• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM. docx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENANAMAN BUDI PEKERTI UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Strategi Pembelajaran Akuntansi

Dosen Pengampu: Sukanti, M.Pd

Oleh: Dyrian Haryatno

11403244026

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini marak berita tentang pelecehan seksual pada anak kecil, berbagai media massa terus mencari kasus-kasus tentang pelecehan anak diberbagai daerah. Bahkan, hal tersebut terjadi di sekolah dimana anak menimba ilmu. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk mendapatkan ilmu dan bermain bersama teman, berubah menjadi tempat yang mengerikan bagi anak korban pelecehan seksual. Masa anak-anak adalah masa dimana anak masih belum matang cara berpikirnya, anak-anak masih menjadi peniru. Jadi apabila anak melihat atau mengalami perilaku yang tidak sepantasnya untuk anak kecil, maka akan mempengaruhi kondisi psikologis anak. Anak belum bisa membedakan apakah hal itu baik atau buruk, anak akan meniru dari apa yang mereka lihat. Walaupun hal tersebut perilaku yang tidak pantas, tetapi jika anak tidak diberitahu maka anak akan menirukan hal tersebut.

Komunikasi orangtua kepada anak menjadi kunci penting untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak sepantasnya. Orangtua harus mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan oleh anak selama dia di sekolah, ajak anak untuk bercerita tentang sekolahnya. Orangtua juga berperan untuk menanamkan budi pekerti, budi pekerti akan lebih tertanam dalam kebiasaan anak jika diajarkan dirumah sejak dini. Tetapi, walaupun di rumah diajarkan budi pekerti, sekolah seharusnya juga memasukkan budi pekerti kedalam kurikulum sekolah. Menjadikan budi pekerti sebagai mata pelajaran akan sangat membantu dalam menanamkan budi pekerti, paling tidak anak menjadi tahu hal-hal yang dianggap benar sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ketika budi pekerti ditanamkan secara terus menerus, maka hal itu akan mengendap dalam otak anak dan dapat membentuk karakter anak.

(3)

mengalami sendiri dan membekas, sehingga membentuk kepribadian yang menyimpang. Oleh karena itu, penanaman budi pekerti sejak dini dan kontrol dari orang tua sangat penting.

Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus untuk menanamkan budi pekerti kepada anak. Banyak strategi pembelajaran yang bisa diterapkan untuk menanamkan budi pekerti, tetapi kita memerlukan strategi yang paling tepat dan efektif. Strategi pembelajaran contekstual menjadi strategi yang paling tepat untuk menanamkan nilai sikap, karena dalam strategi ini siswa terlibat langsung dalam menemukan materi. Implikasinya dalam penanaman budi pekerti adalah dalam penanaman budi pekerti anak perlu melihat langsung bagaimana itu sikap yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam makalah ini akan diulas lebih lanjut tentang pembelajaran kontekstual dalam penanaman budi pekerti.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari budi pekerti? 2. Apa tujuan mempelajari budi pekerti? 3. Apa pengertian strategi pembelajaran?

4. Apa pengertian strategi pembelajaran Kontekstual?

5. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam penanaman budi pekerti?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari budi pekerti. 2. Untuk mengetahui tujuan mempelajari budi pekerti. 3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran.

4. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran kontekstual.

5. Untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam penanaman budi pekerti.

BAB II

PEMBAHASAN

(4)

  Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan   pekerti.   Budi   dalam   bahasa   sangsekerta   berarti   kesadaran,   budi, pengertian,   pikiran   dan   kecerdasan.   Kata   pekerti   berarti   aktualisasi, penampilan,   pelaksanaan   atau   perilaku.   Dengan   demikian   budi   pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berperilaku. budi   pekerti secara   konsepsional   adalah   budi   yang   dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau dilaksanakan) dalam kehidupan sehari­hari   dalam   kehidupan   pribadi,   sekolah,   masyarakat,   bangsa   dan negara.

  Pengertian pendidikan budi pekerti menurut Haidar (2004) adalah usaha   sadar   yang   dilakukan   dalam   rangka   menanamkan   atau menginternalisasikan nilai­nilai moral ke dalam sikap dan perilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul karimah) dalam   kehidupan   sehari­hari,   baik   dalam   berinteraksi   dengan   Tuhan, dengan sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan.

Budi pekerti secara operasional merupakan suatu perilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-laihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum dan lain sebagainya.

(5)

Berkaitan   dengan   hal   tersebut,   Pusbangkurandik     (1997) mengkategorikan pendidikan budi pekerti menjadi tiga komponen yaitu: 

a. Keberagamaan,   terdiri   dari   nilai­nilai;   (a)   kekhusukan   hubungan denganTuhan,   (b)   kepatuhan   kepada   Agama,   (c)   niat   baik   dan

2. Tujuan Mempelajari Budi Pekerti

Tujuan pendidikan budi pekerti berdasarkan kerangka pemikiran para ahli yaitu sebagai berikut :

a. Siswa memahami nilai ­ nilai budi pekerti  di lingkungan keluarga, lokal,   nasional,   dan internasional   melalui   adat   istiadat,   hukum, undang­ undang dan tatanan antar bangsa.

b. Siswa mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisiten dalam mengambil keputusan budi pekerti di tengah ­ tengah rumitnya kehidupan bermasyarakat saat ini.

c. Siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara rasional  bagi  pengambilan  keputusan  yang  baik  setelah  melakukan pertimbangan sesuai dengan norma pendidikan budi pekerti .

d. Siswa mampu menggunakan pengalaman budi pekerti yang baik bagi pembentukan  kesadaran   dan   pola   perilaku   yang   berguna  dan bertanggung jawab batas tindakannya.

(6)

mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembang, berakhlak mulia dalam diri manusia serta mewujudkannya dalam perilaku sehari ­ hari, dalam berbagai konteks sosial ­ budaya yang berbhinneka sepanjang hayat.

Pendidikan Budi Pekerti bertujuan untuk :

a. Membina kepribadian peserta didik berdasarkan nilai, norma, dan moral   luhur   bangsa   Indonesia   yang   tercermin   dalam   dimensi keagamaan, kesusilaan, dan kemandirian.

b. Membiasakan peserta didik untuk berpola pikir, bersikap, berkata,

dan   bertindak   yang  mencerminkan   nilai,  norma,   dan  moral   luhur bangsa   Indonesia   yang   tercermin   dalam   dimensi   keagamaan, kesusilaan, kemandirian

c. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk berlangsungnya

pembentukan budi pekerti yang luhur.

d. Pendidikan   budi   pekerti   mempunyai   sasaran   kepribadian   siswa   ,

khususnya unsur karakter atau watak yang mengandun hati nurani (conscience) sebagai kesadaran diri (consciousness) untuk berbuat kebajikan (virtue).

3. Pengertian Strategi Pembelajaran

(7)

  (   Wina   Sanjaya,   2006)   Ada   dua   hal   yang   patut   dicermati   dari pengertian   diatas.   Pertama,   strategi   pembelajaran   merupakan   rencana tindakan   (rangkaian   kegiatan)   termasuk   penggunaan   metode   dan pemanfaatan   berbagai   sumber   daya/   kekuatan   dalam   pembelajaran.   Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya , arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah­ langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya   diarahkan   dalam   upaya   pencapaian   tujuan.   Oleh   sebab   itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.

   Kemp   (1995)   menjelaskan   bahwa   strategi   pembelajaran   adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan   pembelajaran   dapat   dicapai   secara   efektif   dan   efisien.   Senada dengan pendapat diatas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi   pembelajaran   itu   adalah   suatu   set   materi   dan   prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama­sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

4. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

  Contextual   Teaching   and   Learning  (CTL)   adalah   suatu   strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh   untuk   dapat   menemukan   materi   yang   dipelajari   dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.

(8)

pengalaman secara langsung.  Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan   hubungan   antara   materi   yang   dipelajari   dengan   situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman   belajar   di   sekolah   dengan   kehidupan   nyata.  Ketiga,   CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL   bukan   hanya   mengharapkan   siswa   dapat   memahami   materi   yang dipelajarinya,   akan   tetapi   bagaimana   materi   pelajaran   dapat   mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari­hari.

  Sehubungan   dengan   hal   itu,   terdapat   lima   karakteristik   penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan  pendekatan CTL.

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan   yang   sudah   dipelajari   ,   dengan   demikian   pengetahuan yang   akan   diperoleh   siswa   adalah   pengetahuan   yang   utuh   yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

b. Pembelajaran   kontekstual   adalah   belajar   dalam   rangka   memperoleh dan   menambah   pengetahuan   baru.   Pengetahuan   baru,   itu   diperoleh dengan   cara   deduktif,   artinya   pembelajaran   dimulai   dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya. c. Pemahaman   pengetahuan   (understansing   knowledge),   artinya

pengetahuan   yang   diperoleh   bukan   untuk   dihafal   tetapi   untuk dipahami,   diyakini,   misalnya   dengan   cara   meminta   tanggapan   dari yang   lain   tentang   pengetahuan   yang   diperolehnya   dan   berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan

(9)

e. Melakukan   refleksi   (reflecting   knowledge)   terhadap   strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

5. Penerapan   Strategi   Pembelajaran   Kontekstual   dalam   Penanaman   Budi Pekerti

Pola Pembelajaran CTL a. Pendahuluan 

1) Guru menjelaskan tiga komponen budi pekerti, yaitu keberagaman, kemandirian, dan kesusilaan. Serta menjelaskan pentingnya budi pekerti dalam pembentukan kepribadian.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :

a) Siswa   dibagi   ke   dalam   beberapa   kelompok   sesuai   dengan jumlah siswa

b) Tiap   kelompok   ditugaskan   untuk   melakukan   observasi, observasi dilakukan di lingkungan rumah masing masing siswa. Setiap kelompok melakukan  observasi  di lingkungan  tempat tinggal masing­masing. 

c) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai komponen  dalam budi pekerti  yang ditemukan dilingkungan rumahnya

3) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.

b. Inti

Di lapangan

1) Siswa melakukan observasi dilingkungan rumah masing­masing  2) Siswa mencatat hal­hal yang mereka temukan tentang budi pekerti

(10)

1) Siswa   mendiskusikan   hasil   temuan   mereka   sesuai   dengan kelompoknya masing

2) Siswa melaporkan hasil diskusi 

3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.

Penutup

1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah   budi   pekerti,   dan   menyampaikan   tiga   komponen   budi pekerti yang sesuai dengan hasil pengamatan siswa

2) Guru   menugaskan   siswa   untuk   mengimplementasikan   tiga komponen budi pekerti ke dalam kehidupan sehari­hari, kemudian membuat laporan tentang apa yang sudah siswa implemetasikan.

(11)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Dikbud. 1997. Pedoman Pembelajaran Budi Pekerti,. Jakarta: Pusbang­ kurrandik.

Cahyoto,2002.Budi Pekerti Dalam Perspektif Pendidikan. Malang : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah – Pusat Penataran Guru IPS dan PMP Malang

Departemen   Pendidikan   dan   Kebudayaan   .1989.Kamus   Besar   Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka

Haidar   Putra   Daulay,   (2004). Pendidikan   Islam   Dalam   Sistem   Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, Cet. ke­1.

      Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta. 2001.

Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses  Pendidikan.  Jakarta : KENCANA PREDANA MEDIA

Referensi

Dokumen terkait

Perkiraan laju dosis yang diterima oleh tubuh dibutuhkan agar didapatkan informasi efek dosis radiasi, efektivitas dari terapi BNCT dan waktu iradiasi dibutuhkan

[r]

pada medikasi yang salah pada pasien. c) Jika pasien tidak yakin untuk meminum obat yang telah diresepkan,. verifikasi bahwa pemberi resep telah memesan obat

f. Islam sangat menganjurkan untuk memberikan perhatian kepada anak- anak terlantar, miskin dan yatim. Didalam ajaran Islam, anak-anak terlantar, miskin dan yatim mereka

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mengetahui kesesuaian pola distribusi nilai-nilai peramalan penjualan produk brand Dadung dengan pola historis

Untuk diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM-IV halaman 435, 300.02) ditegakkan bila terdapat kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan;

English as an International Language (EIL) context in Indonesia, case study and. narrative inquiry are chosen as methods used in

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengkaji, meng- analisis, dan menemukan hubungan atau pengaruh: (1) sistem budi daya perikanan hutan mangrove dengan sistem