• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARGUMEN DALAM BAHASA JERMAN DAN PERAN YA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ARGUMEN DALAM BAHASA JERMAN DAN PERAN YA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

31

ARGUMEN DALAM BAHASA JERMAN DAN PERAN YANG

DISANDANGNYA

Edy Hidayat

Jurusan Sastra Jerman Fak. Sastra Universitas Negeri Malang

Abstract: Sentences consist of some constituents. The non predicative constituents of the sentences are called argument. Arguments in German are not only analyzed through their functions (subject, object etc.) but also through their roles, which is known as semantic role. The role of each argument in German sentences is different. It depends on the verbs. This article describes the variety of semantic roles of each argument, which are caused by the inherent meaning of the verb, so that the differences will be seen clearly even though the cases and the functions in the sentences are equal.

Keywords: argument, role, verbs, German

Selama ini, kajian kalimat acapkali hanya ditinjau dari fungsi dan kategori. Fungsi sintaksis membahas subjek, objek, predikat dan sebagainya dalam suatu kalimat sedangkan kategori membahas kelas kata seperti verba, nomina, ajektiva, dan seba-gainya. Sebuah kasus dalam bahasa Jerman dapat dengan mudah ditentukan fungsinya dalam kalimat dilihat dari bentuk artikelnya. Kasus nominati, misalnya, dapat dipastikan mempunyai fungsi subjek sedangkan kasus accusativ dan dativ berfungsi sebagai objek. Kajian tentang peserta/komponen kali-mat apa saja yang harus hadir dalam sebuah kalimat dan hal-hal yang menuntut kehadi-ran peserta/komponen tersebut sangat ja-rang dibicarakan. Hal lain yang juga mena-rik untuk dibahas adalah peran, yaitu kajian semantis dari masing-masing argumen da-lam kalimat. Bagaimanakah peran masing-masing argumen dalam bahasa Jerman? Apakah dapat dipastikan apabila kasusnya

sama maka perannya pun sama? Dalam artikel ini, dipaparkan bagaimana perilaku verba dan peran tiap argumen dalam bahasa Jerman. Peran, terjemahan dari role, memang lebih banyak berurusan dengan makna sehingga bahasan mengenai kedua tataran bahasa, yaitu sintaksis dan semantik tidak dipisah dalam tulisan ini.

(2)

32 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008

Terminus zur Bezeichnung der Leerstellen eines Prädikats bzw. einer Funktion. Je nachdem, wie viele Argumente ein Prädikat verlangt, bezeichnet man es als ein-, zwei- oder dreistellig . Argumen merupakan penanda tempat kosong yang disediakan oleh sebuah predikat.

VERBA BAHASA JERMAN

Verba dalam kalimat bahasa Jerman mempunyai peran yang penting. Kompo-nen-komponen yang hadir dalam sebuah kalimat sangat tergantung pada verbanya. Menurut Gross (1988:84), verba merupakan pusat kalimat dan memerlukan pelengkap agar dapat membentuk sebuah kalimat. Drosdowski (1995:89) juga memberi defini-si verba, yaitu kata yang mengungkapkan kegiatan, kejadian atau keadaan, seperti bauen membangun , fallen jatuh , regnen hujan , verblühen menjadi layu dan seba-gainya. Sementara itu, Kridalaksana (2001: 76) berpendapat bahwa secara umum verba dapat diidentifikasikan dan dibedakan dari kelas kata lain karena ciri-ciri berikut ini: (1) kata kerja berfungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti dari predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mem-punyai fungsi lain; (2) kata kerja meng-andung makna dasar perbuatan (aksi) proses atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.

Helbig dan Buscha (2005:68) menggo-longkan verba ditinjau dari beberapa aspek, yaitu semantis, sintaktis, dan morfologis. Aspek semantis terdiri atas Tätigkeits-verben, VorgangsTätigkeits-verben, dan Zustand-sverben. Tätigkeitsverben (verba yang me-nyatakan aksi), yaitu verba yang subjek pelakunya (agen) melakukan perbuatan dan tindakan secara aktif, misalnya verba arbeiten bekerja , zerbrechen me-mecahkan dan sebaginya, Vorgangsverben (verba yang menyatakan proses), yaitu verba yang menunjukkan suatu perubahan, suatu proses yang dialami oleh subjek dan mengubah keadaan atau sifat subjek

ter-sebut, misalnya verba erfrieren membeku , verblühen menjadi layu , fallen jatuh , dan Zustandsverben (verba keadaan), yaitu verba yang menyatakan keadaan, eksistensi, sesuatu yang tetap dan subjeknya tidak berubah, misalnya sich befinden berada , liegen terletak , sein berada dan seba-gainya.

Aspek sintaktis verba dibedakan berda-sarkan peran gramatikal dan hubungan sub-jek dan obsub-jek. Berdasarkan peran grama-tikal, dibedakan atas empat hal. Pertama, Vollverben, verba yang dapat berdiri sendiri sebagai predikat, misalnya gehen pergi , machen melakukan dan sebagainya. Ke-dua, Hilfsverben, (verba bantu), yaitu verba yang membutuhkan verba lain, pada umum-nya untuk menentukan kala. Dalam kalimat, verba itu tidak menyandang makna, misal-nya verba haben, sein, werden dan seba-gainya. Ketiga, Modalverben, yaitu verba yang kehadirannya menuntut kehadiran ver-ba lain dalam bentuk infinitif, misalnya mü-ssen harus , können dapat , dan sebagai-nya. Keempat, Funktionsverben, yaitu verba yang dalam pembentukannya membutuh-kan Verbalsubstantiven, yaitu kata benda yang dibentuk dari kata kerja. Dalam kali-mat, makna utama disandang oleh nomi-nanya sedangkan Funktionsverben tidak menyandang makna, misalnya Entschei-dung keputusan treffen bertemu menjadi

mengambil keputusan .

Sementara itu, berdasarkan hubungan subjek dan objek dibedakan atas dua hal. Pertama, Reflexive Verben, yaitu verba yang pronomina refleksifnya (sich, mich dsb.) berhubungan dengan subjek kalimat. Prono-mina refleksif bersifat identik dengan sub-jek kalimat. Kedua, Reziproke Verben, ya-itu verba yang menandakan adanya hubung-an timbal balik hubung-antara subjek denghubung-an objek (biasanya verba ini diikuti oleh pronomina seperti sich, mich dsb.)

(3)

Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 33 fallen jatuh , fahren pergi , dan

seba-gainya. Kedua, verba yang dibentuk melalui proses pengalihan dari kata lain (abgeleitete Verben), misalnya arbeiten (Arbeit), hausen (Haus), dan sebagainya. Ketiga, verba yang dibentuk melalui penambahan kata lain (zusammengesetzte Verben), misalnya teil-nehmen, haushalten, radfahren, dan seba-gainya.

Vollverb dan Kopulaverb menuntut ke-hadiran komponen-komponen kalimat ter-tentu. Perilaku verba seperti itu oleh Tes-niere (dalam Pittner dan Bergman, 2001: 143) disebut valensi, yaitu verba membuka tempat-tempat kosong yang dapat diisi oleh komponen kalimat tertentu. Kompo-nen-komponen kalimat yang mengisi posisi valensi sebuah verba tersebut mempunyai fungsi sebagai pelengkap (Ergänzung) dari sebuah verba.

Pelengkap (Ergänzung) vs Keterangan (Angabe)

Sering kali pemahaman tentang istilah pelengkap atau Ergänzung tertukar dengan istilah keterangan Angabe, bahkan ada yang menganggap keduanya sama. Sebenarnya, kedua istilah tersebut merupakan dua hal yang berbeda. Dalam tataran sintaksis, pe-lengkap berfungsi mepe-lengkapi kalimat. Bila dalam suatu kalimat (yang membutuhkan pelengkap) tidak terdapat pelengkap, kali-mat tersebut belum lengkap. Oleh karena itu, kalimat tersebut menjadi tidak berte-rima, sedangkan keterangan merupakan informasi tambahan yang bila dihilangkan tidak menjadikan sebuah kalimat salah secara gramatikal. Kridalaksana (2001:114)

mengemukakan bahwa pelengkap (juga disebut komplemen) adalah kata atau frasa yang secara gramatikal melengkapi kata atau frasa lain dengan menjadi subordinat padanya. Adapun keterangan, masih menu-rut Kridalaksana (2001:107), adalah kata atau kelompok kata yang dipakai untuk meluaskan atau membatasi makna subjek atau predikat dalam klausa. Untuk lebih jelasnya kita lihat kalimat berikut.

Wir wollen dir zum Geburtstag ein Fahrrad schenken. Kami ingin menghadiahimu sebuah sepeda pada hari ulang tahunmu .

Pada kalimat tersebut, dir dan ein Fahrrad merupakan Ergänzung. Untuk mengujinya, bila kedua kata/frasa tersebut dilesapkan menjadi Wir wollen zum Geburtstag schen-ken, kalimat tersebut menjadi tidak berte-rima. Sedangkan frasa zum Geburtstag me-rupakan Angabe, yang bila dilesapkan tidak akan mengaburkan makna kalimat tersebut. Häussermann (1992:194) secara jelas memaparkan perbedaan antara pelengkap dan keterangan. Pelengkap tergantung pada verba, hampir selalu obligatoris, dan maknanya mengacu pada verba. Adapun keterangan kehadirannya tidak tergantung pada verba, selalu fakultatif, dan maknanya mencakup keseluruhan kalimat.

Verba menyediakan tempat-tempat ko-song yang dapat diisi oleh pelengkap. Gross (1988:90) mengklasifikasi pelengkap ke dalam 10 jenis E(rgänzung), yaitu E0-E9. Keterangan lebih lanjut mengenai E0-E9 adalah sebagai berikut.

Ergänzungen Beispiele Traditionalgram.

E0 Nominativ-E Ich schlafe. Sub. (subjek)

E1 Akkusativ-E. Ich sehe ihn Akk.obj (objek akusatif) E2 Genitiv-E Ich gedenke seiner. Gen.obj.(objek genitif) E3 Dativ-E Ich danke ihr. Dat.obj. (objek datif)

(4)

34 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008

E7 Subsumtiv-E Ich bin Lehrer. Präd. Nomen (pel. Predikat) E8 Qualitativ-E Ich bin krank. Prädikativum (pel. Predikat) E9 Verbativ-E Ich lasse bitten. Inf. konstr. (konstruksi infinitif)

Senada dengan pandangan Gross, Hel-big dan Buscha (2005:28) menjelaskan bahwa pelengkap yang diperlukan kata kerja untuk dapat membentuk sebuah kalimat yang utuh bermacam-macam. Kata kerja memerlukan sejumlah pelengkap yang berbeda-beda agar kata kerja tersebut dapat merealisasikan maknanya dan sebuah kali-mat akan terbentuk dengan utuh.

Valensi Sintaksis Verba Bahasa Jerman

Menurut Tesniere (1959), Istilah valensi pada awalnya berasal dari istilah kimia yang menggambarkan bagaimana kemungkinan penggabungan bahan-bahan tertentu dengan bahan-bahan lain (dalam Pittner 2001). Sa-lah satu dari inti pemikirannya antara lain adalah bahwa subjek merupakan pelengkap verba. Sementara itu, menurut Bußmann (2002:727), valensi adalah perilaku sebuah leksem (misalnya verba, ajektiva, atau nomina) untuk membentuk lingkungan sintaksisnya dan menyediakan tempat untuk konstituen lain yang dibutuhkan kalimat yang berhubungan dengan ciri gramatikal-nya.

Valensi menyediakan tempat untuk diisi oleh peserta kalimat. Jumlah dan jenis peserta yang dibutuhkan tergantung pada perilaku verbanya. Peserta-peserta kalimat tersebut disebut Aktanten, Ergänzungen, Mitspieler, atau Argumente. Pittner dan Bergman (2001;44) mengemukakan bahwa verba-verba dapat digolongkan menurut kemungkinan adanya satu, dua, tiga, atau empat peserta nominal, yang dikenal dengan istilah valensi . Untuk lebih jelas-nya, kita lihat kalimat berikut, yang penandaan pelengkapnya menggunakan klasifikasi Ergänzung (E0-E9) dari Gross seperti yang telah dipaparkan di atas.

Pertama, verba bervalensi nol (0-wertige Verben)

1) Es regnet. (hari) hujan

2) Es donnert. petir

Witterungsverben seperti regnen, schneien, donnern, dan sebagainya sebenarnya tidak membutuhkan subjek, dalam hal ini agen, dan oleh karena itu digolongkan ke dalam verba bervalensi 0. Akan tetapi, karena tuntutan gramatikal bahwa sebuah kalimat paling tidak memiliki sebuah subjek dan predikat, muncullah pronomina es yang berfungsi sebagai subjek.

Kedua, verba bervalensi satu (1-wertige Verben),

3) Hansschläft. Hans tidur .

4) Die Blumeblüht auf. Bunga itu mekar . Verba-verba seperti schlafen, tidur , niesen, bersin aufblühen mekar dan sebagainya membutuhkan satu pelengkap, yaitu subjek. Hans dan die Blume (E0) pada kalimat 3) dan 4) merupakan subjek yang menjadi pelengkap verba schlafen dan aufblühen. Verba-verba tersebut tidak membutuhkan objek dan oleh karena itu digolongkan ke dalam verba bervalensi 1. Ketiga, Verba bervalensi dua (2-wertige Verben)

5) Ertrinkt ein Glas Wein. Ia meminum

segelas anggur .

6) Sein Erfolgberuht auf harter Arbeit.

Keberhasilannya adalah karena kerja kerasnya

(5)

Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 35 Keempat, verba bervalensi tiga (3-wertige

Verben)

7) Das Mädchengibt dem Verkäuferdas Geld. Gadis itu memberikan uang kepada

pen-jual .

8) Siesagte ihm die Wahrheit. Ia

mengatakan kepadanya yang sebenarnya . 9) Hansstellt das Bierin den Kuhlschrank.

Hans menyimpan bir itu di dalam lemari es .

Verba-verba seperti geben, memberi , sagen, mengatakan , dan stellen menyim-pan pada kalimat 7), 8), dan 9) di atas membutuhkan 3 pelengkap. Verba geben dan sagen menuntut kehadiran subjek das Mädchen dan sie (E0), objek dem Verkäufer dan ihm (E3), serta das Geld dan die Wahrheit (E1). Sementara verba stellen pa-da 9) tipa-dak membutuhkan objek (E3). Kare-na perilakunya yang berbeda, verba tersebut hanya membutuhkan kehadiran subjek Hans (E0), objek das Bier (E1) dan in den Kuhschrank (E6) yang menyatakan a-rah/direktiv.

Kelima, verba bervalensi empat (4-wertige Verben)

10) Die Mutterbringt dem Jungendas Frühstückans Bett. Ibu membawakan

anaknya sarapan ke tempat tidur .

11) Die Firmalieferte dem Kundendas Paketins Haus. Firma itu mengirimi pelanggan-nya paket ke rumah .

Verba-verba seperti bringen membawa , liefern mengirim dan sebagainya membu-tuhkan dua pelengkap, yaitu subjek die inheren verba bringen dan liefern menuntut kehadiran Direktiv Ergänzung.

Pada umumnya, setiap verba dapat dipastikan mempunyai valensi tertentu. Namun demikian ada pula verba bahasa Jer-man yang mempunyai beberapa valensi

(http://de.wikipedia.org/wiki/Satzsemantik/ online). Verba reden berbicara , misalnya, dapat digolongkan ke dalam verba berva-lensi satu, dua, dan tiga.

reden1 (einwertig): Sie redet. (E0) ia

berbicara

reden2 (zweiwertig): Er redet Unsinn. (E0+E1 : Redeinhalt) ia berbicara tanpa arti reden3 (zweiwertig): Sie redete mit Charme.

reden5 (zweiwertig): Sie redete über Literatur. (E0+E4: Redethema) ia

berbicara tentang literatur

reden6 (dreiwertig): Er redete mit jedem über Gott und die Welt. (E0+E4+E4) ia

berbicara dengan setiap

orang tentang

ketuhanan dan dunia .

Dari beberapa contoh tersebut, dapat dipa-hami bahwa valensi merupakan kapasitas sebuah verba menuntut kehadiran kom-po-nen tertentu dalam sebuah kalimat. Lebih konkretnya adalah bagaimana verba mem-butuhkan pelengkap-pelengkap terten-tu dalam kalimat. Tiap verba menunterten-tut kehadiran pelengkap-pelengkap tertentu agar terben-tuk sebuah kalimat yang utuh. Jenis dan jumlah pelengkapnya tergantung pada peri-laku verbanya.

(6)

36 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008

menunjukkan argumen pasif, yang merukan objek dari tindamerukan tersebut disebut pa-tiens.

Peran Semantis Verba Bahasa Jerman

Sebelum berbicara mengenai peran, ada baiknya kita pahami dulu tentang istilah semantik. Menurut Verhaar (1999:386) semantik berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti. Adapun Krida-laksana (2001:193) mengemukakan bahwa semantik adalah sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu makna.

Menurut Kridalaksana (2001: 168), peran adalah hubungan antara predikator dengan sebuah nomina dalam proposisi sedangkan Verhaar (1999,167) berpendapat bahwa pe-ran merupakan segi semantis dari peserta-peserta verba. Sebelum membahas peran masing-masing argumen dalam kalimat, kita lihat lebih dahulu contoh sederhana berikut:

(12) Der Kommissar verhaftete den Polizisten. Komisaris menangkap polisi .

(Täter (pelaku): der Kommissar, Erleider (penderita): der Polizist)

(13) Der Polizist verhaftete den Kommissar. Polisi menangkap komisaris .

(Täter (pelaku): der Polizist, Erleider (penderita): der Kommissar)

Dalam tata bahasa tradisional, kita mengenal istilah pelaku dan penderita. Der Kommis-sar pada (12) merupakan pelaku (Täter) karena berfungsi sebagai subjek sementara den Polizisten adalah objek penderita (Erleidiger), sedangkan kalimat (13) merupakan kebalikannya. Pelaku dan penderita seperti pada contoh tersebut adalah yang kita pahami sebagai peran semantis. Berikut kita periksa peran semantis masing-masing argumen dalam kalimat bahasa Jerman.

Agens

Agens adalah yang melakukan tindakan atau yang menyebabkan perubahan keada-an/peristiwa (Verursacher eines Gesehens) yang kita kenal dengan istilah pelaku .

(14) Hansliest. Hans membaca .

(15) Evaarbeitet zu viel. Eva bekerja terlalu

keras .

Hans dan Eva pada kalimat (14) dan (15) merupakan argumen yang berperan sebagai Agens karena melakukan tindakan.

Patiens (atau theme )

Patiens adalah peran argumen yang dikenai perlakuan atau yang digerakkan atau yang mengalami perubahan keadaan, yang dikenal dengan penderita .

(16) Peter öffnet die Tür. Peter membu-ka pintu

(17) Karla näht ein Kleid. Karla menjahit sebuah baju

Pada kalimat (16) dan (17) yang mem-punyai peran Patiens adalah die Tür pintu dan ein Kleid sebuah baju karena dikenai perlakuan yang dilakukan Agens, yaitu Peter dan Karla.

Rezipient

Rezipient adalah sesuatu yang menerima tindakan.

(18) Eva schickt dem Ottoeine Mail. Eva

mengirimi Otto sepucuk surat .

(19) Peter schenkte seiner Freundinein Auto.

Peter menghadiahi pacarnya sebuah mobil .

(7)

Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 37

Experiencer

Experiencer atau pengalaman adalah yang mengalami proses mental atau emosi-onal dari suatu tindakan (Träger eines men-talen oder emotionalen Prozesses).

(20) Eva hasst Spinnen. Eva membenci laba-laba .

(21) Dem Theaterbesucher gefällt die

Aufführung. Pengunjung teater menyukai

pertunjukan itu .

Eva dan dem Theaterbesucher pada kalimat (20) dan (21) merupakan Experiencer. Ver-ba hassen membenci membuat Eva meli-batkan emosinya sehingga Eva menyan-dang peran Experiencer, begitu pula dengan dem Theaterbesucher yang disebabkan oleh verba gefallen menyukai . Sesuatu yang memengaruhinya menyandang peran Stimulus. Karena verba hassen dan gefallen, subjek pada kedua kalimat tersebut bukan merupakan agens.

Stimulus

Stimulus merupakan penyebab timbul-nya perasaan mental dan emosional yang dirasakan oleh Experiencer/pengalam (Aus-löser eines solchen Prozesses).

(22) Klatschgeschichteninteressieren Katrin.

Gosip menarik perhatian Katrin

(23) Den Zuschauern gefiel die Aufführung. Penonton menyukai pertunjukan itu .

Klatschgeschichten dan die Aufführung pada (22) dan (23) merupakan stimulus. Ke-dua argumen tersebut merangsang timbul-nya perasaan emosi Katrin dan den Zuschauern karena pengaruh verba interessieren menarik (perhatian) dan gefallen menyukai .

Instrument

Instrument adalah peran yang menya-takan alat yang digunakan untuk melakukan suatu tindakan (das Mittel, mit dem eine Aktivität ausgeführt wird).

(24) Suppe isst man mit dem Löffel. Sup dimakan dengan menggunakan sendok .

Dalam kalimat (24) dem Löffel sendok jelas menyatakan alat yang digunakan untuk makan.

Benefaktiv (Benefizient).

Benefaktiv adalah orang yang menik-mati hasil perbuatan (Nutznießer einer Han-dlung), seperti pada kalimat berikut.

(25) Sie öffnet ihmdie Tür. Ia (pr) membukakan

pintu untuknya (lk) .

Pada kalimat (25) ihm merupakan benefi-zient karena karena ia menikmati perlakuan verba öffnen membuka yang dilakukan orang (sie) untuknya.

Lokation (Position eines Dinges).

Lokation adalah peran yang menyatakan letak sesuatu, seperti yang ditunjukkan oleh kalimat berikut.

(26) Toba See liegt in Nord-Sumatra. Danau Toba terletak di Sumatera Utara .

(27) Frau Weber wohnt in Hamburg. Nyonya Weber tinggal di Hamburg .

Frasa in Nord-Sumatra dan in Hamburg pada kalimat (24) dan (25) merupakan loka-tion karena menyatakan makna tempat. Lokation sangat erat hubungannya dengan makna yang dikandung oleh verba seperti liegen terletak dan wohnen tinggal yang menuntut kehadiran argumen yang me-nyatakan tempat.

Source

Source adalah peran yang menyatakan sumber dari mana sesuatu berasal. (Aus-gangpunkt).

(28) Valentino Rossi kommt aus Italien. Valentino Rossi berasal dari Italia

(8)

38 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008

Argumen tersebut muncul karena tuntutan verba kommen berasal . Verba lain yang menuntut kehadiran argumen yang menya-takan asal seperti ini antara lain adalah stammen berasal .

Path dan Goal

Dalam kalimat (29) berikut terlihat perbedaan antara peran Path (Weg) dan Goal (Ziel einer Bewegung).

(29) Er geht zum Marktdurch den Park. Ia pergi ke pasar melalui taman .

Path adalah peran yang menyatakan jalan atau jejak seperti durch den Park melalui taman pada kalimat (29). Sedangkan zum Markt pasar merupakan goal, yang menunjukkan tujuan (arah) dari suatu gerakan/tindakan.

Possessor

Possessor adalah peran yang menya-takan pemilik (Der Besitzer einer Entität) seperti terlihat pada kalimat berikut.

(30) Hanshat einen Hund. `Hans mempunyai

seekor anjing .

Hans pada (30) merupakan subjek kalimat dan menyandang peran possessor. Argumen lain yang harus hadir karena adanya verba haben adalah einen Hund. Peran itu tidak terlepas dari verba yang mempunyai makna

milik seperti haben dan gehören.

Extent

Extent adalah peran yang menyatakan jangka waktu seperti viele Jahrzehnte atau luasnya tempat/jarak, seperti sieben Kilo-meter.

(31) Er lief zwei Kilometer. Ia berjalan sejauh dua kilo meter .

(32) Das Seminar dauerte vier Stunden. Seminar itu berlangsung selama empat jam .

Zwei Kilometer dua kilometer pada (31) menunjukkan jarak dan vier Stunden empat

jam pada (32) menyatakan jangka waktu yang disebabkan oleh verba laufen ber-jalan dan dauern berlangsung . Oleh kare-na itu kedua argumen tersebut menyandang peran Extent.

Dari paparan tersebut, dapat dipahami bahwa peran semantis adalah makna argu-men yang ditimbulkan oleh verba sehingga makna itu berakar pada verba. Agar lebih jelas, berikut dipaparkan beberapa contoh kalimat yang mengandung berbagai argumen dengan peran-peran yang telah dibahas, yaitu Agens (AG), Patiens (PAT), Instrument (INST), Experiencer (EXP), Recipient (REC), Benefaktiv (BEN), Lokation (LOC), Source (SOURCE), Path (PATH), Goal (GOAL), Possesor (POSS), dan Extent (EXT).

(33) Die Hitze(AG) schmolz das Wachs(PAT). Panas melelehkan lilin itu .

(34) Die Leute(AG) lachten. Orang-orang tertawa .

(35) Das Wachs(PAT) schmolz. Lilin meleleh .

Kalimat (33), dan (34), subjeknya jelas mempunyai peran AG karena subjeknya melakukan sebuah tindakan dan objeknya adalah PAT karena dikenai perlakuan AG. Bandingkan (33) dan (35), das Wachs tetap mempunyai peran yang sama, yakni PAT meskipun fungsinya berbeda. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh der Baum pada (36) dan (37).

(36) Der Baum(PAT) fiel. Pohon itu tumbang . (37) Er (AG) fällte den Baum(PAT) mit diesem

Schweizer Offiziersmesser(INST). ia

me-motong pohon itu dengan pisau Swiss (38) Karl(EXP) liebt Kautabak. (STIM) Karl

menyukai tembakau kunyah .

(39) Karl(AG) beobachtete Eva. (PAT) Karl mengamati Eva .

(9)

Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 39 melainkan EXP karena verba lieben

melibatkan perasaan emosi subjek sehingga objeknya mempunyai peran STIM, sedangkan Karl pada (39) merupakan AG karena verba beobachten.

(40) Hans (AG) schenkte dem Hund (REC)

einen Knochen (PAT). Hans menghadiahi

anjing itu sepotong tulang .

(41) Hans (AG) schoß dem Hund (BEN) eine

Wildgans (PAT). Hans menembak seekor

angsa liar untuk anjing itu .

(42) Anna (AG) vermachte ihr Geld (PAT) dem

Institut für Sprachwissenschaft (REC).

Anna mewariskan uangnya kepada Institut Ilmu Bahasa .

(43) Sie (AG) tat es für Peter (BEN).

Objek datif pada (40) adalah REC karena menerima perlakuan AG, tetapi datif pada (41) bukan merupakan REC, melainkan BEN karena diuntungkan oleh perlakuan AG. Adapun BEN pada (43) cukup jelas .

(44) Madagaskar(AG) liegt im indischen

Ozean(LOC). Madagaskar terletak di Lautan India .

(45) Vasco da Gama (AG) fuhr von Portugal (SOURCE) um die afrikanische Küste (PATH) nach Indien(GOAL). Vasco da Gama berangkat dari Portugal mengelilingi pesisir Afrika menuju ke India .

Nomina dan frasa nominal Madagaskar, im indischen Ozean, von Portugal, um die afrikanische Küste dan nach Indien sama-sama menyatakan tempat, tetapi perannya dapat berupa AG, LOC, SOURCE, PATH atau GOAL. Hal ini juga disebabkan oleh verba dan preposisi yang diikuti oleh nomina tersebut. Bandingkan juga peran argumen dalam kalimat berikut, yang cukup jelas perbedaannya.

(46) Bernhard (POSS) hat einen Hund (PAT). Bernhard mempunyai seekor anjing . (47) Das Buch (PAT) gehört mir. (POSS)

Buku itu milik saya .

(48) Lola(AG) rannte sieben Kilometer

(EXT). Lola berlari sejauh tujuh kilo meter .

(49) Der Baum (PAT) wurde von dem Förster (AG) gefällt. pohon itu ditebang oleh penjaga hutan .

PENUTUP

Dari paparan tersebut terlihat jelas bahwa argumen hadir karena tuntutan verba. Tiap verba menuntut kehadiran argumen tertentu agar terbentuk sebuah kalimat yang utuh. Jenis dan jumlah argumennya tergantung pada perilaku verbanya. Valensi sintaksis secara umum dapat dipahami bahwa sebuah verba tidak hanya menyediakan sejumlah tempat ko-song tertentu, melainkan juga menetapkan argumen-argumen dengan peran semantis tertentu. Tidak semua subjek menyandang peran sebagai agens, begitu pula dengan objek, tidak selalu menyandang peran patiens. Meskipun sama-sama mem-punyai fungsi sebagai objek datif atau aku-satif, perannya sangat mungkin berbeda. Nomina atau frasa nominal yang menya-takan tempat tidak selalu berperan lokatif, tetapi juga dapat berperan sebagai goal, source atau path. Subjek pada konstruksi kalimat pasif mempunyai peran patiens karena dikenai perlakuan dan frasa nomina dengan von mempunyai peran agens (als der Täter). Perbedaan peran tersebut, meskipun mempunyai fungsi dan kasus yang sama, dipengaruhi oleh makna inheren verba.

DAFTAR RUJUKAN

Bußmann, Hadumod. 2002. Lexikon der Sprachwissenschaft. Stuttgart: Kröner Verlag.

Droswdowski, Günter. 1995. Grammatik der deutschen Gegenwartsprache.Duden Band 4. Mannheim: Duden Verlag. Gross, Harro. 1988. Einführung in die

(10)

40 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008

Häussermann, Ulrich. 1992. Grund-grammatik Deutsch. Frankfurt am Main: Verlag Moritz Diesterweg.

Helbig, Gerald & Joachim Buscha. 2005. Deutsche Grammatik. Berlin: Langen-scheidt.

http://de.wikipedia.org/wiki/Satzsemantik/o n line. (diakses tanggal 27.11.2007) http://de.wikipedia.org/wiki/Argument/on

line. (diakses tanggal 2.12.2007)

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pittner, Karin & Judith Bergman. 2001 Deutsche Syntax, Tübingen: Gunter Narr Verlag.

Referensi

Dokumen terkait

Surat yang diterbitkan oleh Kepala Rumah Sakit kepada seorang tenaga keperawatan untuk melakukan tindakan keperawatan dirumah sakit tersebut berdasarkan daftar

Dalam penelitian digunakan optimasi menggunakan program non linier dan penyelesaian formulasi menggunakan solver pada Microsoft excel, dengan memanfaatkan kapasitas waduk

- Edema di kapiler terjadi bila terjadi peningkatan permeabilitas dinding kapiler yang memungkinkan lebih banyak protein plasma keluar dari kapiler ke cairan intersitium di

Bahan galian (mineral/bijih) yang mengalami proses pengolahan harus ditangani dengan cepat dan seksama, baik berupa konsentrat basah dan kering maupun yang berbentuk ampas

Penundaan pemberian antibiotik sampai mendapatkan hasil kultur bakteri dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik dapat hasil kultur bakteri dan tes kepekaan bakteri

Terdapat pengecualian untuk pengusaha kecil sesuai dengan pasal 3A ayat 1 UU PPN yang berbunyi “Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dan pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kilat keperawatan, berbentuk

Lebih meningkatkan peran guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan kegiatan keagamaan, karena kegiatan keagamaan yang ada disekolah SMK Tarbiyah Islamiyah