• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUBJEK dan OBJEK HUKUM islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SUBJEK dan OBJEK HUKUM islam "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SUBJEK dan OBJEK HUKUM

Disusun oleh :

Shofwatul Hanani (8111413253) ILMU HUKUM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat mengerjakan makalah Pengantar Ilmu Hukum. Besar harapan kami agar makalah yang kami buat ini dapat diterima olrh pembaca dan memberikan informasi mengenai subjek dan objek dalam kaitannya dengan hukum. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna. Maka, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Kami ucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban untuk bertindak dalam hukum. Sedangkan objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Objek hukum berupa benda atau barang atau hak yang dimiliki dan bernilai ekonomis.

Subjek Hukum terdiri atas subjek Hukum Manusia dan Subjek Hukum Badan Usaha. Dan Objek Hukum memiliki dua jenis yang berdasarkan 503-504 KUH Perdata, disebutkan bahwa benda dapat dibagi menjadi dua yakni, benda yang bersifat kebendaan (Materiekogoderen), dan benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekogoderan).

(4)

4. Sifat objek hukum?

BAB II PEMBAHASAN

Dalam dunia hukum, perkataan orang (Persoon) berarti pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan disebut subjek hukum. Subjek hukum itu terdiri dari :

a. Manusia (Natuurlijke Persoon) b. Badan Usaha (Rechtspersoon)

Boleh dikatakan setiap manusia, baik warga negara maupun orang asing dengan tidak memandang agama maupun kebudayaannya adalah subjek hukum. Berlakunya manusia itu sebagai pembawa hak mulai saat ia dilahirkan dan berakhir saat ia meninggal dunia.

Walaupun menurut hukum setiap manusia tidak terkecuali memiliki hak. Akan tetapi, didalam hukum tidaklah semua orang boleh bertindak sendiri dalam melaksanakan hak – haknya. Mereka yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap untuk melakukan sendiri perbuatan hukum ialah :

(5)

c. Orang perempuan dalam pernikahan (wanita kawin).

Badan hukum sebagai pembawa hak yang tidak berjiwa dapat melakukan sebagai pembawa hak manusia. Misalnya, dapat melakukan persetujuan – persetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan – kekayaan anggotanya.

Bedanya dengan manusia ialah, badan hukum tidak dapat melakukan perkawinan, tidak dapat dihukum penjara (kecuali hukuman denda).

Badan hukum bertindak dengan perantara pengurus – pengurusnya : a. Badan Hukum Publik, yaitu Negara, Daerah Swantantra Tingkat I dan II,

Kotamadya, Kotapraja, Desa.

b. Badan Hukum Perdata, yang dapat dibagi lagi dalam :

1. Badan Hukum (Perdata) Eropah, seperti Perseroan Terbatas, Yayasan, Lembaga, Koperasi, Gereja.

2. Badan Hukum Indonesia seperti : Gereja Indonesia, Masjid, Wakaf, Koperasi Indonesia.

1. Subjek Hukum

Subjek hukum adalah orang pembawa hak dan kewajiban atau setiap mahkluk yang berwenang untuk memiliki, memperoleh dan menggunakan hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum. Subjek hukum terdiri dari dua, yaitu :

1.1 Manusia

Manusia sebagai subjek hukum telah mempunyai hak dan mampu menjalankan haknya dan dijamin oleh hukum.

(6)

menjadi subjek hukum jika kepentingannya menghendaki, seperti dalam hal kewarisan. Namun, apabila dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia, maka menurut hukum dia dianggap tidak pernah ada. Sehingga ia bukan termasuk subjek hukum.

Ada juga golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum karena tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum (Personal Miserabile) yaitu:

1. Anak dibawah umur, belum dewasa dan belum menikah.

2. Orang yang berada dalam pengampunan (Curatele) yaitu, orang yang sakit ingatan, pemabuk, pemboros, dan isteri yang tunduk pada pasal 110 KUHP, yang sudah dicabut oleh SEMA No. 3/1963.

1.2. Badan Hukum

Badan hukum adalah orang yang diciptakan oleh hukum. Jadi badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa, dapat melakukan persetujuan – persetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan anggotanya. Misalnya, suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum dengan cara :

Didirikan akta notaris.

Didaftarkan di kantor panitera pengadilan negri setempat.

Dimintakan pengesahan anggaran dasar kepada Menteri Kehakiman dan HAM khusus untuk Badan Hukum Dana Pensiun oleh Menteri Keuangan.

Diumumkan dalam berita negara RI.

(7)

Badan hokum privat (Privat Rechts Persoon) adalah badan hokum yang didirikan berdasarkan hokum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan banyak orang didalam badan hokum itu.

Dengan demikian badan hokum privat merupakan badan hokum swasta yang didirikan orang untuk tujuan tertentu yakni keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan lain – lain. Menurut hukum yang berlaku secara sah misalnya, Perseroan Terbatas, Koperasi, badan amal dan yayasan.

1.2.2. Badan Hukum Publik

Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon) adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan publik untuk menyangkut kepentingan publik atau orang banyak atau negara umumnya.

Dengan demikian badan hukum publik merupakan badan hukum negara yang dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan perudang – undangan yang dijalankan secara fungsional oleh eksekutif (pemerintah) atau badan pengrus yang diberikan tugas untuk itu, seperti Negara Republik Indonesia, Pemerintah Daerah Tingkat I dan II, Bank Indonesia dan Perusahaan Negara.

2. Objek Hukum

objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat untuk subjek hukum dan menjadi objek dalam suatu hubungan hukum.objek hukum berupa benda atau barang atau hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis. Biasanya objek hukum disebut BENDA. Menurut hukum perdata, benda ialah segala barang – barang dan hak – hak yang dimiliki orang.

(8)

2.1. Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen)

Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda berubah / berwujud. Yang meliputi :

2.1.1. Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan.

2.1.2. Benda tidak bergerak.

2.2. Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen)

Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriegoderen) adalah suatu benda yang dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten, dan ciptaan musik / lagu.

3. Hak Kebendaan yang Bersifat sebagai Pelunasan Utang (Hak Jaminan)

Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan utang adalah hak jaminan yang melekat pada kreditur yang memberikan kewenangan kepadanya untuk melakukan ekekusi kepada benda melakukan yang dijadikan jaminan, jika debitur melakukan wansprestasi terhadap suatu prestasi (perjanjian). Penggolongan jaminan berdasarkan sifatnya, yaitu :

3.1. Jaminan yang bersifat umum:

3.1.1. Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang).

3.1.2. Benda tersebut dapat dipindah tangankan haknya pada pihak lain. 3.2. Jaminan yang bersifat khusus:

(9)

3.2.3. Hak tanggungan.

3.2.4. Fidusia.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Subjek dan objek hukum memiliki keterkaitan yang tidak dapat dilepaskan. Karena tidak memungkinkan adanya objek hukum tanpa adanya subjek terlebih dahulu.

Objek adalah hal yang dikuasi oleh subjek hukum tersebut, sedangkan subjek penguasa daripada objek hukum tersebut. Namun, tidak berarti suatu subjek hukum dapat berlaku sewenangnya terhadap objek hukum karena tetap ada suatu perundangan yang mengatur terhadap pelanggaran yang dilakukan suatu subjek hukum terhadap objek hukum.

B. Saran

(10)

DAFTAR PUSTAKA

- Kansil, C.S.T. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Laksana Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

- Dirdjosisworo, Soedojo. 2003. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/subjek-hukum-objek-hukum -

Referensi

Dokumen terkait

Auditor hukum adalah seorang yang melakukan analisis, pengkajian, dan penelitian tingkat kepatuhan hukum para subjek hukum (orang atau badan hukum), objek hukum (benda atau

 Perikatan atau verbintenis adalah suatu hubungan hukum (mengenai harta kekayaan) antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari

sebagainya.. Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukn subjek hukum terhadap objek hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan

Suatu barang tidak pernah dibebani lebih dari satu gadai, walaupun tidak dilarang, tetapi beberapa hipotik yang bersama-sama dibebankan di atas satu beda adalah sudah

Dengan demikian peraturan pemerintah dapat dikatakan sebagai objek hukum karena peraturan pemerintah tersebut dapat dimanfaatkan oleh subjek hukum seperti yang telah diketahui

Hukum Benda mengatur tentang hubungan antara subjek hukum dengan objek hukum (benda) yang melahirkan hak kebendaan, sedangkan Hukum Perikatan mengatur hubungan

Adanya objek atau barang yang digunakan sebagai bahan pembuatan sesuatu yang diterangkan dalam jual beli objek tersebut yang manfaatnya tidak sesuai dengan hukum Islam, rambut merupakan

Wujud Warisan Warisan atau harta peninggalan menurut hukum islam, yaitu sejumlah harta benda serta segala hak dari yang meninggal dunia dalam keadaan bersih, artinya harta peninggalan