STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENANAMAN BUDI PEKERTI UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Strategi Pembelajaran Akuntansi
Dosen Pengampu: Sukanti, M.Pd
Oleh: Dyrian Haryatno
11403244026
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini marak berita tentang pelecehan seksual pada anak kecil, berbagai media massa terus mencari kasus-kasus tentang pelecehan anak diberbagai daerah. Bahkan, hal tersebut terjadi di sekolah dimana anak menimba ilmu. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk mendapatkan ilmu dan bermain bersama teman, berubah menjadi tempat yang mengerikan bagi anak korban pelecehan seksual. Masa anak-anak adalah masa dimana anak masih belum matang cara berpikirnya, anak-anak masih menjadi peniru. Jadi apabila anak melihat atau mengalami perilaku yang tidak sepantasnya untuk anak kecil, maka akan mempengaruhi kondisi psikologis anak. Anak belum bisa membedakan apakah hal itu baik atau buruk, anak akan meniru dari apa yang mereka lihat. Walaupun hal tersebut perilaku yang tidak pantas, tetapi jika anak tidak diberitahu maka anak akan menirukan hal tersebut.
Komunikasi orangtua kepada anak menjadi kunci penting untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak sepantasnya. Orangtua harus mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan oleh anak selama dia di sekolah, ajak anak untuk bercerita tentang sekolahnya. Orangtua juga berperan untuk menanamkan budi pekerti, budi pekerti akan lebih tertanam dalam kebiasaan anak jika diajarkan dirumah sejak dini. Tetapi, walaupun di rumah diajarkan budi pekerti, sekolah seharusnya juga memasukkan budi pekerti kedalam kurikulum sekolah. Menjadikan budi pekerti sebagai mata pelajaran akan sangat membantu dalam menanamkan budi pekerti, paling tidak anak menjadi tahu hal-hal yang dianggap benar sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ketika budi pekerti ditanamkan secara terus menerus, maka hal itu akan mengendap dalam otak anak dan dapat membentuk karakter anak.
mengalami sendiri dan membekas, sehingga membentuk kepribadian yang menyimpang. Oleh karena itu, penanaman budi pekerti sejak dini dan kontrol dari orang tua sangat penting.
Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus untuk menanamkan budi pekerti kepada anak. Banyak strategi pembelajaran yang bisa diterapkan untuk menanamkan budi pekerti, tetapi kita memerlukan strategi yang paling tepat dan efektif. Strategi pembelajaran contekstual menjadi strategi yang paling tepat untuk menanamkan nilai sikap, karena dalam strategi ini siswa terlibat langsung dalam menemukan materi. Implikasinya dalam penanaman budi pekerti adalah dalam penanaman budi pekerti anak perlu melihat langsung bagaimana itu sikap yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam makalah ini akan diulas lebih lanjut tentang pembelajaran kontekstual dalam penanaman budi pekerti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari budi pekerti? 2. Apa tujuan mempelajari budi pekerti? 3. Apa pengertian strategi pembelajaran?
4. Apa pengertian strategi pembelajaran Kontekstual?
5. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam penanaman budi pekerti?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari budi pekerti. 2. Untuk mengetahui tujuan mempelajari budi pekerti. 3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran.
4. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran kontekstual.
5. Untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam penanaman budi pekerti.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan pekerti. Budi dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, budi, pengertian, pikiran dan kecerdasan. Kata pekerti berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berperilaku. budi pekerti secara konsepsional adalah budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau dilaksanakan) dalam kehidupan seharihari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
Pengertian pendidikan budi pekerti menurut Haidar (2004) adalah usaha sadar yang dilakukan dalam rangka menanamkan atau menginternalisasikan nilainilai moral ke dalam sikap dan perilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul karimah) dalam kehidupan seharihari, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan.
Budi pekerti secara operasional merupakan suatu perilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-laihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Pusbangkurandik (1997) mengkategorikan pendidikan budi pekerti menjadi tiga komponen yaitu:
a. Keberagamaan, terdiri dari nilainilai; (a) kekhusukan hubungan denganTuhan, (b) kepatuhan kepada Agama, (c) niat baik dan
2. Tujuan Mempelajari Budi Pekerti
Tujuan pendidikan budi pekerti berdasarkan kerangka pemikiran para ahli yaitu sebagai berikut :
a. Siswa memahami nilai nilai budi pekerti di lingkungan keluarga, lokal, nasional, dan internasional melalui adat istiadat, hukum, undang undang dan tatanan antar bangsa.
b. Siswa mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisiten dalam mengambil keputusan budi pekerti di tengah tengah rumitnya kehidupan bermasyarakat saat ini.
c. Siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara rasional bagi pengambilan keputusan yang baik setelah melakukan pertimbangan sesuai dengan norma pendidikan budi pekerti .
d. Siswa mampu menggunakan pengalaman budi pekerti yang baik bagi pembentukan kesadaran dan pola perilaku yang berguna dan bertanggung jawab batas tindakannya.
mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembang, berakhlak mulia dalam diri manusia serta mewujudkannya dalam perilaku sehari hari, dalam berbagai konteks sosial budaya yang berbhinneka sepanjang hayat.
Pendidikan Budi Pekerti bertujuan untuk :
a. Membina kepribadian peserta didik berdasarkan nilai, norma, dan moral luhur bangsa Indonesia yang tercermin dalam dimensi keagamaan, kesusilaan, dan kemandirian.
b. Membiasakan peserta didik untuk berpola pikir, bersikap, berkata,
dan bertindak yang mencerminkan nilai, norma, dan moral luhur bangsa Indonesia yang tercermin dalam dimensi keagamaan, kesusilaan, kemandirian
c. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk berlangsungnya
pembentukan budi pekerti yang luhur.
d. Pendidikan budi pekerti mempunyai sasaran kepribadian siswa ,
khususnya unsur karakter atau watak yang mengandun hati nurani (conscience) sebagai kesadaran diri (consciousness) untuk berbuat kebajikan (virtue).
3. Pengertian Strategi Pembelajaran
( Wina Sanjaya, 2006) Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian diatas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya , arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersamasama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
4. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
pengalaman secara langsung. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan seharihari.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari , dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
b. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru, itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya. c. Pemahaman pengetahuan (understansing knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami, diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
5. Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual dalam Penanaman Budi Pekerti
Pola Pembelajaran CTL a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan tiga komponen budi pekerti, yaitu keberagaman, kemandirian, dan kesusilaan. Serta menjelaskan pentingnya budi pekerti dalam pembentukan kepribadian.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :
a) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa
b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, observasi dilakukan di lingkungan rumah masing masing siswa. Setiap kelompok melakukan observasi di lingkungan tempat tinggal masingmasing.
c) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai komponen dalam budi pekerti yang ditemukan dilingkungan rumahnya
3) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b. Inti
Di lapangan
1) Siswa melakukan observasi dilingkungan rumah masingmasing 2) Siswa mencatat halhal yang mereka temukan tentang budi pekerti
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing
2) Siswa melaporkan hasil diskusi
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
Penutup
1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah budi pekerti, dan menyampaikan tiga komponen budi pekerti yang sesuai dengan hasil pengamatan siswa
2) Guru menugaskan siswa untuk mengimplementasikan tiga komponen budi pekerti ke dalam kehidupan seharihari, kemudian membuat laporan tentang apa yang sudah siswa implemetasikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Dikbud. 1997. Pedoman Pembelajaran Budi Pekerti,. Jakarta: Pusbang kurrandik.
Cahyoto,2002.Budi Pekerti Dalam Perspektif Pendidikan. Malang : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah – Pusat Penataran Guru IPS dan PMP Malang
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .1989.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka
Haidar Putra Daulay, (2004). Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, Cet. ke1.
Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta. 2001.
Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : KENCANA PREDANA MEDIA