• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Magang. Pengelolaan Limbah B3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Magang. Pengelolaan Limbah B3"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertambangan merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah B3. PT. ANTAM (persero) tbk UBPN MALUT merupakan industri pertambangan nikel yang ada di Halmahera Timur, Maluku Utara. Aktivitas tambang nikel ini menghasilkan limbah B3 yang bersumber dari operasional alat berat dan aktivitas klinik, laboratorium dan kantor yang dapat menghasilkan limbah B3 dengan jenis dan karakteristik yang berbeda. Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah (B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam menangani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah B3 tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknya pun akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang. Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi, namun seperti kata pepatah ”Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati”, hal tersebut menjadi salah satu aspek pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya mencegah dampak dari limbah B3 tersebut, ketimbang menyaksikan dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi dihadapan kita, dan kita semakin sulit untuk menanggulanginya. Secara garis besar, hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita, bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menanggulanginya, khususnya pada masalah limbah (B3) perindustrian.

(2)

2 tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

1.2. Tujuan

• Mengetahui proses dan metode pengelolaan limbah B3 di PT. ANTAM (persero) tbk UBPN MALUT

• Mengetahui penanganan permasalahan di lapangan beserta pencegahannya • Untuk memenuhi salah satu mata kuliah Kerja Praktek pada Fakultas Teknik

Lingkungan, Institut Teknik Lingkungan Yogyakarta (STTL “YLH” Yogyakarta)

1.3. Manfaat

• Dapat membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam kehidupan kerja, menambah wawasan dan digunakan untuk memperdalam ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah.

• Dapat mengetahui secara detail tentang pengelolaan limbah B3 • Memberikan pengalaman kerja secara langsung.

• Memperoleh masukan informasi yang tidak didapat diperkuliahan.

• Sebagai koreksi kemampuan mahasiswa belajar dalam program studi yang diambil.

1.4. Waktu dan tempat pelaksanaan

Waktu : (22 juli – 20 agustus 2015)

Tempat Pelaksanaan : PT. ANTAM (persero) tbk UBPN MALUT. Buli-Halmahera

(3)

3 BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah perusahaan

Kegiatan usaha Perseroan telah dimulai sejak tahun 1968 ketika Perseroan didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara melalui merjer dari beberapa Perusahaan tambang dan proyek tambang milik pemerintah, yaitu Badan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan Tambang Umum Negara, Perusahaan Negara Tambang Bauksit Indonesia, Perusahaan Negara Tambang Emas Tjikotok, Perusahaan Negara Logam Mulia, PT Nikel Indonesia, Proyek Intan dan Proyek-proyek Bapetamb. Perseroan didirikan dengan nama "Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" di Republik Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968. Pendirian tersebut diumumkan dalam Tambahan No. 36, BNRI No. 56, tanggal 5 Juli 1968. Pada tanggal 14 September 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1974, status Perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas ("Perusahaan Perseroan") dan sejak itu dikenal sebagai "Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang".

(4)

4 1768/MK/IV/12/1974, tentang Penetapan Modal Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Aneka Tambang, yang telah memperoleh pengesahan dari Menkumham dalam Surat Keputusannya No. Y.A. 5/170/4 tanggal 21 Mei 1975 dan kedua Akta tersebut di atas telah didaftarkan dalam buku register yang berada di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta berturut-turut di bawah No. 1736 dan No. 1737 tanggal 27 Mei 1975 serta telah diumumkan dalam Tambahan No. 312 BNRI No. 52 tanggal 1 Juli 1975. Untuk mendukung pendanaan proyek ekspansi feronikel, pada tahun 1997 Perseroan menawarkan 35% sahamnya ke publik dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1999, Perseroan mencatatkan sahamnya di Australia dengan status foreign exempt entity dan pada tahun 2002 status ini ditingkatkan menjadi ASX Listing yang memiliki ketentuan lebih ketat.

2.2. PT. ANTAM (persero) tbk UBPN MALUT

PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bermaksud mengembangkan penambangan bijih nikel KW 97 PPO 443/Maluku di daerah Blok Mornopo, Pulau Pakal dan Blok Sangaji yang berlokasi di Kecamatan Maba (Utara) dan Kecamatan Maba Selatan, Kabupaten Halmahera Timur Propinsi Maluku Utara.

• Tujuan

Tujuan proyek penambangan dan rencana pengembangan bijih nikel ini adalah untuk meningkatkan penyediaan akan bijih nikel dalam rangka memenuhi permintaan pasar luar negeri yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tujuan lainnya yang sekaligus dapat merupakan dampak langsung dari kegiatan penambangan adalah untuk pengembangan wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

• Kegunaan

(5)

5 Kecamatan Maba (Utara) dan Kecamatan Maba Selatan pada khususnya serta perekonomian daerah dan regional Kabupaten Halmahera Timur dan Provinsi Maluku Utara pada umumnya.

2.3. Struktur Organisasi

2.3. Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi Perusahaan

Adapun visi PT. ANTAM 2020 adalah ”Menjadi korporasi global berbasis pertambangan dengan pertumbuhan sehat dan standar kelas dunia.”

Arti visi PT. ANTAM : a. Global

(6)

6 b. Berbasis Pertambangan

Berbasis sumber daya mineral dan batu bara dengan diversifikasi dan integrasi terkait dalam bisnis pertambangan

c. Pertumbuhan sehat

Pertumbuhan berkesinambungan di atas rata-rata industri pertambangan. d. Standar kelas dunia

Kemampuan dan budaya organisasi berkinerja tinggi dan penerapan praktik-praktik terbaik kelas dunia.

2. Misi Perusahaan

Adapun misi PT. ANTAM adalah :

a. Membangun dan menerapkan praktik-praktik terbaik kelas dunia untuk menjadikan Antam sebagai pemain global.

b. Menciptakan keunggulan operasional berbasis biaya rendah dan teknologi tepat guna dengan mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan hidup.

c. Mengolah cadangan yang ada dan yang baru untuk meningkatkan keunggulan kompetitif.

d. Mendorong pertumbuhan yang sehat dengan mengembangkan bisnis berbasis pertambangan, diversifikasi dan integrasi selektif untuk memaksimalkan nilai pemegang saham.

e. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai serta mengembangkan budaya organisasi berkinerja tinggi.

(7)

7 BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengelolaan limbah B3

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B3) merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun. Oleh karena sifat dan karakteristiknya yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia, maka pengelolaannya harus mengikuti prinsip pengelolaan mulai dari sejak limbah B3 tersebut dihasilkan hingga dikelola pada fasilitas akhir pengelolaan (from cradle to grave). Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, dimana setiap penghasil limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.

Pengelolaan limbah B3 itu sendiri mempunyai arti suatu rangkaian manajemen limbah B3 yang meliputi kegiatan pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan limbah B3. Rangkaian pengelolaan limbah B3 tersebut harus diawasi pelaksanaannya antara lain diatur dengan skema izin dan atau rekomendasi pengelolaan limbah B3.

3.1.1. Prinsip-prinsip Pengelolaan

• POLLUTION PREVENTION PRINCIPLE" (Upaya meminimasi timbunan limbah) • POLLUTER PAYS PRINCIPLE" (Pencemar harus membayar semua biaya yang

diakibatkannya)

• CRADLE TO GRAVE PRINCIPLE" (Pengawasan mulai dari dihasilkan, dibuang dan ditimbunnya limbah B3)

• NON DESCRIMININATORY PRINCIPLE" (Semua limbah B3 harus diperlakukan sama di dalam pengelolaan dan penanganannya)

(8)

8 3.1.2. Dasar Hukum

Pengelolaan limbah B3 Undang – undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup : Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan (Pasal 59 ayat 1); PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 : Pelaku pengelola limbah B3 (penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun limbah B3) wajib melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai ketentuan yang berlaku (Pasal 9 s/d Pasal 26);

PP No. 101 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. PerMen LH. No. 14 tahun 2014 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup : Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit satu milyar rupiah dan paling banyak tiga milyar rupiah (Pasal 102);

Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup : Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan limbah B3, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit satu milyar rupiah dan paling banyak tiga milyar rupiah ( Pasal 103 )

(9)

9 • Kewajiban pengahasil limbah B3

Limbah B3 yang dihasilkan harus diproses dengan menggunakan pendekatan metode 3R (reduce, reuse, recycle). Limbah kimia B3 yang dihasilkan disimpan dalam tangki sesuai dengan standar sebelum dikirim ke unit pengolah limbah kimia B3. Penghasil limbah B3 wajib melaporkan pengelolaan limbah B3 3 bulan sekali kepada BAPEDAL. Pada kemasan limbah B3 diberi label dan tanda bahaya dengan jelas.

Rincian limbah B3 tentang sifat-sifat fisika dan senyawa kimia harus didokumentasi secara baik sebelum dikirim ke unit pengolah limbah B3.

Pihak penghasil limbah B3 membantu melakukan pengawasan dengan pihak BAPEDAL yang mempunyai sistem tanggap darurat dan melaksanakan jika terjadi kecelakaan.

• Kewajiban pengumpul limbah B3

Bagi pengumpul limbah B3 wajib memiliki lokasi sesuai dengan peraturan BAPEDAL, beroperasi sesudah memperoleh izin dari BAPEDAL, dan membantu mengawasi dan mempunyai sistem tanggap darurat.

• Kewajiban pengolah limbah B3

Kewajiban bagi pengolah ialah melaksanakan AMDAL, memiliki fasilitas pengolahan dan atau menimbun limbah B3 yang memenuhi ketentuan dari BAPEDAL, memiliki tata letak metode penimpunan limbah B3 dan pemantauan dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan dari BAPEDAL dan membantu pengawas dan serta mempunyai sistem tanggap darurat.

• Kewajiban pengangkut limbah B3

(10)

10 3.1.3. Pengelolaan limbah B3 di PT. ANTAM (persero) tbk UBPN MALUT

1. Identifikasi limbah B3

Pasal 6 PP. No. 101 tahun 2014.

Identifikasi limbah B3 dilakukan dengan uji sumber, uji karakteristik dan uji toksik.

a. Jenis limbah B3 menurut sumbernya : - Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

- Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang, dan bekas kemasan B3 dan

- Limbah B3 dari sumber spesifik.

Limbah B3 dari sumber spesifik umum dan Limbah B3 dari sumber spesifik khusus.

Aktivitas tambang nikel di PT. ANTAM menghasilkan limbah B3 yang berasal dari 2 sumber. Lihat pada tabel berikut ;

Tabel 1. Sumber dan jenis limbah B3 yang dihasilkan

Sumber Jenis limbah yang dihasilkan - Alat berat (operasional)

Excavator, dump truck, bulldozer, live vehicle, genset, dan unit lainnya.

- Limbah B3 cair

Oli bekas, Solar bekas, bahan bakar cair - Limbah B3 padat

Filter bekas, majun, hose, bekas, drum bekas, contaminated goods.

- Non operasional

Klinik/medis, laboratorium, dan kantor.

- Limbah B3 cair Limbah lab - Limbah B3 padat

Botol korosif, majun bekas, aki bekas, cartridge bekas, contaminated goods.

b. Karakteristik limbah B3

Pasal 5 PP. No. 101 tahun 2014

(11)

11 - Limbah B3 kategori 1,

Limbah B3 kategori 1 merupakan Limbah B3 yang berdampak akut dan langsung terhadap manusia dan dapat dipa dipastikan akan berdampak negatif terhadap lingkungan hidup.

- Limbah b3 kategori 2

Limbah B3 kategori 2 merupakan Limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek tunda (delayed effect), dan berdampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta memiliki toksisitas sub-kronis atau kronis. - Limbah non B3.

Limbah diidentifikasi sebagai limbah B3 apabila memenuhi salah satu atau

lebih karakteristik limbah B3 yaitu mudah meledak, mudah terbakar, bersifat

reaktif, beracun, menyebabkan infeksi dan bersifat korosif

Karakteristik Limbah B3 yang dihasilkan Mudah terbakar

Limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut :

- Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 60°c (140 OF) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.

- Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 760 mmHg ) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.

Mudah meledak

(12)

12 Beracun

Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mutu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah. Apabila limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari nilai dalam Lampiran II (PP no 85 tahun 1999) tersebut, maka limbah tersebut merupakan limbah B3. Bila nilai ambang batas. Zat pencemar tidak terdapat pada Lampiran II tersebut maka dilakukan uji toksikologi.

Korosif

Limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut : - Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.

- Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55°C. - Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama

atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.

Penentuan atau pengidentifikasian karakteristik berbahaya dan beracun dari bahan yang dicurigai merupakan langkah yang paling mendasar dalam upaya penanganan limbah B3. Dengan diketahuinya karakteristik limbah maka upaya penanganan terpadu yang terdiri dari pengendalian, pengurangan, pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir akan dapat di terapkan.

1. Pengumpulan

(13)

13 2. Penyimpanan

Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya.

Penyimpanan Limbah B3 di PT. ANTAM (persro) tbk UBPN MALUT dilakukan di TPS (Tempat Pembuangan Sementara) berizin Bupati Halmahera Timur. Limbah B3 cair dan padat di simpan secara terpisah di TPS dari tiap-tiap site. Waktu penyimpanan limbah B3 di TPS PT. ANTAM adalah 180 hari dan terkadang melebihi jangka waktu penyimpanan. Oleh sebab itu, PT. ANTAM wajib melakukan pemanfaatan dan atau menyerahkan limbah B3 kepada pihak lain sebagaimana yang telah di atur dalam PP. No. 1010 tahun 2014 (pasal 29).

Laporan penyimpanan limbah B3 disampaikan kepada Bupati Halmahera Timur dan di tembuskan kepada Menteri 1 kali dalam 3 bulan.

Adapun persyaratan tempat penyimpanan limbah B3 menurut PP. No. 101 tahun 2014 pasal 13 :

a. Lokasi penyimpanan limbah B3 harus bebas banjir dan tidak rawan bencana alam. Dan lokasi tempat penyimpanan limbah B3 harus berada dalam penguasaan setiap orang yang menghasilkan limbah B3.

b. Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 yang sesuai dengan jumlah Limbah B3, karakteristik Limbah B3, dan dilengkapi dengan upaya pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

c. Sistem tanggap darurat (emergency response system)

Sistem Tanggap Darurat adalah sistem pengendalian keadaan darurat yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta pemulihan kualitas lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan Pengelolaan Limbah B3.

Fasilitas Penyimpanan Limbah B3

- Bangunan TPS (Tempat Penyimpanan Sementara) - Pallet

(14)

14 - APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

- Eye wash - oil catcher

TPS (Tempat Penyimpanan Sementara)

Limbah B3 padat dan cair yang telah dihasilkan disimpan secara terpisah dengan sementara di bangunan TPS Limbah B3 yang telah mendapatkan ijin dari Bupati Kabupaten Halmahera timur dengan masa berlaku selama 5 tahun. Terdapat 2 TPS di PT. ANTAM (persero) tbk UBPN MALUT, yaitu TPS site Buli dan TPS site Pakal masa berlaku sampai 1 mei 2017.

3. Pengemasan

(15)

15 Gambar 1. Pengemasan limbah B3 di PT. ANTAM (persero) tbk UBPN MALUT.

a. Kemasan limbah B3

Terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3 yang akan disimpan dan kemasan berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.

b. Simbol limbah B3 (berdasarkan acuan PerMen LH. No. 14 tahun 2013) c. Label limbah B3 (berdasarkan acuan PerMen LH. No. 14 tahun 2013)

4. Pemanfaatan

(16)

16 5. Pengangkutan

Kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil ke pengolah limbah B3. Transportasi dan pengangkutan Limbah B3 dilaksanakan oleh PT. Sagraha Satya Sawahita. Perusahaan tersebut telah memiliki ijin Transporter darat dan laut dari Departemen Hubla dan Hubdar dan memiliki rekomendasi dari KLH. Rekomendasi ini merupakan dasar diterbitkannya izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengangkutan limbah B3.

6. Pengiriman

(17)

17 3.1.4. Proses Pengelolaan Limbah B3

Deskripsi :

PT. ANTAM (persero) tbk memiliki usaha kegiatan dalam bidang penambangan bijih nikel. Aktivitas tambang ini menghasilkan limbah B3 yang berasal dari alat berat (operasional) seperti excavator, dump truck, bulldozer, live vehicle, genset dan

PT. ANTAM (persero) tbk

Identifikasi limbah B3 Limbah B3 Aktivitas tambang nikel

Pengumpulan dan Penyimpanan

(TPS LB 3)

Pengemasan

Pelabelan untuk Lb 3 Pemberian

simbol-simbol untuk Lb 3

Pengangkutan (PT. Sagraha Satya Sawahita)

Pengiriman

- PT. Wastec (lb 3 padat) - PT. ALP (lb 3 cair) Aspek 3R

Pallet, log book, neraca lb 3 Alat berat

(operasional) dan non operasional

(18)

18 unit lainnya. Limbah B3 yang dihasilkan berupa oli bekas (lb3 cair), filter bekas, majun, hose bekas, dan drum bekas (lb3 padat). Sedangkan non operasional seperti klinik/medis, laboratorium, dan kantor. Limbah B3 yang di hasilkan berupa Cartridge bekas, aki bekas, kaca, majun dll (lb3 padat). Proses pengelolaan limbah B3 di PT. ANTAM meliputi identifikasi limbah B3 dengan melakukan uji sumber, uji karakteristik, dan uji toksik, pengumpulan dan penyimpanan di TPS limbah B3 (berizin Bupati Halmahera Timur), penerapan aspek 3R (pemanfaatan drum bekas jadi pot tanaman), pengemasan (pemberian simbol, pemasangan pallet, pengisian log book, neraca limbah B3 dan pelabelan), pengangkutan oleh PT. Sagraha Satya Sawahita (transporter), dan pengiriman ke PT. wastec untuk limbah B3 padat dan ke PT. ALP untuk imbah B3 cair dengan menunjukan manifest/barcode yang dikeluarkan oleh KLH.

Tabel 2. Pengelolaan Limbah B3 (januari-juni 2015)

(19)

19 Pada bulan januari – juni 2015, total oli bekas yang dihasilkan adalah 9.600 liter, aki bekas 2.360 Kg, contaminated goods 16.743 Kg, filter bekas 3.432 Kg, botol korosif 0,07 ton, limbah Klinik 0.0035 ton dan Cartridge bekas 34 Kg. Semua limbah yang dihasilkan di simpan ke TPS sebelum dilakukan pengangkutan.

3.1.5. Metode pengelolaan limbah B3

1. Ceceran Oli bekas dan minyak

Ceceran oli bekas dan minyak yang dihasilkan dari lokasi oil trap, TPS LB3 cair, bengkel (workshop) serta PLT (Genset). Upaya penanggulangan terhadap ceceran untuk meminimalisir agar tanah yang berada di sekitar lokasi ceceran tidak terkontaminasi adalah penaburan serbuk kayu secukupnya sebagai media penyerap pada ceceran oli bekas, kemudian serbuk tersebut dikumpulkan di dalam trasg bag menggunakan sekop dan ditali secara rapat dengan menggunakan tali rafia yang telah disediakan. Dan dikategorikan sebagai Limbah B3 padat campuran (contaminated goods) dan memberi simbol serta label pada drum tersebut sesuai dengan karakteristiknya.

2. Filter Bekas

Filter bekas yang dihasilkan dari Heavy equipment dan beberapa kendaraan operasional. Beberapa filter bekas dimasukkan ke dalam drum TPS limbah B3 dan memberi simbol serta label pada drum tersebut sesuai dengan karakteristiknya.

3. Majun Bekas

Majun bekas yang dihasilkan dari bengkel (workshop), PLTD/genset. Upaya pengelolaan majun bekas adalah mengumpulkan majun bekas ke dalam drum bekas LB3 padat dan memberi simbol serta label pada drum tersebut sesuai dengan karakteristiknya.

4. Aki Bekas

(20)

20 padat dan memberi simbol serta label pada drum tersebut sesuai dengan karakteristiknya.

5. Oli Bekas

Oli bekas yang dihasilkan dari alat berat, kendaraan operasional, dari ceceran PLTD (genset) yang dialirkan ke oil trap. Setelah menuju oil trap, oli bekas terkumpul di lapisan paling atas kompartemen I oil trap. Upaya pengelolaan LB3 cair tersebut adalah dengan cara dilakukan pengerukan oli bekas pada kompartemen I oil trap. Setelah dilakukan pengerukan dilakukan pengemasan khusus untuk LB3 cair oli bekas dan disimpan ke dalam TPS LB3 yang telah ditentukan dan memberi simbol serta label pada drum tersebut sesuai dengan karakteristiknya.

6. Oli Bekas dari Oil Trap

Pengelolaan Oli Bekas dari Oil Trap adalah dengan menyiapkan drum bekas untuk menampung oli bekas yang berasal dari oil trap kemudian melakukan pengerukan oli bekas di kompartemen I dan dimasukan di dalam drum bekas LB 3 cair menggunakan corong dan memastikan bahwa oli bekas yang dikeruk pada Kompartemen I telah habis sehingga hanya menyisakan air.

7. Cartridge bekas

Cartridge yang dihasilkan dari aktivitas kantor, upaya pengelolaannya adalah dengan cara mengumpulkan cartridge bekas tersebut ke dalam drum LB3 padat dan memberi simbol serta label sesuai dengan karakteristiknya.

8. Botol korosif

(21)

21 3.1.6. Permasalahan dan penanganan

1. Terbatasnya transportasi laut untuk pengangkutan LB3 dari TPS site pakal ke TPS Buli. Yang mengakibatkan penyimpanan limbah B3 padat maupun cair di TPS site pakal melebihi kapasitas. Penanganannya adalah dengan menyediakan transportasi laut khusus untuk pengangkutan limbah B3 dari TPS site Pakal ke TPS Buli.

2. Kurangnya pengetahuan karyawan tentang limbah B3 dan bahaya limbah B3 terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh sebab itu dipandang perlu meningkatkan pengetahuan karyawan tentang limbah B3 dan dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

3. Akses transportasi ke pihak penghasil yang cukup jauh dan memakan waktu yang menjadi kendala dalam kegiatan pengangkutan limbah B3 ini yang mengakibatkan pihak lain kurang tertarik untuk melakukan pengangkutan limbah B3 di PT. ANTAM (persero) tbk UBPN MALUT. Sehingga mengakibatkan waktu penyimpanan limbah B3 melampaui jangka waktu yang telah ditentukan. Upaya penanganannya yang telah dilakukan adalah dengan melakukan pemanfaatan limbah B3 padat (drum bekas) menjadi pot tanaman. 4. Adanya ceceran oli yang terkontaminasi dengan tanah. Faktor penyebab adanya ceceran oli ini adalahadanya drum yang bocor, ataupun kurang hati-hati dalam pemindahan drum ke TPS. Upaya penanganan yang telah dilakukan terhadap tanah yang terkontaminasi dengan tanah tersebut adalah dengan cara meletakkan serbuk kayu secukupnya pada tanah yang terkontaminasi kemudian serbuk tersebut dikumpul dan di masukkan kedalam trash bag dan dikategorikan sebagai limbah B3 padat campuran. Akan tetapi limbah cair ini telah diserap lebih dulu oleh tanah sehingga akan merusak kandungan air tanah bahkan akan merusak mikroorganisme didalam tanah.

(22)

22 Dalam setiap permasalahan yang manjadi hal penting adalah pencegahannya. Untuk mencegah agar tidak terjadinya ceceran oli tidak tercecer adalah perlu pengawasan yang ketat dalam mengawasi LB3 yang masuk ke TPS, harus lebih teliti dalam memilih kemasan (drum) dan harus ekstra hati-hati ketika memindahkan drum LB3 cair ke TPS untuk menghindari adanya ceceran atau tumpahan oli ke lantai ataupun tanah.

Pada setiap fase pengelolaan limbah B3 ini ditetapkan upaya pencegahan pencemaran terhadap lingkungan dan yang menjadi penting adalah karakteristik limbah B3nya, hal ini karena setiap usaha pengelolaannya harus dilakukan sesuai dengan karakteristiknya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B3) merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun. Oleh karena sifat dan karakteristiknya yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia, maka pengelolaannya harus mengikuti prinsip pengelolaan mulai dari sejak limbah B3 tersebut dihasilkan hingga dikelola pada fasilitas akhir pengelolaan (from cradle to grave).

Pengelolaan limbah B3 di PT. ANTAM meliputi identifikasi limbah B3, pengumpulan, pemanfaatan, penyimpanan, pengemasan, pengangkutan oleh PT. Sagraha Satya Sawahita dan pengiriman ke PT. Wastec untuk limbah B3 padat dan ke PT. ALP untuk limbah B3 cair. Sumber limbah B3 adalah dari alat berat (operasional) seperti dump truck, excavator, bulldozer, LV, genset dll dan non operasional seperti Klinik, laboratorium, dan kantor. Jenis limbah yang dihasilkan diantaranya adalah oli bekas, majun, hose, filter bekas botol korosif dll.

(23)

23 3.432 Kg, botol korosif 0,07 ton dan limbah Klinik 0.0035 ton. Semua limbah yang dihasilkan di simpan ke TPS sebelum dilakukan pengangkutan.

Waktu penyimpanan limbah B3 di PT. ANTAM melampaui jangka waktu yang ditetapkan dan tidak mampu melakukan pemanfaatan limbah B3 dalam hal ini adalah tidak adanya teknologi, sehingga mengharuskan untuk meyerahkan limbah B3 ke pihak lain.

Ceceran oli yang terkontaminasi dengan tanah ditangani dengan penaburan serbuk kayu sebagai media penyerap pada tanah yang terkontaminasi. Agar menghindari terjadinya hal tersebut, diperlukan sikap teliti pada pengawas dan pekerja dalam memilih drum sebagai pengemas dan pemindahan limbah B3 cair (oli bekas) ke TPS. Pengelolaan limbah B3 ini harus dilakukan oleh setiap industri yang menghasilkan limbah B3 pada setiap kegiatan/usahanya. Tujuan dari pengelolaan limbah B3 ini secara umum dapat dikatakan adalah untuk memisahkan sifat berbahaya yang terdapat dalam limbah tersebut. Hal ini harus dilakukan agar limbah B3 ini tidak mencemari ataupun merusak lingkungan hidup tempat dimana mahluk hidup berada.

4.2. Saran

• Menyediakan Transportasi laut untuk pengangkutan Limbah B3 dari TPS Pakal ke TPS Buli.

• Peningkatan pengetahuan kepada karyawan tentang limbah B3 dan bahaya terhadap lingkungan.

• Menerapkan sikap teliti dan pada pengawas dan pekerja dalam memilih drum agar tidak ada drum yang bocor yang digunakan untuk pengemasan dan sikap ektra hati-hati dalam memindahkan agar tidak terjadi ceceran atau tumpahan oli. Sebagaimana yang tercantum dalam PP. No 14 tahun 2014 pasal 19 ayat 1 huruf (d), pengemas harus berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat atau tidak rusak.

(24)

24 B3 dan menjadi ajang komunikasi serta bertukar informasi dalam pelaksanaan dan penyempurnaan terhadap kebijakan peraturan tentang limbah B3.

Gambar

Tabel 1. Sumber dan jenis limbah B3 yang dihasilkan
Gambar 1. Pengemasan limbah B3 di PT. ANTAM (persero) tbk  UBPN MALUT.
Tabel 2. Pengelolaan Limbah B3 (januari-juni 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Menyimpan limbah B3 di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (TPS Limbah B3) dalam kemasan yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 dan dilengkapi dengan simbol dan label