bentuk yaitu alat kohesi gramatikal (grammatical cohesive devices) dan alat kohesi leksikal (lexical cohesive devices). Penelitian ini menganalisis terjemahan alat kohesi

gramma-tikal pada teks Hikayat Raja-Raja Pasai dan terjemahannya The Chronicle of the Kings of Pasai.

(4)

Namun, jika rangkaian kalimat tersebut tidak saling berhubungan dan bahkan tidak lazim bagi pembaca teks, maka teks yang dihasilkan dapat dikatakan tidak berterima. Oleh karena itu, penerjemah harus mengungkapkan pesan sesuai dengan kaidah dan struktur BSa agar maksud dan rangkaian kalimat dari teks tersebut dapat diterima dan dipahami oleh pembacanya. Selain itu, penerjemah juga harus mengkomunikasikan makna alat kohesi secara cermat sesuai dengan kaidah dan struktur BSa. Hal ini dikarenakan setiap bahasa memiliki alat kohesi tersendiri dan keunikan dalam pemakaian alat kohesi tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Dooley dan Levinson (2001:27) bahwa each language will of course have its own range of devices which can be used for cohesion. Setiap bahasa memiliki alat kohesi tersendiri dalam

mengungkapkan kekohesifan sebuah teks. Misalnya, dalam penelitian ini adanya perbedaan kaidah dan struktur alat kohesi serta keunikan penggunaan alat kohesi antara bahasa Melayu dan bahasa Inggris. Oleh karena itu, penyesuaian kaidah alat kohesi perlu dilakukan untuk menghasilkan suatu terjemahan yang alamiah yaitu terjemahan yang mampu dipahami oleh pembaca BSa karena diungkapkan dengan menggunakan bentuk grammatika dan kosa kata yang sesuai dengan kaidah BSa. Jika penerjemah salah mengkomunikasikan makna alat kohesi, maka hal ini akan mempengaruhi pemahaman pembaca. Dengan demikian, perubahan makna alat kohesi dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam menyampaikan pesan kepada pembaca.

Terkait dengan penerjemahan pada tataran teks, kohesi juga merupakan suatu kendala. Hal ini sesuai dengan pendapat Newmark (1987:295) bahwa the topic of cohesion has always appeared to me the most useful constituent of discourse analysis or

text linguistics applicable to translation. Kohesi merupakan hal yang selalu muncul

(5)

dalam sebuah teks, maka dapat mengakibatkan pertautan komponen-komponen dalam teks menjadi tidak alamiah dan maknanya kabur. Tautan makna dalam teks terjemahan semakin padu jika menggunakan alat kohesi Dengan demikian, untuk memahami teks terjemahan, alat kohesi sebagai salah satu komponen penting. Alat kohesi menghubungkan antarbagian teks dan membuat teks menjadi kohesif, sehingga teks tersebut dapat dipahami dengan baik. Berikut ini beberapa contoh terjemahan alat kohesi antara BSu dan BSa:

Data 029: Alat kohesi Referensi berbeda antara BSu dan BSa: Data

rupa segala anak raja-raja yang Sembilan puloh sembilan itu, saorang pun tiada berkenan pada hatinya; maka demi terlihat kepada tulis rupa Tun Abdul Jalil itu, maka Tuan Puteri itu pun hairan ia melihat dia. (HRRP, 1914:93))

Referensi Persona Ia dan dia

BSa Princess Gemeranchang looked through the por-traits of the ninetynine princes; none of them took her fancy, but when she saw the portrait of Tun Abdul Jalil, she was amazed how handsome he looked. (TCOTKOTP, 1961: 153).

Referensi Persona He dan she

Data diatas menunjukkan perbedaan pengunaan alat kohesi antara BSu dan BSa dari segi sistem referensi. BSa membedakan penggunaan referensi he dan she berdasarkan gender, sedangkan pada BSu referensi ia dan dia sama sekali tidak menunjukkan adanya perbedaan penggunaan referensi tersebut. Referensi he dalam klausa BSa but when she saw the portrait of Tun Abdul Jalil, she was amazed how handsome he looked merupakan referensi bagi penutur laki-laki, sedangkan referensi

she merupakan referensi bagi penutur perempuan. Dengan demikian, hal ini

(6)

yaitu adanya perbedaan tata bahasa dari segi sistem referensi antara BSu dan BSa. Terkait dengan pengacuan referensi dalam teks, referensi dia dan ia pada BSu secara anaforik mengacu pada Puteri Gemerenchang dan Tun Abdul Jalil. Hal ini juga berlaku pada referensi she dan he dalam BSa yang secara anaforik sama-sama mengacu pada Puteri Gemerenchang dan Tun Abdul Jalil.

Dari segi sistem sintaksis klausa BSu dan BSa, penerjemah menggunakan prosedur modulasi. Penerjemah menyampaikan makna dan pesan dengan sudut pandang yang berbeda. Walaupun penerjemah mengkomunikasikan pesan menggunakan sistem gramatika BSa. Klausa BSu maka dilihat olēh Tuan Puteri Gemerencang rupa segala anak raja-raja yang sembilan puloh sembilan itu berstruktur P-S dan klausa BSa Princess Gemeranchang looked through the portraits of the ninetynine princes

berstruktur S-P. Dengan demikian terdapat perubahan struktur klausa antara BSu dan BSa. Klausa BSu berstruktur P-S menjadi klausa berstrukur S-P pada BSa. Terjemahan klausa berstruktur P-S pada BSu menjadi klausa berstruktur S-P pada BSa tidak mengakibatkan perubahan makna pada BSa namun memperjelas terjemahan karena klausa berstruktur S-P berfungsi untuk memperjelas pelaku yang terlibat dalam pembicaraan dan bukan menekan persitiwa ataupun kejadian pada BSu.

(7)

Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa BSu dan BSa memiliki alat kohesi yang berbeda dan keunikan dalam menggunakan alat kohesi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Penerjemah mengkomunikasikan alat kohesi sesuai dengan sistem gramatika BSa.

Data 043: Penerjemah salah mentafsirkan makna alat kohesi pada TSa Data

043

Bahasa Teks Kategori

dan Bentuk Alat Kohesi BSu Satelah itu, maka lalulah kelengkapan itu ka

ta-nah darat menaklokkan negeri Sambas dan Mempauh dan Sukadana. Maka lalulah ia ka Kota Waringin kemudian lalulah ia ka Banjar-masin. Kemudian pula lalulah ia Pasir dan Ku-tai dan ka-B.ru.m.k. Maka sakalian negeri itu pun habislah ta'alluq kapada zaman itu, ta'al-luqlah ia Majapahit. Sakalian negeri itu membe-ri ufti kapada Ratu Majapahit. Maka ada kira-kira dua musim angin. (HRRP, 1914: 101)

Referensi Demonstratif

Itu dan itu

BSa Then the fleet moved to the north and reduced Sambas, Mempauh and Sukadana. Then it went to Kota Waringin and after that to Banjarmas-sin. Next, a visit was made to Pasir, Kutai and Berau. All these places were subdued during this period and made subject to Majapahit. To the king of Majapahit they all sent tribute. There was an interval of about two seasons of the wind. (TCOTKOP, 1961:160)

Referensi Demonstratif

These dan This

(8)

makna acuan alat kohesi referensi demonstratif itu. Terkait dengan pengacuan referensi dalam teks, referensi demonstratif itu mengacu pada negeri Sambas, Mempauh Sukadana dan zaman Majapahit. Hal ini juga berlaku pada referensi this dan these dalam BSa yang secara anaforik sama-sama mengacu pada negeri Sambas, Mempauh Sukadana, dan zaman Majapahit.

Dari sistem sintaksis klausa TSu dan TSa, penerjemah menggunakan prosedur modulasi. Penerjemah menyampaikan makna dan pesan dengan sudut pandang yang berbeda. Walaupun penerjemah mengkomunikasikan pesan menggunakan sistem gramatika BSa, penerjemah menyampaikan makna dan pesan secara akurat dengan menggunakan sistem gramatika BSa. Klausa TSu Satelah itu, maka lalulah kelengkapan itu ka tanah darat menaklokkan negeri Sambas dan Mempauh dan Sukadana

berstruktur P-S sedangkan klausa TSa Then the fleet moved to the north and reduced Sambas, Mempauh and Sukadana. berstruktur S-P. Dengan demikian terdapat perubahan struktur klausa antara BSu dan BSa. Klausa BSu berstruktur P-S menjadi klausa berstrukur S-P pada BSa. Terjemahan klausa berstruktur P-S pada BSu menjadi klausa berstruktur S-P pada BSa tidak mengakibatkan perubahan makna pada BSa dan memperjelas terjemahan karena klausa berstruktur S-P berfungsi untuk memperjelas pelaku yang terlibat dalam pembicaraan dan bukan menekan persitiwa ataupun kejadian pada TSu.

(9)

sudah sesuai dan berterima dalam hal pentransferan makna dan sistem gramatika BSa, sehinga terjemahan mudah dipahami oleh pembaca BSa.

Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemah kurang cermat mengamati makna acuan alat kohesi demonstratif itu yang sebaiknya diterjemahkan menjadi that atau those. Penerjemah mentransfer makna klausa dengan tepat menyesuaikan dengan sistem gramatika BSa.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini difokuskan pada bentuk-bentuk alat kohesi grammatikal pada teks Hikayat Raja-Raja Pasai dan terjemahannya The Chronicle of the Kings of Pasai, perbedaan penggunaan alat kohesi referensi dan

konjungsi pada teks Hikayat Raja-Raja Pasai dan terjemahannnya The Chronicle of the Kings of Pasai, karena teks ini banyak ditemukan klausa yang mengandung alat kohesi

grammatikal yang berbeda antara BSu dan BSa. Terjemahan alat kohesi grammatikal pada klausa yang digunakan dalam hikayat tersebut diidentifikasi, diklasifikasi dan dianalisis menggunakan teori LSF oleh Halliday (1995, 1998, 2004), dan konsep kohesi grammatikal dalam bahasa Inggris oleh Halliday dan Hasan (1976). Selain itu, penelitian ini juga menilai tingkat keberterimaan terjemahan alat kohesi dalam hikayat berdasarkan parameter penilaian keberterimaan terjemahan oleh Nababan (2012). Teks Hikayat Raja-Raja Pasai dan terjemahannya The Chronicle of the Kings of Pasai dikaji

berdasarkan bentuk alat kohesi grammatikal, faktor penyebab perbedaan alat kohesi dan tingkat keberterimaan terjemahan.

1.2 Batasan Masalah

(10)

Raja-Raja Pasai dan terjemahannya, perbedaan alat kohesi referensi dan konjungsi

antara BSu dan BSa, faktor-faktor penyebab perbedaan alat kohesi referensi dan konjungsi, serta tingkat keberterimaan terjemahan. Dengan demikian, penelitian ini tidak membahas alat kohesi leksikal, agar penelitian terhadap alat kohesi grammatikal dapat dilakukan secara mendalam dan detail. Satuan lingual yang dikaji berupa klausa yang mengandung alat kohesi grammatikal yang eksplisit.

1.3Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk kohesi grammatikal apa sajakah yang terdapat pada teks Hikayat Raja-Raja Pasai dan terjemahannya The Chronicle of the Kings of Pasai?

2. Bagaimanakah perbedaan alat kohesi referensi dan konjungsi pada teks Hikayat Raja-Raja Pasai dan terjemahannya serta faktor-faktor apakah yang

menyebab-kan terjadinya perbedaan alat kohesi referensi dan konjungsi antara BSu dengan BSa?

3. Bagaimanakah dampak perbedaan penggunaan alat kohesi referensi dan konjungsi terhadap tingkat keberterimaan (acceptability) terjemahan teks The Chronicle of the Kings of Pasai?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk alat kohesi grammatikal teks Hikayat Raja-Raja Pasai dan terjemahannya The Chronicle of the Kings of Pasai

2. Mendeskripsikan perbedaan alat kohesi referensi dan konjungsi pada teks Hi-kayat Raja-Raja Pasai dan terjemahannya serta mengidentifikasi faktor-faktor

(11)

3. Mendeskripsikan dampak perbedaan penggunaan alat kohesi referensi dan konjungsi terhadap tingkat keberterimaan (acceptability) terjemahan teks The Chronicle of the Kings of Pasai

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teori maupun secara praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan kajian ilmu linguistik dan penerjemahan. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada berbagai kalangan seperti pembaca, penerjemah dan peneliti.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemahaman teori LSF dan aplikasinya terhadap penerjemahan, khususnya penerjemahan teks bahasa Melayu dan bahasa Inggris. Dalam hal ini, penelitian ini hanya meneliti satu metafungsi bahasa, yaitu fungsi tekstual sebagai rangkaian pengalaman untuk menyampaikan pesan dalam interaksi sosial pada teks Hikayat Raja-Raja Pasai yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Selain itu, hasil penelitian ini digunakan untuk merangkai pengalaman linguistik yang terinterpretasikan dalam penyampaian pesan (textual function). Peneli-tian ini juga memperlihatkan kajian bahasa lokal dengan teori LSF, sekaligus memperkenalkan pengkajian penerjemahan yang melibatkan bahasa lokal.

1.5.2 Manfaat Praktis

(12)

Hikayat Raja-Raja Pasai dan terjemahannya dari bahasa Melayu ke dalam bahasa

Inggris. Selanjutnya, hasil penelitian ini memberikan motivasi kepada pengkaji bahasa dan pemerhati budaya untuk melakukan penelitian yang mendalam tentang bahasa daerah seperti bahasa Melayu agar tidak dilupakan, sebagai upaya melestarikan dan memperkenalkan budaya melalui hikayat yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu. Dan juga sebagai bahan bacaan bagi pembaca, akademisi, dan praktisi bahwa kohesi merupakan unsur penting dalam menghasilkan suatu karya terjemahan yang baik dan mudah dipahami oleh pembaca bahasa sasaran.

1.6 Klarifikasi Makna Istilah

Ada sejumlah makna istilah digunakan dalam penelitian ini. Penggunaan beberapa istilah tersebut dimaksudkan untuk memperjelas dan memudahkan para pembaca dalam memahami maksud istilah tersebut. Berikut ini beberapa istilah beserta penjelasan yang digunakan dalam penelitian ini:

(1) Kohesi (Cohesion) adalah konsep makna dan mengacu pada hubungan makna dalam sebuah teks. (Halliday dan Hasan, 1976: 1).

(2) Kohesi Grammatikal (Grammatical Cohesion) adalah hubungan antar unsur yang direalisasikan melalui tatabahasa. Jenis kohesi ini berupa perujuk (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (elipsis), dan konjungsi (con-junction). (Halliday dan Hasan, 1976: 6)

(3) Terjemahan (Translation) adalah penggantian materi tekstual dalam sua-tu bahasa dengan materi tekssua-tual yang sepadan dalam bahasa lain. (

(4) Faktor intrinsik adalah faktor bahasa yang terdapat dalam teks berupa faktor in-ternal dan situasional di mana dalam bahasa atau teks terdapat pendorong yang

(13)

memicu terjadinya perbedaan alat kohesi seperti sistem gramatika (struktur) dan kaidah tata bahasa. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang terdapat dari luar teks dan bersifat intertekstual, situasional, kultural, dan ideologis. Faktor intrinsik dan ekstrinsik dalam penelitian ini menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan alat kohesi pada teks Hikayat Raja-Raja Pasai bahasa Melayu ke dalam bahasa Inggris The Chronicle of the kings of Pasai. (Newmark, 1988:4). (5) Keberterimaan (acceptability) adalah kelaziman dan kealamiahan kaidah tata

bahasa suatu teks terjemahan dengan kaidah tata bahasa dalam BSa dan norma kebahasaan BSa (Nababan, 2012:44).

(6) Hikayat Raja-Raja Pasai merupakan hikayat kesejarahan Melayu tertua di Nusantara, ditulis dengan aksara Jawi, dan menceritakan tentang kerajaan Islam pertama yaitu Samudera Pasai. (Jones, 1999:xiii)

(7)

(8)

Teks sumber (TSu) yaitu teks yang diterjemahkan. Dalam hal ini teks sumbernya adalah teks Hikayat Raja-Raja Pasai (HRRP)

Referensi

Dokumen terkait

Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari.. kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata dengan kontrol (tanpa FMA). Hal ini membuktikan bahwa masing-masing jenis FMA lebih mampu memberikan peranannya secara

Hasil kegiatan KKN adalah peningkatan kesadaran dan disiplin buang sampah terpisah, produk kompos organik, sampah daur ulang, peningkatan volume resapan air

The study was carried out to find in short term the optimum medium for callus induction and somatic embryo formation from young leaves, mature zygotic embryo and

Adapun dari 165 ibu yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali terdapat 111 ibu (67,3%) yang mengalami persalinan patologis, lebih banyak dibandingkan yang tidak

Peptida antimikroba dari bakteriosin yang dihasilkan dari bakteri asam laktat potensial untuk diterapkan pada industri pangan dan farmasi.. Karakteristik bakteriosin kelas

Sementara itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sirup glukosa dengan cara hidrolisis asam dari tepung kulit ketela pohon, serta mencari pengaruh suhu, waktu

Kriteria masalah mutu memiliki dua subkriteria, yaitu mutu bahan baku (0,574) dan mutu produk (0,144). Mutu bahan baku perlu menjadi perhatian utama perusahaan dibanding mutu