• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Mata Kuliah Manajemen Limbah Pro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Mata Kuliah Manajemen Limbah Pro"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Mata Kuliah Manajemen Limbah

Proses Pengolahan Air Dengan Sistem Reverse Osmosis

Muhammad Fachrur Rozy (14.11.106.701501.1333)

Destian Adhitama (14.11.106.701501.1410)

Nur Muhammad R.A (14.11.106.701501.1321)

Willy HK Huka (14.11.10.701501.1315)

Mikhael Otniel L (14.11.106.701501.1324)

Agung Nugraha (14.11.106.701501.1411)

PROGRAM STUDI D4 – K3 FAKULTAS D4 – K3 UNIVERSITAS BALIKPAPAN

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...3

BAB 1 PENDAHULUAN...4

1. Latar Belakang………4-6 2. Rumusan Masalah...7

3. Tujuan Penulisan...7

4. Manfaat penulisan...7

BAB 2 LANDASAN TEORI………...…………8-10 1.

TINJAUAN PUSTAKA……….

. 6

2. STUDI KASUS……….11-12 a. PROSES PENGOLAHAN LIMBAH………..11-12 b. SUMBER LIMBAH, PEGELOOLAHAN SAMPAH DAN INSENERATOR……….13-14 BAB 3 PENUTUP...15

1. KESIMPULAN...15

2. SARAN...15

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu (……..) selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Limbah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap Makala ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit dengan insenerator . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga Makala yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan tersebut. Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat bertemunya kelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok masyarakat pemberi pelayanan, kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan sekitar. Adanya interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya penyakit bila tidak didukung dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter.

Rumah sakit merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang dalam kegiatannya menghasilkan limbah medis maupun lombah non medis baik dalam bentuk padat maupun cair. Limbah medis dalam bentuk padat di rumah sakit biasanya dihasilkan dari kegiatan yang berasal dari ruang perawatan, poliklinik, laboratorium dan apotik. Sementara limbah cair biasanya berasal dari laboratorium rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif.

Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan semakin lama semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, maupun laboratorium medis yang terus bertambah. Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 1.632 unit. Sementara itu, puskesmas mencapa 9.005 unit. Fasilitas kesehatan yang lain diperkirakan jumlahnya akan terus meninngkat dan tidak dijelaskan berapa jumlah yang tepat.

(5)

tahun 2004 pernah melansir ada sekitar 0,14 kg timbunan limbah medis per hari di rumah sakit Indonesia atau sekitar 400 ton per tahun.

Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal laboratorium virology dan mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan limbah padat yang berasasl dari rumah sakit/puskesmas dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat. Limbah alat suntik dan limbah lainnya dapat menjadi faktor risiko penukaran berbagai penyakit seperti penyakit akibat infeksi nosokomial, penyakit HIV/AIDS, hepatitis B dan hepatitis C serta penyakit lain yang ditularkan melalui darah. Apabila lombah medis tersebut tidak dikelola dengan baik akan beredampak negatif dan merugikan bagi masyarakat di sekitar rumah sakit itu maupun bagi rumah sakit itu sendiri. Dampak negatif tersebut dapat berupa gangguan kesehatan dan pencemaran.

World Health Organization (WHO) 2004, pernah melaporkan kasus infeksi Virus Hepatitis B (HBV) di Amerika Serikat (AS) akibat cidera oleh benda tajam di kalangan tenaga medis dan tenaga pengelolaan limbah rumah sakit yaitu sebanyak 162-321 kasus dari jumlah total per tahun yang mencapai 300.000 kasus. Pada tahun 1999 WHO juga melaporkan bahwa di Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja kesehatan terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) melalui luka dimana 2 kasus diantaranya menimpa petugas yanng menangani limbah medis.

Pengelolaan limbah medis yang kurang baik dapat membahayakan masyarakat, misalnya di RSUD Wangaya Denpasar, di mana kurangnya efektivitas pengelolaan limbah medis mempengaruhi kualitas lingkungan sekitar, terutama kualitas kesehatan warga yang tinggal di sekitarnya maupun mutu kesehatan pasien di rumah sakit tersebut. Hal ini terjadi antara lain karena pembakaran yang dilakukan dengan incinerator tidak sempurna. Pembakaran yang tidak sempurna ini akan menghasilkan abu hasil pembakaran yang mempunyai kadar logam berat yang cukup tinggi karena abu tersebut mengandung unsur-unsur kimia dan logam sehingga tidak terjadi sublimasi. Berdasarkan uji laboratorium terhadap abu hasil pembakaran limbah medis menunjukkan tingginya kandungan logam berat dalam abu hasil pembakaran.

(6)

penelitian Djaja (2006) yang dilakukan terhadap 1.176. rumah sakit di 30 provinsi Indonesia, dihasilkan bahwa rumah sakit yang memiliki mesin pembakar limbah (incenerator) yaitu sebesar 49%, sementara itu rumah sakit yang memiliki IPAL hanya sebesar 36%.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pengelolaan limbah medis padat di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengelolaan limbah medis padat di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo.

(7)

Makalah ini bermanfaat sebagai acuan umum dalam usaha pengolahan limbah padat dengan menggunakan alat pembakaran yg berupa insenerator.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Rumah Sakit

Menurut World Health Organization (WHO), pengertian rumah sakit adalah suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan tenaga kesehatan dan penelitian biologi, psikologi, sosial ekonomi dan budaya.

(8)

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.

Dimana untuk menyeleggarakan fungsinya, maka rumah sakit menyelenggarakan kegiatan:

a. Pelayanan medis;

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan;

c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis; d. Pendidikan, penelitian dan pengembangan; e. Administrasi umum dan keuangan.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, fungsi rumah sakit adalah:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

d. Penyelengaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2. Limbah

Pengertian limbah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Yang dimaksud sisa suatu kegiatan adalah sisa suatu kegiatan dan/atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, rumah sakit, industri, pertambangan dan kegiatan lain. Limbah medis yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah medis cenderung bersifat enfeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah medis rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat maupun cair.

(9)

a. Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah. b. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan

isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

c. Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi.

d. Limbah sitotoksi, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama peracaikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

e. Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kadaluwarsa, obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat.

f. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses strelisisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buanngan kimia yang termasuk dalam limbah farmasi dan sitotoksik.

(10)

STUDI KASUS

1. Pengelolaan Limbah

Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, persyaratan untuk pengelolaan limbah medis padat adalah sebagai berikut:

a. Minimasi Limbah

1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber. 2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia

yang berbahaya dan beracun.

3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.

4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan lombah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah.

(11)

3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali. 5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses

sterilisasi sesuai Tabel I. 10. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophillus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

Tabel I. 10

Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali

Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi pada Tabel I. 10.

(12)

8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

2. Sumber Limbah

Kegiatan yang dilakukan di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo yang berpotensi menghasilkan sampah padat medis dan non-medis antara lain terdapat dalam ruang unit rawat jalan dan ruang inap, unit bedah sentral, laboratorium, instalasi farmasi, dapur, UGD, dan ICU.

Limbah non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplasik hitam.

Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari:

a. Limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat sampah berplastik kuning.

b. Limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat sampah berplastik cokelat.

c. Limbah sitotoksik adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu.

d. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada safetybox/container.

e. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.

3. Proses Pengelolaan Sampah

Proses pengelolaan sampah di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan terdiri dari serangkaian tahap. Tahap pengelolaan limbah antara lain :

(13)

c. Pengumpulan limbah medis dan non-medis memiliki tempat yang terpisah.

 Proses pengangkutan/pengambilan limbah dari ruangan ke ruangan menggunakan alat khusus, proses ini dikerjakan oleh petugas khusus yang telah memenuhi prosedur. Petugas yang mengambil limbah medis dua kali sehari yaitu pada pukul 10.00 dan 15.00 WITA. Setelah itu limbah dimasukkan ke dalam incenerator yang memiliki kapasitas 3 kubik atau setara dengan 300kg.

 Proses pemusnahan dilakukan pada sore hari pukul 17.00 WITA, dalam sehari petugas incenerator dapat membakar sampah sebanyak 145-150 kg bersuhu 1200-1350◦C dalam waktu 2 jam sesuai ketentuan BLH, sedangkan ketahanan incenerator 2500◦C. Petugas yang menjaga proses pembakaran harus menggunakan APD sesuai prosedur pemerintah.Setelah proses pembakaran, mesin didinginkan selama satu jam, limbah medis tersebut dapat menghasilkan abu 10% dari berat limbah sebenarnya.

 Limbah ditampung ke dalam ruangan khusus yang berada di samping incenerator, di dalam ruangan tersebut terdapat bak/drum yang digunakan untuk penampungan sementara, abu yang dihasilkan dari proses pembakaran ditampung selama 3 bulan sebelum dikirim ke Jakarta.

4. Incenerator

Incinerator adalah teknologi pengelolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik.

Incinerator yang digunakan di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo telah beroperasi sejak tahun 2013, tetapi sebelum tahun tersebut pihak RSUD memang sudah menggunakannya, hanya saja incenerator yang lama sudah tidak memenuhi izin dari pemerintah karena alat tersebut harus dipebaharui apabila sudah melebih batas waktu penggunaannya.

(14)

BAB 3 PENUTUP

1. Kesimpulan

Hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah bahwa RSUD dr. Kanujoso Djatiwbowo menghasilkan dua jenis limbah padat yaitu limbah padat medis dan limbah padat non-medis. Serta proses pengelolaan yang melalui beberapa proses tahapan yaitu pengambilan, pemusnahan dan penampungan

2. Saran

Sebaiknya karyawan menggunakan APD demi keselamatan dan menjaga agar tidak terkontaminasi dengan bibit penyakit yang ditularkan melalui sampah

Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Limbah

http://hmtlupnv.blogspot.co.id/2008/12/pengertian-limbah-pengertian-limbah.html

(15)

Gambar

Tabel I. 10

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997/68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

18 tahun 1999,, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan

Pasal 18 (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 18 (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan

Menurut PP 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3, pengertian limbah B3 adalah sisa limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan /

Dalam pasal 1 Undang-undang RI nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan didefinisikan sebagai upaya

18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan

Definisi lingkungan hidup menurut Undang-undang nomor 23 Tahun 1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua daya, keadaan dan

18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan