• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Nega

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "9 Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Nega"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

Jazim Hamidi

(Sumber: Maruarar Siahaan)

(2)

 INDONESIA NEGARA HUKUM  DAN DEMOKRASI

Indonesia,  negara  hukum,  dan  didasarkan  pada  kedaulatan  rakyat 

yang  dilaksanakan  berdasar  UUD  1945,  sebagaimana  ditentukan  dalam  Pasal  1  ayat  (2)  dan  ayat  (3),  yang  lazim  disebut  sebagai 

constitutional democracy dan democratische rechtsstaat

Indonesia menganut ajaran pemisahan kekuasaan secara lebih 

(3)

Cabang-cabang kekuasaan tidak diletakkan

dalam satu tangan tetapi harus dibatasi dengan memisahkan satu dengan yang lain secara tegas

Keterpisahan dapat dikenali dari kewenangan

yang dilakukan dan orang yang

melaksanakannya tidak saling mencampuri.

Tidak diterapkan secara kaku dalam isolasi

komplit, melainkan terhubung satu dengan yang lain agar penyelenggaraan kekuasaan negara terkoordinasi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama.

(4)

. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945

. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945

“ Negara Indonesia ialah Negara

Kesatuan yang berbentuk Republik”

Dalam negara kesatuan, kekuasaan negara

terbagi antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah

Pemerintah Daerah disusun dalam Pemerintah Tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota, Kekuasaan aslinya berada di tingkat pusat, dan daerah

mendapat kekuasaan oleh pusat dengan

(5)

Kewenangan yang disebut sebagai

authority, diartikan sebagai hak untuk bertindak dan mengeluarkan perintah dengan kekuasaan yang dimiliki oleh pejabat umum atau lembaga negara untuk meminta kepatuhan orang pada perintah yang dikeluarkan secara sah dalam ruang lingkup tugas publiknya (public duties).

Kewenangan yang disebut sebagai

authority, diartikan sebagai hak untuk bertindak dan mengeluarkan perintah dengan kekuasaan yang dimiliki oleh pejabat umum atau lembaga negara untuk meminta kepatuhan orang pada perintah yang dikeluarkan secara sah dalam ruang lingkup tugas publiknya (public duties).

Pembedaan lembaga negara sebagai organ konstitusi yang memperoleh wewenangnya dari UUD 1945 dan yang bukan, sangat

penting untuk dIperhatikan bahwa sumber kewenangan tersebut merupakan tolok-ukur atau ukuran untuk menentukan corak lembaga negara yang bersengketa menyangkut

kewenangannya

Pembedaan lembaga negara sebagai organ konstitusi yang memperoleh wewenangnya dari UUD 1945 dan yang bukan, sangat

penting untuk dIperhatikan bahwa sumber kewenangan tersebut merupakan tolok-ukur atau ukuran untuk menentukan corak lembaga negara yang bersengketa menyangkut

(6)

Dengan ukuran yang jelas demikian belum

dapat dikatakan bahwa satu lembaga negara

yang memperoleh kewenangannya dari UUD,

tidak mungkin bersengketa dengan lembaga

negara yang memperoleh kewenangan dari

undang-undang, meskipun lembaga negara

demikian disebut dalam UUD 1945 dengan

kewenangan

pokok

ditentukan

dalam

konstitusi, tetapi diatur lebih lanjut dalam

undang-undang,

sehingga

sumber

kewenangan secara tidak langsung dari UUD

45.

Dengan ukuran yang jelas demikian belum

dapat dikatakan bahwa satu lembaga negara

yang memperoleh kewenangannya dari UUD,

tidak mungkin bersengketa dengan lembaga

negara yang memperoleh kewenangan dari

undang-undang, meskipun lembaga negara

demikian disebut dalam UUD 1945 dengan

kewenangan

pokok

ditentukan

dalam

konstitusi, tetapi diatur lebih lanjut dalam

undang-undang,

sehingga

sumber

(7)

Mukhtie Fajar berpendapat bahwa hal tersebut bisa mengundang beberapa penafsiran, yaitu :

Mukhtie Fajar berpendapat bahwa hal tersebut bisa mengundang beberapa penafsiran, yaitu :

A. penafsiran luas, sehingga

mencakupsemua lembaga negara

yang nama dan kewenangannya

disebut/tercantum dalam UUD 1945

B. penafsiran moderat, yakni yang

hanya membatasi pada apa yang dulu

dikenal sebagai lembaga tertinggi dan

tinggi negara

C. penafsiran sempit, yakni penafsiran

yang merujuk secara implisit dari

(8)

Empat karakeristik utama sebuah kewenangan yang berbasis peraturan, yaitu

Empat karakeristik utama sebuah kewenangan yang berbasis peraturan, yaitu

1

Hak untuk membuat keputusan-keputusan yang

berkekuatan hukum. Hal ini sangat berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan yang

dikeluarkan sebagai bagian dari pelaksanaan kewenangannya. Potensi sengketa kewenangan lembaga negara sangat mungkin lahir dari

produk hukum yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga negara yang kemudian mengikat kepada lembaga negara lain.

2

Perbedaan pelegitimasian antara kekuasaan

dengan kewenangan. Hal tersebut berkaitan dengan beberapa lembaga negara yang secara legitimatif kekuasaannya diberikan dalam

landasan hukum yang berbeda dengan landasan hukum kewenangannya. Hal itu menimbulkan perbedaan tafsiran antara kekuasaan, fungsi, tugas, wewenang dan kewajiban maupun

penjabaran terhadap unsur-unsur tersebut.

(9)

3

Aturan hirarkis yang jelas, seperti

lex

specialis derogat legi generalis, lex

superiori derogat legi inferiori, yg

diperlukan dalam menjamin kepastian

hukum, dapat membingungkan ketika

beberapa jenis peraturan sudah

tercabut dengan azas tersebut

4

Kewenangan yang terbagi. Beberapa

kewenangan dimiliki lembaga negara

secara bersamaan dengan lembaga

negara lain. Kerancuan timbul ketika

wilayah kewenangan mulai ditafsirkan

antara satu lembaga negara dengan

lembaga negara lain

(10)

6. SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA YANG MEMPEROLEH KEWENANGANNYA DARI UUD 1945 ADALAH SENGKETA YANG TIMBUL DALAM BIDANG HUKUM TATA NEGARA SEBAGAI AKIBAT SATU LEMBAGA NEGARA MENJALANKAN KEWENANGAN YANG DIBERIKAN UUD 1945 PADANYA, TELAH MENGHILANGKAN, MERUGIKAN ATAU MENGGANGGU KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA LAINNYA

6. SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA YANG MEMPEROLEH KEWENANGANNYA DARI UUD 1945 ADALAH SENGKETA YANG TIMBUL DALAM BIDANG HUKUM TATA NEGARA SEBAGAI AKIBAT SATU LEMBAGA NEGARA MENJALANKAN KEWENANGAN YANG DIBERIKAN UUD 1945 PADANYA, TELAH MENGHILANGKAN, MERUGIKAN ATAU MENGGANGGU KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA LAINNYA

(11)

Checks and Balances.

Check      : Pengawasan (control)

To Check = menguji

  To Check = menunda, menghambat, mengerem

Kekuasaan cenderung menyebabkan orang baik jadi buruk atau  jahat sehingga diperlukan “rem” untuk menghambat terjadinya  keputusan yang melanggar HAM dan kebebasan warga yang  dilindungi konstitusi

pemisahan dengan isolasi komplit, menyebabkan cabang 

kekuasaan tidak terkoordinasi dan tidak terhubungkan satu dengan  lain, sehingga tidak  dapat  mencapai tujuan bersama

(12)

Checks and Balances.

Check      : Pengawasan (control)

To Check = menguji

  To Check = menunda, menghambat, mengerem

Kekuasaan cenderung menyebabkan orang baik jadi buruk atau  jahat sehingga diperlukan “rem” untuk menghambat terjadinya  keputusan yang melanggar HAM dan kebebasan warga yang  dilindungi konstitusi

pemisahan dengan isolasi komplit, menyebabkan cabang 

kekuasaan tidak terkoordinasi dan tidak terhubungkan satu dengan  lain, sehingga tidak  dapat  mencapai tujuan bersama

(13)

Carl Schmitt:

Konsekwensi Pemisahan Kekuasaan yang kaku

(strict,complete)

1. Eksekutif tidak memiliki hak inisiatif UU 2. Tidak dikenal persetujuan bersama dalam

pembentukan undang-undang.

3. Tidak mengenal delegasi kewenangan dalam legislasi kepada eksekutif.

4. Eksekutif tidak mempunyai hak veto atas

pembentukan UU sebagai kewenangan legislatif. 5. Legislatif tidak mempunyai hak memberhentikan

(impeachment) /kepala negara.

6. Judikatif tidak mempunyai wewenang judicial review yang

menjadi kewenangan legislatif.

1. Eksekutif tidak memiliki hak inisiatif UU 2. Tidak dikenal persetujuan bersama dalam

pembentukan undang-undang.

3. Tidak mengenal delegasi kewenangan dalam legislasi kepada eksekutif.

4. Eksekutif tidak mempunyai hak veto atas

pembentukan UU sebagai kewenangan legislatif. 5. Legislatif tidak mempunyai hak memberhentikan

(impeachment) /kepala negara.

6. Judikatif tidak mempunyai wewenang judicial review yang

menjadi kewenangan legislatif.

(14)

GRAPH 1

Lembaga Negara Menurut UUD 1945 Sebelum Amandemen – Vertikal Hirarkis

GRAPH 1

(15)

15

Pasal 23E Pasal 19DPR

(16)

16

LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN

menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(17)

7. 28 lembaga negara yang disebut secara eksplisit maupun secara tidak langsung disebut dalam UUD 1945 tetapi kewenangannya dirujuk akan diatur lebih lanjut, atau lembaga negara yang diatur secara jelas kewenangannya dalam UUD 1945 maupun yang sekedar disebut saja,yaitu

7. 28 lembaga negara yang disebut secara eksplisit maupun secara tidak langsung disebut dalam UUD 1945 tetapi kewenangannya dirujuk akan diatur lebih lanjut, atau lembaga negara yang diatur secara jelas kewenangannya dalam UUD 1945 maupun yang sekedar disebut saja,yaitu

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat.(MPR).

2) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

3) Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

4) Presiden.

5) Wakil Presiden.

6) Dewan Pertimbangan Presiden.

7) Kementerian Negara.

8) Duta.

9) Konsul.

(18)

11) Jabatan Gubernur.

12) DPRD Propinsi

13) Pemerintahan Daerah Kabupaten,

yang mencakup

14) Jabatan Bupati

15) DPRD Kabupaten

16) Pemerintahan Daerah Kota, yang

mencakup

17) Jabatan Walikota

18) DPRD Kota.

19) Komisi Pemilihan Umum)KPU), yang

akan diatur lebih lanjut dalam

undang-undang.

20) Bank Sentral, yang akan diatur lebih

lanjut dalam undang-undang.

(19)

21) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

22) Mahkamah Agung (MA)

23) Mahkamah Konstitusi (MK).

24) Komisi Yudisial.(KY)

25) Tentara Nasional Indonesia(TNI).

26) Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

27) Pemerintah Daerah Khusus atau

istimewa.

28) Kesatuan Masyarakat hukum adat

lanjutan

(Jimly Asshidiqie SH, Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara, Konstitusi Press & PT Syaamil Cipta Media, 2006 hal 15.)

(20)

(8) Putusan Mahkamah Konstitusi yang kemudian diadopsi sebagai syarat legal standing dalam pasal 3 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 08/PMK/2006, menetetapkan tiga syarat untuk

legal standing tersebut yaitu :

(8) Putusan Mahkamah Konstitusi yang kemudian diadopsi sebagai syarat legal standing dalam pasal 3 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 08/PMK/2006, menetetapkan tiga syarat untuk

legal standing tersebut yaitu :

1.

Pemohon adalah lembaga negara yang

menganggap kewenangan konstitusionalnya

diambil, dikurangi, dihalangi, diabaikan,

dan/atau dirugikan oleh lembaga negara

yang lain

2. Pemohon harus mempunyai kepentingan

langsung terhadap kewenangan yang

dipersengketakan

3. Termohon adalah lembaga negara yang

dianggap telah mengambil, mengurangi,

menghalangi, mengabaikan, dan/atau

(21)

LEGAL STANDING - SENGKETA

LEMBAGA NEGARA – PASAL 61 (1) UU

MK

Pemohon adalah lembaga negara yang

kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

mempunyai kepentingan langsung terhadap

kewenangan yang dipersengketakan Perorangan

warga negara Indonesia

Pemohon dan Termohon harus merupakan lembaga

negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD

1945

Ada kewenangan konstitusional yang

dipersengketakan dimana kewenangan Pemohon

diambil/dikurangi oleh tindakan Termohon

Pemohon harus memiliki kepentingan langsung

(22)

LEGAL STANDING - SKLN -

JURISPRUDENSI MK

Putusan MK Nomor 001/SKLN - II/2004

Putusan MK Nomor 002/SKLN – IV/2006

……Bahwa KPU Kota Depok merupakan KPUD yang kewenangannya

diberikan oleh undang-undang dalam hal ini UU Pemda. Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada), menurut UU Pemda dan

sebagaimana juga diakui oleh Pemohon, KPUD bukanlah bagian dari

KPU yang dimaksudkan Pasal 22E UUD 1945. Dengan demikian,

meskipun KPUD adalah lembaga negara, namun dalam

penyelenggaraan Pilkada kewenangannya bukanlah kewenangan yang

diberikan oleh Undang-Undang Dasar, sebagaimana dimaksud dalam

(23)

9. Putusan MK Nomor 04/SKLN-IV/2006, menyatakan :

9. Putusan MK Nomor 04/SKLN-IV/2006, menyatakan :

”Keseluruhan kewenangan tersebut diatur

dalam undang-undang yang melaksanakan

pasal 18, Pasal 18A dan pasal 18B UUD

1945. Pasal 18 ayat (6) adalah

kewenangan yang diberikan oleh

undang-undang dasar kepada pemerintahan

daerah dan sekaligus juga perintah

kepada pembuat undang-undang agar

kewenangan tersebut tidak diabaikan

dalam melaksanakan ketentuan pasal 18,

(24)

10. Pasal 2 PMK Nomor 08/PMK/ 2006 menentukan :

10. Pasal 2 PMK Nomor 08/PMK/ 2006 menentukan :

Lembaga Negara yang dapat menjadi pemohon atau termohon dalam perkara sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara adalah :

1) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 2) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

3) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). 4) Presiden

5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) . 6) Pemerintahan Daerah (Pemda); atau

(25)

11. Pasal 17 ayat (3) UUD 1945 11. Pasal 17 ayat (3) UUD 1945

Setiap Menteri membidangi

urusan tertentu dalam

pemerintahan”

(26)

12. Pasal 18 ayat (1) , ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) UUD 1945, mengatur sebagai

berikut:

12. Pasal 18 ayat (1) , ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) UUD 1945, mengatur sebagai

berikut:Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi dan daerah-daerah propinsi itu dibagi atas

kabupaten dan kota yang tiap-tiap propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang di atur

dengan undang-undang

Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat.

(27)

13. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 21 UU No. 32 Tahun 2004, menyatakan

13. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 21 UU No. 32 Tahun 2004, menyatakan

“Dalam menyelenggarakan otonomi daerah, daerah mempunyai hak:

a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahanya

b. Memilih pimpinan daerah c. Mengelola aparatur daerah d. Mengelola kekayaan daerah

e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah

f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainya yang berada di daerah

g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah

h. Mendapatkan hak lainya yang diatur dalam

(28)

OTONOMI DAERAH

Pasal 1 .5 UU 32/2004:

“Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Pasal 1.6 UU 32/2004 :

Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

(29)

URUSAN PEMERINTAHAN

Pasal 10 UU 32/2004 :

Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang

ditentukan menjadi urusan pemerintah.

Dalam menjalankan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan

otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Urusan Pemerintahan yang menjadi urusan

pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

Politik luar negeriPertahanan;

Keamanan;Yustisi;

(30)

TITIK SINGGUNG MK-PTUN

SATU KEPUTUSAN (BESCHIKKING) SEBAGAI

HASIL PELAKSANAAN SATU WEWENANG

MENURUT UUD 1945, MENYEBABKAN ADA

TITIK SINGGUNG KEWENANGAN MK DAN PTUN,

KRN SATU KEPUTUSAN TUN YANG INDIVIDUAL,

KONKRIT DAN FINAL DIUJI OLEH PTUN, TETAPI

SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA

YG MEMPEROLEH KEWENANGAN DR UUD 1945

MERUPAKAN KEWENANGAN MK;

AKIBATNYA TERDAPAT PILIHAN FORUM DAN

(31)

LEGAL STANDING - SENGKETA

LEMBAGA NEGARA – PASAL 61 (1) UU

MK

Pemohon adalah lembaga negara yang

kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

mempunyai kepentingan langsung terhadap

kewenangan yang dipersengketakan Perorangan

warga negara Indonesia

Pemohon dan Termohon harus merupakan lembaga

negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD

1945

Ada kewenangan konstitusional yang

dipersengketakan dimana kewenangan Pemohon

diambil/dikurangi oleh tindakan Termohon

Pemohon harus memiliki kepentingan langsung

(32)

Mahkamah Agung Lembaga Negara

Sebagai Pihak SKLN

Pasal 65 UU MK : “MA tidak dapat menjadi

pihak dalam SKLN.

Pasal 2 ayat (3) PMK 08/2006 : “MA tidak

dapat

menjadi

pihak,

baik

sebagai

Pemohon

ataupun

Termohon

dalam

sengketa kewenangan teknis peradilan.

Pendirian ini lahir dari permohonan uji

materi yang diajukan 31 Hakim Agung, yg

substansi

sesungguhnya

dianggap

(33)

KETENTUAN

HUKUM ACARA UMUM

1. PLENO DAN KORUM

2. PIMPINAN PLENO

3. PANEL

4. SIDANG PEMERIKSAAN DAN

PENGUCAPAN PUTUSAN TERBUKA UNTUK

UMUM

(34)

PEMERIKSAAN

PENDAHULUAN. Pasal 11

(2) PMK 08/2006

1. Pemeriksaan Pendahuluan dilakukan oleh Panel, sekurangnya 3 orang hakim;

2. Dihadiri oleh Pemohon atau kuasanya;

(35)

Penarikan Permohonan

Pasal 18 PMK 08/2006

1.Penarikan dpt dilakukan

sebelum/selama pemeriksaan.

2.Apabila penarikan yg dilakukan

setelah pemeriksaan, harus lebih

dahulu mendengar keterangan

termohon.

3. Permohonan penarikan dapat

(36)

Akibat hukum Penarikan

Permohonan.(Pasal 19/PMK 08/2006)

Jika ditarik tdak dapat diajukan

kembali dengan permohonan baru,

kecuali apabila :

1. Substansi sengketa memerlukan

penyelesaian secara konstitusional;

2. Tidak terdapat forum lain untuk

menyelesaikan sengketa dimaksud;

3. Ada

kepentingan

umum

yang

(37)

PUTUSAN SELA YG MENGHENTIKAN

SEMENTARA PELAKSANAAN

KEWENANGAN YG DISENGKETAKAN :

Dapat dijatuhkan apabila :

1. Terdapat kepentingan hukum yang

mendesak

yg,

apabila

pokok

permohonan

dikabulkan,

dapat

menimbulkan akibat hukum yg

serius;

2. Kewenangan yg dipersoalkan

(38)

PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

 

 

Putusan Akhir adalah putusan yg

mengakhiri sengketa kewenangan

lembaga negara yang diajukan

kehadapan Mahkamah Konstitusi,

sebagai putusan tingkat pertama dan

terakhir

yang

mengikat

secara

umum.

Putusan Mahkamah atau putusan

Pengadilan

pada

umumnya

didefinisikan

perbuatan

hakim

sebagai

perjabat

yang

berwenang

(39)

Putusan Hakim

Oleh karena sifatnya yang mengakhiri

sengketa, maka putusan demikian disebut

juga sebagai

putusan akhir.

M.P. Stein yang mengatakan :

een vonnis

dient men te verstaan de door de Rechters als

bevoegd

overheids

orgaan

verrichte

rechtshandeling, strekkend tot beslissing van

het aan hen voorgelegde geschill tussen

partijen.

(Compendium Van Het Burgerlijke

(40)

KESIMPULAN

1. Sengketa kewenangan sebagai

objectum litis

MK,

masih berkembang dinamis, dan pandangan yang

baku tentang kewenangan harus secara rinci dan

jelas diatur dalam UUD 45, boleh jadi

berkembang secara dinamis karena kebutuhan

forum untuk penyelesaian sengketa sebagai

solusi nasional;

2. Pihak Pemohon(

subjectum litis

) yang hanya

disebut

dalam

UUD

dan

kewenangannya

kemudian dirumuskan lebih rinci dalam

undang-undang, di masa depan sangat dimungkinkan,

meski hanya Termohon yang memperoleh

kewenangan dari UUD 1945; dipersoalkan

penggunaan kewenangannya yg merugikan

Termohon

3.Dengan

karakter

kewenangan

berdasar

peraturan

perundang-undangan

yang

ada,

sengketa kewenangan antara Pemerintahan

daerah dengan Pemerintah Pusat menjadi

sesuatu yang niscaya, yg menjadi kewenangan

MK;

(41)

Kesimpulan (Cont).

Referensi

Dokumen terkait

Temuan penelitian ini adalah (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor adalah meningkatkan keberhasilan keseluruhan program pembelajaran sekolah dengan membantu guru memecahkan

Menurut kepustakaan gambaran klinik meningioma foramen magnum sangat bervariasi dengan rata- rata waktu yang dibutuhkan dari timbulnya gejala pertama dengan

Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan bahasa pemrograman visual yang digunakan secara umum untuk membuat program aplikasi yang bekerja... menggunakan Operating System (OS)

yang menyertai hipotermi berat. Pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum berfungsi dengan sempurna. Jaringan lemak subkutan tipis. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit. Permukaan

Inference merupakan kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan yang beralasan [13]. Bagian penting dari langkah ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh penggunaan multimedia pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik

Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah subjek masih belum memadai untuk dilakukan generalisasi pada kasus yang lebih luas, perlu menentukan kriteria inklusi subjek