PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II
VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN KADAR PARACETAMOL
DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Rini Anggraeni P
P17335112036
Farmasi IIB
JURUSAN FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II
VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN KADAR PARACETAMOL
DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
I.
TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat memahami Uji Akurasi dalam proses validasi analisis penetapan kadar Paracetamol dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS. 2. Agar mahasiswa dapat memahami Uji Presisi dalam proses validasi analisis
penetapan kadar Paracetamol dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS. 3. Agar mahasiswa dapat memahami Uji Linieritas dalam proses validasi analisis
penetapan kadar Paracetamol dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS. 4. Agar mahasiswa dapat memahami Uji LOD & LOQ dalam proses validasi analisis
penetapan kadar Paracetamol dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS.
II. PENDAHULUAN
Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah dihasilkannya data uji yang valid. Secara sederhana hasil uji yang valid dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy) dan presisi (precission) yang baik.
Menurut ISO/IEC, Validasi diartikan sebagai kegiatan konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti yang objektif bahwa persyaratan tertentu untuk suatu maksud khusus harus terpenuhi.
Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV (Hal:649-650), Parasetamol mempunyai beberapa sinonim yakni Parasetamolum, Asetaminofen, dan 4-hidroksiasetanilida. Dengan rumus kimia C8H9NO2 dan berat molekul 151,16, senyawa ini berwujud serbuk
hablur berwarna putih, tidak berbau dengan rasa sedikit pahit. Paracetamol bersifat mudah larut dalam etanol, air mendidih dan dalam NaOH 1N.
III. HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN
1. Uji Akurasi
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan.
Uji ini dilakukan kepada contoh yang diperkaya (spike) dengan sejumlah analit yang diketahui kuantitasnya. Spike adalah matriks contoh yang mengandung suatu kisaran analit. Diharapkan nilai recovery yang dihasilkan mendekati 100%. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kesalahan sisematik. Untuk syarat rentang recovery yang diterima tergantung dari jumlah analit yang akan diukur.
Analit pada matriks sampel (%) Rata-rata yang diperoleh (%)
100 98-102
Sampel ditimbang dengan bobot setara 336, 420, dan 504 mg parasetamol kemudian diekstraksi sebanyak 3 kali dan volumenya dicukupkan dengan etanol secara berturut-turut hingga 100,0 mL; 100,0 mL dan 100,0 mL sehingga diperoleh total 9 hasil ekstraksi. Tiap hasil ekstraksi dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL, lalu dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL dan diencerkan kembali hingga 10 mL. Larutan terakhir ini diukur serapannya pada panjang gelombang 245 nm.
(ppm) Baku (ppm) Sampel +baku
80 sebesar 80 – 110%. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan kadar Parasetamol dengan menggunakan Spektrofotometri UV-VIS memiliki akurasi yang baik.
2. Uji Presisi
diterapkan secara berulang-ulang pada sampel yang diambil dari campuran yang homogen.
Ada tiga jenis presisi yaitu repeatability (keterulangan), presisi antara, dan reprodusibitas (ketertiruan).
a. Repeatabiliy (keterulangan)
Keterulangan adalah kemampuan metode untuk memberikan hasil analisis yang sama untuk beberapa sampel yang kadarnya sama yang dilakukan oleh satu orang analis pada waktu terhadap beberapa sampel yang sama. Keterulangan diukur terhadap 6 jenis sampel dengan konsentrasi yang sama (100% dari konsentrasi actual) atau 3 jenis sampel dengan konsentrasi 80, 100, 120% dari konsentrasi actual yang ditetapkan masing-masing tiga kali (triplikasi).
b. Presisi antara
Presisi antara adalah pengukuran kinerja metode dimana sampel-sampel diuji dan dibandingkan dilakukan oleh analis yang berbeda. Menggunakan peralatan berbeda dan pada hari yang berbeda. Presisi antara tidak perlu diuji jika kajian reprodusibilitas telah dilakukan.
c. Reprodusibilitas (ketertiruan)
Uji ketertiruan adalah pengujian presisi yang terakhir dan tuntas. Reprodusibilitas diuji dengan cara menyiapkan sampel yang homogeny dan stabil, lalu diuji oleh beberapa laboratorium (studi kolaboratif). Hasil ini akan memperlihatkan adanya galat acak yang disebabkan oleh sampel dan laboratorium, serta galat sistematik. Datanya diolah dengan uji ANOVA.
Penetapan Kadar Sampel
Dua puluh tablet merek dagang ditimbang satu persatu dan dihitung bobot rata-ratanya. Tablet diserbukkan lalu ditimbang seksama 472,0 mg, dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer yang berisi 25 mL etanol, dikocok, lalu disaring, diulangi sebanyak 3 kali, kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 mL. Dari larutan tersebut dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL, kemudian dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL dan diencerkan kembali hingga 10 mL, lalu diukur serapannya pada gelombang 245 nm.
Data Kadar Sampel dan Absorbansi Sampel
80
Hasil Pengujian Kadar Parasetamol Dengan Uji Presisi
Pengulangan ke- ParasetamolKadar
Syarat CV PENGUKURAN < CV HORWITZ
Kesimpulan PRESISI BAIK
Pembahasan :
Parameter yang digunakan untuk menyatakan presisi adalah simpangan baku (SD), simpangan baku relative (RSD), dan koefisien variansi (CV). Dalam uji presisi ini, presisi dikatakan baik apabila CV pengukuran < CV Horwitz. Dari data pengukuran diatas diketahui CV pengukuran adalah 0,4810 dan CV Horwitz yang telah dihitung dengan rumus : 0,66 x 2(1-0,5 log C) didapat sebesar 5,2730. Sehingga nilai CV pengukuran lebih kecil dari
nilai CV Horwitz. Maka, dapat disimpulkan bahwa metode analisis yang dilakukan memiliki presisi yang baik karena sudah memenuhi persyaratan tersebut.
3. Uji Linieritas
Linieritas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x). linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasinya.
0.995. Kurva kalibrasi harus linier karena jika kurva kalibrasi sudah tidak linier lagi, maka kesalahan hasil dalam analisa uji perbandingan semakin besar.
Prosedur dari uji Linieritas adalah sebagai berikut:
Pembuatan Larutan Baku
Parasetamol (p.a.) ditimbang teliti sebanyak 60 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10,0 mL, ditambah etanol hingga 10 mL, lalu dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, dan ditambah etanol hingga 10 mL.
Pembuatan Kurva Baku
Sebanyak 50 mg parasetamol (p.a.) yang ditimbang teliti dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambah etanol hingga 50 mL, lalu dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah dengan etanol hingga 10 mL, dipipet sebanyak 5 mL dan diencerkan hingga 50 mL, kemudian dipipet kembali sebanyak 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 mL, masing-masing dicukupkan volumenya dengan etanol hingga 10 mL. Serapan masing-masing-masing-masing diukur pada gelombang 245 nm.
Hasil Absorbansi Untuk Uji Linieritas :
No Konsentrasi (ppm)(x) Absorbansi (y)
xy x2 y2 ∑ (x)2
1 1 0,0198 0,0198 1 0,000392 784
2 2 0,1876 0,3752 4 0,035194
3 3 0,2765 0,8295 9 0,076452
4 4 0,3869 1,5476 16 0,149692
5 5 0,4617 2,3085 25 0,213167
6 6 0,5771 3,4626 36 0,333044
7 7 0,6982 4,8874 49 0,487483
∑ 28 2,6078 13,4306 140 1,295424
Rata-rata 4 0,372542857 1,918657143 20 0,185061
Intersep (a) -0,0559
0 1 2 3 4 5 6 7 8 nilanya mendekati 1. Suatu metode bersifat linear jika nilai R2nya lebih besar dari 0,98.
Dalam pengukuran didapat nilai R2 sebesar 0,992.Maka, dapat disimpulkan bahwa
metode analisis memiliki nilai linieritas yang baik.
4. Uji Limit Deteksi dan Limit Kuantisasi
dan kemiringan (slope, S) kurva baku pada level yang mendekati LOD. Standar deviasi respon dapat ditentukan berdasarkan pada standar deviasi blanko, standar deviasi residual dari garis regresi, atau standar deviasi intersep y pada garis regresi.
LOQ (Limit Of Quantification) atau batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. Sebagaimana LOD, LOQ juga diekspresikan sebagai konsentrasi.
Prinsip Pengujian:
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis segresi linier dari kurva kalibrasi yang di dapat dari uji linearitas. Untuk mendapat nilai batas deteksi dan kuantitasi gunakan nilai slope (b) dan simpangan baku residual (SDx).
Hasil Absorbansi Blanko:
Pengulangan ke- Absrobansi blanko xi-x (xi-x)2 Ʃ(xi-x)2/(n-1)
1 0,0000 -0,00023 0,0000001
Alat dapat mendeteksi sampel hingga konsentrasinya 0,1778 mg/L. Apabila konsentrasi sampel dibawah 0,1778 mg/L maka alat tidak dapat mendeteksi. Dan jika konsentrasinya diatas 0,1778 mg/L maka alat dapat mendeteksi tetapi presisi dan akurasinya kurang baik dan tidak dapat di pertanggung jawabkan.