Subjek dan Objek Hukum
1.
Subjek Hukum
Adalah setiap makhluk yang berwenang untuk memiliki, memperoleh, dan
menggunakan hak serta kewajiban dalam lalu lintas hukum.
Subjek hukum terdiri atas dua :
a. Manusia (natuurlijke person)
Pasal 1 Kitab Undang Undang Hukum (KUH) perdata menyatakan bahwa menikmati hak kewargaan tidak bergantung pada hak-hak kenegaraan.
Pasal 2 KUH Perdata bahwa anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan,
dianggap telah dilahirkan bila kepentingan si anak menghendakinya dan apabila si anak itu mati sewaktu dilahirkan dianggap ia tidak pernah ada.
Pasal 3 KUH Perdata tiada suatu hukumanpun yang mengakibatkan kematian perdata, atau hilangnya segala hak-hak kewargaan.
Oleh karena itu dalam hukum dapat dibedakan dari segi perbuatan hukum :
1. Cakap melakukan perbuatan hukum. Orang dewasa menurut hukum (telah berusia 21 tahun) dan berakal sehat
2. Tidak cakap melakukan perbuatan hukum. Berdasarkan pasal 1330 KUH perdata tentang orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian :
A. orang-orang yang belum dewasa
B. orang yang ditaruh dibawah pengampunan, yang terjadi karena gangguan jiwa, pemabuk
dan pemboros
C. wanita yang dalam perkawinan/berstatus sebagai istri (dahulu-sekarang equal)
b. Badan Hukum (rechts Persoon)
Adalah subjek hukum yang dapat bertindak hukum seperti manusia dan sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat melakukan sebagai hak manusia.
Suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum dengan cara : a. Didirikan dengan AKTA notaries
b. Didaftarkan di kantor panitera pengadilan negeri setempat
c. Dimintakan pengesahan anggaran dasar kepada Mentri Kehakiman dan HAM
Badan hukum
(rechts persoon)
dibedakan dalam dua bentuk :
1. Badan hukum public
(public rechts persoon)
Adalah badan hukum yang didirakan berdasarkan hukum public, yang
menyangkut kepentingan public, orang banyak dan Negara umumnya.
Contoh : eksekutif, pemerintahan.
2.
Badan hukum privat
(privat rechts persoon)
Adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang
menyangkut kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu.
2. Objek Hukum
Menurut system KUH perdata benda dpat dibedakan sebagai berikut :
1. Barang yang wujud
(lichamelijk)
dan barang yang tidak berwujud
(onlichamelijk)
2. Barang yang bergerak dan barang yang tidak bergerak (yang paling penting)
Benda tidak bergerak Dapat dibedakan menjadi :
a. Benda tidak bergerak karena sifatnya, misalnya pohon, arca, dan patung.
b. Benda tidak bergerak karena tujuannya, yaitu alat-alat yang dipakai dalam pabrik.
c. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, berwujud atas benda-benda
yang tidak tidak bergerak. Misak hipotik.
Benda bergerak dapat dibedakan menjadi :
1. Benda bergerak karena sifatnya, yaitu benda yang dapat dipindahkan.
2. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, yaitu hak atas benda bergerak misalnya saham PT.
3. Barang yang dapat dipakai habis dan barang-barang yang dipakai tidak habis 4. Barang-barang yang sudah ada dan yang masih aka nada.
5. Barang-barang uang dalam perdagangan dan yang diluar perdagangan
Secara garis besar benda terbagi dalam dua :
1. Benda yang bersifat kebendaan, yaitu benda yang sifatnya dapat dilihat,
diraba dan dirasakan
Hak kebendaan adalah hak mutlak sedangkan lawannya adalah hak yang
nisbi/hak relative yang kedua merupakan bagian dalam hak perdata.
1. Hak Mutlak
1.
Hak kepribadian, misalnya hak atas namanya, hidup, kemerdekaan
2.
Hak yang terletak dalam hukum keluarga yaitu hak yang timbul karena
adanya hubungan suami istri
3.
Hak mutlak atas suatu benda inilah disebut hak kebendaan.
2. Hak Nisbi
Yaitu semua hak yang timbul karena adanya hubungan
perutangan, sedangkan perutangan timbul dari perjanjian,
undang-undang.
Hak kebendaan didalam KUHP dibedakan menjadi dua :
1. Hak kebendaan yang sifatnya memberikan kenikmatan atas
suatu benda.
Cara memperoleh hak milik suatu benda :
1. Pelekatan
2. Kadarluwarsa
3. Pewarisan
4. Penyerahan
(levering)
berdasarkan suatu tittle
4.
HAK KEBENDAAN YANG BERSIFAT SEBAGAI PELUNASAN HUTANG (HAK
JAMINAN)
Merupakan hak yang melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan
kepadanya untuk melakukan eksekusi kepada benda yang dijadikan jaminan,
apabila debitor melakukan wanprestasi.
Macam-macam hak jaminan :
a. Jaminan Umum
Diatur pasal 1131 KUHP : segala kebendaan debitor, baik yang ada maupun yang akan ada, baik bergerak maupun yang tidak bergerak merupakan jaminan terhadap pelunasan hutang dibuatnya.
Pasal 1132 KHUP : harta kekayaan debitor menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua kreditor yang memberikan utang kepadanya.
Benda yang dapat dijadikan jaminan :
1. Berda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang)
2. Benda tersebut dapat dipindahtangankan haknya kepada pihak lain.
b. Jaminan Khusus
merupakan jaminan yang diberikan hak khusus, misalnya :
1. Gadai
Sifat-sifat gadai :
1. Gadai adalah benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
2. Gadai bersifat accesoir, artinya merupakan tambahan dari perjanjian pokok yang dimaksudkan
untuk menjaga jangan sampai debitor itu lalai membayar hutangnya kembali. 3. Adanya sifat kebendaan
4. Syarat inbezitztelling, artinya benda gadai harus ke luar dari kekuasaan pemberi gadai atau
benda gadai diserahkan dari pemberi gadai kepada pemegang gadai. 5. Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri
6. Hak preferensi (hak untuk didahulukan), sesuai dengan pasal 1130 jo pasal 1150 KUHP
7. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, artinya sebagian hak gadai tidak akan menjadi
hapus dengan membayarnya sebgaian dari hutang.
Hak pemegang gadai :
1. Pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan atas kekuasaan sendiri.
2. Pemegang gadai berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang berupa biaya-biaya yang
telah dikeluarkan utnuk menyelamatkan benda gadai.
3. Pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan benda gadai (hak retensi) sampai
ada pelunasan hutang dari debitur
4. Pemegang gadai mempunyai hak preferensi (hak untuk didahulukan) dari
kreditur-kreditur yang lain.
5. Hak untuk menjual benda gadai dengan perantara hakim
Kewajiban-kewajiban pemegang gadai :
1. Pasal 1157 ayat 1 KUHP, pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya
harga barang yang digadaikan
2. Pasal 1156 KUHP ayat 2, kewajiban untuk memberitahukan pemberi gadai jika barang gadai dijual
3. Pasal 1159 ayat 1 KUHP, bertanggung jawab terhadap hasil penjualan barang gadai
4. Kewajiban untuk mengembalikan benda gadai jika debitor melunasi hutangnya
5. Kewajiban untuk memelihara benda gadai.
Hapusnya gadai :
1.
Hapusnya perjanjian pokok
2.
Karena musnahnya benda gadai
3.
Karena pelaksana eksekusi
2.
Hipotik
Pasal 1162 KUHP adalah suatu hak kebendaan atas benda tidak bergerak untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perutangan.
Sifat-sifat hipotik :
1. Bersifat accesoir, seperti halnya dengan gadai
2. Mempunyai sifat zaaksgevolg (droit de suite) yaitu hak hipotik senantiasa mengikuti bendanya dalam tagihan tangan siapapun benda tersebut berada (pasal 1163 ayat KUHP)
3. Lebih didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain pasal (1133-1134 ayat2 KUHP)
4. Objeknya benda-benda tetap.
Perbedaan gadai dan hipotik :
1. Gadai harus disertai dengan penyerahan kekuasaan atas barang yang digadaikan, sedangkan hipotik tidak
2. Gadai hapus jika barang yang digadaikan berpindah ke tangan orang lain, sedangkan hipotik tidak.
3. Suatu barang tidak pernah dibebani lebih dari satu gadai, walaupun tidak dilarang, tetapi beberapa hipotik yang bersama-sama dibebankan di atas satu beda adalah sudah merupakan keadaan biasa.
4. Adanya gadai dibuktikan dengan segala macam pembuktian yang dapat dipakai untuk membuktikan perjanjian pokok, sedangkan adanya perjanjian hipotik dibuktikan dengan akta otentik.
Hak tanggunan
Benda-benda yang dapat dijadikan jaminan utang yang bersifat khusus dengan syarat :
1. Benda tersebut dapat bersifat ekonomis
2. Benda tersebut dapat dipndahtangankan haknya kepada pihak lain
3. Tanah yang dijadikan jaminan ditunjuk oleh undang-undang
4. Tanah-tanah tersebut sudah terdaftar dalam daftar umum berdasarkan PP
no.29 tahun 1997
Fungsi pendaftaran tanah adalah :
1. Sebagai syarat konstitutif lahirnya hak tanggungan
2. Sebagai pembuktian telah terjadi hak tanggungan.
3. Sebagai alat bukti bagi para debitor, kreditor maupun pihak ketiga, setiap pembebanan hak
tanggungan diberikan sertifikat hak tanggungan yang terdiri dari : 1. Salinan buku tanah hak tanggungan
3.
Fidusia
Merupakan suatu perjanjian antara debitor dan kreditor yang
isinya penyerahan hak milik secara kepercayaan atas benda
bergerak milik debitor kepada kreditur.
Bentuk perjanjian Fidusia :
Pasal 5 ayat 1 UUJF, akta jaminan fidusia memuat :
1.
Identitas pihak pemberi dan penerimaan fidusia
2.
Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia
3.
Uraian benda yang menjadi objek jaminan fidusia
Pendaftaran fidusia
Sebagai bukti kreditor sebagai pemegang jaminan fidusia diperoleh sertifikat
jaminan fidusia diperoleh 965060 sertifikat jaminan fidusia yang ditertibkan
oleh kantor pendaftaran fidusia pada tanggal yang sama.
Tujuan daripada pendaftaran adalah sebagai berikut :
1.
Untuk melahirkan jaminan fidusia bagi penerimaan fidusia dan menjamin
pihak yang mempunyai kepentingan atas benda yang dijaminkan
2.
Untuk memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum kepada
penerima dan pemberi fidusia serta pihak ketiga yang berkepentingan.
3.
Memberikan hak yang didahulukan
4.
Memenuhi asas spesialitas dan publisitas
5.
Member rasa aman kepada kreditur penerima jaminan fidusia dan
Ekesekusi jaminan fidusia :
Diatur dalam pasal 29 s/d 34 UUJF, di mana pasal 39 UUJF dikatakan apabila debitor cidera janji. Eksekusi dapat dilakukan dalam beberapa cara :
1. Pelaksanaan title eksekultoral sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (2) oleh kreditor
2. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan debitor sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan.
3. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan debitor dan kreditor, jika dengan cara demikian dapat diperoleh hasil tertinggi yang menguntungkan para pihak.