• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTIMASI TINGKAT KEMATIAN BAYI DAN HARAPAN HIDUP BAYI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2005 DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRUSSEL Ahmad Iqbal Baqi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ESTIMASI TINGKAT KEMATIAN BAYI DAN HARAPAN HIDUP BAYI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2005 DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRUSSEL Ahmad Iqbal Baqi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI TINGKAT KEMATIAN BAYI DAN

HARAPAN HIDUP BAYI PROVINSI LAMPUNG TAHUN

2005 DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRUSSEL

Ahmad Iqbal Baqi

Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Padang ahmadiqbalbaqi@gmail.com

baqi@fmipa.unand.ac.id

Abstrak. Provinsi Lampung adalah provinsi di Sumatera yang terdekat dengan pulau

Jawa. Menarik untuk dicermati apakah kecenderungan demografis penduduk provinsi tersebut mengacu pada penduduk di pulau Jawa, dengan tingkat kelahiran yang rendah diiringi dengan tingkat kematian yang juga rendah. Penelitian ini bertujuan menentukan estimasi tingkat kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR) dan harapan hidup bayi (e0) provinsi Lampung tahun 2005. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), yakni hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2005. Data yang diperlukan adalah rerata Anak lahir Hidup (ALH) per perempuan dan Anak Masih Hidup (AMH) per perempuan dalam golongan umur perempuan reproduktif (15-49 tahun). Metode yang digunakan untuk mencari hasil estimasi adalah metode Trussel dengan pola mortalitas West. Berdasarkan hasil estimasi tersebut diperoleh bahwa Level of Mortality (LM) provinsi Lampung tahun 2005 adalah 21,64 West. Dengan demikian diperkirakan dari 1.000 kelahiran terdapat 26 kematian bayi perempuan dan dari 1.000 kelahiran terdapat 35 kematian bayi laki-laki. Selain itu diperkirakan rerata harapan hidup saat lahir bayi perempuan 71,60 tahun dan bayi laki-laki 67,67 tahun.

Kata Kunci: estimasi mortalitas, metode Trussel, tingkat kematian bayi (IMR), tingkat

harapan hidup bayi (e0), Lampung.

PENDAHULUAN

Indikator kesejahteraan penduduk tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, dan kesehatan seperti tingkat

pendidikan, penghasilan, sanitasi

lingkungan; tetapi juga oleh faktor demografi. Salah satu faktor demografi yang menjadi indikator kesejahteraan penduduk suatu wilayah adalah tingkat kematian bayi. Tingkat kematian bayi yang masih tinggi mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk masih rendah, dan sebaliknya tingkat kematian yang rendah mengindikasikan tingkat kesejahteraan penduduk yang lebih baik.

Provinsi Lampung sejak masa kolonial Belanda telah menjadi daerah tujuan migrasi penduduk dari pulau Jawa yang diorganisir oleh penguasa atau pemerintah

hingga berlanjut setelah kemerdekaan.

Dengan demikian kecenderungan

demografis penduduk provinsi Lampung diperkirakan tidak jauh berbeda dengan penduduk di pulau Jawa, dengan tingkat kelahiran dan kematian yang mulai rendah. Melalui penelitian ini diharapkan dapat ditemukan suatu kecenderungan

demografis di provinsi Lampung,

sehingga dapat dijadikan acuan untuk kajian demografi di masa yang akan datang, selain untuk keperluan para

pengambil kebijakan di kalangan

pemerintah dalam menyusun program peningkatan kesejahteraan penduduk di wilayahnya.

(2)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam estimasi adalah:

1. Tentukan proporsi anak yang mati dari rerata ALH dan rerata AMH.

2. Timbang (adjusted) proporsi anak yang mati dengan faktor pengali Trussel dengan pola mortalitas West [2], sehingga proporsi anak yang mati lebih smoothing dan layak dianalisis.

Berdasarkan jumlah anak yang

bertahan (masih) hidup dari populasi radiks yang tepat mencapai umur 2 dan 3 tahun (l2 dan l3), tentukan Level of Mortality (LM).

Dengan mengacu pada LM pola

mortalitas West, tentukan tingkat

kematian bayi (IMR) dan harapan hidup bayi (e0), baik bayi perempuan maupun bayi laki-laki saat lahir.Data yang digunakan adalah data hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005 provinsi Lampung, yakni rerata Anak Lahir Hidup (ALH) per perempuan dan rerata Anak Masih Hidup (AMH) per perempuan menurut kelompok umur perempuan usia reproduktif (15-49 tahun) dengan interval 5 tahun [1]. Survei tersebut dilakukan oleh BPS Indonesia sekali dalam 10 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 yang terdiri atas 9 kolom. Selanjutnya untuk mengisi kolom dalam tabel, dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

Kolom(1): golongan umur (15-49 tahun) interval 5 tahun

Kolom(2): indeks

Kolom(3): rerata Anak Lahir Hidup (ALH) per perempuan

Kolom(4): rerata Anak Masih

Hidup(AMH) per perempuan Kolom(5): proporsi anak yang mati, qi = 1– (Si/Pi); (5) = 1– [(4)/(3)] Kolom(6):faktor pengali Trussel [2]

Ki = A(P1/P2) + B(P2/P3)+ C

ln(P1/P2)+D ln A(P2/P3)+E

A, B, C, D, dan E adalah koefisien-koefisien regresi untuk faktor pengali Trussel dengan pola mortalitas West (lihat Tabel 2 pada Lampiran)

P1/P2=(0,051/0,526)=0,09696 dan ln (P1/P2)=ln 0,09696=-2,33346

P2/P3=(0,526/1,331)=0,35919 dan ln (P2/P3)=ln 0,35919 =-0,92839

15-19 : K1= (-1,0394x0,09696) +(0,5379x0,39519) + (-0,0060x-2,33346) + (-0,1290x-0,92839) +0,8237=1,06926

20-24 : K2 = (-0,2772x0,09696) + (-0,0373x0,39519) + (-0,0305x-2,33346) + (-0,0458x-0,92839) +1,0211=1,09317

25-29 : K3 = (-0,0249x0,09696) + (-0,1153x0,39519) + (0,0101x-2,33346) + (-0,1258x-0,92839) +0,9754=1,02064

30-34 : K4 = (0,0480x0,09696) + (-0,1362x0,39519) + (0,0232x-2,33346) + (-0,1273x-0,92839) +0,9975=1,01238

35-39 : K5 = (0,0949x0,09696) + (-0,2016x0,39519) + (0,0246x-2,33346) + (-0,0996x-0,92839) +1,0545=1,01910

40-44 : K6 = 0,1307x0,09696) + (-0,2812x0,39519) + (0,0221x-2,33346) + (-0,0668x-0,92839) +1,0916=1,00359

45-49 : K7 = (0,1510x0,09696) + (-0,3323x0,39519) + (0,0194x-2,33346) + (-0,0456x-0,92839) +1,1159=0,99628

Kolom (7): batas umur anak yang bertahan hidup (x), yakni asumsi batas umur anak yang meninggal sebelum x tahun, terhitung sejak kelahiran.

(3)

Kolom (9): jumlah anak yang masih hidup mencapai umur tepat x tahun, lx dengan

radiks 100.000 (angka awal l0 pada pada life table); (9) = [1-(8)] x 100.000

Tabel 1 Estimasi tingkat kematian bayi dan harapan hidup bayi provinsi lampung tahun 2005 dengan menggunakan metode trussel

Gol.

Sumber: Data diolah dari data BPS [1] dengan menggunakan metode Trussel [2].

Untuk menentukan Level of Mortality

(LM) penduduk provinsi Lampung tahun 2005, dapat diketahui dari jumlah anak yang masih bertahan hidup dengan populasi awal (radiks 100.000) pada l2 dan l3 kolom (9) (Tabel 1), yakni l2=95.220 dan l3=97.853;

i. l2=95.220 (Tabel 1) terletak antara l2 pada pola mortalitas West, 93.354 (LM 19) dan 96.020 (LM 21) [3], sehingga dengan interpolasi diperoleh LM(l2),

LM(l2) = 19 +

[(95.220-93.453)/(96.020-93.453)](21-19) = 20,38.

ii. l3=97.853 (Tabel 1) terletak antara l3 pada pola mortalitas West, 95.822 (LM 21) dan 97.970 (LM 23) [3], sehingga dengan interpolasi diperoleh LM(l3),

LM(l3) = 21 +

[(97.853-95.822)/(97.970-95.822)](23-21) = 22,89.

LMakhir = ½ [LM(l2)+LM(l3)] = ½

(20,38+22,89) = 21,64

Jadi Level of Mortality penduduk provinsi Lampung tahun 2005 dengan menggunakan metode Trussel adalah 21,64 West. Karena LM 21,64 West

terletak antara LM 21 dan LM 23 pada life table pola mortalitas West [3], maka

dengan interpolasi dapat diketahui tingkat kematian bayi (IMR) dan harapan hidup bayi (e0) provinsi Lampung tahun 2005. 1. Diketahui IMR pada life table LM 21

Selanjutnya diperoleh IMR Female dan IMR Male dengan interpolasi:

i. IMR Female = 0,0309 + [(21,64-kematian bayi perempuan).

ii. IMR Male = 0,0409 +

[(21,64-21)/(23-21)](0,0214-0,0409) =

(4)

Selanjutnya diperoleh e0 Female dan e0 Male dengan interpolasi:

i. e0 Female = 70,00 + [(21,64-21)/(23-21)](75,00-70,00) = 71,60 Jadi harapan hidup bayi perempuan 71,60 tahun.

ii. e0 Male = 66,02 + [(21,64-21)/(23-21)](71,19-66,02) = 67,67

Jadi harapan hidup bayi laki-laki 67,67 tahun.

Provinsi Lampung dengan tingkat

kematian bayi (IMR) perempuan 26 dari 1.000 kelahiran dan 35 kematian bayi laki-laki dari 1.000 kelahiran, tergolong

baru memasuki tahap softrock

(Bourgeous-Pichat dalam [4]), di bawah 30 kematian dari 1.000 kelahiran, yakni suatu tahap mortalitas yang rendah. Dengan mulai rendahnya tingkat kematian

bayi di provinsi Lampung, maka

kecenderungan ini telah mulai mengikuti kecenderungan yang terjadi di pulau Jawa. Dengan keterjangkauan fasilitas kesehatan hingga pelosok perdesaan telah turut menurunkan tingkat kematian bayi seperti yang telah dialami di pulau Jawa. Biasanya pada negara-negara berkembang apabila IMR telah mencapai tahap rendah ini, IMR mulai labil untuk dijadikan acuan prediksi pada periode berikutnya karena masih memakai pola mortalitas West.Hal ini karena pola mortalitas West, khusus untuk negara-negara yang belum maju dan berkembang yang data demografisnya, terutama data kelahiran dan data kematian lemah, tidak lengkap, dan jauh dari akurat.Dengan pola mortalitas West, IMR pada masa mendatang belum tentu akan menurun atau tetap (stabil), bahkan mungkin dapat menyebabkan tingkat kematian bayi dapat meningkat.Dengan demikian maka perlu bagi pengambil kebijakan di kalangan pemerintah berhati-hati menafsirkan angka-angka yang masih labil tersebut. Tingkat yang rendah ini perlu dipertanyakan kembali atau tepatnya dipertajam kembali dengan memeriksa ketimpangan wilayah rural (perdesaan)

dan urban (perkotaan), karena kedua wilayah itu mempunyai perbedaan yang tajam dari sisi kesejahteraan penduduk.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data SUPAS 2005, tingkat kematian bayi (IMR) provinsi Lampung tahun 2005 mulai memasuki tahap rendah, yakni 26 kematian bayi perempuan dari 1.000 kelahiran dan 35 kematian bayi laki-laki dari 1.000 kelahiran, dengan tingkat harapan hidup (e0) 71,60 tahun bagi bayi perempuan dan 67,67 tahun bagi bayi laki-laki. Para pengambil kebijakan perlu berhati-hati menanggapi tingkat IMR yang mulai rendah tersebut karena estimasi menggunakan pola mortalitas

West yang masih labil, yang suatu waktu pada masa mendatang IMR mungkin akan

naik kembali. Agar tidak terpaku

menerima tingkat mortalitas yang rendah tersebut, maka perlu diselidiki lebih lanjut perbedaan antara perdesaan (rural) dan perkotaan (urban). Dengan demikian perlu penelitian berikutnya, mengungkapkan tingkat kematian bayi dan harapan hidup bayi di daerah perdesaan dan di daerah

perkotaan, karena BPS selalu

menyediakan data-data demografis

berdasarkan perbedaan tempat tinggal, di perkotaan dan di perdesaan.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2006. Penduduk Indonesia Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2005. Seri S1. BPS Indonesia, Jakarta.

Trussel, James T. 1975. “A Re-Estimation of the Multiplying Factors for the Brass Techniques for Determining Childhood

Survivorship Rate”, in Population

Studies: 26(1), pp. 97-107.

Utomo, Budi. 1988. Kelangsungan Hidup

Anak di Indonesia: Pengertian,

Masalah, Program dan Bahasan

(5)

Tabel 2 Koefisien regresi faktor pengali trussel pola mortalitas west

Ki A B C D E

1 2 3 4 5 6 7

-1,0394 -0,2772 -0,0249 0,0480 0,0949 0,1307 0,1510

0,5379 -0,0373 -0,1153 -0,1362 -0,2016 -0,2812 -0,3323

-0,0060 -0,0305 0,0101 0,0232 0,0246 0,0221 0,0194

-0,1290 -0,0458 -0,1258 -0,1273 -0,0996 -0,0668 -0,0456

0,8237 1,0211 0,9754 0,9975 1,0545 1,0916 1,1159

Gambar

Tabel 1 Estimasi tingkat kematian bayi dan harapan hidup bayi provinsi lampung tahun 2005 dengan menggunakan metode trussel
Tabel 2 Koefisien regresi faktor pengali trussel pola mortalitas west

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa upaya yang dilakukan guru PAI dalam membina akhlak siswa di SMPN 1 Plosoklaten sudah baik dan dapat mendorong siswa

Grafik rerata frekuensi perilaku seksual dismounting pejantan ayam Burgo dalam 1 hari selama penelitian Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa rerata frekuensi tertinggi

Febri Dwi Fitria N. Penggunaan Metode Bermain Kartu Angka Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Pada Kelompok A Di PAUD An-Nahdliyah

Untuk merepresentasikan melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan digunakan bentuk kurva bahukiri untuk himpunan fuzzy Kurang, bentuk kurva segitiga

Pertemuan yang dilakukan Biden dengan Brady Campaign dan para keluarga serta korban selamat dari kekerasan bersenjata api pada tanggal 9 Januari 2013 menghasilkan

∗ "alam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristia pada penyimpulan analogi kita bertolak dari satu atau sejumlah peristia menuju kepada satu peristia

Berdasarkan uji simultan (uji f) dapat diketahui bahwa variabel Konflik (X1) dan Stres (X2) berpengaruh signifikansi secara simultan terhadap Kinerja Karyawan (Y)

Dengan demikian, keberatannya pada materialisme historis dengan unsur teleologis yang kuat dan juga unsur teleologis dari teologi, serta konsep sejarah lain yang berciri