• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONSTRUKSI BENTUKLAHAN MENGGUNAKAN tools ASP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REKONSTRUKSI BENTUKLAHAN MENGGUNAKAN tools ASP"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

GEOMORFOLOGI INDONESIA

REKONSTRUKSI BENTUKLAHAN MENGGUNAKAN ASPEK BUDAYA: CERITA RAKYAT MASYARAKAT SUMATERA UTARA

Diusulkan oleh: Luqman Hakim

Annisa Mayasari

NIM. 16406241042 NIM. 16405241044 Norma Yuni Praptiwi NIM. 16405244006 Kinanti Lisfi Awalia

Della Duaty Puspita Asri

NIM. 16405244009 NIM. 16405244020

Uploaded in https://www.academia.edu

PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

REKONSTRUKSI BENTUKLAHAN MENGGUNAKAN ASPEK BUDAYA: CERITA RAKYAT MASYARAKAT SUMATERA UTARA

LANDFORM RECONSTRUCTION USING CULTURE ASPECT: NORTH SUMATERA FOLKLORE

Luqman Hakim, Annisa Mayasari, Norma Yuni Praptiwi, Kinanti Lisfi Awalia, Della Duaty Puspita Asri

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281

Luqman12345elhakim@gmail.com

Abstrak

Sumatera Utara memiliki bentuklahan yang beragam dan unik. Bentuklahan yang terbentuk merupakan paduan dari berbagai proses geomorfologis dan geologis. Proses geomorfologis dan geologis memiliki hubungan yang signifikan. Kedua proses tersebut juga berdampingan dengan perjalanan kehidupan manusia. Manusia hidup berdampingan dengan alam menghasilkan proses adaptasi dan kebudayaan untuk mempertahankan eksistensinya. Salah satu hasil kebudayan manusia adalah cara berbicara atau dinamakan simbol bahasa. Bahasa melahirkan berbagai cerita yang mengandung makna dan nilai-nilai yang disampaikan ke generasi selanjutnya. Cerita rakyat selain mengandung makna filsafati juga dapat dijadikan referensi dalam merekonstruksi perkembangan bentuklahan di suatu wilayah. Walaupun tidak sepenuhnya, namun keberadaan cerita rakyat dapat memberikan setidaknya memberikan gambaran proses apa saja yang telah terjadi dalam perkembangan fisik suatu wilayah. Contoh yang akan dibahas adalah di daerah sumatera utara dan beberapa cerita rakyat yang terdapat di sana yang sekiranya terdapat keterkaitan dengan evolusi bentuklahan.

Artikel ini bertujuan menjelaskan keterkaitan antara proses pembentukan maupun evolusi bentuklahan menggunakan aspek budaya masyarakat yaitu cerita rakyat yang ada di Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi pustaka dan diskusi kelompok. Hasil yang didapat adalah terdapat cerita rakyat yang secara tersirat memiliki makna bahwa telah terjadi evolusi pada suatu bentuklahan. Misalnya pada cerita “Legenda Danau Toba” yang menceritakan terbentuknya Danau Toba dan “Legenda Batu Gantung” yang menunjukkan bahwa telah terjadi proses geologi (tektonik) pada lahan tersebut. Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah bahwa cerita rakyat sebagai aspek budaya dapat membantu dalam proses merekonstruksi bentuklahan di suatu wilayah. Hal yang perlu dicermati adalah skala waktu yang digunakan akan sangat memberikan pengaruh yang signifikan dalam proses penarikan kesimpulan.

Kata kunci: Bentuklahan, Cerita rakyat, Sumatera Utara

Abstract

(3)

relationship. Both of these processes is also adjacent to the journey of human life. Humans coexist with the natural process of cultural adaptation and yield to maintain its existence. One of the results of human culture is a way of talking or named symbol language. Language gives birth to stories containing meanings and values conveyed to the next generation. Folklore besides containing philosophical meaning can also be used as a reference in reconstructing the development of landform in a region. Although not entirely, but the existence of folklore can provide at least a picture of what processes have occurred in the physical development of a region. Examples to be discussed are in the area of northern Sumatra and some folklore contained there which if there is a linkage with the evolution of the form of land.

This article aims to explain the relationship between the process of formation and the evolution of landform using the cultural aspects of society that is the folklore in North Sumatra. The methods used in writing this article are literature study and group discussion. The result is that there is a folktale that implicitly has the meaning that there has been an evolution on a form of land. For example, the story “Legend of Toba Lake” which tells about the formation of Toba Lake and “Legend of hanging stone” which shows that there has been a geological process (tectonic) on the land. The conclusion that we can take is that folklore as a cultural aspect can help in the process of reconstructing the form of land in a region. Things that need to be observed is the time scale used will greatly give a significant influence in the process of conclusion.

Keywords: Landform, Folklore, North Sumatera

1. PENDAHULUAN

Geomorfologi adalah pembahasan mengenai bentuk-bentuk muka bumi yang secara umum dimaknai sebagai ilmu mengenai bentuklahan (termasuk bentuklahan bawah laut) (Thornbury, 1969). Definisi lain geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan yang ada di permukaan bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan laut. Penekanan pada asal mula (genesis) dan perkembangan masa yang akan dating, serta kaitannya dengan lingkungan (Verstappen, 1983). Terbaru (Hugget, 2003) mendefinisikan geomorfologi sebagai pembahasan bentuk-bentuk bumi. Geomorfologi mempelajari tentang kenampakan fisik permukaan-lahan bumi (sungai, bukit, dataran, pantai, gumuk pasir, dan lain-lain). Hugget lebih menekankan pada pembahasan bentuklahan di atas permukaan air laut.

Aspek kajian geomorfologi menurut Verstappen (1983) ada empat yaitu:

1. Studi bentuklahan (geomorfologi statis). Pembahasan mengarah kepada studi kualitatif dan atau kuantitatif (morfometri) tentang relief muka bumi yang meliputi unsur-unsur seperti bentuk lereng, kecuraman, amplitudo relief, tingkat pengikisan, dan lain-lain.

(4)

3. Studi cara terbentuk (geomorofologi genetik). Mempelajari cara terbentuknya suatu bentuk lahan dan perkembangannya dalam waktu yang lama. Cara ini terilhami dari trilogi Davis (1850-1934) tentang siklus geomorfologi yang meliputi Stadium Muda, Dewasa, dan Tua.

4. Studi lingkungan (geomorfologi lingkungan). Hubungan ekologis antara vegetasi, tanah, air, dan udara memperngaruhi pembahasan mengenai geomorfologi akhir-akhir ini terutama berkaitan dengan evolusi bentuklahan.

Pembahasan mengenai bentuklahan tidak pernah lepas dari aspek bentuklahan itu sendiri, proses genesis, dan faktor lingkungan yang memengaruhinya. Seperti halnya juga ketika membahas bentuklahan di Indonesia khususnya pulau sumatera. Verstappen (1973) membagi pulau Sumatera ke dalam tiga zona pembahasan yaitu Sumatera Bagian Selatan, Sumatera Bagian Tengah, dan Sumatera Bagian Utara untuk memudahkan pemahaman tanpa ada batas fisiografi yang tegas dan jelas. Sumatera selatan dimulai dari Tanjung Cina hingga muara sungai Batang Hari dan Ketaun. Sumatera tengah mulai dari muara Sungai Batang Hari dan Ketaun sampai ke muara sungai Batang Toru dan muara sungai Batang Barumun. Sumatera utara dimulai dari muara sungai batang toru dan muara sungai batang Barumun sampai ke ujung paling barat Banda Aceh. Sumatera utara merupakan pokok bahasan utama dalam artikel ini terutama berkaitan dengan merekonstruksi pembentukan dan evolusi yang terjadi pada Kaldera Toba atau sering juga disebut dengan Danau Toba dan kenampakan di sekitarnya. Pendekatan dalam merekosntruksi pembentukan dan evolusi Danau Toba menggunakan kearifan lokal berupa cerita rakyat (folklore) setempat yang merupakan produk budaya masyarakat sekitar baik secara langsung terhadap peristiwa yang benar-benar telah terjadi atau hanya sebuah legenda.

Damayanti (2014: 7) menyatakan bahwa cerita rakyat atau folklore mencerminkan suatu aspek kebudayaan, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, dan tema-tema kehidupan yang mendasar, misalnya kelahiran, kehidupan keluarga, penyakit, kematian, penguburan dan malapetaka, atau bencana alam yang universal, seperti yang terdapat dalam cerita Nyai Roro Kidul, Hansel dan Gretel, Toba dan Samosir dan cerita lainnya.

(5)

2. TUJUAN

Artikel ini bertujuan untuk merekonstruksi kronologi kejadian dalam pembentukan bentuklahan khususnya Kaldera Toba menggunakan kearifan lokal masyarakat yaitu cerita rakyat. Cerita rakyat tidak hanya mengandunng makna secara filsafati tetapi juga peristiwa-peristiwa alam yang dapat dijadikan rujukan dalam merekonstruksi kronologi pembentukan bentuklahan di Indonesia.

3. BAHAN DAN METODE

Bahan dalam penulisan ini adalah cerita rakyat dan bukti-bukti dari para ahli untuk mendukung proses rekonstruksi kronologi pembentukan bentuklahan dan evolusi yang telah terjadi. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dan diskusi kelompok yang terfokus pada tujuan mencari kesimpulan yang benar terhadap proses rekosntruksi kronologi bentuklahan Kaldera Toba atau sering juga disebut Danau Toba.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

muara sungai Batang Toru dan muara sungai Batang Barumun. Sumatera utara dimulai dari muara sungai batang toru dan muara sungai batang Barumun sampai ke ujung paling barat Banda Aceh. Sumatera bagian utara merupakan pokok bahasan utama dalam artikel ini. Di wilayah ini terdapat bentuklahan kaldera Toba atau sering disebut dengan Danau Toba beserta kenampakan hasil evolusi bentuklahan di sekitarnya. Artikel ini berusaha memadukan antara kearifan lokal cerita rakyat sumatera utara untuk merekonstruksi bagaimana terbentuknya Danau Toba dan evolusi bentuklahan di sekitar danau. Perhatikan cerita rakyat “Legenda Danau Toba” yang di dapat dari situs GOBATAK.COM (2017) dengan judul “Cerita Rakyat Tentang Asal Usul Danau Toba” di bawah ini:

Di sebuah desa di wilayah Sumatera Utara di Tapanuli tinggallah seorang laki-laki bernama Toba hidup seorang diri di gubuk kecil. Toba adalah seorang seorang petani yang sangat rajin bekerja setiap hari menanam sayuran kebunnya sendiri.

Hari demi hari, tahun demi tahun umur semakin bertambah, petani tersebutpun mulai merasa bosan hidup sendiri. Terkadang untuk melepaskan kepenatan diapun sering pergi memancing ke sungai besar dekat kebunnya.

Menjelang siang setelah selesai memanen beberapa sayuran dikebunnya diapun berencana pergi kesungai untuk memancing. Peralatan untuk memancing sudah dipersiapkannya, ditengah perjalanan dia sempat bergumam dalam hati berkata, “seandainya aku memiliki istri dan anak tentu aku tidak sendirian lagi hidup melakukan pekerjaan ini setiap hari. Ketika pulang dari kebun, makanan sudah tersedia dan disambut anak istri, oh betapa bahagianya”

Sampailah dia dimana tempat biasa dia memancing, mata kail dilempar sembari menunggu, agannya tadi tetap mengganggu konsentrasinya. Tidak beberapa lama tiba-tiba kailnya tersentak, sontak dia menarik kailnya. Diapun terkejut melihat ikan tangkapannya kali ini.

“Wow, sunggu besar sekali ikan mas ini. Baru kali ini aku mendapatkan ikan seperti ini” Teriaknya sembari menyudahi kegiatan memancing dan diapun segera pulang.

(7)

adalah seorang perempuan yang dikutuk dan disihir oleh seorang dukun karena aku tidak mau dijodohkan. Karena engkau telah menyelamatkan aku dan mengembalikan aku menjadi seorang manusia, maka aku rela menjadi istrimu” kata ikan tadi yang kini sudah menjelma kembali menjadi seorang perempuan berparas cantik dan berambut panjang. Ini suatu kebetulan, selama ini aku mengharapkan seorang pendamping hidup untuk tinggal bersama-sama menjalankan kehidupan berumatangga kata petani tersebut. Maka iapun setuju memperistri perempuan cantik tersebut.

Perempuan berparas cantik tadi juga mengutarakan kepada petani tadi sebuah syarat dan sumpah bahwa jika suatu hari nanti ketika engkau marah, engkau tidak boleh mengutarakan bahwa asal-usulku dari seekor ikan kepada siapapun. Sebab jika engkau mengatakan itu, maka akan terjadi petaka dan bencana besar di desa ini. Petani itupun menyanggupinya, dan akhirnya mereka menikah.

Hari demi hari merekapun hidup bahagia, apa yang diharapkan petani selama ini pun sudah terwujud dan diapun merasa bahagia sekali. Sampai merekapun dikaruniai seorang anak laki-laki dan mereka memberi namanya Samosir.

Samosirpun tumbuh besar, diapun sudah bisa membantu orangtuanya bertani. Setiap hari Samosir disaat siang selalu mengantarkan makan siang buat ayahnya yang sudah dimasakin oleh ibunya.

Suatu hari, siang itu petani sudah merasa lelah dan lapar sembari menunggu Samosir datang mengantarkan bekal siang. Tidak biasanya, kali ini Samosir terlambat mangantarkan bekal orangtuanya. Diperjalanan Samosir mencium bekal yang dibawanya untuk orangtuanya, kelihatannya enak masakan ibu hari ini, gumamnya. Samosirpun mencicipi masakan ibunya, dia tidak sadar bekal itu dimakan hampir habis.

Samosirpun tersentak dan bergegas menuju kebun ayahnya. Dia melihat ayahnya sudah kelaparan dan kehauasan. Merasa berat, Samosirpun memberikan bekal kepada ayahnya. Dan terkejutlah ayahnya melihat isi bekal yang diberikan Samosir.

“Iya, Among. Samosir tadi lapar dan aku makan, masakan Inong sekali rasanya” kata Samosir kepada ayahnya yang terlihat emosi. Spontan ayahnya marah dan melempar bekal yang sudah kosong tadi sembari berkata kepada Samosir: “Kurang ajar kau Samosir, dasar anak ikan kau ini”.

(8)

Airpun meluap sampai menenggelamkan seluruh desa itu. Sumpah itu dilanggar, akhirnya tengenanglah seluruh desa itu dan genangan itu berbuah menjadi danau, yang kini disebut Danau Toba. Lalu pulau tempat samosir berlindung disebutlah Pulau Samosir.

Berdasarkan cerita di atas peristiwa utama yang kita amati dalam proses pembentukan Danau Toba adalah di dua paragraph terakhir. Memang di dalam cerita ini tidak disebutkan peristiwa yang secara logis mendasari mengapa danau tiba-tiba terbentuk dari hanya hasil dari tangisan sang ibu. Berdasarkan latar cerita tersebut yang menunjukkan adanya beberapa objek yaitu keberadaan sungai dan gunung. Kedua objek tersebut menandakan bahwa daerah yang ditinggali merupakan daerah pegunungan. Walaupun tidak diketahui secara pasti apakah yang terjadi didalam cerita merupakan sebuah letusan vulkanik atau proses tektonik yang menyebabkan terbentuknya danau namun jika melihat kalimat “… Lalu hujanpun semakin deras, angin kencang, gemuruh dan petirpun menyambar-nyambar seketika itu…” maka dapat kita pahami bahwa ciri tersebut sangat dekat dengan proses erupsi vulkanik. Lalu bagaiamana dengan kalimat sebelumnya yang berbunyi “…sektika itu ibunya menyuruh Samosir berlari ke sebuah bukit diketinggian” yang menunjukkan bahwa akan terjadi genangan atau luapan air dan bukanlah sebuah erupsi gunungapi. Artinya bahwa pada masa tersebut yang terjadi merupakan proses penurunan muka bumi yang disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik dan bukan erupsi vulkanik. Menurut catatan Van Bemmelen (1949) dalam gambar 1 dibawah, maka skala waktu yang terjadi di dalam cerita adalah setelah terjadinya proses erupsi supervolcano yang menyebabkan seluruh wilayah tertutupi endapan ignimbrite. Lalu bagaimana dengan sisa pulau yang ada di tengah Kaldera Toba atau Pulau Samosir?. Kemungkinan besar berhubungan dengan cerita yang kedua yaitu keberadaan daerah yang bernama Parapat yang artinya merapat.

(9)

Gambar 1. Proses terbentuknya Danau Toba (Van Bemmelen, 1949)

Berikut cerita kedua yang berkaitan dengan evolusi bentuklahan Kaldera Toba yang diambil dari ceritarakyatnusantara.com ditulis oleh Samsuni (2008):

Alkisah, di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

(10)

indahnya alam Danau Toba. Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya. Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.

“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni.

Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu. Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong.

Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.

“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.

Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.

“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.

Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat.

“Parapat… ! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..

(11)

Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.

“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.

“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.

“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni. “Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni. “Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah.

Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.

Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayupsayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”

“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu. “Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.

Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor. “Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.

“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.

Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.

(12)

“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.

Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.

“Bu, pegang oborini!” perintah sang ayah. “Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.

“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas. “Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.

“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.

Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh.

Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri.

Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas. Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat

setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batu cadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.

Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara:

“Parapat… parapat batu… parapatlah!”

(13)

Berdasarkan cerita di atas yang pertama kali kita cermati adalah keberadaan Kaldera Toba yang memang sudah ada sebelum terbentuknya Batu Gantung. Kemudian diikuti dengan peristiwa gempabumi setelah sang tokoh masuk ke dalam celah batuan yang diperkirakan merupakan joint (kekar). Kemudian setelah terjadinya peristiwa gempabumi dan pergeseran tersebut kemungkinan juga terjadi proses pengangkatan di dasar kaldera yag mengakibatkan terbentuknya sebuah pulau di tengah Kaldera Toba seperti yang ditunjukkan pada gambar sebelumnya. Danau Toba jelas terpengaruh oleh gaya sesar . Bentuk Danau Toba yang memanjang, bukan bulat sebagaimana lazimnya kaldera, menunjukkan dia terpengaruh dengan gaya sesar geser yang berimpit di kawasan ini. Sisi terpanjang danau, yang mencapai 90 km, sejajar dengan Zona Sesar Sumatera, yang merupakan salah satu patahan teraktif di dunia selain Patahan San Andreas di Amerika. Aktivitas gunung berapi di Sumatera, termasuk Toba, dikontrol oleh patahan ini (Arif dan Sodikin, 2011).

Bukti lainnya adalah keterdapatan endapan Trias di daerah Danau Toba, Rokan, Danau Singkarak, Jambi, Bangka, Belitung, dan Kepulauan Lingga. Sekitar Danau Toba (dekat Prapat) endapan Trias terdiri dari skali, batu gamping, dengan fosil halobia dan clionites yang menunjukkan trias atas (Sriyono, 2014).

Kelemahan dari penggunaan metode ini adalah dalam menentukan skala waktu yang tepat mengenai penyusunan/rekonstruksi pembentukan dan evolusi bentuklahan belum dapat dipastikan. Belum lagi kondisi peradaban manusia di kala itu apakah sudah mampu menjelaskan cerita yang benar-benar representative dan dapat dipertangggungjawabkan kepada khalayak.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa keberadaan cerita rakyat dapat membantu memahami dan mempermudah proses rekosntruksi kronologi pembentukan bentuklahan dan evolusi bentuklahan. Kaldera Toba merupakan bentuklahan hasil dari proses vulkanik dan tektonik. Berdasarkan cerita Legenda Danau Toba dan pendapat ahli dapat diketahui bahwa Kaldera Toba terbentuk pasca letusan supervulkano mahadahsyat yang memuntahkan ignimbrite sebanyak 34.000 km3. Kemudian mengalami proses tektonik (sesar) sehingga memiliki bentuk yang seperti sekarang ini. Kesulitan yang ditemui dalam penulisan artikel ini adalah penentuan skala waktu yang tepat terhadap penulisan kronologi yang sesungguhnya terjadi sehingga perlu penelitian yang komprehensif terhadap bukti-bukti pendukung rekonstruksi kronologi pembentukan dan evolusi bentuklahan Kaldera Toba.

UCAPAN TERIMAKASIH

(14)

artikel ini. Smeoga memberikan manfaat dan referensi yang memadai bagi perkembangan akademik dan ilmu geografi.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, A., dan Sodikin, A. 2011. Toba, Paduan Vulkano-Tektonik. Tersedia dalam

http://nasional.kompas.com/read/2011/10/12/15143499/toba.paduan.vulkan

o-tektonik. Diakses tanggal 2 Januari 2018.

Damayanti, I. 2014. Pemanfaatan Cerita Rakyat (Folklore) dalam Pengajaran Bahasa Inggris. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra, FKIP Universitas

Bengkulu.

Gobatak.com. 2017. Cerita Rakyat Tentang Asal Usul Danau Toba. Tersedia dalam

https://www.gobatak.com/asal-usul-danau-toba/. Diakses tanggal 2 Januari 2018.

Hidayati, S., Sumaryono, Eka, S. 2010. Tsunami Mentawai 25 Oktober 2010. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi. Volume 5 Nomor 3. Halaman 1-11.

Samsuni. 2008. Batu Gantung (Legenda Kota Parapat. Tersedia dalam

http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/52-Batu-Gantung-Legenda-Kota-Parapat. Diakses tanggal 2 Januari 2018.

Sriyono. 2014. Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Stankiewicz, J., Ryberg, T., Haberland, C., Fauzi, Natawidjaja, D. 2010. Lake Toba Volcano Magma Chamber Imaged By Ambient Seismic Noise Tomography. Geophysical Research Letters, 37, L17306.

Van Bemmelen, R. W. 1949. The Geology of Indonesia Volume 1A. The Hague: Government Printing Office.

Gambar

Gambar 1. Proses terbentuknya Danau Toba (Van Bemmelen, 1949)

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan antara siswa satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Oleh karena itu seorang guru tidak diperbolehkan menuntut seorang siswa sebagaimana siswa lain karena itu perbuatan

Onikomikosis adalah infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita, nondermatofita dan yeasts yang menyerang epidermis.Tujuan utama penelitian ini adalah untuk

Hasil skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh kelulusan sarjana

Temperatur media padat lebih tinggi dari temperatur fluida, maka akan terjadi perpindahan panas secara konveksi dari benda padat ke fluida yang mengalir.. Gambar 2.5 Perpindahan

Hasil Penelitian Hubungan Mekanisme Koping dengan Stres Kerja Perawat IGD dan ICU di RSUD Ulin Banjarmasin. Mekanisme Koping Perawat IGD

JUDUL : PERANGI DBD DENGAN BAKTERI MEDIA : REPUBLIKA. TANGGAL : 21

Bahan Bakar Gas Pada Kompor Gas.

Untuk meningkatkan penawaran uang fed menciptakan cadangan tambahan dg menurunkan tingkat diskonto atau membeli surat berharga pemerintah. Fed bisa meningkatkan jumlah simpanan