Apa Pengaruh dari pelapisan sosial dalam dunia politik dan hukum?
Karena pelapisan sosial membuat masyarakat berada pada golongan-golongan tertentu, yang dilihat dari ilmu pengetahuan, dan karena sekarang ini juga kapitalisme semakin besar, maka tinngkat kemapanan semakin membuat masyarakat benar-benar diberi penggolongan, hal tersebut juga mempengaruhi dunia politik di Indonesia. Sebagai contoh pada saat pemilihan anggota DPR, yang tentu saja tidak sembarang orang bisa mengikutinya, salah atu syarat yang mencolok yaitu adalah harta. Anggapan “yang nyalon DPR pasti orang kaya atau berduit” pasti sangat melekat dalam masyarakat, karenanya pada saat pemilihan dewan rakyat, bukan kinerja atau program-program yang sangat dipertimbangkan oleh masyarakat, tapi berapa isi ‘amplop’ nya. Hal tersebut membuat borok tersendiri bagi keadaan politik di negeri kita, terpaksa uang amplop anggota dewan jadi penutup telinga dan mata masyarakat akan pendidikan politik. Itu soal pemilihan, lain lagi ketika anggota dewan terplih sudah masuk paripurna, terlihat sekali kepentingan golongan lebih mereka utamakan dari pada cepat-cepat mengurusi kepentingan rakyat, alih-alih takut keputusannya tidak disetujui banyak anggota lain karena tidak satu koalisi, banyak anggota dewan yang menghabiskan waktunya untuk mengurusi masalah internal, seperti perebutan mayoritas kekuasaan dan lainnya. Tidak hanya di Senayan, masalah tersebut juga ternyata muncul di Kabinet.
Pelapisan sosial bisa berpengaruh pada dunia politik di Indonesia tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi saja, sisi yang lainnya adalah garis keturunan. Garis keturunanan sepertinya jadi jurus yang jitu bagi politisi-politisi muda memangku jabatan di kursi-kursi parlemen. Cara itu bisa jadi lebih mudah dari pada harus melewati jalan pintas lain, Uang, misalnya. Banyak dari mereka yang menemui jalan mulus untuk masuk ke Senayan, dan menjadi seorang yang vocal disana tanpa harus mengobral kejeniusan, karena biasanya kepercayaan yang diberikan kepada sang ayah, ibu atau kakek turut melekat juga pada keturunannya. Meski dinilai lebih ampuh, pelapisan sosial pada sisi garis keturunan seperti itu sudah mulai ditinggalkan di Indonesia, meskipun saat ini tidak sedikit pemuda-pemuda berseliweran di Paripurna bahkan jajaran Kabinet yang namanya bersinar karena orang tuanya.
seseorang dan lebih menghargai seseorang karena hartanya. Hal tersebut ternyata berdampak positif, manusia lebih rajin bekerja demi mendapatkan lebih banyak penghasilan meski tujuannya buruk, dan yang lebih buruk lagi, caranya. Banyak pihak menghalalkan cara demi mendapatkan kemasyuran, salah satu yang menggangu pada dunia politik di Indonesia yaitu Korupsi. Bukan rahasia lagi jika salah tujuan dari korupsi bagi yang melakukannya adalah meningkatkan taraf hidup, dan tentu saja, strata sosial, dan ujung-ujungnya karena adanya pelapisan sosial. Banyak kasus korupsi datang dari orang-orang pemegang jabatan penting dan gaji selangit, tidak hanya gaji, tapi fasilitas yang sangat mumpuni dari Negara yang notabenenya hal tersebut dibayar oleh pajak diberikan kepadanya, setelah semua kemudahannya untuk bekerja demi kemajuan bangsa, lihat apa yang dia lakukan, korupsi, nilainya? Fantastis. Kalau mereka korupsi untuk memberi anak-anaknya makan, memberi anak-anaknya uang sekolah, mungkin akan jadi cerita lain, namun mereka kan sudah diberi tunjangan pendidikan untuk anak-anaknya, diberi uang beras pula, ya, karena ironisnya, mereka tentu saja korupsi bukan utuk hal-hal essensial manusia, tapi untuk membiayai kehidupan mewahnya, yang akan berdampak baik sekali pada stratifikasi sosial mereka.