• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Medan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntabilitas

(2)

10 Akuntabilitas berasal dari bahasa Latin, yaitu accomptare (mempertanggungjawabkan), bentuk kata dasar computare (memperhitungkan) yang juga berasal dari kata putare (mengadakan perhitungan)(www.wikipedia.org).Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akuntabilitas berarti keadaan untuk bertanggungjawab.

Dari asal kata tersebut, akuntabilitas timbul karena adanya pemberian tanggungjawab kepada orang atau pihak tertentu untuk menjalankan tugasnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

Deklarasi Tokyo (1985) menetapkan pengertian akuntabilitas sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial dan program.

Ini berarti terdapat penilaian terhadap apa yang dikerjakan oleh individu atau penguasa yang menerima tanggunggjawab tersebut.

Akuntabilitas menurut Tim Studi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan-BPKP adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

(3)

11 dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari kedua pengertian tersebut, tersirat bahwa pihak yang diberikan kepercayaan atau tanggungjawab tersebut harus memberi laporan pertanggungjawaban atas tugas yang telah dipercayakan kepadanya dengan mengungkapkan segala sesuatu yang dilakukan baik yang mencerminkan keberhasilan atau kegagalan. Artinya laporan pertanggungjawaban tersebut bukan sekedar laporan atas pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tetapi termasuk juga kinerja dari pelaksanaannya yang mampu menjawab pertanyaan mendasar tentang apa yang harus dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini si penerima tanggungjawab harus dapat melaporkan keberhasilan yang telah dicapai dan juga mengungkapkan dalam laporannya semua kegagalan yang terjadi.

Dalam konteks pemerintahan, akuntabilitas mempunyai arti pertanggungjawaban yang merupakan salah satu ciri terapan good governance atau pengelolaan pemerintahan yang baik.

Artinya akuntabilitas menunjukkan apakah pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan apakah pelayanan publik tersebut mengakomodasikan kebutuhan rakyat yang sesungguhnya.

(4)

12 Dengan akuntabilitas, pihak yang menerima tanggungjawab harus transparan dan terbuka menjawab setiap pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan implementasi tanggungjawab tersebut.

2.1.2 Jenis Akuntabilitas

Ada berbagai pandangan tentang jenis-jenis akuntabilitas, antara lain yang dinyatakan oleh Sirajudin H. Salleh dan Aslam Iqbal (1997) dalam Mohamad (2004) yaitu akuntabilitas internal dan akuntabilitas eksternal. Dari sisi internal seseorang, akuntabilitas berarti pertanggungjawaban individu tersebut kepada Tuhan.Akuntabilitas ini disebut sebagai akuntabilitas spiritual dimana segala sesuatu yang dilakukan hanya diketahui oleh dia sendiri dan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.Akuntabilitas ini sulit untuk diukur, karena didasarkan pada hubungan seseorang dengan Tuhan. Namun apabila dilakukan dengan benar, akan memberi pengaruh yang besar pada pencapaian kinerja seseorang.

Berbeda dengan akuntabilitas internal, akuntabilitas eksternal lebih mudah diukur karena tersedianya norma dan standar yang jelas. Banyak pendapat yang membagi-bagikan akuntabilitas ini menjadi beberapa bagian, antara lain menurut Mario D. Yango (1991) dalam Mohamad (2004). Mario membagi akuntabilitas eksternal menjadi:

a. Akuntabilitas tradisional atau akuntabilitas reguler, yang bertujuan untuk mempertahankan efisiensi dalam pelaksanaan administrasi publik.

(5)

13 peraturan-peraturan yang ada tetapi juga menetapkan perencanaan dan penganggaran untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

c. Akuntabilitas program, fokus pada pencapaian hasil operasi pemerintah. d. Akuntabilitas proses, menekankan pada informasi tentang tingkat

pencapaian kesejahteraan sosial atas pelaksanaan kebijakan dan aktivitas organisasi. Akuntabilitas ini memerlukan pertimbangan masalah etika dan moral dari setiap kebijakan pemerintah, pelaksanaannya serta dampak yang ditimbulkan.

2.2 Kinerja

Dalam suatu organisasi atau perusahaan perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja, baik itu kinerja individu maupun kinerja kelompok individu.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kinerja sebagai:sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan; kemampuan kerja. Kinerja menurutBastian (2006:274) adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

(6)

14 Jadi dari kinerja suatu organisasi atau perusahaan dapat dilihat berhasil atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan dengan membandingkan apa yang telah direncanakan dengan apa yang dicapai dalam periode tertentu.

Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapain hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional yang diambil.Dengan adanya informasi mengenai kinerja tersebut dapat dijadikan suatu alat bagi organisasi untuk menilai dan melihat perkembangan yang dicapai dalam jangka waktu tertentu dan mengambil tindakan yang dibutuhkan untuk pengerjaan tugas berikutnya.

2.3 Akuntabilitas Kinerja

(7)

15 merupakan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan program dan mengukur hasilnya atau hasil dibandingkan dengan standarnya.

Pengertian akuntabilitas kinerja dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.

Menurut BPKP, akuntabilitas kinerja adalah

perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.

Namun pemerintah yang berkinerja tidak hanya dilihat dari program yang sudah dikerjakan melainkan bagaimana program tersebut bermanfaat bagi masyarakat.

2.4 Partisipasi Penyusunan Anggaran

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam mengelola suatu perusahaan/organisasi adalah anggaran. Penyusunan anggaran melibatkan pihak-pihak berkepentingan yang ada di dalam perusahaan.

(8)

16 menunjukkan rencana masa depan yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif yang formal.

Menurut Yuwono (2006:65), anggaran sektor publik memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Anggaran sebagai alat perencanaan

Anggaran sebagai alat perncanaan digunakan untuk melakukan beberapa hal berikut:

1. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan.

2. Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya.

3. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun.

4. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi. b. Anggaran sebagai alat pengendalian

(9)

17 Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan pemerintah untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.

d. Anggaran sebagai alat politik

Anggaran sebagai alat politik merupakan bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Mereka harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat menjatuhkan kepemimpinannya atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.

e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Setiap unit pemerintah terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran digunakan sebagai alat koordinasi antarbagian dalam pemerintahan yang dapat mendeteksi terjadinya inkonsisten suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi.Sebagai alat komunikasi, anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.

f. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja

Anggaran merupakan alat yang efektif dalam penilaian kinerja.Kinerja dinilai berdasarkan berapa yang berhasil dicapai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.

(10)

18 Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Pihak-pihak yang terlibat dapat berpartisipasi dengan memberikan rekomendasi, merevisi angka-angka dalam anggaran bila diperlukan dan menyetujui ataupun tidak menyetujui apa yang direncanakan. Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih, dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap organisasi. Menurut Mulyadi (2001) dalam Dewi (2014), partisipasi penyusunan anggaran berarti keikutsertaan operating managers dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan di masa yang akan ditempuh oleh operating managers tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran. Birskyte (2013) dalam penelitian yang dilakukan di Lithuania menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam proses penganggaran memberikan keuntungan dalam pencapaian tujuan, antara lain alokasi dana lebih efektif dari anggaran yang di alokasikan.

Pengertian partisipasi dalam penganggaran secara lebih terperinci disampaikan oleh Milani (1975) dalam Herminingsih (2009) yaitu:

1. Seberapa jauh anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para manajer 2. Alasan-alasan para atasan pada waktu anggaran dalam proses revisi

(11)

19 4. Seberapa jauh manajer merasa mempunyai pengaruh dalam anggaran final 5. Kepentingan manajer dalam kontribusinya pada anggaran

6. Frekuensi anggaran didiskusikan oleh para atasan pada waktu anggaran disusun

Menurut Milani (1975) bahwa faktor utama yang membedakan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan non partisipasi adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan terhadap pembuatan keputusan dalam proses penyusunan anggaran.

2.5 Sistem Pelaporan

Sistem pelaporan merupakan laporan yang menggambarkan sistem pertanggungjawaban dari bawahan (pimpinan unit anggaran) kepada atasan (kepala bagian anggaran) (Abdulah, 2005 dalam Wahyuni, Raja Adri dan Enni Savitri, 2014).Sistem pelaporan yang baik diperlukan agar dapat memantau dan mengendalikan kinerja manajerial dalam mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan. Pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan yang baik adalah laporan yang disusun secara jujur, objektif dan transparan.

(12)

20 Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti untuk mengetahui adanya hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan sistem pelaporan terhadap akuntabiltas kinerja.

Penelitian yang terkait dengan variabel partisipasi penyusunan anggaran dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja, telah dilakukan oleh Pratiwi (2014), yang meneliti sekolah di kota Semarang. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi dengan terlebih dahulu mengkonversikan skala ordinal ke skala interval melalui interval berurutan.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang yang terkait dalam partisipasi penyusunan anggaran dan sistem pelaporan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dan sistem pelaporan berpengaruh signifikan positif terhadap akuntabilitas kinerja.

Peneliti lainnya yang terkait dengan variabel sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja dilakukan oleh Yuwono (2014), yang meneliti instansi pemerintahan di Kota Semarang.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 57 orang dengan hasilnya yang menunjukkan bahwa sistem

pelaporan tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah.

Penelitian selanjutnya yang terkait dengan partisipasi penyusunan anggaran

dilakukan oleh Erpina (2014) pada instansi pemerintah Kabupaten Rokan

Hulu.Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh

(13)

21 Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1. Pratiwi anggaran dan sistem pelaporan berpengaruh signifikan positif terhadap akuntabilitas kinerja sekolah SMP dan SMA negeri Kota

Semarang

Secara parsial kejelasan sasaran

(14)

22

sasaran anggaran tidak berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah Kabupaten Rokan Hulu

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual digunakan untuk mempermudah memahami gambaran penelitian secara kasar terutama melalui hubungan bermacam variabel yang diteliti. Adapun kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa penelitian ini menggunakan dua variabel independen, yaitu partisipasi penyusunan anggaran dan sistem

Partisipasi Penyusunan Anggaran

(X1) Akuntabilitas Kinerja

(Y)

(15)

23 pelaporan yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap variabel dependennya, yaitu akuntabilitas kinerja.

Partisipasi penyusunan anggaran sangat diperlukan sebagai harapan manajemen lapisan bawah dapat mengkomunikasikan segala kegiatan yang berhubungan dengan anggaran kepada masyarakat. Dengan diikutsertakan wakil kepala sekolah dan guru, diharapkan akuntabilitas kinerja akan lebih efektif dan efisien. Keikutsertaan mereka akan menambah ide-ide dan gagasan untuk dipertimbangkan dalam pelaksanaan proses penyusunan anggaran, sehingga menjadi motivasi yang baik bagi para pegawai negeri sipil untuk mencapai tujuan dalam proses penyusunan anggaran dan meningkatkan akuntabilitas kinerja sekolah.

Sistem pelaporan merupakan laporan yang menggambarkan sistem pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan.Sistem pelaporan yang baik dapat memantau dan mengendalikan kinerja manajerial sekolah dalam menginplementasikan anggaran yang telah ditetapkan.Hal ini menunjukkan bahwa jika pihak sekolah tidak memilki sistem pelaporan yang baik maka akuntabilitas kinerja sekolah tersebut juga tidak baik.

(16)

24 sekolah tersebut. Sehingga semakin tinggi partisipasi penyusunan dalam penyusunan anggaran, maka semakin tinggi akuntabilitas kinerja sekolah.

Interaksi sistem pelaporan dengan akuntabilitas kinerja berpengaruh positif dimana jika semakin tinggi sistem pelaporan, maka semakin tinggi pula akuntabilitas kinerja sekolah.Alasannya akuntabilitas kinerja merupakan prinsip pertanggungjawaban yang memerlukan laporan kinerja yang disusun secara periodik sehingga pihak sekolah harus membuat sistem pelaporan yang baik untuk mengevaluasi akuntabilitas kinerja sekolah tersebut.Oleh sebab itu semakin tinggi sistem pelaporan maka semakin tinggi akuntabilitas kinerja sekolah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan sistem pelaporan diasumsikan mampu meningkatkan akuntabiltas kinerja sekolah.Jika partisipasi penyusunan anggaran dan sistem pelaporan tinggi maka semakin tinggi pula akuntabilitas kinerja sekolah.

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung dengan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Kode Etik Bidan adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap bidan dalam rangka menjalankan tugas profesinya di masyarakat dan yang memberikan tuntunan serta

II.F KEAMANAN SISTEM KOMPUTER RIYAN ABDUL AZIZ, M.KOM.. AHMAD HUSIN,

Siswa diberikan pertanyaan tentang pengertian dari sisnonim setelah membaca teks dan mencari arti kata yang sama pada kata yang ditunjuk.. Siswa diminta untuk mencari kata lainnya

Awalnya yang ingin saya pelajari adalah Oracle Certified Associate karna pas jaman saya kuliah biaya kursus nya sangat mahal jadi saya memutuskan untuk mengambil CNAP selama 3 bulan

Benua Pangea kemudian terpecah menjadi dua benua, yaitu Benua Laurasia (di bagian utara) dan Benua Gondwana (di bagian selatan). Proses pecahnya benua Pangea ini terjadi

Buaya yang kemudian diberi nama oleh masyarakat Florida sebagai buaya florida tersebut memiliki ukuran dengan panjang 4 meter dan berat mencapai 363 kilogram.. Maka tidak heran

Pada akhir tahun anggaran 2019 terdapat 7 (tujuh) BPSDM Provinsi yang terakreditasi A. Untuk dapat mendorong peningkatan LPPBJ terakreditasi A di seluruh provinsi di