• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONSEPTUALISASI SISTEM KEMARITIMAN MEL. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REKONSEPTUALISASI SISTEM KEMARITIMAN MEL. pdf"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

i REKONSEPTUALISASI SISTEM KEMARITIMAN MELALUI PROGRAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN TERLUAR

DEMI MEWUJUDKAN WELFARE STATE

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

ABSTRAK ... iii

BAB 1... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat Penulisan ... 4

BAB 2... 6

2.1. Konsep Sistem Kemaritiman di Indonesia ... 6

2.2. Welfare State ... 9

2.3. Pulau-pulau Kecil dan Terluar di Indonesia ... 11

2.4 Kewenangan Pemerintah dalam Pengaturan dan Pengelolaan Wilayah Negara . 11 BAB 3... 15

3.1 Tipe Penelitian ... 15

3.2 Objek Tulisan ... 15

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 15

3.4 Analisis Data ... 15

BAB 4... 16

4.1 Kondisi Perairan Laut di Indonesia Saat ini ... 16

4.1.1 Kondisi Pulau-Pulau Terluar ... 16

(2)

ii

4.2 Rekonseptualisasi Sistem Kemaritiman Melalui Program Pemanfaatan

Pulau-Pulau Kecil Dan Terluar ... 24

BAB 5 ... 27

5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

LAMPIRAN 1 ... 32

(3)

iii ABSTRAK

Indonesia adalah salah satu negara maritim terbesar di dunia. Dengan segala potensi sumber daya alam yang melimpah seharusnya menjadikan masyarakatnya sejahtera. Namun ternyata negara ini belum mampu memberi kesejahteraan kepada rakyatnya. Berbagai persoalan seperti konflik penguasaan pulau oleh swasta, pengambilalihan wilayah-wilayah yang merupakan akses hidup masyarakat merupakan masalah utama ketidaksejahteraan di samping kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya yang berdampak hilangnya sumber hidup masyarakat. Dengan luas laut terbesar di dunia seharusnya menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang ditakuti negara lain. Gagalnya sistem kemaritiman saat ini menjadi faktor utama tidak mampunya negara dalam memberi kesejahteraan kepada rakyatnya, terutama sistem kemaritiman yang menjangkau kesejahteraan dan keamanan bagi masyarakat pulau-pulau kecil dan terluar. Dari 92 pulau terluar Indonesia, dimana 12 pulau yang terluar yang berpenghuni ini banyak yang tidak memiliki fasilitas berupa sarana dan prasarana yang memadai bahkan ada yang tidak memiliki monumen sebagai tanda identitas pulau, selain masalah belum adanya listrik, pelabuhan untuk transportasi antarpulau dan lain sebagainya. Hal yang sama juga terjadi di wilayah pulau-pulau kecil sehingga kesejahteraan masyarakatnya jauh dari kata sejahtera. Masalah lain seperti kurangnya data dan informasi tentang pulau-pulau kecil, kurangnya keberpihakan pemerintah terhadap pengelolaan pulau-pulau kecil, pertahanan dan keamanan, terbatasnya sarana dan prasarana dasar, konflik kepentingan misalnya antara masyarakat adat dan pemerintah serta swasta juga menjadi masalah yang rentan saat ini, serta akibat dari pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang mengakibatkan degradasi lingkungan hidup menjadi persoalan hidup masyarakat itu saat ini. Untuk itu rekonseptualisasi sistem kemaritiman melalui program pemanfaatan pulau-pulau kecil dan terluar demi mewujudkan walfere state sangat di perlukan. Solusi yang di tawarkan dalam rekonseptualisasi sistem kemaritiman guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat ialah inventarisasi semua pulau-pulau kecil dan segala potensi sumber daya alamnya. Pengadaan peta tunggal mengenai pulau-pulau kecil dan terluar di Indonesia, Pemanfaatan pulau kecil terluar di Indonesia sebagai benteng pertahanan keamanan. Pemanfaatan pulau-pulau kecil yang berada di inner sea, dan aksesibilitas antarpulau.

(4)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan (archipelago state) yang terdiri dari

17.504 pulau kecil yang memiliki berbagai sumber daya alam baik hayati maupun

non hayati yang sejatinya dapat mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Hal ini diakui dalam deklarasi Juanda pada 13 Desember 1957 yang menyatakan

kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di

dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia1. Dengan luas 5.193.250 km² (mencakup daratan dan lautan)2

yang berada di iklim tropis, tentu saja Indonesia mempunyai sumberdaya alam

yang sangat berlimpah. Sumber daya alam ini menurut Pasal 33 ayat

(3)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI

Tahun 1945) yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”, artinya bahwa negara harus menjadi fasilitator bagi warganya dalam rangka mengelola sumberdaya alamnya bagi kesejahteraan

rakyat. Konsep dikuasai oleh negara bukan berarti di miliki namun di kelola

sebesar-besarnya untuk kemakmuran. Sebagai archipelago state, keberadaan

17.504 pulau di Indonesia seharusnya dapat menjadi poros sistem kemaritiman

serta dapat menjadi penopang perekonomian bagi penduduknya/masyarakatnya.

Dan dalam pengelolaan sumber daya alamnya harus disesuaikan dengan

karakteristik setiap pulau yang berbeda-beda ragam kekayaan alamnya yang tentu

juga berbeda pula pola hidup dan budayanya dalam pengelolaan sumberdaya alam

(misalnya budayasasi di Maluku, Panglima Laot di Aceh, Awiq-awiq di Lombok,

1Anonim, Deklarasi Djuanda, https://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi_Djuanda, diakses

pada 16 Maret 2016.

2 Anonim, Luas Wilayah Negara Indonesia,

(5)

2 Mane’e di Sulawesi dsb.) terutama bagi masyarakat di pulau-pulau kecil Indonesia.

Sebagai negara Kesatuan dimana Pancasila menjadi landasan hidup bangsa

maka prinsip dari penyelenggaraan pemerintah termasuk kewenangan dalam

membentuk peraturan perundang-undangan haruslah berdasarkan prinsip dari

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Pancasila dan ber-bhineka tunggal ika,

sebagai landasan konseptual dan landasan filosofi bangsa serta sumber dari segala

sumber hukum. Khusus terhadap berbagai peraturan perundang-undangan

terhadap pengelolaan sumberdaya alam di wilayah laut pesisir dan pulau-pulau

kecil dan terluar, pemerintah seharusnya menghormati perbedaan dari warga

masyarakatnya yang beraneka ragam baik suku, bahasa, ruang hidup dan lainnya.

Warga masyarakat ini adalah masyarakat hukum adat yang telah ada jauh sebelum

negara ini ada sebagai negara yang bernama Indonesia. Sebagai konsekuensi dari

negara Pancasila keberadaan masyarakat ini juga diakui dalam konstitusi kita

yaitu Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI

1945). Konsekuensi mana harus dianggap sebagai perwujudan penghormatan

kepada landasan filosofi dan nilai sejarah yang ada dan berakar dari bangsa

Indonesia sendiri3. Masyarakat inilah yang merupakan pemilik hak dari sebagian

besar wilayah Indonesia termasuk di wilayah pulau-pulau kecil dan terluar.

Namun pengelolaan sumber daya laut khususnya pulau-pulau kecil dan terluar

yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Pulau-Pulau Kecil Terluar ternyata juga tidak mendatangkan kesejahteraan.

Apalagi dengan jumlah penduduk 249,9 juta orang, semakin menambah

presentasi kemiskinan negara ini, karena ternyata jumlah angka kemiskinan

masyarakatnya sebagian besarnya juga adalah masyarakat pesisir yang identik

dengan kemiskinan. Ketidakseriusan pemerintah dalam pengelolaan pulau-pulau

3Revency Vania Rugebregt, Disertasi, 2016,Pengelolaan Sumber Daya Alam Laut Pesisir

(6)

3 kecil dan terluar ini dapat dilihat dari hal paling mendasar yaitu inventarisasi

pulau yang sampai saat ini tidak maksimal yang menyebabkan banyaknya

pulau-pulau kecil di Indonesia yang belum diberikan nama. Selain itu tingkat

kesejahteraan masyarakat di wilayah itu sangat tidak sejahtera dibandingkan

dengan negara tetangga yang berbatasan, sehingga penduduknya lebih cendrung

memilih bekerja di wilayah negara tentangga karena upah kerja yang besar.

Kurangnya perhatian pemerintah diperparah dengan adanya konflik

kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya alam baik antar pemerintah pusat

dan daerah, pemerintah dan masyarakat adat, maupun masyarakat adat dengan

pihak swasta yang ingin memanfaatkan sumberdaya alam demi keuntungan

ekonomi semata. Baik terhadap sumberdaya alam hayati dan non hayati maupun

terhadap pulau itu sendiri demi kepentingan Eco Tourism. Pihak swasta yang tidak

seharusnya dapat memiliki pulau namun kenyataannya 60 pulau di kepulauan

seribu telah dimiliki oleh pihak swasta4.Selain kepemilikan lainnya demi

kepentingan pemerintah, penguasaan wilayah pesisir oleh warga asing kebangsaan

Swiss di Paperu Maluku, menjadikan akses hidup masyarakat semakin sempit

bahkan hilang. Selain pemilikan pulau oleh swasta, pengelolaan pulau-pulau kecil

pun menjadi masalah. Reklamasi pantai di Makasar untuk kepentingan

pembangunan menyebabkan beberapa pulau kecil menjadi berkurang wilayahnya

seperti Pulau Samalona, Pulau Dutungan, Pulau Kahyangan, Pulau Cangke, Pulau

Badik yang paling terluar dsb. Lepasnya kepemilikan pulau-pulau kecil oleh

pemerintah dan dijadikan tempat pemukiman dan real estate tentu membawa

dampak negatif bagi masyarakat. Selain akses terhadap laut menjadi hilang,

kehidupan mereka pun ikut berubah dan dampak negatif bagi lingkungan hidup

sekitar. Dampak negatif seperti rusaknya laut, berkurangnya ikan, naiknya

permukaan air, bleaching terhadap terumbu karang semakin memperparah

lingkungan hidup di mana masyarakat ini tinggal dan beraktivitas. Perebutan

4Poskota News, Ahok: 60 Pulau di Kepulauan Seribu Milik Swasta. Ini Gila,

(7)

4 pengelolaan sumberdaya alam seperti di Buru terhadap pertambagan emasnya,

oleh pemerintah dan rakyat, 200 konsesi terhadap hutan di Kepulauan Aru atau

Konflik Blok Masela di Maluku masih menjadi polemik bagi kesejahteraan

masyarakat, karena pemerintah dan swasta saling memperebutkan sumberdaya

alamnya dalam pengelolaan tanpa mempertimbangan keberadaan masyarakat adat

sebagai pemilik hak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pemanfaatan Sumber Daya Laut khususnya di wilayah

pulau-pulau kecil dan terluar di Indonesia selama ini?

2. Bagaimana rekonseptualisasi sistem kemaritiman melalui program

pemanfaatan pulau-pulau terluar kecil dan terluar dapat mewujudkan

Indonesia sebagai negara welfare state yang sesungguhnya?

1.3 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi pemanfaatan sumber daya laut di Indonesia

selama ini.

2. Untuk menemukan solusi pemanfaatan sumber daya laut yang adil melalui

pemanfaatan pulau-pulau kecil dan terluar di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan bahan acuan

bagi mahasiswa yang tertarik menulis lebih lanjut mengenai pemanfaatan

sumber daya laut melalui pemanfaatan pulau-pulau kecil dan terluar di

(8)

5 2. Bagi Masyarakat

Untuk menambah ilmu pengetahuan sehingga masyarakat mengetahui

fakta-fakta mengenai kondisi pemanfaatan pulau-pulau kecil dan terluar

serta menemukan solusi demi pemanfaatan sumber daya laut yang adil

demi kesejahteraan Indonesia.

3. Bagi Pemerintah

Untuk dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan pikiran bagi pemerintah

mengenai kondisi pemanfaatan pulau-pulau kecil dan terluar di Indonesia

serta dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam menghadapi masalah

(9)

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Sistem Kemaritiman di Indonesia

Konsep berasal dari bahasa Inggris: concept yang berarti rencana atau

rancangan5. Terkait dengan konsep mengenai sistem, maka konsep hukum adalah

suatu konsep kebijaksanaan hukum yang ditetapkan suatu masyarakat hukum

yang berisi tentang budaya hukum yang dianutnya atau berisi formulasi nilai

hukum yang dianutnya6.

Sistem merupakan suatu kebulatan atau kesatuan yang terdiri dari

bagian-bagian, dimana antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya saling

terkait satu sama lain, tidak boleh terjadi konflik dan tidak boleh terjadi

overlapping (tumpang tindih)7.Sedangkan sistem dalam pandangan hukum secara

umum merupakan suatu tatanan atau kesatuan yang utuh yang terdiri dari

bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain yaitu

kaidah atau pernyataan tentang apa yang seharusnya, sehingga sistem hukum

merupakan sistem normatif8.

Istilah maritim berasal dari bahasa Inggris yaitu maritime, yang berarti

navigasi, maritim atau bahari. Sedangkan kata maritim menurut KBBI online

adalah ma-ri-tim berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan

perdagangan di laut. Dari istilah maritim tersebut lahir istilah negara maritim atau

negara samudera. Disisi lain mengenai pengertian maritim yang berdasarkan

terminologi adalah mencakup ruang/wilayah permukaan laut, pelagik9 dan

5 Seri Bahasa Indonesia, Semarang: Aneka Ilmu, hlm 569.

6 M.Marwan & Jimmy P, 2009, Kamus HUKUM Dictionary Of Law Complette Edition,

Surabaya: Reality Publisher, hlm 375.

7 Achmad Ali, 1997, Menang dalam Perkara Perdata, Ujungpandang: Ukhuwah Grafika,

hlm 9.

8Ibid, hlm 569.

(10)

7 mesopelagik10 yang merupakan daerah subur di mana pada daerah ini terdapat

kegiatan seperti pariwisata, lalu lintas, pelayaran dan jasa-jasa kelautan11.

Sejarah maritim di Indonesia bermula pada abad VII yang secara ekonomi

telah dipersatukan oleh Kerajaan Sriwijaya degan menguasai lalu lintas

perdagangan dari Barat dan Timur, dari Utara dan Selatan di Selat Malaka, Laut

Cina Selatan dan Laut Jawa. Kemudian pada abad XIII konsep penyatuan

Kepulauan Indonesia secara politik di bawah satu kekuasaan telah diletakkan oleh

raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari melalui semboyan Cakrawala Mandala

Dwipantara. Semboyan ini kemudian diwujudkan Maha Patih Gaja Mada dari

Kerajaan Majapahit.

Penyatuan Kepulauan Indonesia secara politik dan ekonomi tersebut

dilajutkan selama masa penjajahan Belanda hingga Jepang. Oleh karena itu, ketika

bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus

1945, maka yang dimaksud dengan bangsa dan negara adalah rakyat dan wilayah

yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai penduduk dan pulau-pulau dari

kepulauan Indonesia yang dikenal sebagai kekayaan alam Indonesia. Oleh karena

itu, latar belakang alamnya yang bersifat oseanik menjadikan bangsa dan negara

Indonesia bercorak maritim12.

Dalam membangun negara maritim, pemerintah harus memprioritaskan

pembangunan infrastruktur dan institusi kemaritiman, baik dalam bidang politik,

ekonomi, sosial dan budaya maupun pertahanan dan keamanan. Hal tersebut

bertujuan agar semua fungsinya dapat mendukung terwujudnya perikemanusiaan

masyarakat maritim. Untuk mencapai tujuannya diperlukan adanya konsep sistem

10 Mesopelagik adalah daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman laut 200-1000 m.

11 Samsir, Makalah Wawasa Ke ariti a “Kebijaka Politik Dala Negara Mariti ,

http://www.slideshare.net/samsir07/kemaritiman-indonesia , diakses pada20 Maret 2016.

(11)

8 yang mampu menjadi pilar demi terwujudnya kemaritiman di Indonesia. Berikut

pilar-pilar penyangga negara maritim13 :

a.sistem politik yang mampu menjamin keutuhan seluruh kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah negara, termasuk daerah perbatasan, daerah pedalaman, dan pulau-pulau terluar dan terpencil, dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945;

b.sistem ekonomi yang mampu mengembangkan perdagangan lewat laut di dalam dan ke luar negeri, pengangkutan laut yang dapat menghubungkan seluruh Kepulauan Indonesia, serta mendorong tumbuhnya usaha-usaha industri dan jasa maritim dalam arti luas, eksplorasi dan eksploitasi kekayaan laut dan dasar laut, untuk kemakmuran dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat di seluruh kepulauan Indonesia;

c.sistem sosial dan budaya yang menjunjung tinggi harkat manusia, kemajemukan etnik, budaya dan agama, serta mampu menumbuhkan semangat cinta laut dengan tradisi dan perikehidupan masyarakat maritim yang menjadikan laut sebagai sumber kehidupan, penghubung dan pemersatu bangsa atas dasar Sumpah Pemuda 1928 dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika;

d.sistem pertahanan dan keamanan yang mampu menjamin tegaknya kedaulatan dan hukum serta kehadiran kekuatan laut secara berlanjut di seluruh wilayah laut kedaulatan dan laut jurisdiksi nasional, yang menjamin penguasaan atas seluruh Kepulauan Indonesia meliputi wilayah darat, laut, serta udara di atasnya, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote.

Pengembangan negara maritim di Indonesia berlandaskan pada Pancasila

dan UUD 1945 karena dalam prikehidupan kebangsaan Indonesia Pancasila pada

hakekatnya disusun secara serasi dan seimbang untuk mewadahi seluruh aspirasi

bangsa Indonesia. Landasan konsepsionalnya adalah wawasan nusantara dan

ketahanan nasonal. Dengan wawasan nusantara bangsa Indonesia memandang

wilayah nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan

keamanan. Pada hakekatnya negara maritim Indonesia merupakan pengembangan

dari konsepsi ketahahan nasional, maka konsepsi negara maritim Indonesia perlu

(12)

9 dijadikan pedoman dan rangsangan serta dorongan bagi bangsa kita dan upaya

pemanfaatan dan pendayagunaan secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan14.

2.2. Welfare State

Welfare State berasal dari bahasa Inggris yaitu welfare yang berarti

kesejahteraan dan state yang berarti negara. Sedangkan Welfare State dalam

Kamus Hukum merupakan fungsi negara yang bertujuan untuk memelihara

kehidupan atau menciptakan syarat-syarat kehidupan sejahtera bagi anggota

masyarakat negara yang bersangkutan secara menyeluruh dan terus menerus15.

Secara umum, suatu negara dapat digolongkan sebagai Negara Kesejahteraan jika

memiliki empat pilar: (1) social citizenship; (2) full democracy; (3) modern

industrial relation system; (4) right to education and the expansion of modern

masseducation systems.

Menurut Masad negara kesejahteraan (welfare state) pada dasarnya

mengacu pada peran aktif dalam mengelola dan mengorganisasi perekonomian

yang didalamnya mencakup tanggung jawab negara untuk menjamin ketersediaan

pelayanan kesejateraan warganya16. Negara kesejahteraan (welfare state) dapat

diartikan sebagai negara yang pemerintahannya menjamin terselenggaranya

kesejahteraan rakyat. Perwujudan kesejahteraan rakyatnya harus didasarkan pada

lima pilar kenegaraan, yaitu: demokrasi (democracy), penegakan hukum (rule of

law), perlindungan Hak Asasi Manusia, keadilan sosial (social juctice) dan anti

diskriminasi17.

14 Pusjianmar, Konsep Negara Maritim dan Ketahanan Nasional,

http://pusjianmar-seskoal.tnial.mil.id/Portals/0/Konsep%20Negara%20Maritim%20Dan%20Keta hanan%20Nasional..pdf diakses pada 20 Maret 2016.

15 M.Marwan & Jimmy P, 2009, Kamus HUKUM Dictionary Of Law Complette Edition,

Surabaya: Reality Publisher, hlm 646.

16 Masad Masrur, Kewajiban Negara Terhadap Kesejahteraan Rakyat,

http://masadmasrur.blog.co.uk/2008/11/27/kewajiban-negara-terhadap-kesejahteraan-rakyat-5 119802/, diakses pada 18 Maret 2015.

17 Raihan Mahdy dkk, 2015, Reformulasi Kebijakan Dana Bagi Hasil Guna Mewujudkan

(13)

10 Menurut Bessant, Watts, Dalton dan Smith (2006), ide dasar Negara

Kesejahteraan (welfare state) beranjak ketika Jeremy Bentham bergagasan bahwa

pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin the greatest happiness (atau

welfare) of the greatest number of their citizen. Bentham menggunakan istilah

utility (kegunaan) untuk menjelaskan konsep kesejahteraan dan kebahagiaan.

Bentham berpendapat bahwa sesuatu yang dapat menimbulkan kebahagiaan

adalah sesuatu yang baik. Sebaliknya, sesuatu yang menimbulkan sakit adalah

buruk. Menurutnya, segala aksi yang dilakukan pemerintah adalah mewakili

kebahagiaan banyak orang. Oleh karena itu, negara memiliki kewajiban untuk

memperjuangkan kesejateraan seluruh warganya.

Negara Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state) berarti

terdapat tanggungjawab negara untuk mengembangkan kebijakan negara di

berbagai bidang kesejahteraan serta meningkatkan kualitas pelayanan umum

(public services) yang baik melalui penyediaan berbagai fasilitas yang diperlukan

oleh masyarakat18. Substansi Pasal 34 UUD NRI 1945 tentang Adanya ketentuan

mengenai kesejahteraan sosial yang jauh lebih lengkap dibandingkan sebelum

perubahan merupakan bagian upaya mewujudkan kesejahteraan sosial.

Menurut Habermas suatu negara modern harus dapat menjamin

kesejahteraan seluruh rakyat Kesejateraan sosial mencakup nilai-nilai yang telah

menjadi pengetahuan umum sebagai syarat material minimum untuk hidup,

jaminan penghidupan yang layak, perlindungan dan hak milik, jaminan untuk

bertindak dengan bebas, dan segala kenikmatan yang diangan-angankan setiap

orang dan segala perlindungan mengenai kepentingan kerohanian19

18 Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2012, Panduan Permasyarakatan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta, hlm 199.

(14)

11 2.3. Pulau-pulau Kecil dan Terluar di Indonesia

Nusantara merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan wilayah

kepulauan, yang sekarang sebagian besar merupakan wilayah negara Indonesia.

Secara konstitusional berkaitan dengan wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) sebagaimana tertuang dalam Pasal 25 A Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945, telah ditegaskan mengenai wilayah negara bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri

Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan

Undang-Undang”. Mengenai wilayah negara telah ditetapkan Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara yang merupakan

pengejewantahan dari yang diamanatkan dalam pasal 25 A UUD NRI 1945.

Pokok-pokok kebijakan pengaturan persoalan pengaturan wilayah negara

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 mengenai asas-asas

pokok pelaksanaan pengaturan wilayah meliputi: Asas Kedaulatan, Asas

Kebangsaan, Asas Kenusantaraan, Asas Keadilan, Asas Keamanan, Asas

Ketertiban, Asas Kerjasama, Asas Kemanfaatan, dan Asas Pengayoman20.

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 juga mengatur mengenai tujuan dari

pengaturan wilayah negara adalah21 :

a.menjamin keutuhan wilayah negara, kedaulatan negara, dan ketertiban di kawasan perbatasan demi kepentingan kesejahteraan segenap bangsa; b.menegakkan kedaulatan dan hak-hak berdaulat; dan

c.mengatur pengelolaan dan pemanfaatan wilayah negara dan kawasan perbatasan, termasuk pengawasan batas-batasnya.

2.4 Kewenangan Pemerintah dalam Pengaturan dan Pengelolaan Wilayah Negara

Dalam rangka menjaga keutuhan wilayah negara, serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan, perlu dilakukan pengelolaan

pulau-pulau kecil terluar. Oleh karena itu, Pemerintah mengeluarkan Peraturan

Presiden Nomor 78 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar

20 Lihat Pasal 2 Penjelasan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah

Negara.

(15)

12 dengan salah satu pertimbangan yaitu pulau-pulau kecil terluar Indonesia

memiliki nilai strategis sebagai titik dasar dari garis pangkal Kepulauan Indonesia

dalam penetapan wilayah perairan di Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia, dan Landas Kontinen Indonesia22. Pengelolaan pulau-pulau kecil

terluar dilakukan secara terpadu antara Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Pengelolaan tersebut meliputi bidang-bidang23:

a. sumberdaya alam dan lingkungan hidup; b. infrastruktur dan perhubungan;

c. pembinaan wilayah; d. pertahanan dan keamanan; e. ekonomi, sosial, dan budaya.

Kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan

pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan negara serta kawasan perbatasan24,

dimana dalam pengelolaan dan pemanfaatan tersebut pemerintah berwenang: (1)

menetapkan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan wilayah negara dan kawasan

perbatasan; (2) mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan

batas wilayah negara sesuai dengan ketentuan tanda batas wilayah negara; (3)

melakukan pendataan dan pemberian nama pulau dan kepulauan serta unsur

geografis lainnya; (4) memberikan izin kepada penerbangan Internasional untuk

melintasi wilayah udara teritorial pada jalur yang telah ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan; (5) melaksanakan pengawasan di zona tambahan yang

diperlakukan untuk mencegah pelanggaran dan menghukum pelanggar peraturan

perundang-undagan di bidang bea cukai, fiskal, imigrasi, atau saniter di dalam

wilayah negara atau laut teritorial; (6) menetapkan wilayah udara yang dilarang

dilintasi oleh penerbangan Internasional untuk pertahanan dan keamanan; (7)

membuat dan memperbarui peta wilayah negara dan menyampaikannya kepada

Dewan Perwakilan Rakyat sekurang-kurangya setiap 5 (lima) tahun sekali; dan (8)

22 Lihat Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Pulau-pulau

Kecil dan Terluar.

23 Lihat Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005.

(16)

13 menjaga keutuhan, kedaulatan dan keamanan wilayah negara serta kawasan

perbatasan.

Adanya kewenangan yang diberikan kepada pemerintah dan pemerintah

daerah tersebut memberikan juga kewajiban untuk menetapkan biaya

pembangunan kawasan perbatasan, dan dalam rangka menjalankan

kewenangannya, pemerintah dapat menugasi pemerintah daerah untuk

menjalankan kewenanganya dalam rangka tugas pembantuan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional tahun 1982 (UNCLOS ’82) pasal 121 mendefinisikan pulau (Inggris: island) sebagai "daratan yang terbentuk secara alami dan dikelilingi oleh air, dan selalu di atas muka air pada

saat pasang naik tertinggi"25. Ada empat syarat suatu daerah dapat dikategorikan

sebagai pulau yaitu : (1) memiliki lahan daratan; (2) terbentuk secara alami bukan

lahan reklamasi; (3) dikelilingi oleh air baik air laut maupun air tawar; dan (4)

selalu berada diatas air pada saat pasang naik tertinggi26. Sedangkan pulau-pulau

kecil didefinisikan berdasarkan dua kriteria utama yaitu luasan pulau dan jumlah

penduduk yang menghuninya. Definisi pulau-pulau kecil yang dianut secara

nasional sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41

Tahun 2000 Jo Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 67 Tahun

2002 adalah pulau yang berukuran kurang atau sama dengan 10.000 km2 , dengan

jumlah penduduk kurang atau sama dengan 200.000 jiwa. Di samping kriteria

utama tersebut, beberapa karakteristik pulau-pulau kecil adalah secara ekologis

terpisah dari pulau induknya (mainland island), memiliki batas fisik yang jelas

dan terpencil dari habitat pulau induk, sehingga bersifat insular; mempunyai

sejumlah besar jenis endemik dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai

tinggi; tidak mampu mempengaruhi hidroklimat; memiliki daerah tangkapan air

25 Lihat Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional Tahun 1982 (UNCLOS 82).

26 Anonim, Empat Syarat Agar Sebuah Daerah disebut Pulau,

(17)

14 (catchment area) relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan

sedimen masuk ke laut serta dari segi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

pulau-pulau kecil bersifat khas dibandingkan dengan pulau induknya27.

Indonesia menduduki peringkat kedua dengan jumlah pulau terbanyak yaitu 17.504 pulau. Terdiri dari pulau besar, pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terluar atau perbatasan. Jumlah pulau besar ada 5 (lima), 92 pulau-pulau terluar di Indonesia28, sedangkan mengenai data resmi terkait daftar pulau-pulau terkecil di Indonesia masih belum dapat diakses. Mengingat sisi terluar dari wilayah negara Indonesia atau dikenal dengan kawasan perbatasan Indonesia merupakan kawasan strategis dalam menjaga integritas wilayah negara, maka diperlukan juga pengaturan secara khusus. Pengaturan batas-batas wilayah negara, dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah negara, kewenangan pengelolaan sumberdaya di wilayah negara, dan hak-hak berdaulat. Negara berkepentingan untuk ikut mengatur pengelolaan dan pemanfaatan di laut bebas dan dasar laut Internasional sesuai dengan hukum Intenasional. Pemanfaatan di laut bebas dan di dasar laut meluputi pengelolaan kekayaan alam, perlindungan lingkungan laut dan keselamatan navigasi. Pengelolaan wilayah negara dilakukan dengan pendekatan kesejahteraan, keamanan dan kelestarian lingkungan secara bersama-sama. Pendekatan kesejahteraan dalam arti upaya-upaya pengelolaan wilayah negara hendaknya memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.

27 Kementrian PPN/Bappenas, Kebijakan dan Strategi,

http://www.bappenas.go.id/index.php/pencarian/?s=pulau-pulau&csrf_token=,diakses pada 22 Maret 2016.

(18)

15 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah normatif

yang dipaparkan secara deskriptif untuk menunjukkan suatu kajian yang dapat

dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.

3.2 Objek Tulisan

Objek Penulisan dalam karya tulis illmiah ini adalah Pulau-pulau Kecil dan

Terluar di Indonesia.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui studi literatur yaitu cara yang dipakai untuk

menghimpun data-data atau sumber sumber yang berhubungan dengan topik yang

diangkat dalam suatu penelitan. Studi literatur didapatkan dari berbagai sumber,

jurnal, buku dokumntasi, internet dan pustaka.

3.4 Analisis Data

Setelah dilakukan pengambilan data dan informasi, semua hasil diseleksi untuk

mengambil data dan informasi yang relevan dengan masalah yang dikaji.

Kemudian dianalisis dan dievaluasi untuk menemukan hasil dan gambaran yang

(19)

16 BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Perairan Laut di Indonesia Saat ini

Indonesia memiliki luas laut 7.900.000 km2, empat kali dari luas daratannya.

Wilayah ini meliputi laut Teritorial, Laut Nusantara, dan Zone Ekonomi Ekslusif29.

Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957 sebagaimana juga telah di

singgung di atas, maka dilahirkan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang dan

sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI

Tahun 1945). Dalam deklarasi ini ditentukan bahwa batas perairan wilayah

Indonesia adalah 12 mil laut dari garis dasar pantai sampai titik terluar. Garis dasar

pantai adalah garis pantai rata-rata pada keadaan pasang surut.

Berbanding terbalik kiranya, negara kita dengan beberapa negara maju seperti

Inggris dan Amerika yang sedari awal telah memanfaatkan wilayah perairannya,

padahal dalam wilayah laut pedalaman terkandung banyak sumber daya alam.

Beberapa negara maju telah melakukan pengeboran minyak di wilayah lepas

pantai, sementara kita masih bergantung pada pengelolaan asing, yang jelas lebih

banyak kekayaan laut kita itu dikirim ke luar negeri saja.

Terakhir, aspek yang penting juga diperhatikan dengan semakin maraknya

industri di Indonesia jelas menimbulkan dampak buruk bagi keselamatan laut kita

yakni pencemaran laut. Laut biasanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer.

Karena kadar karbondioksida atmosfer meningkat, lautan menjadi lebih asam.

4.1.1 Kondisi Pulau-Pulau Terluar

29 Desember2005 Presiden Republik IndonesiaSusilo Bambang Yudhoyono

mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005. Di Peraturan Presiden

29 Helena Rihm, 2013, Luas Laut di Indonesia, Jurnal sosial-ekonomi, At Available

(20)

17 tersebut ditegaskan bahwa ada sebanyak 92 pulau terluar di wilayah Indonesia

berbatasan langsung dengan negara tetangga di antaranya: Malaysia (22), Vietnam

(2), Filipina (11), Palau (7), Australia (23), Timor Leste (10), India (13), Singapura

(4) dan Papua Nugini (1). Ke-92 pulau tersebut tersebar di 18 provinsi Indonesia

yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (6), Sumatera Utara (3), Kepulauan Riau (20),

Sumatera Barat (2), Bengkulu (2), Lampung (1), Banten (1), Jawa Barat (1), Jawa

Tengah (1), Jawa Timur (3), Nusa Tenggara Barat (1), Nusa Tenggara Timur (5),

Kalimantan Timur (4), Sulawesi Tengah (3), Sulawesi Utara (11), Maluku Utara

(1), Maluku (18), Papua (6) dan Papua Barat (3). Masih hangat diingatan kita, kasus

Sipadan dan Ligitan berhasil diklaim dan menjadi milik Malaysia. Karena Malaysia

lebih dominan melakukan eksplorasi, dan pemanfaatat terhadap pulau tersebut.

Padahal dalam demografi, atau peta yang dimiliki di zaman Hindia Belanda, pulau

Sipadan dan Ligitan adalah bagaian dari area milik Hindia Belanda. Artinya

wilayah Sipadan dan Ligitan dari bukti otentik sudah merupakan wilayah

Indonesia. Belum adanya kesepakatan tentang batas maritim antara Indonesia

dengan Filipina di Perairan Utara dan Selatan Pulau Miangas, juga menjadi salah

satu isu yang harus dicermati. Forum RI-Filipina yakni Joint Border Committee

(JBC) dan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) yang memiliki

agenda sidang secara berkala, dapat dioptimalkan menjembatani permasalahan

perbatasan kedua negara secara bilateral. Hasil pendataan Departemen Dalam

Negeri, dari 17.504 pulau di seluruh wilayah NKRI baru 7.870 pulau yang telah

memiliki nama. Sebanyak 9.634 atau 55 % belum bernama30. Mencermati kondisi

nyata yang ada di lapangan, dalam rangka inventarisasi pulau-pulau dan

menyatakan eksistensi kedaulatan Republik Indonesia di pulau-pulau tersebut perlu

ditempuh upaya pemberian nama pulau mengacu pada Standardization of Geographical Name” wilayah pulau-pulau tersebut dibangun pos pengamanan, infrastruktur, tanda batas, komunikasi dan fasilitas umum lainnya yang dibutuhkan

30 Damang, 2013, Jumlah Pulau Di Indonesia, Jurnal Hukum, At

(21)

18 masyarakat/penduduk setempat31. Pada tahun 2005 keluarlah Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil

Terluar. Adapun tujuan dari pengelolaan pulau-pulau kecil terluar tertuang dalam

Pasal 2 yaitu (1) menjaga keutuhan wilayah Negera Kesatuan Republik Indonesia,

keamanan nasional, pertahanan negara dan bangsa serta menciptakan stabilitas

kawasan. (2) memanfaatkan sumber daya alam dalam rangka pembangunan yang

berkelanjutan dan, (3) memberdayakan masyarakat dalam rangka peningkatan

kesejahteraan.

Sumber : Dinas Pembangunan Hukum Angkatan Laut 1988 -1999 Microsoft and/or supplier. Allright Reserved

Gambar diatas adalah gambar batas wilayah laut Indonesia yang berbatasan dengan beberapa negara tetangga. Dimana pada wilayah perbatasan tersebut banyak sekali potensi sumber daya alam, namun secara geografis juga berpengaruh pada kehidupan ekonomi, kependudukan, ideologi, politik, sosial, keamanan negara. Yang akibat dari rentan kendali ataupun ketidakpedulian pemerintah terhadap wilayah perbatasan tersebut muncul berbagai permasalahan krusial yang sering terjadi. Seperti misalnya saja Indonesia baru saja kehilangan 2 pulau yaitu Sipadan dan Ligitan hanya karena masalah administrasi belaka. Kemudian yang pernah heboh di berbagai media yaitu Karang Unarang. Belum lagi kasus Pulau Nipah, Pulau Marore, Pulau Miangas, dan Pulau Marampit serta Pulau Fanildo, Brass, dan

31Ibid.

(22)

19 Fanni yang juga masih bergejolak. Semua ini terjadi karena tidak ada perhatian dari pemerintah terhadap pulau-pulau tersebut.

P. NIPAH

KONDISI :

• MEMILIKI MENARA SUAR

• BERBATASAN DENGAN SINGAPURA

• TIDAK BERPENDUDUK & NYARIS TENGGELAM

Sumber : Dinas Pembangunan Hukum Angkatan Laut 1988 -1999 Microsoft and/or supplier. Allright Reserved

Gambar diatas adalah Pulau Nipah yang berbatasan dengan Singapura, dimana keadaaannya tidak berpenduduk dan nyaris tenggelam. Pulau ini dulu memiliki daratan yang luas namun akibat proyek reklamasi yang di lakukan oleh Negara Singapura yang menyebabkan luas daratan Singapura bertambah sebanyak 12 km sehingga pulau ini terancam akan hilang.

P. MARORE, MIANGAS & MARAMPIT

KONDISI :

• BERPENDUDUK (BERINTERAKSI DENGAN PENDUDUK PHILIPINA)

• ADA MENARA SUAR (KECUALI P. MARAMPIT)

• BERBATASAN DENGAN PHILIPINA

Sumber : Dinas Pembangunan Hukum Angkatan Laut 1988 -1999 Microsoft and/or supplier. Allright Reserved

(23)

20 4.1.2 Kondisi Pulau Pulau Kecil

Kondisi saat ini pihak swasta yang tidak seharusnya dapat memiliki pulau

kenyataannya 60 pulau di Kepulauan Seribu telah dimiliki oleh pihak swasta32.

Selain data dari judicial review Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007. Selain

pemilikan pulau oleh swasta, pengelolaan sumber daya alam di pulau-pulau kecil

pun menjadi masalah, antara lain:

(1). Belum Jelasnya Definisi Operasional Pulau-pulau Kecil

Definisi pulau-pulau kecil di Indonesia saat ini masih mengacu pada definisi

internasional yang pendekatannya pada negara benua, sehingga apabila diterapkan

di Indonesia yang notabene merupakan negara kepulauan menjadi tidak efisien

karena pulau-pulau di Indonesia luasannya sangat kecil bila dibandingkan dengan

pulau-pulau yang berada di negara benua. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri

bagi pembangunan pulau-pulau kecil di Indonesia. Apabila mengikuti definisi yang

ada, maka pilihan kegiatan-kegiatan yang boleh dilakukan di kawasan pulau-pulau

kecil sangat terbatas, yang tentu saja akan mengakibatkan pengelolaan pulau-pulau

kecil di Indonesia menjadi lambat.

(2). Kurangnya Data dan Informasi tentang Pulau-pulau Kecil

Data dan Informasi tentang pulau-pulau kecil di Indonesia masih sangat

terbatas, yang bisa diakses hanya data pulau terluar sedangkan data pulau-pulau

kecil tidak ada transparansi mengenai datanya. Sebagai contoh, pulau-pulau kecil di

Indonesia masih banyak yang belum bernama dari 17.504 baru 7.870 yang

bernama33, hal ini menjadi masalah tersendiri dalam kegiatan identifikasi dan

inventarisasi pulau-pulau kecil. Lebih jauh lagi akan menghambat pada proses

perencanaan dan pembangunan pulau-pulau kecil di Indonesia. Permasalahan lain

dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia adalah belum jelasnya

jumlah pulau dan panjang garis pantai, yang sangat berpengaruh dalam

32Poskota News, Ahok: 60 Pulau di Kepulauan Seribu Milik Swasta. Ini Gila,

http://poskotanews.com/2015/04/08/ahok-60-pulau-di-kepulauan-seribu-milik-swasta-ini-gila/, diakses pada 17 Maret 2016.

(24)

21 perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan sektor kelautan dan

perikanan.

(3). Kurangnya Keberpihakan Pemerintah terhadap Pengelolaan

Pulau-pulau Kecil

Orientasi pembangunan pada masa lalu lebih difokuskan pada wilayah

daratan (mainland) dan belum diarahkan ke wilayah laut dan pulau-pulau kecil

meski telah terdapat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, namun masih rendahnya kesadaran,

komitmen dan political will dari pemerintah dalam mengelola pulau-pulau kecil

inilah yang menjadi hambatan utama dalam pengelolaan potensi pulau-pulau

kecil. Sementara potensi kekayaan pulau-pulau kecil mencapai US$

60.578.651.400/tahun yang bersumber dari sektor perikanan, wisata bahari,

minyak bumi dan transportasi laut. Semestinya seluruh warga kepulauan saat ini

sudah memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi34.

(4). Pertahanan dan Keamanan

Pulau kecil di perbatasan masih menyisakan permasalahan di bidang

pertahanan dan keamanan. Hal ini disebabkan antara lain oleh belum

terselesaikannya permasalahan penetapan sebagian perbatasan maritim dengan

negara tetangga, banyaknya pulau-pulau perbatasan yang tidak berpenghuni dari

92 pulau terluar hanya 12 yang berpenghuni35, sangat terbatasnya sarana dan

prasarana fisik serta rendahnya kesejahteraan masyarakat lokal. Kondisi tersebut

menimbulkan kekhawatiran adanya okupasi negara lain dan memicu

berkembangnya permasalahan yang sangat kompleks, tidak saja berkaitan dengan

bagaimana upaya memeratakan hasil pembangunan, tetapi juga aspek pertahanan

keamanan dan ancaman terhadap keutuhan NKRI.

34 Andi Chairil Ichsan , 2015, terbengkalainya pulau pulau kecil di Indonesia, Artikel, At

Available http://fwi.or.id/publikasi/nasib-pulau-pulau-kecil-di-tanah-air/, diakses pada 17 Maret 2016.

35 Alamendah, 2010, Jumlah Pulau terluar di Indonesia dan berapa yang sudah

bernama, makalah, At

(25)

22 (5). Disparitas Perkembangan Sosial Ekonomi

Letak dan posisi geografis pulau-pulau kecil yang sedemikian rupa

menyebabkan timbulnya disparitas perkembangan sosial ekonomi dan persebaran

penduduk antara pulau-pulau besar yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah

dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

(6). Terbatasnya Sarana dan Prasarana Dasar

Pulau-pulau kecil sulit dijangkau oleh akses perhubungan karena letaknya

yang terisolir dan jauh dari pulau induk. Terbatasnya sarana dan prasarana seperti

jalan, pelabuhan, sekolah, rumah sakit, pasar, listrik, media informasi dan

komunikasi menyebabkan tingkat pendidikan (kualitas sumber daya manusia),

tingkat kesehatan, tingkat kesejahteraan dan pendapatan masyarakat pulau-pulau

kecil rendah. Aksebilitas keterjangkauan antar pulau pun masih terhambat, hal ini

diakibatkan kurangnya transportasi yang menghubugkan antar pulau. Padahal

terdapat 270 kapal penyeberangan yang dimiliki, terlebih hal ini sebagai

implementasi dari tol laut program pemerintah36.

(7). Konflik Kepentingan

Pengelolaan pulau-pulau kecil akan berdampak pada lingkungan, baik

positif maupun negatif sehingga harus diupayakan agar dampak negatif dapat

diminimalkan dengan mengikuti pedoman-pedoman dan peraturan-peraturan yang

dibuat. Di samping itu, pengelolaan pulau-pulau kecil dapat menimbulkan konflik

budaya melalui industri wisata yang cenderung bertentangan dengan kebudayaan

lokal; dan menyebabkan terbatasnya atau tidak adanya akses masyarakat terutama

pulau-pulau kecil yang telah dikelola oleh investor. Selain itu juga terjadi

pertentangan antara masyarakat adat dengan pemerintah terkait pengelolaan

pulau- pulau kecil.

(8). Degradasi Lingkungan Hidup

Pemanfaatan sumber daya yang berlebih dan tidak ramah lingkungan yang

disebabkan oleh lemahnya penegakan hukum, belum adanya kebijakan yang

36 Bambang Priharto, 2015, Pengembangan Tol Laut Dalam RPJMN 2015-2019 Dan

(26)

23 terintegrasi lintas sektor di pusat dan daerah serta rendahnya kesejahteraan

masyarakat telah berdampak pada meningkatnya kerusakan lingkungan hidup.

Diperkirakan diantara tahun 1990-2100 akan terjadi kenaikan rata-rata suhu global

sekitar 1,4 sampai 5,8 derajat celsius. Akibatnya akan terjadi kenaikan rata-rata

permukaan air laut disebabkan mencairnya gunung-gunung es di kutub37. Banyak

kawasan di dunia akan terendam air laut. Akan terjadi perubahan iklim global.

Hujan dan banjir akan meningkat. Wabah beberapa penyakit akan meningkat pula.

Produksi tumbuhan pangan pun terganggu. Pendek kata akan terjadi pengaruh

besar bagi keberlangsungan hidup manusia. Para peneliti dan ilmuwan yang

bergerak di bidang lingkungan sudah sangat ngeri membayangkan bencana besar

yang akan melanda umat manusia. Yang jadi masalah, kesadaran akan

permasalahan lingkungan ini belum merata di tengah umat manusia. Ini akan lebih

jelas lagi kalau melihat tingkat kesadaran masyakat di negara berkembang.

Jangankan masyarakat umum, di kalangan pemimpin pun kesadaran masalah

lingkungan ini masih belum merata.

37 Muthiah humairah, Kerusakan Lingkungan hidup di laut, Artikel, At

(27)

24 4.2 Rekonseptualisasi Sistem Kemaritiman Melalui Program Pemanfaatan

Pulau-Pulau Kecil Dan Terluar

Konsep pengelolaan sumber daya alam di bidang kemaritiman dalam hal ini

pengelolaan pulau-pulau terluar dan terkecil dibutuhkan demi memaksimalkan

pemanfaatan sumber daya laut. Solusi dari berbagai aspek dibutuhkan demi

tewujudnya tujuan untuk mensejahterakan masyarakat dengan jumlah pulau yang

sangat banyak ini.

1. Pengadaan peta tunggal mengenai pulau-pulau kecil dan terluar di

Indonesia

Data mengenai pulau-pulau di Indonesia belum lengkap bahkan sebagian besar

pulau-pulau kecil belum mempunyai nama. Hal ini akan menjadi penghambat

kelancaran perencanaan pembangunan dan berbagai permasalahan lainnya.

Pemerintah perlu mengadakan inventarisasi pulau-pulau yang berada di

wilayah perairan Indonesia. Pelaksanaan inventarisasi pulau memang tidak

mudah, tentu saja membutuhkan waktu yang lama dan dana besar yang harus

dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini menjadi investasi demi kesejahteraan

bangsa Indonesia melalui sumber daya laut kedepannya. Proses inventarisasi

pulau harus dilaksanakan dengan transparan serta melibatkan elemen

masyarakat.

Hasil dari proses inventarisasi nantinya akan menjadi peta tunggal yang dapat

menjadi acuan untuk sumber data. Peta tunggal ini kemudian akan digunakan

untuk perencanaan pembangunan di Indonesia. Peta tunggal juga akan

dipublikasikan demi asas good governance yang dapat diakses oleh

masyarakat agar menaruh kepercayaan kepada pemerintah.

Mengenai peta tunggal juga akan dilengkapi dengan informasi lainnya, seperti

potensi sumber daya alam dan karakteristik setiap pulau.

Peta tunggal juga menjadi pusat informasi pemetaan sumber daya alam

terkhususnya sumber daya laut di Indonesia. Hal ini akan membuat Indonesia

benar-benar merdeka dalam bidang sumber daya alam. Jumlah hasil sumber

(28)

25 dapat menyeimbangkan kebutuhan akan sumber daya alam rakyat Indonesia.

Dikembangkannya informasi ini akan membantu pemerintah dalam

pengoptimalan sumber daya yang adil dan seimbang untuk kesejahteraan

rakyat Indonesia.

2. Pemanfaatan pulau kecil terluar di Indonesia sebagai benteng pertahanan

keamanan

Di Indonesia sudah ada Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas

Pamtas), tetapi Satgas Pamntas hanya menduduki 12 pulau terluar dari 92

pulau terluar yang ada di Indonesia38. Hal ini berarti masih ada 80 pulau terluar

di Indonesia yang tidak diduduki oleh TNI.

Semua pulau terluar di Indonesia harus diduduki oleh TNI dan didirkan

monument hal ini sebagai salah satu bentuk active occupation39yang dapat

meminimalisir diklaimnya Pulau Indonesia oleh negara lain. Hal ini juga

disarankan oleh Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Moeldoko

yang mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo untuk menunjukkan

eksistensi dan kedaulatan negara terhadap puluhan pulau terluar Indonesia

yang saat ini berbatasan dengan negara lain40.

3. Pemanfaatan pulau-pulau kecil yang berada di inner sea

Mengenai pemanfaatan pulau-pulau kecil yang beradi di Indonesia yan berarti

berada di wilayah pesisir diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007

tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kemudian dirubah

dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014.

Didalam undang-undang tersebut diatur tentang hak pengelolaan perairan

pesisir dapat diberikan kepada :

a. Orang perorangan warga Negara Indonesia;

38Tegar Arief Fadly, Natuna Dicaplok China, Bukti Pulau Terluar Indonesia Rawan,

http://news.okezone.com/read/2014/03/13/340/954779/natuna-dicaplok-china-bukti-pulau-terl uar-indonesia-rawan, diakses pada 18 Maret 2016.

39 Pengertian active occupation

40Harry Siswoyo, Panglima TNI Usulkan Semua Pulau Terluar Ada Monumen,

(29)

26 b. Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, atau; Masyarakat

adat.

Sumber daya laut pesisir di pulau-pulau kecil belum maksimal bahkan masih

jauh dari apa yang diharapkan. Banyaknya pulau yang tidak berpenghuni sudah

pasti menandakan tidak ada yang mengelola. Seperti yang telah dipaparkan oleh

undang-undang, masyarakat adat juga berhak mengelola sumber daya laut pesisir.

Nantinya data pengelolaan, masyarakat adat harus diutamakan terlebih dahulu

karena semua tanah di Indonesia adalah tanah hak ulayat.

Masyarakat adat sudah berada di berbagai pulau kecil di Indonesia jauh

sebelum Indonesia terbentuk, jadi hak mereka harus diutamakan. Setelah itu

barulah orang perorangan hingga badan hukum diperbolehkan untuk

mengelola sumber daya laut. Pengelolaan juga akan diatur dalam regulasi lebih

lanjut mngenai pengelolaan sumber daya laut pulau–pulau kecil di Indonesia.

Pengelolaan sumber daya laut berdasarkan karakteristik wilayah pulau-pulau.

Hal ini nantinya akan sangat menguntungkan dan akan mensejahterakan

masyarakat terkhususnya di berbagai pulau-pulau kecil di Indonesia. Untuk

pulau kecil yang berada dekat dengan lokasi

4. Aksesibilitas

Sumber daya laut yang melimpah dan dikelola dengan baik tentu saja tidak

akan maksimal proses pemanfaatannya jika aksesibilitas antar pulau belum

mendukung. Potensi sumber daya laut setiap pulau-pulau kecil yang berbeda

mengharuskan adanya penyaluran dan penerimaan sumber daya laut dari

pulau-pulau kecil lainnya.

Pemerintah diharapkan dapat menyediakan alat transortasi laut untuk

mempermudah aksesibilitas demi pendistribusian hasil pengelolaan sumber

daya alam. Peningkatan aksesibiltas antar pulau juga akan berdampak positif

pada keamanan wilayah perbatasan karena TNI dengan mudah dapat

mengadakan patroli di wilayah perairan terluar di Indonesia karena tidak hanya

alat transportasi yang ditingkatkan, fasilitas berupa dermaga juga perlu

(30)

27 BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pemanfaatan Sumber Daya Laut khususnya di wilayah pulau-pulau kecil dan

terluar di Indonesia selama ini, dengan luas laut 7.900.000 km2, empat kali dari

luas daratannya masih jauh dalam rangka memenuhi kesejahteraan masyarakat

di wilayah tersebut. Besarnya potensi kelautan yang dimiliki ternyata tidak

sebanding dengan kondisi pengelolaan utamanya persoalan kondisi

pulau-pulau kecil dan terluar di Indonesia yang begitu kompleks, saling

tumpang tindihnya kewenangan hingga persoalan sarana dan prasarana yang

tidak memadai menjadi potret kondisi pulau-pulau kecil dan terluar di

Indonesia. Dengan begitu besarnya potensi yang ada sementara konsep

kemaritiman saat ini, belum mampu memberi solusi terhadap pemanfaatan

pulau-pulau kecil dan terluar guna memberi kesejahteraan pada rakyat, maka

diperlukan langkah solutif guna menyelesaikan persoalan yang ada.

2. Rekonseptualisasi sistem kemaritiman diperlukan dalam pengelolaan

pulau-pulau kecil dan terluar. Jika pemerintah ingin memanfaatkan 17.504

pulau di Indonesia tentunya membutuhkan data terlebih dahulu, melakukan

inventarisasi pulau-pulau kecil dan terluar yang akan menghasilkan peta

tunggal yang mencakup semua informasi mengenai pulau di Indonesia adalah

langkah awal yang tepat dan investasi jangka panjang yang dapat dilakukan

pemerintah. Setelah melengkapi informasi maka pemanfaatan pulau dapat

dilakukan, pulau-pulau terluar Indonesia sebanyak 92 pulau wajib diduduki

oleh TNI demi pembangunan benteng keamanan. Mengenai pulau yang berada

di daerah inner sea akan dimanfaatkan sepenuhnya oleh pemerintah dengan

pemberdayaan masyarakat penduduk pulau sebagai eksekutornya. Pemafaatan

pulau akan sesuai dengan karakteristik pulau dan budaya yang telah ada di

masyarakat pulau. Sumber daya alam yang dikelola tentunya akan lebih

(31)

28 antar pulau di Indonesia merupakan kewajiban pemerintah, untuk itu akan

diadakan peningkatan saran dan prasarana aksesibilitas pulau. Semua aspek ini

jika dilaksanakan dengan baik dan benar akan mewujudkan kesejahteraan

masyarakat khususnya dalam bidang ekonomi.

5.2 Saran

1. Diharapkan pemerintah selalu melakukan pemutakhiran tentang data-data

pulau terbaru dengan setiap saat melakukan inventarisasi pulau.

2. Diharapkan pemerintah peduli kepada masyarakat di wilayah pulau-pulau kecil

dan terluar dengan memberi rasa aman dan identitas warga masyarakat di

wilayah tersebut dengan menempatkan pos-pos TNI, pembangunan monumen

dan selalu melakukan renovasi.

3. Diharapkan pemerintah memperpendek rentan kendali di pulau-pulau kecil dan

terluar dengan membangun pelabuhan-pelabuhan dan pengadaan kapal-kapal

sebagai alat transportasi atau penghubung.

4. Diharapkan pemerintah mengakui dan menghargai keberadaan masyarakat

adat yang ada di pulau-pulau tersebut dengan seluruh eksistensinya baik

hukum adatnya maupun budaya pengelolaan sumber daya alamnya.

5. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih aktif untuk bekerjasama dengan

pemerintah dalam pengelolaan pulau-pulau terluar dan terkecil dengan tidak

(32)

29 DAFTAR PUSTAKA

REGULASI

Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil

dan Terluar.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara.

PERJANJIAN INTERNASIONAL

Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional Tahun 1982 (UNCLOS 82).

SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Revency Vania Rugebregt, Disertasi, 2016.Pengelolaan Sumber Daya Alam Laut

Pesisir Oleh Pemerintah dan Implikasinya Terhadap Lingkungan Hidup

Masyarakat Adat. Universitas Hasanudin.

BUKU

Achmad Ali. 1997.Menang dalam Perkara Perdata. Ujungpandang: Ukhuwah

Grafika.

Bambang Priharto. 2015.Pengembangan Tol Laut Dalam RPJMN 2015-2019 Dan

Implementasi 2015. Badan Perencana Pembangunan Nasional.

Raihan Mahdy dkk. 2015.Reformulasi Kebijakan Dana Bagi Hasil Guna

Mewujudkan Desentralisasi Fiskal Dalam Bingkai Negara Kesejahteraan.

Semarang.

Sekretariat Jenderal MPR-RI. 2012.Panduan Permasyarakatan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dan Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Jakarta.

Seri Bahasa Indonesia. Semarang: Aneka Ilmu.M.Marwan & Jimmy P.

2009.Kamus HUKUM Dictionary Of Law Complette Edition. Surabaya:

Reality Publisher.

(33)

30 Sudirman Saad. 2014.Laut Masa Depan Kita. Jakarta.

INTERNET

Anonim.Deklarasi Djuanda.https://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi_Djuanda.

Anonim. Luas Wilayah Negara Indonesia.

http://www.invonesia.com/luas-wilayah-negara-indonesia.html

Alamendah. 2010.Jumlah Pulau terluar di Indonesia dan berapa yang sudah

bernama.makalah.AtAvailablehttp://alamendah.org/2010/04/21/daftar-pulau

-terluar-indonesia/.

Anonim.Empat Syarat Agar Sebuah Daerah disebut

Pulau.http://brainly.co.id/tugas/2636233.

Damang. 2013. Jumlah Pulau Di Indonesia. Jurnal Hukum, At

Availablehttp://www.negarahukum.com/hukum/masalah-pulau-pulau-terlua

r-kondisi-dan-perairan-kita.html.

Harry Siswoyo.Panglima TNI Usulkan Semua Pulau Terluar Ada

Monumen.http://nasional.news.viva.co.id/news/read/628651-panglima-tni-u

sulkan-seluruh-pulau-terluar-ada-monumen.

Helena Rihm. 2013.Luas Laut di Indonesia. Jurnal sosial-ekonomi. At

Availablehttps://www.coursehero.com/file/8584620/uraian-bantuan-berpola

-hibah-sosial-ekonomi/

Kementrian PPN/Bappenas. Kebijakan dan

Strategi.http://www.bappenas.go.id/index.php/pencarian/?s=pulau-pulau&cs

rf_token=

Masad Masrur.Kewajiban Negara Terhadap Kesejahteraan

Rakyat.http://masadmasrur.blog.co.uk/2008/11/27/kewajiban-negara-terhada

p-kesejahteraan-rakyat-5119802/.

Muthiah Humairah.Kerusakan Lingkungan hidup di laut. Artikel. At

(34)

31 Poskota News.Ahok: 60 Pulau di Kepulauan Seribu Milik Swasta. Ini

Gila.http://poskotanews.com/2015/04/08/ahok-60-pulau-di-kepulauan-serib

u-milik-swasta-ini-gila/.

Pusjianmar.Konsep Negara Maritim dan Ketahanan

Nasional.http://pusjianmar-seskoal.tnial.mil.id/Portals/0/Konsep%20Negara

%20Maritim%20Dan%20Ketahanan%20Nasional..pdf.

Samsir.Makalah Wawasan Kemaritiman “Kebijakan Politik Dalam Negara

Maritim.http://www.slideshare.net/samsir07/kemaritiman-indonesia.

Tegar Arief Fadly.Natuna Dicaplok China, Bukti Pulau Terluar Indonesia

Rawan.http://news.okezone.com/read/2014/03/13/340/954779/natuna-dicapl

(35)

32 LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Nurul Mutmainnah

Tempat dan tanggal lahir. : Makassar, 12 Oktober 1996 Perguruan Tinggi : Universitas Hasanuddin Jurusan/Fakultas : Ilmu Hukum/Hukum Nomor telepon/ HP : 082349953344

E-mail : nmutmainnah96@yahoo.com

Akun Media Sosial :

Facebook : Nurul Mutmainnah

Twitter : @mutmainna96

Karya ilmiah yang pernah dibuat :

1. Penerapan Sistem E-Voting Sebagai Upaya Mewujudkan Penyelenggaraan Pemilu Yang Jujur dan Adil

2. Reaktualisasi Nilai Strategis Barang Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam dalam Konstelasi Benua Maritim Indonesia

3. KKN Kemaritiman: Aktualisasi Peran Mahasiswa Universitas Hasanuddin Guna Membangun Benua Maritim Indonesia

4. Legal Aid Democracy: Pengembalian Entitas

Bantuan Hukum Dalam Mewujudkan Aksesibilitas Hukum Bagi Masyarakat Indonesia Dan

Pembangunan Hukum Nasional Penghargaan-penghargaan yang pernah diraih

:

1. Finalis Scientific Writing Competition of Politic and Law 2015, Universitas Muhammadiyah Malang

2. Finalis Airlangga Law Competition 2016, Universitas Airlangga.

3. Finalis Lomba Karya Tulis Kemaritiman Se-Indonesia Timur 2015, Universitas Hasanuddin

(36)

33

2. Ararkula Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku

10. Batu Goyang Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku

11. Batu Kecil Kabupaten Lampung Barat, Lampung

12. Batu Mandi Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau 13. Benggala Kota Sabang, Aceh

14. Bepondi Kabupaten Biak

(37)

34 32. Karang Kabupaten Maluku

Tenggara, Maluku

33. Karaweira Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku

39. Kolepon Kabupaten Merauke, Papua

46. Lingian Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah

49. Mangkai Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau

58. Mega Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu

(38)

35

70. Salando Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah

71. Salaut Besar Kabupaten Aceh Utara, Aceh

72. Sambit Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

73. Sebatik Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur

74. Sebetul Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau

75. Sekatung Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau

82. Simeuleuceut Kabupaten Aceh Barat, Aceh

Gambar

Gambar diatas adalah gambar batas wilayah laut Indonesia yang berbatasan dengan beberapa negara tetangga
Gambar diatas adalah Pulau Nipah yang berbatasan dengan Singapura, dimana keadaaannya tidak berpenduduk dan nyaris tenggelam

Referensi

Dokumen terkait

Key adalah satu atau gabungan dari beberapa atribut yang dapat membedakan semua row dalam relasi secara unik.!.

Dengan memiliki pelanggan-pelanggan yang setia berarti usaha memiliki mitra bisnis yang sangat potensial untuk keberlangsungan jalannya bisnis perusahaan atau organisasi bisnis

yang berada dibawah naungan Provinsi Jawa Barat, maka moto Dinas Pendidikan.. Provinsi Jawa Barat sama seperti halnya moto Jawa Barat yaitu, Gemah

Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan (melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya) terkait materi Semangat Para Pendiri Negara dalam

Percikan api (Spark) tersebut masuk melalui tingkap sisi (side scuttle) yang terbuka pada sisi kanan lambung kapal antara gading-gading nomor 62-63 dan mengenai

1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah

Hasil yang diperoleh tentang hambatan siswa dalam pelaksanaan praktikum PME menunjukkan bahwa untuk kategori cukup terhambat pada sub variabel ketersediaan alat

yang tumbuh pada kondisi kekeringan akan mengurangi jumlah stomata, sehingga akan menurunkan laju kehilangan air yang diikuti dengan penutupan stomata dan menurunnya