Penerapan Alur Kategorisasi dalam Kategori Dosen, Presiden, Bahasa Indonesia, dan Komputer: Kajian Linguistik Kognitif
Yunus Sulistyono 08/268097/SA/14454
1. Pendahuluan
Dalam studi kognitif, kategorisasi merupakan fundamental atau dasar yang sangat penting dalam memperhitungkan representasi pengetahuan dan untuk pengartian secara linguistik mengenai suatu hal. Kategorisasi memusatkan pada hal-hal yang muncul pada model kategorisasi sesuai dengan hasil penelitian Rosh pada tahun 1970 dalam studi psikologikognitif. Rosch mengungkapkan bahwa manusia mengkategorikan sesuatu tidak berdasarkan makna dari kondisi-kondisi tertentu yang perlu dan cukup.
Menurut Lakoff (1987:5), untuk dapat mengkategorikan suatu hal ke dalam kategori tertentu, dibutuhkan satu ide yang mendasar mengenai segala hal yang dimiliki oleh sesuatu yang akan dikategorikan tersebut. Misalnya untuk dapat mengkategorikan kata UGM dan Malioboro, ide mendasar yang dibutuhkan untuk melakukan kategorisasi terhadap kedua kata tersebut adalah Yogyakarta. Dengan demikian, UGM dan Malioboro merupakan dua hal yang dimiliki oleh satu ide yang paling mendasar, yaitu Yogyakarta. UGM dan Malioboro dapat didefinisikan melalui sifat-sifat umum yang melekat pada kedua kata tersebut dalam keadaan yang biasa atau umum. Rosch (dalam Evans, 2006:256—257) mengungkapkan suatu sistem kategorisasi yang meliputi tiga level, yaitu level superordinat (superordinate), level utama (basic level), dan level subordinat (subordinates).
Superordinate level Basic level Subordinate level
Yogyakarta UGM
Malioboro
Kampus biru
Universitas Gede Mbayare Universitas Gaul
Padat Belanja Andong Tabel 1.1 Contoh taksonomi dalam sistem kategorisasi Yogyakarta
tinggi letak suatu kategori dalam satu poros vertikal, semakin inklusif kategori tersebut. Dalam tabel 1.1 diatas, Yogyakarta berada dalam level inklusivitas yang tertinggi dari pada UGM dan UGM berada pada level inklusivitas yang lebih tinggi dari pada Kampus Biru. Kategori Yogyakarta lebih tinggi karena di dalam Yogyakarta terdapat UGM dan UGM lebih tinggi dari Kampus Biru karena Kampus Biru merupakan sebutan bagi UGM.
Kategorisasi merupakan suatu batasan logis mengenai sesuatu yang ada. Keanggotaan dari suatu kategori yang didefinisikan di dalamnya merupakan item yang menjadi milik dari kategori yang didefinisikan tersebut. Semua keangotaan yang dimiliki oleh seuatu kategori memiliki keanggotaan penuh dan sama antara satu dengan yang lainnya. Namun, hal ini dibantah dengan pendapat bahwa sebagian keanggotaan suatu kategori merupakan suatu analog dan harus direpresentasikan secara logis dalam suatu cara yang merefleksikan struktur analog dari keanggotaan kategori tersebut. Pendapat ini memunculkan konsep mengenai teori prototipe dalam studi linguistik kognitif.
Teori prototipe (prototype theory) didefinisikan dengan membandingkannya dengan model komponensial dari analisis semantik yang muncul dalam tata bahasa transformasional. Prototipe dapat diartikan sebagai representasi abstrak dari suatu kategori atau anggota-anggota dari kategori yang menjadi subjek ketika meneliti anggota-anggota suatu kategori.
Kategorisasi dan prototipe sebenarnya memiliki hubungan dengan model kognitif yang ideal (Idealised Cognitive Models). Lakoff (1987) mngembangkan teori ini sebagai struktur kategori dalam level kognitif yang dapat digunakan untuk merepresentasikan devinisi semantik kognitif sabagai program penelitian. Lakoff berpendapat bahwa kategorisasi berhubungan dengan ICM sebagai representasi teori kestabilan mental mengenai perspektif dunia. Teori ICM ini senada dengan teori frame oleh Fillmore. Dalam teori Lakoff, ICM merupakan salah satu proses kognitif seperti halnya kategorisasi.
Kategorisasi juga merupakan langkah awal dalam penerapan kategori radial dalam studi kognitif. Konsep radialitas sesungguhnya merupakan konsep mengenai kelompok dalam studi kognitif. Radialitas dianggap sebagai jenis struktur kelompok yang paling umum karena banyak diterapkan dalam studi linguistik. Kelompok radial merupakan suatu kelompok yang anggota-anggotanya diperluas dari bentuk awal/pusatnya (prototipe). Kategori radial memiliki ciri adanya makna-makna lain yang strukturnya terletak di sekitar makna pusatnya. Makna pusat ini disebut dengan prototipe sedangkan perluasannya disebut dengan peripheral.
Penelitian ini memusatkan pada kategorisasi terhadap beberapa kata dalam bahasa Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah metode corpus analysis. Metode ini menekankan pada teks yang diproduksi secara natural oleh responden (Gonzales-Marques, 2006:35—44). Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diberikan kepada 30 orang responden. Sebenarnya terdapat 20 kategori kata yang dipertanyakan kepada responden. Namun, karena alasan keefektifan dan kerelefanan hubungan dalam studi kognitif, hanya beberapa kata saja yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Data yang terkumpul kemudian di satukan dan diakumulasikan berdasarkan banyak sedikitnya suatu atribut dituliskan oleh responden. Tahap selanjutnya, data tersebut dianalisis berdasarkan alur kategorisasi yang mencakup sistem kategorisasi, penerapan teori prototipe, ICMs, dan kategori radial.
2. Sistem Kategorisasi
dan potensial yang lain (Croft, 2004:74). Dalam penelitian ini, sistem kategorisasi akan diterapkan pada beberapa kata dalam bahasa Indonesia. Prinsip kategorisasi yang akan digunakan adalah prinsip kognitif ekonomi (principle of cognitive economy) dan prinsip perasaan mengenai struktur dunia (principle of perceived world structure). Prinsip ekonomi kognitif memandang pikiran manusia sebagai suatu organisme yang mencoba untuk memperoleh keuntungan informasi sebanyak mungkin mengenai lingkungan sekitarnya dan meminimalkan usaha kognitif dan akal yang dilakukan. Dari pada menyimpan informasi secara terpisah mengenai pengalaman stimulus setiap individu, pikiran manusia dapat mengelompokkan stimulus yang sama ke dalam suatu kategori mempertahankan prinsip ekonomi sebagai repersentasi kognitif.
Kedua adalah prinsip perasaan mengenai struktur dunia. Dalam prinsip ini, kategorisasi memandang dunia sebagai suatu struktur korelasi yang memiliki prinsip-prinsip tertentu yang hanya berhubungan dengan suatu kategori. Kedua prinsip-prinsip tersebut menjadi batu loncatan bagi sistem kategorisasi oleh manusia. Sementara prinsip ekonomi kognitif berimplikasi pada detail mengebai level keinklusifan, prinsip struktur korelasi memiliki representasi untuk prototipe. Pemikiran ini sekaligus menunjukkan bahwa kategorisasi memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal berhubungan dengan level keinklusivan sedangkan dimensi horizontal berhubungan dengan perbedaan kategori dalam satu level keinklusivan. Berikut ini adalah penerapan kedua prinsip kategorisasi tersebut dalam beberapa kata dalam bahasa Indonesia.
Level of Inclusiveness
Kota
Yogyakarta
Malioboro
Perasaan
Cinta
Bahagia
Alat Elektronik
Komputer
Keyboard
Segmentation of categories
Bagan diatas menggambarkan sistem kategorisasi oleh manusia. Sistem ini direpresentasikan melalui dua prinsip, yaitu prinsip ekonomi kognitif dan prinsip struktur korelasi. Prinsip ekonomi kognitif berhubungan dengan level keinklusivan yang digabarkan oleh dimensi vertikal sedangkan prinsip struktur korelasi berhubungan dengan prototipe yang digambarkan oleh dimensi horizontal. Level keinklusivan berhubungan dengan apa saja yang termasuk ke dalam kategori tertentu dan mengurutkannya dari yang paling luas hingga yang tertentu. Semakin luas suatu kategori, semakin tinggi level keinklusivan yang dimiliki oleh kategori tersebut.
Dalam bagan diatas, kategori kota, perasaan, dan alat elektronik menduduki level tertiggi dalam poros vertikal. Kategori alat elektronik berada pada level tertinggi karena memiliki level keinklusivan yang lebih tinggi dari pada kategori komputer. Sementara itu, Keyboard berada pada level yang lebih rendah dari pada alat elektronik dan komputer. Hal ini karena keyboard memiliki level keinklusivan yang lebih rendah dari pada alat elektronik dan komputer. Demikian halnya dengan kategori kota dan perasaan yang memiliki level keinklusivan yang lebih tinggi dari pada yogyakarta dan cinta. Sementara itu, kategori Malioboro dan bahagia memiliki level keinklusivan yang lebih rendah dari pada kategori yang berada diatasnya karena kategori tersebut mrupakan anggota dari level yang berada diatasnya.
Superordinate level Basic level Subordinate level Kota
Perasaan
Alat Elektronik
Yogyakarta
Jakarta
Cinta
Benci
Komputer
Handphone
Dalam dimensi horizontal, kategori yang menjadi pokok pembicaraan adalah kategori-kategori yang berada dalam satu level keinklusivan, seperti Yogyakarta, cinta, dan komputer. Meskipun ketiganya merupakan kategori yang berbeda, ketiga kategori tersebut terdapat dalam satu level keinklusivan. Kategori kota memiliki level keinklusivan yang lebih tinggi karena di dalamnya terdapat Yogyakarta dan Jakarta sedangkan Yogyakarta dan Jakarta memiliki level keinklusivan yang lebih rendah karena termasuk dalam kategori kota. Namun, kategori Yogyakarta menduduki level yang lebih tinggi dari UGM, Malioboro, dan Keraton karena di dalam kategori Yogyakarta terdapat terdapat UGM, Malioboro, dan Keraton. Kategori perasaan menduduki level keinlusian yang lebih tinggi dari cinta dan benci karena di dalam kategori perasaan terdapat cinta dan benci, sementra di dalam kategori cinta terdapat bahagia, benci, dan rindu. Hal ini juga berlaku dalam kategori alat elektronik yang menduduki level keinklusivan yang lebih tinggi dari pada komputer dan handphone, sementara di dalam kategori komputer terdapat keyboard, monitor, dan virus.
Takssonomi diatas menunjukkan sistem kategorisasi yang dilakukan oleh manusia. Menurut Lakof (1987:5), kemampuan kategorisasi sangat penting bagi manusia karena tanpa kemampuan ini, manusia tidak akan berfungsi secara maksimal baik dalam kehidupan sosial maupun intelektual. Kemampuan kategorisasi berhubungan dengan pemahaman mengenai bagaimana cara manusia untuk mengelompokkan suatu kategori. Pemahaman ini merupakan pusat dari cara berpikir manusia dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia. Dalam kehidupan manusia, kategorisasi merupakan suatu proses yang berjalan secara wajar dan tanpa disadari. Kemampuan kategorisasi yang dimiliki manusia berasal dari pikiran yang secara alami datang secara tiba-tiba dan bekerja dengan cara mengobjekkan berbagai hal yang ada di dunia.
mendefinisikan suatu kategori. Contoh konkret mengenai permasalahan ini adalah pada kategori Komputer. Jika sebuah komputer tidak memiliki keyboard, komputer tersebut seharusnya tidak lagi disebut komputer. Dalam pendekatan definisional semacam ini, masalah yang muncul tidak hanya mengenai pendefinisan untuk mengindentifikasi suatu kategori, tetapi juga permasalahan mengenai pendefinisian itu sendiri.
Masalah ketiakjelasan konseptual muncul karena ketidakjelasan batasan-batasan yang dimiliki oleh masing-masing kategori, misalnya pada kategori cinta dan benci. Kedua kategori tersebut seharusnya merupakan dua kategori yang berlawanan, tetapi benci juga menjadi anggota dalam kategori cinta. Permasalahan yang berhubungan dengan kekhasan masing-masing kategori muncul saat setiap anggota suatu kategori memiliki struktur definisi yang sama, tetapi setiap anggota menunjukkan suatu efek yang menunjukkan bahwa kategori tersebut tidak terlepas dari anggota dalam kategori yang lain. Meskipun demikian, setiap anggota dari kategori tersebut harus diperlakukan sama dan setipe. Ketidakjelasan batasan kategori ini sebenarnya berhubungan dengan teori klasik mengenai kategorisasi yang berasumsi bahwa semua kategori sesungguhnya berbagi anggota dengan kategori lain.
Sebenarnya terdapat permasalahn yang lebih jauh lagi mengenai kategorisai. Laurence dan Margolins (dalam dalam Evans, 2006:254—255) mengangkat suatu permasalahan mengenai kategorisasi yang disebut dengan masalah realitas psikologi (the problem of psycological reality) dan masalah ketidaktahuan dan dan kekeliruan (the problem of ignorance and error). Masalah realitas psikologi berhubungan dengan fakta bahwa tidak ada petunjuk mengenai struktur definisional dalam pengalaman psikologis seorang individu. Masalah ketidaktahuan dan kekeliruan berhubungan bahwa tidak ada fakta mengenai kemungkinan untuk memproses suatu konsep tanpa mengetahui anggota-anggota yang dimiliki oleh suatu kategori. Dalam memproses sebuah konsep, pengetahuan mengenai anggota-anggota dari suatu kategori yang berada dalam level keinklusivan yang lebih rendah lebih baik dari pada langsung mengaitkannya dengan kategori yang berada pada level keinklusivan yang lebih tinggi.
Superordinate level Basic level Subordinate level
Kota
Jakarta
Yogyakarta
Metropolitan Maju Macet Banjir Kumuh Kejam Panas Sempit/padat Ancol Gedung Polusi Mahal Busway Monas Taman mini Artis Kota Budaya Ramai
Daerah istimewa Referendum Keraton Berhati nyaman UGM
Kost Mahasiswa Alun-alun Maioboro Jawa Becak Andong Gunung merapi Wayang Kota pelajar Kota gudeg Tugu Batik
Superordinate level Basic level Subordinate level
Dosen Tugas
membosankan kuliah
Galak Guru besar
Pengajar mahasiswa Tua
S2/S3
Kampus/universitas nilai
Laki-laki Rapi
Figur menakutkan
Tegas materi Bikin emosi berilmu Pak putu Bapak/ibu pintar profesor Pelit nilai Teman diskusi Keren
Presiden Kepala negara
berwibawa Pemimpin negara kebijakan
politik SBY
Benci Emosi Kesal Jengkel Tidak suka Anti Marah Skeptis Kecewa
Berprasangka buruk Berkelahi
Perasaan Muak
Tangis Dendam Iblis Tutus Jahat Musuh Sakit hati
Antonimnya suka Dikhianati Harus dihindari
Cinta Suka
Sayang Tulus
Senang/bahagia Sedih
Benci Rindu Wanita Ikhlas Mama/ibu Papa/ayah Pacar Perasaan Menikah Seseorang Mas Rico Perjalanan Menunggu Sakit Ada band I love you Putus Romantis Patah hati
Tidak dapat diungkapkan Tabel 2.6 Taksonomi dalam sistem kategorisasi Perasaan
Handphone FB (Facebook) Twitter Komunikasi Harga Fitur Samsung Sonyericson Nokia Blackberry Beyond Pulsa
Alat Elektronik Sinyal
SMS Internet Musik Kamera Telepon Praktis 3315 Ponsel Konsumtif Ngobrol
Komputer Game
On-line Game Tugas PC Canggih Mengetik RAM Modul Cepat Mahal Elektronik Internet CPU Laptop Software Hardware Program Virus Keyboard Monitor Browsing Laptop Globalisasi Windows
Superordinate level Basic level Subordinate level
Yogyakarta
UGM
Malioboro
Universitas Gadjah Mada Keren
Mahal Kampus Terkenal Malu Orang pintar Kampus biru Besar
Universitas Gede Mbayare Tertua
Wah! Elite Negeri Mewah Mobil Kuliah Susah lulus KIK
Universitas Gaul Padat
Belanja Turis Batik Mall Beringharjo Seni Jalan-jalan Hedonisme Nongkrong Murah Romantis Pasar Macet
Benteng vredeburg Sarkem
Beberapa taksonomi diatas menggambarkan sistem kategorisasi yang dilakukan oleh manusia. Beberapa kategori mencerminkan gambaran manusia mengenai figur yang berbeda-beda. Dalam sistem kategorissi Figur, kategori Dosen dan Presiden diambil sebagai sampel untuk gambaran kategorisasi Figur. Dalam kategori Dosen, terdapat dua pandangan yang berbeda, yaitu pandangan positif dan negatif. Pandangan tersebut mencerminkan bagaimana seseorang mengelompokkan kategori dosen dalam pikirannya.
Kategori Positif Skor Negatif Skor
Dosen Guru Besar
Tabel 2.8 Stereotipe dalam kategori Dosen
Tabel 2.8 diatas menggambarkan pandangan responden terhadap kategori dosen. Dari ketiga puluh responden, sebagian besar menyebutkan pandangan yang positif mengenai kategori dosen. Hal ini terlihat dari jumlah skor yang dimiliki sudut positif yang lebih banyak dari pada negatif. Atribut pengajar mahasiswa memeiliki skor tertinggi dalam sudut positif dan atribut galak dan tugas menduduki peringkat tertinggi untuk pandangan yang negatif mengenai kategori Dosen. Selain pandangan positif dan negatif, terdapat pula anggota dari kategori Dosen yang mengacu pada tokoh. Acuan pada tokoh ini juga berlaku pada kategori Presiden. Hal ini ternyata juga berlaku pada kategori Handphone yang memiliki anggota yang acuannya adalah merek.
Kategori Anggota
Anggota-anggota ketegori yang memiliki acuan tokoh dan merek tidak ditemukan pada kategori-kategori yang lain meskipun berada dalam satu level keinklusivan seperti Komputer, Jakarta, Yogyakarta, dan Malioboro. Selain pada kategori Dosen, dan Presiden, acuan tokoh juga ditemukan pada kategori Cinta yang memiliki anggota Mas Rico, kategori Dosen yang memiliki anggota Pak Putu, dan kategori Puisi yang memiliki anggota Chairil Anwar, Rendra, dan Bu Novi.
3. Penerapan Teori Prototipe
Teori prototipe berhubungan dengan dua prinsip kategorisasi, yaitu prinsip ekonomi kognitif dan prinsip struktur korelasi (Rosch dalam Geeraerts, 2006:142). Setelah dibuat dimensi vertikal dan dimensi horizontal beserta kategori level utama dalam sistem kategorisasi yang menjadi langkah awal dalam penerapan teori prototipe, langkah salanjutnya adalah membuat daftar atribut atau anggota-anggota pelengkap. Rosch (dalam Evans, 2006:257) berpendapat bahwa level utama (basic level) adalah level yang memungkinkan bagi manusia untuk dapat menyusun kelas-kelas dari beberapa anggota pelengkap dalam sebuah kategori.
Anggota-anggota dari sebuah kategori tersebut merupakan hal-hal yang terlintas dalam pikiran responden ketika mendengar kategori yang diajukan. Masing-masing individu menuliskan beberapa anggota dari suatu kategori. Berikut ini adalah sampel dari salah satu responden yang ditanyakan oleh peneliti.
Dosen Jakarta Yogyakarta
Tugas Tua
Berpengalaman S2/S3
Kuliah
Panas Macet Banjir Ibukota Artis
Keraton Alun-Alun Malioboro Kota Bising Tabel 3.1 Sampel daftar atribut
berpendapat bahwa level subordinat sebaiknya seinformatif mungkin karena level ini menyediakan informasi yang lebih detail sebagai tambahan dalam informasi yang direpresentasikan di level utama.
Selection of Ratings
Rank Cuaca Dosen Handphone Komputer Presiden
Top eight (from more to less representative) 1 Bottom eight (from more to less representative)
8
Selection of Ratings
Rank Benci Bohong Budaya Cinta Hukum
Top eight (from more to less representative) 1 Bottom eight (from more to less representative)
Tabel 3.2 Selection of ratings
Untuk dapat menginvestigasi struktur prototipe dalam kategorisasi, perlu dilakukan peratingan jumlah anggota suatu kategori yang disebutkan oleh setiap informan yang ditanyai. Peratingan ini didasarkan pada banyak sedikitnya atribut yang disebutkan oleh ke-30 informan. Atribut yang ditulis paling banyak oleh informan akan mendapat peringkat yang tertinggi dari pada atribut yang paling jarang dituliskan oleh informan.
Penyajian struktur prototipe memaksimalkan atribut-atribut yang terbagi dan merupakan bagian dari suatu kategori. Prototipe mengutamakan anggota-anggota dari suatu kategori yang paling merepresentasikan struktur dari suatu kategori yang didefinisikan. Dengan kata lain, semakain tinggi rating yang dimiliki oleh sebuah atribut, semakin representatif pula atribut itu bagi kategori yang direpresentasikannya. Struktur prototipe dari sebuah kategori merefleksikan kelebihan/anggota yang berlebih dari kategori yang didefinisikan.
4. Teori ICMs (Idealised Cognitive Models)
Teori ICMs dikembangkan oleh Lakoff dari teori struktur kategorisasi oleh Rosch. Lakoff berpendapat bahwa kategorisasi berhubungan dengan model kognitif yang ideal. Teori ini merepresentasikan organisasi pengetahuan manusia secara terstruktur. ICMs lebih menenkankan pada detail sehingga dapat membantu proses kognitif seperti kategorisasi dan prototipe. Menurut Lakoff, kategorisasi merupakan basis dalam keberadaan ICMs. Lakoff mengibaratkan ICMs dengan kemampuan manusia untuk menyelamatkan barang berharga dalam rumah saat terjadi kebakaran. Kemampuan manusia untuk mengonstruksi kategori dari benda yang dipilih untuk diselamatkan lebih dulu didasarkan pada beberapa hal seperti seberapa berharganya barang yang akan diselamtakan, pengetahuan mengenai keberadaannya di dalam rumah, dan waktu yang tersedia untuk menyelamatkan benda tersebut.
membangkitkan kelompok yang yang lebih kompleks. Teori ini dapat diterapkan dalam data kategori Bahasa Indonesia berikut ini.
Kategori: Bahasa Indonesia
1. Model bahasa Dunia: bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang ada di dunia.
2. Model bahasa kita: bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari
3. Model bahasa ibu: bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu bagi sebagaian masyarakat Indonesia.
4. Model bahasa resmi: bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai negara Indonesia.
5. Model bahasa persatuan: dalam sumpah pemuda, bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan.
6. Model bahasa nasional: bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan secara nasional di seluruh Indonesia (lingua franca)
Kategori Bahasa Indonesia yang didefinisikan diatas memiliki anggota bahasa resmi, bahasa ibu, bahasa persatuan, dan bahasa nasional. Menurut model kognitif yang ideal, keenam anggota tersebut merupakan kelompok-kelompok model (cluster model) yang dapat dibangkitkan dalam kategori Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai pusatnya dan diikuti oleh beberapa model yang muncul. Model bahasa dunia sebagai model pertama dan kemudian diikuti oleh bahasa kita yang lebih kompleks dan kemudian bahasa ibu serta bahasa resmi, bahasa persatuan, dan bahasa nasional merupakan alur dari kemunculan model ICM dalam klaster bahasa Indonesia.
Metonimi ICM dapat menjadi subkategori sebagaimana subkategori dalam model pengelompokan (kategorisasi), atau juga sebagai anggota dari sebuah kategori yang mencul dan menonjol diantara kategori yang lain. Dengan sifatnya yang menonjol dari pada kategori yang lain, kategori ini secara otomatis disebut dengan titik referensi kognitif (cognitive reference point). Lakoff mengusulkan beberapa macam model metonimi yang berbeda-beda. Model metonimi ini dapat menjadi prinsip titik referensi kkognitif dan kemudian membangkitkan efek kekhasan dari suatu kategori. Titik referensi kognitif tersebut direpresentasikan dalam data berikut ini dengan kategori Presiden.
Kategori: Presiden
Stereotipe sosial Dihormati
Partai
Contoh Kekhasan Kepala negara
Pemimpin negara
Ideal Dipilih rakyat
Bijaksana Berwibawa
Paragons Gusdur
Megawati Obama SBY Soekarno
Pembangkit Pidato
Kabinet RI 1
Contoh yang menonjol SBY
Soekarno Tabel 4.1 Titik referensi kognitif
5. Kategori Radial
Menurut Lakoff, model kelompok (cluster model) dan metonimi secara bersama-sama berkontribusi untuk membentuk suatu prototipe yang berlawanan (composite prototype). Prototipe yang berlawanan ini menyediakan struktur representatif dari kategori yang didefinisikan. Prototipe ini merupakan konvensi perpanjangan dari bentuk pusatnya yang menjadi prototipe. Model pusatnya menentukan berbagai kemungkinan untuk terjadi konvensi perpanjangan dari kategori yang diradialkan.
Konsep kategori radial berhubungan dengan konsep pokok mengenai kelompok dalam studi linguistik. Radialitas merupakan struktur kelompok yang paling umum karena banyak diterapkan dalam studi linguistik maupun luar linguistik. Kelompok radial adalah kelompok yang anggota-anggotanya merupakan perluasan dari bentuk pusatnya (prototipe). Kategori radial memiliki ciri adanya makna-makna lain yang strukturnya terletak di sekitar makna pusat. Struktur seperti ini apabila digambarkan akan menyerupai jari-jari lingkaran. Berikut ini adalah bentuk radial dari kategori Bahasa Indonesia dan Komputer.
Bahasa Kita Bahasa
Ibu
Bahasa Resmi
Prototipe
Bahasa
Bahasa Dunia
Bagan 5.1 Kategori radial untuk kategori Bahasa Indonesia
Bagan 5.2 Kategori radial untuk kategori Komputer
Seperti halnya dalam teori ICMs dalam kategorisasi Bahasa Indonesia, kategori radial yang digambarkan dalam bagan 5.1 diatas mencerminkan keanggotaan yang bersifat mutlak dari kategori Bahasa Indonesia. Jika salah satu anggota yang dimiliki oleh suatu kategori tidak mencerminkan atau tidak memiliki ciri khas yang sama dengan anggota lainnya, anggota tersebut dapat dikeluarkan dari kelompok. Bahasa Indonesia merupakan prototipe atau pusatnya, sedangkan perluasannya (peripheral) adalah bahasa kita, bahasa dunia, bahasa ibu, bahasa resmi, bahasa persatuan, dan bahasa nasional.
Dalam kategori Komputer, letak atribut-atribut yang dimiliki berbeda, tidak seperti atribut-atribut yang dimiliki kategori Bahasa Indonesia. Dalam hal ini,
anggota-RAM
virus windowss
PC internet
Modem CPU
Keyboard
Mouse Monitor
anggota yang dimiliki oleh kategori Komputer tidak dapat dijadikan satu dalam sebuah prinsip radialisme, tetapi dibedakan atas dua alur radial yang berbeda. PC, Windows, Virus, RAM, dan Internet berada dalam satu sistem radial sedangkan Modem, CPU, Monitor, Keyboard, dan Modem berada dalam sistem radial yang berbeda. hal ini dikarenakan karena kedua kelompok tersebut tidak terdapat dalam satu area dalam kategori komputer.
Sebenarnya terdapat kategori yang berada dibawah komputer yang dapat mengakomodir atribut-atribut yang dimiliki oleh komputer tersebut. Kategori tersebut adalah yaitu software dan hardware. Namun, kedua kategori tersebut ternyata juga berada dalam satu level yang sama dengan kelompok CPU dan Windows. Permasalahan seperti ini muncul karena setiap anggota kategori Komputer memiliki struktur definisi yang sama, tetapi setiap anggota tersebut menunjukkan suatu efek yang menunjukkan bahwa anggota tersebut tidak terlepas dari anggota dalam kategori yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakjelasan batasan antar kategori seperti halnya dalam kategorisasi cinta dan benci. Meskipun demikian, setiap anggota dari kategori tersebut harus diperlakukan sama dan setipe. Ketidakjelasan batasan kategori ini sebenarnya berhubungan dengan teori klasik mengenai kategorisasi yang berasumsi bahwa semua kategori sesungguhnya berbagi anggota dengan kategori lain.
Kategori radial dapat memunculkan efek kekhasaan sebagaimana yang diminculkan dalam teori ICMs. Efek ini muncul ketika anggota-anggota subkategori terlihat menyimpang dari protoripe yang berlawanan. Lebih dari itu, kategori tertentu dapat menjadi lebih konvensional atau lebih mirip pada bentuk prototipe dari pada anggota yang lain. Dalam satu kategori radial, beberapa subkategori yang berbeda dapat berkembang ke arah yang berbeda berawal dari prototipe, misalnya Bahasa Ibu dapat menjadi anggota dari bahasa lain selain kategori Bahasa Indonesia dan virus dapat menjadi anggota dari kategori lain selain Komputer.
6. Kesimpulan
atau basis untuk pemahaman yang lebih jauh mengenai suatu hal. Sistem kategorisasi, prototipe, ICMs, dan kategori radial merupakan alur yang ditempuh manusia dalam melakukan kategorisai. Keempat teori tersebut merupakan satu alur yang dapat menggambarkan proses kategorisasi yang dilakukan manusia.
Dalam kategori Dosen, terdapat dua pandangan yang berbeda, yaitu pandangan positif dan negatif. Selain pandangan positif dan negatif, terdapat pula anggota dari kategori Dosen yang mengacu pada tokoh. Acuan pada tokoh ini juga berlaku pada kategori Presiden. Hal ini ternyata juga berlaku pada kategori Handphone yang memiliki anggota yang acuannya adalah merek. Selain pada kategori Dosen, dan Presiden, acuan tokoh juga ditemukan pada kategori Cinta,Dosen, dan Puisi.
Dalam penentuan level utama (basic level), kategori yang digunakan adalah kategori penentu responden dalam menuliskan atribut-atribut yang terlintas dalam pikiran responden ketika mendengar kategori yang diajukan. Dari percobaan ini, responden hanya mampu menyebutkan beberapa atribut yang terbagi. Sementara itu, dalam kategori level utama, jumlah atribut yang ada jauh lebih banyak dari yang disebutkan oleh responden.
Dalam penerapan teori ICMs pada kategori presiden, stereotipe sosial ditunjukkan dengan atribut Dihormati dan Partai. Contoh kekhasan ditunjukkan oleh atribut kepala negara dan pemimpin negara. Prisip ideal ditunjukkan atribut dipilih rakyat, bijaksana, dan berwibawa. Paragons direpresentasikan atribut SBY, Gusdur, Megawati, Soekarno, dan Obama. Pembangkit direpresentasikan oleh atribut pidato, kabinat dan RI 1. Contoh yang menonjol merepresentasikan oleh SBY dan Soekarno. Kategori Radial yang ditunjukkan oleh kategori Bahasa Indonesia dan Kategori Komputer menunjukkan bahwa sifat keanggotaan dari setiap kategori bersifat mutlak karena jika salah satu anggota yang dimiliki oleh suatu kategori tidak mencerminkan atau tidak memiliki ciri khas yang sama dengan anggota lainnya, anggota tersebut dapat dikeluarkan dari kelompok.
Daftar Pustaka
Croft, William dan D. Alan Cruse. 2004. Cognitive Linguistics. Cambridge: Cambridge University Press
Geeraerts, Dirk in Cognitive Linguistics Research. 2006. Cognitive Linguistics Basic Readings. Berlin: Mouton de Gruyter.
Gonzales-Marques, Monica dkk. 2007. Methods in Cognitive Linguistics. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.
Lakoff, George. 1987. Women, Fire, and Dangerous Things: What Categories Reveal about the Mind. London: The University of Chicago Press.