• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Konflik dalam perspektif hukum isl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori Konflik dalam perspektif hukum isl "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Riki Andrian 1111015000011

Perbandingan 3 tokoh teori konflik

A. Karl Marx (1818-1883)1

Teori-teori sosial yang menekankan beberapa konflik sosial memiliki akar dalam pemikiran Karl Marx (1818-1883), ahli teori besar Jerman dan aktivis politik. Para Marxis, pendekatan konflik menekankan interpretasi materialis tentang sejarah, metode dialektika analisis, sikap kritis terhadap pengaturan sosial yang ada, dan program politik dari revolusi atau, setidaknya, reformasi.

Para materialis pandang sejarah dimulai dari premis bahwa penentu paling penting dari kehidupan sosial adalah pekerjaan yang dilakukan orang, terutama bekerja yang menghasilkan penyediaan kebutuhan dasar kehidupan, sandang, dan papan. Marx berpikir bahwa cara kerja secara sosial terorganisir dan teknologi yang digunakan dalam produksi akan memiliki dampak yang kuat pada setiap aspek masyarakat lainnya. Dia mempertahankan bahwa semua nilai dalam masyarakat dari hasil kerja manusia. Dengan demikian, Marx melihat orang-orang bekerja dan perempuan sebagai terlibat dalam membuat masyarakat, dalam menciptakan kondisi untuk keberadaan mereka sendiri.

Marx meringkas elemen kunci dari pandangan materialis tentang sejarah sebagai berikut:

Dalam produksi sosial keberadaan mereka, orang pasti masuk ke dalam hubungan tertentu, yang independen dari keinginan mereka, yaitu hubungan-hubungan produksi sesuai dengan tahap yang diberikan dalam pengembangan

(2)

kekuatan materi mereka produksi. Totalitas dari hubungan-hubungan produksi ini merupakan struktur ekonomi masyarakat-dasar yang nyata, di atas mana timbul superstruktur hukum dan politik dan dengan mana cocok pula bentuk-bentuk kesadaran sosial. Cara produksi kehidupan materiel proses umum kehidupan sosial, politik dan intelektual. Bukan kesadaran manusialah yang menentukan eksistensinya, melainkan eksistensi sosial yang menentukan kesadarannya mereka ( Marx 1971:20).

Marx sejarah dibagi menjadi beberapa tahap, sesuai dengan pola yang luas dalam struktur ekonomi masyarakat. Tahapan yang paling penting untuk argumen Marx adalah feodalisme, kapitalisme , dan sosialisme . Sebagian besar tulisan Marx yang bersangkutan dengan menerapkan model materialis masyarakat terhadap kapitalisme, tahap pembangunan ekonomi dan sosial yang Marx lihat sebagai dominan di Eropa abad 19. Untuk Marx , lembaga sentral dari masyarakat kapitalis adalah milik pribadi, sistem dengan mana modal (yang, uang, mesin, peralatan, pabrik, dan benda-benda lain yang digunakan dalam produksi) dikendalikan oleh minoritas kecil dari populasi. Susunan ini menyebabkan dua kelas menentang, para pemilik modal (disebut kaum borjuis) dan pekerja (disebut kaum proletar), yang hanya properti sendiri tenaga mereka waktu, yang mereka harus menjual kepada kaum kapitalis.

Pemilik dianggap membuat keuntungan dengan membayar pekerja kurang dari pekerjaan mereka bernilai dan, dengan demikian, mengeksploitasi mereka. (Dalam terminologi Marxis, bahan kekuatan-kekuatan produksi atau sarana produksi termasuk modal, tanah, dan tenaga kerja, sedangkan hubungan sosial produksi mengacu pada pembagian kerja dan hubungan kelas tersirat.)

(3)

tidak adil antara kapitalis dan pekerja. Penindasan juga mengambil bentuk yang lebih halus: agama melayani kepentingan kapitalis oleh menenangkan penduduk; intelektual, dibayar langsung atau tidak langsung oleh kapitalis, menghabiskan karir mereka membenarkan dan rasionalisasi pengaturan sosial dan ekonomi yang ada. Singkatnya, struktur ekonomi masyarakat cetakan suprastruktur , termasuk ide-ide (misalnya, moralitas, ideologi, seni, dan sastra) dan lembaga-lembaga sosial yang mendukung struktur kelas masyarakat (misalnya, negara, sistem pendidikan, keluarga, dan lembaga agama). Karena kelas dominan atau yang berkuasa (kaum borjuis) mengatur hubungan-hubungan sosial produksi, dominan ideologi dalam masyarakat kapitalis adalah bahwa dari kelas penguasa. Ideologi dan sosial lembaga, pada gilirannya, berfungsi untuk mereproduksi dan melestarikan struktur kelas ekonomi. Dengan demikian, Marx memandang pengaturan ekonomi eksploitatif kapitalisme sebagai dasar yang nyata yang di atasnya superstruktur kesadaran sosial, politik, dan intelektual dibangun. (Gambar 1 menggambarkan model materialisme sejarah.)

(4)

kontradiksi : kapitalis membutuhkan tenaga kerja, dan sebaliknya, tetapi kepentingan ekonomi kedua kelompok secara mendasar bertentangan. Kontradiksi seperti itu berarti konflik inheren dan ketidakstabilan, perjuangan kelas. Menambah ketidakstabilan sistem kapitalis adalah kebutuhan tak terelakkan untuk selalu lebih luas pasar dan selalu lebih besar investasi modal untuk mempertahankan keuntungan kapitalis. Marx diharapkan bahwa siklus ekonomi yang dihasilkan dari ekspansi dan kontraksi, bersama dengan ketegangan yang akan membangun sebagai kelas pekerja keuntungan lebih memahami posisinya dieksploitasi (dan dengan demikian mencapai kesadaran kelas ), akhirnya akan berujung pada sebuah revolusi sosialis.

Meskipun rasa logika tidak dapat diubah dari sejarah, kaum Marxis melihat kebutuhan untuk kritik sosial dan kegiatan politik untuk mempercepat kedatangan sosialisme, yang, tidak berdasarkan kepemilikan pribadi, tidak diharapkan untuk melibatkan banyak pertentangan dan konflik sebagai kapitalisme. Kaum Marxis percaya bahwa teori sosial dan praktek politik yang terjalin secara dialektis, dengan teori ditingkatkan dengan keterlibatan politik dan dengan praktek politik selalu dipandu oleh teori. Kaum intelektual harus, karena itu, untuk terlibat dalam praksis, untuk menggabungkan kritik politik dan kegiatan politik. Teori itu sendiri dipandang sebagai sesuatu yang penting dan nilai-sarat, karena hubungan sosial yang berlaku didasarkan pada mengasingkan dan manusiawi eksploitasi tenaga kerja dari kelas pekerja.

(5)

mengambil berbagai macam bentuk, terutama teori sistem dunia yang diusulkan oleh Immanuel Wallerstein (1974, 1980) dan teori komparatif revolusi yang diajukan oleh Theda Skocpol (1980). Ide-ide Marxis juga menjabat sebagai titik awal untuk banyak teori feminis modern. Meskipun aplikasi ini, Marxisme pun beragam masih posisi minoritas di antara sosiolog Amerika.

Marx adalah satu tokoh yang pemikirannya mewarnai sangat jelas dalam perkembangan ilmu sosial. Pemikiran Marx berangkat dari filsafat dialektika Hegel. Hanya saja ia menggantikan dialektika ideal menjadi dialektika material, yang diambil dari filsafat Fuerbach, sehingga sejarah merupakan proses perubahan terus menerus secara material. Sebagaimana dijelaskan Cambell dalam Tujuh Teori Sosial (1994), bahwa Marx menciptakan tradisi materialisme historis yang menjetaskan proses dialektika sosiat masyarakat, penghancuran dan penguasaan secara bergilir kekuatan-kekuatan ekonomis, dari masyarakat komunis primitif kepada feodalisme, berlanjut ke kapitalisme, dan terakhir adatah masyarakat komunis.

Berkaitan dengan konflik, Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke 19 di Eropa dimana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkhis, dan borjuis melakukan eksploitasi terhadap proletar dalam sistem produksi kapitalis. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis, false consiousness, dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan dan cita-cita akhirat. Dengan ini Marx mejadi orang yang tidak tertarik pada agama karena itu candu (ang mengantar manusia pada halusinasi kosong dan menipu, untuk itulah komunisme :;elalu diintepretasikan dengan politik anti Tuhan (atheisme).

(6)

ketegangan hubungan produksi terjadi ketika kelas proletar telah sadar akan eksploitasi borjuis terhadap mereka. Sampai pada tahap ini Marx adalah seorang yang sangat yakin terhadap perubahan sosial radikal, tetapi lepas dari moral Marx, esensi ademiknya adalah realitas kekuasaan kelas terhadap kelas lain yang lemah, konflik antar kelas karena adanya eksploitasi itu, dan suatu perubahan sosial melalui Jerjuangan kelas, dialektika material, yang sarat konflik dan determinisme ekonomi. Jemikiran ini nantinya sangat berpengaruh dan berkembang sebagai aliran Marxis, 1eoMarxis, mazhab Kritis Frankurt, dan aliran-aliran konflik lainnya.

Ciri yang menonjol dari Marx adalah pemikirannya sangat radikal dan dia melihat bahwa perubahan sosial harus menyeluruh/total, cepat dan kohesif/kekerasan serta tiba-tiba (Iebih dikenal dengan revolusi). Pada masa Industri di mana Marx hidup, dia melihat kehidupan kaum borjuis tidak punya unsur-unsur positif, baik dan masyarakatnya maupun negara, yang bisa dipertahankan. Menurut Marx, kebanyakan filosof hanya menafsirka apa yang terjadi, seharusnya yang perlu dilakukan adalah merombak masyarakat lama menjadi masyarakat baru yang berbeda dalam banyak hal. Sumber dari segala kebobrokan masyarakat adalah liberalisme dan kapitalisme serta demokrasi. Dengan kata lain, Liberalisme menghasilkan KapitaHsme di bidang ekonomi dan Demokrasi di bidang politik. Dalam paham liberal, rakyatlah yang menentukan segalanya. Dan dalam sistem kapitalisme, untuk bisa membawa masyarakat menuju kemajuan dibutuhkan pemodal (pemilik uang) yang haus akan kekayaan. Ciri konkrit kemakmuran: tersedianya barang atau komoditas dalam jumlah besar dan terjangkau dari segi harga beli. Tujuan kapitalis adalah keuntungan bukan amal. Marx menyalahkan semua proses ini. Dalam proses ini, Marx melihat adanya penindasan kaum borjuis terhadap kaum buruh dalam rangka memperbesar modalnya.

(7)

mempunyai arti penting dalam masyarakat yaitu alat produksi (means of production). Hal penting pada masa tersebut adalah siapa yang menguasai alat produksi maka ialmereka akan menguasai masyarakat. Alat produksi adalah setiap alat yang menghasilkan produk/komoditas. Para pemilik alat produksi adalah orang kaya dan yang tidak memiliki alat produksi adalah orang yang ditindas dan dipaksa (terpaksa?) bekerja. Dalam materialisme sejarah-nya Marx mengungkapkan selalu adanya konflik antara pemilik dan bukan pemilik alat produksi yang tiada henti-hentinya.

Marx mengajukan konsepsi penting tentang konflik, yaitu tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi a menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada waktu itu, terdiri dan kelas pemilik nodal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada jalam suatu struktur sosial yang hirarkhis, dan borjuis melakukan eksploitasi terhadap Jroletar dalam sistem produksi kapitalis. Eksploitasi ini terus berjalan karena masih nengakamya kesadaran semu, false consiousness, dalam diri proletar, yaitu berupa "asa menyerah diri, menerima keadaan dan berharap balasan akhirat. Dengan ini Marx nejadi orang yang tidak tertank pada agama karena itu candu yang mengantar nanusia pada halusinasi kosong dan menipu, untuk itulah komunisme selalu lekat dengan anti Tuhan (atheisme).

(8)

Pemikiran ini nantinya sangat berpengaruh dan berkembang sebagai aliran Marxis, neoMarxis, madzab Kritis Frankurt, dan aliran-aliran konflik lainnya.

Garis besar teori Marx tentang konflik mencakup beberapa pokok bahasan: :Jenyebab konflik, siapa yang konflik intensitas konflik dan penyelesaian konflik.

1. Apa Penyebab terjadinya konflik

Menurut Marx, sejarah umat manusia ditentukan oleh materi/benda dalam bentuk alat produksL Alat produksi ini untuk menguasai masyarakat. Alat produksi adalah setiap alat yang menghasilkan komoditas. Komoditas diperlukan oleh masyarakat secara sukarela. Bagi Marx fakta terpenting adalah materi Ekonomi. Oleh karena itu, teori Marx ini juga dikenal dengan determinisrne ekonomi. Konflik terjadi karena faktor ekonomi (determinasi ekonomi ). Yang dimaksud dengan faktor ekonomi disini adalah penguasaan terhadap alat produksL Berdasarkan alat produksi Marx membagi perkembangan masyarakat menjadi 5 tahap:

a. Tahap 1: Masyarakat Agraris I primitif . Dalam masyarakat Agraris alat produksi berupa tanah. Dalam masyarakat seperti ini penindasan akan terjadi antara pemilik alat produksi yaitu pemilik tanah dengan penggarap tanah.

b. Tahap 2 : Masyarakat budak. Dalam masyarakat seperti budak sebagai alat produksi tetapi dis tidak memiliki a!at produksi. Penindasan tedadi antara majikan dan budak.

(9)

d. Tahap 4 : Masyarakat boduis. Alat Produksi sebagai industri. Konflik tedadi antara kelas borjuis dengan buruh. Perjuangan kelas adalah pe~uangan antara borjuis dan proletar

e. Tahap 5: Masyarakat komunis. Dalam masyarakat ini kelas proletar akan menang.

2. Siapa yang konflik?

Konflik terjadi antara dua kelas (Borjuis dan Proretar ). Konflik ini bersifat mendalam dan sulit diselesaikan. Perbedaannya bukan dalam cara hidup melainkan perbedaan dalam kesadaran kelas. Dalam teori Marx eksistensi sosial menentukan kesadaran dan perbedaan kelas (kaya miskin) .Perbedaan ini mencakup dalam materi dan psikologi. Perbedaan antara kelas borjuis dan kelas proletar tidak hany terdapat pada cara hidup melainkan juga cara berfikir. Orang komunis menganggap penting kesadaran, makanya mereka mementingkan sosialisasi dan indoktrinasi dan Brainwashing.

3. Sejauhmana intensitas konflik tersebut

Intensitas konflik mengakibatkan adanya kelas yang ditindas (proletar ditindas oleh borjuis).

4. Bagaimana Penyelesaian konflik tersebut.

(10)

Pola Konflik : Kelas Sosial – Konflik – Revolusi

Dalam konflik sosial kaum proletar tidak mau dan tidak bisa melepaskan diri . Mereka terpaksa dan ditindas. Dalam paksaan dan penindasn ini hukum tidak dapat dijatuhkan kepada majikan.

B. Lewis Coser (1913 – 2003)2

Lewis Coser (1913-2003), bertitik berat pada konsekuensi-konsekuensi terjadinya konflik pada sebuah sistem sasial secara keseluruhan. Teorinya menunjukkan kekeliruan jika memandang konflik sebagai hal yang melulu merusak sistem sosial, karena konflik juga dapat memberikan keuntungan pada masyarakat lues di mana konflik tersebut terjadi. Konflik justru dapat membuka peluang integrasi antar kelompok.

Coser melihat konflik sebagai mekanisme perubahan sosial dan penyesuaian, dapat memberi peran positif, atau fungsi positif, dalam masyarakat. Pandangan teori Coser pada dasamya usaha menjembatani teor! fungsional dan teori konflik, hal itu terlihat dari fokus perhatiannya terhadap fungsi integratif konflik dalam sistem sosia!. Coser sepakat pada fungsi konflik sosial dalam sistem sasial, lebih khususnya dalam hubungannya pada kelembagaan yang kaku, perkembangan teknis, dan produktivitas, dan kemudian konsem pada hubungan antara konflik dan perubahan sosial.

Coser memberikan perhatian terhadap asal muasal konflik soslal, sarna seperti pendapat Simmel, bahwa ada keagresifan atau bermusuhan dalam diri orang, dan dia memperhatikan bahwa dalam hubungan intim dan tertutup, antara cinta dan rasa benci hadir. Sehingga masyarakat akan selalu mengalami situasi

(11)

konflik Karena itu Coser membedakan dua tipe dasar konflik (Wallace&Wolf, 1986: 124), yang realistik dan non realistik. Coser sendiri banyak dipengaruhi oleh George Simme!. Simmel dan Coser adalah orang realis yang melihat konflik dan integrasi sebagai dua sisi saling memperkuat atau memperlemah satu sama lain.

Konflik realistik memiliki sumber yang kongkrit atau bersifat material, seperti sengketa sumber ekonomi atau wilayah. Jika mereka telah memperoleh sumber sengketa itu, dan bila dapat diperoleh tanpa perkelahian, maka konflik akan segera diatasi dengan baik. Konflik non realistik didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis, konflik ini seperti konflik antar agama, antar etnis, dan konflik antar kepercayaan lairmya. Antara konflik yang pertama dan kedua, konflik yang non realistik lah cenderung sulit untuk menemukan solusi konflik atau sulitnya mencapai konsensus dan perdamaian. Bagi Coser sangat memungkinkan bahwa konflik melahirkan kedua tipe ini sekaligus dalam situasi konf!ik yang sama.

Coser memulai pendekatannya dengan suatu kecaman terhadap tekanan pada nilai atau konsensus normatif, ketaruran dan keselarasan. Dia mengemukakan bahwa proses konflik dipandang dan diperlakukan sebagai sesuatu yang mengacaukan atau disfungsional terhadap keseimbangan sistem secara keseluruhan. Padahal dalam pandangan Coser konflik tidak serta-merta merusakkan, berkonotasi disfungsional, disintegrasi ataupun patologis untuk sistem dimana konflik itu terjadi melainkan bahwa konflik itu dapat mempunyai konsekuensi-konsekuensi positif untuk menguntungkan sistem itu.

(12)

Amerika-Jepang di Amerika Serikat dan berbagai konflik-konflik lainnya yang ikut manjadi kajian analisis Coser khususnya konflik antar kelompok dan solidaritas kelompok dalam. Coser tidak ragu-ragu untuk menulis kritis tentang politik dan keadaan moral masyarakat. Sebagai reaksi terhadap intoleransi dari McCarthy pada 1950-an, ia dan teman Irving Howe menciptakan anti kemapanan radikal lewat jurnal Dissent, yang diterbitkan secara berkala dalam publikasi jurnal.

Konflik dan Solidaritas

Semula Lewis A. Coser menitikberatkan perhatiannya pada pendekatan fungsionalisme struktural dan mengabaikan konflik. Menurut pendapatnya bahwa sebenarnya struktur-struktur itu merupakan hasil kesepakatan, akan tetapi di sisi lain ia juga menyatakan adanya proses-proses yang tidak merupakan kesepakatan, yaitu yang berupa konflik. Lewis A. Coser ingin membangun suatu teori yang didasarkan pada pemikiran George Simmel. Menurut pendapatnya dinyatakan bahwa konflik adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan yang berkenaan dengan status, kuasa dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi. Konflik dapat terjadi antarindividu, antarkelompok dan antarindividu dengan kelompok. Baginya konflik dengan luar (out group) dapat menyebabkan mantapnya batas-batas struktural, akan tetapi di lain pihak konflik dengan luar (out group) akan dapat memperkuat integrasi dalam kelompok yang bersangkutan.

(13)

mendapat ancaman dari kelompok lain maka dapat menyebabkan tumbuh dan meningkatnya solidaritas anggota-anggota kelompok.

Konflik dan Solidaritas Kelompok

Menurut Lewis A. Coser dinyatakan bahwa konflik internal menguntungkan kelompok secara positif. la menyadari bahwa dalam relasi-relasi sosial terkandung antagonisme, ketegangan atau perasaan-perasaan negatif termasuk untuk relasi-relasi kelompok dalam, (in group) yang di dalamnya terkandung relasi-relasi intim yang lebih bersifat parsial. Perlu diketahui bahwa semakin dekat hubungan akan semakin sulit rasa permusuhan itu diungkapkan. Akan tetapi semakin lama perasaan ditekan maka mengungkapkannya untuk mempertahankan hubungan itu sendiri. Mengapa demikian karena dalam suatu hubungan yang intim keseluruhan kepribadian sangat boleh jadi terlihat sehingga pada saat konflik meledak, mungkin akan sangat keras.

Konflik akan senantiasa ada sejauh masyarakat itu masih mempunyai dinamikanya. Adapun yang menyebabkan timbulnya konflik, yaitu karena adanya perbedaan-perbedaan, apakah itu perbedaan kemampuan, tujuan, kepentingan, paham, nilai, dan norma. Di samping itu, konflik juga akan terjadi apabila para anggota kelompok dalam (in group) terdapat perbedaan. Akan tetapi, tidak demikian halnya apabila para anggota kelompok dalam (in group) mempunyai kesamaan-kesamaan.

(14)

tersebut sesungguhnya memiliki solidaritas yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak terlibat konflik sama sekali.

Konsekuensi Konflik

Konflik merupakan suatu fenomena kemasyarakatan yang senantiasa ada dalam kehidupan bersama. Sebenarnya konflik tidak usah dilenyapkan, akan tetapi perlu dikendalikan konflik akan senantiasa ada di masyarakat, hal tersebut karena dalam masyarakat itu terdapat otoritas. Hal tersebut dikandung maksud bahwa apabila di suatu pihak bertambah otoritasnya maka di lain pihak akan berkurang otoritasnya. Selain itu juga karena adanya perbedaan kepentingan antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.

Konflik dapat dikendalikan apabila kelompok yang terlibat dalam konflik dapat menyadari adanya konflik, dan perlu dilaksanakannya prinsip-prinsip keadilan. Di samping itu juga harus terorganisasi secara baik terutama yang menyangkut semua kekuatan sosial yang bertentangan. Dalam hal ini, apabila upaya pengendalian konflik itu tidak dilakukan maka konflik yang tertekan yang tidak tampak di permukaan, dapat meledak sewaktu-waktu dan merupakan tindakan kekerasan. Konflik yang tertekan dapat menyebabkan putusnya hubungan, dan apabila emosionalnya meninggi maka putusnya hubungan tersebut dapat meledak secara tiba-tiba. Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka perlu dibentuk saluran alternatif sehingga rasa dan sikap pertentangan dapat dikemukakan dengan tidak merusak solidaritas.

(15)

1. Asumsi awal Coser adalah konflik akan cenderung meningkatkan daripada menurunkan penyesuaian sosial adaptasi dan memelihara batas kelompok. Konflik bersifat fungsional dan non fungsional.

2. imbalan sesuai dengan kerjanya. Konsekuensinya kemudian ditegaskan oleh tipe dalam struktur sosial dan tipe perhatian masalah (isue consered), semua yang mempengaruhi fungsi proses ;nj dalam masyarakat umum.

3. legitimasi masyarakat dan melibatkan ketidaksetujuan asumsi dasar yang cenderung menimbulkan konflik tingkat.

4. Konflik fungsional akan membenkan dampak bagi sistem sosial sebagai berikut : menstabilkan hubungan, memfungsikan kembali keberadaan keseimbangan, menambah munculnya norma-norma baru, menyediakan mekanisme bagi penyesuaian diri yang terus menerus dari keseimbangan kekuasaan, mengembangkan koalisi dan asosiasi baru, menurunkan isolasi sosial, dan menyumbangkan untuk pemeliharaan gans batas kelompok. Secara umum, selanjutnya di bawah kondisi khusus, konflik akan menghasilkan keadaan yang lebih stabil, fleksibel dan sistem sosiai yang terpadu.

Ringkasnya, konflik atas persoalan realistis dalam struktur sosial yang terbuka memberikan kontnbusi penyesuaian struktur yang leb;h hebat, fleksibilitas dan integrasi. Sebaliknya, konflik yang tidak realistis dalam lingkungan yang fleksibel dan tertutup akan menimbulkan kekerasan dan disintegrasi. Adapun kasus fungsifungs; konflik sosial dalam masyarakat, semua itu merupakan fokus sentral teori ini.

C. Ralf Dahrendof 3

(16)

Selain kemuneulan teoretisi neo-marxis, pergulatan antar kelas ekonomi menjadi inspirasi pula bagi lahirnya teori konflik. Sosiolog Jerman, Ralf Dahrendorf, l1enerangkan konflik kelas dalam masyarakat industrial )ada tahun 1959. Teori ini sangat berbeda dari teon Marx (arena ia menganalisis konflik tanpa memperhitungkan )olitlk ekonomi yang ada (apakah kapitalisme atau sosialisme). Jika Marx bersandar pad a pemilikan a/at Jroduksl, maka Dahrendorf bersandar pada kontrol atas allat produksi

Dalam terminologi Dahrendorf, pada masa pos-kapitalisme, kepemilikan akan aIat produksi (baik sosialis atau kapitalis) tidak menjamin adanya kontrol atas alat produksi Jadi, di luar Marxisme, ia mengembangkan beberapa terminologi dari Max Neber, antara lain bahwa sistem sosiat itu dikoordinasi seeara imperatif melalui otoritas/kekuasaan. Seeara sederhana dapat dikatakan bahwa teori Dahrendorf nelakukan kombinasi antara fungsionalisme (tentang struktur dan fungsi masyarakat) lengan teon (konflik) antar kelas sosial.

(17)

Ralp Dahrendorf membicarakan tentang konflik antara kelompok-kelompok terkoordinasi (imperatively coordinated association), dan bukan anal isis perjuangan kelas, lalu tentang elit dominan, daripada pengaturan kelas, dan manajemen pekerja, jaripada modal dan buruh (Me Quarie, 1995: 66).

Dahrendorf menolak utopia teori fungsionalisme yang lebih menekankan konsensus dalam sistem sosial seeara berlebihar:1. Wajah masyarakat menurutnya tidak selalu dalam kondisi terintegrasi, harmonis, dan saling memenuhi, tetapi ada wajah lain yang memperlihatkan konflik dan perubahan. baginya, pelembagaan melibatkan dunia kelompok-kelompok terkoordinasi (imperatively coordinated association), dimana, stilah-istilah dari kriteria tidak khusus, mewakili peran-peran organisasi yang dapat jibedakan. Organisasi ini dikarakteri oleh hubungan kekuasaan (power'), dengan )eberapa kelompok peranan mempunyai kekuasaan memaksakan dari yang lainnya.

Saat kekuasaan merupakan tekanan (coersive) satu sama lain, kekuasaan jalam hubungan kelompok-kelompok terkoordinasi ini memeliharanya menjadi 'egitimate dan oleh sebab itu dapat dilihat sebagai hubungan "authority", dimana, )eberapa posisi mempunyai hak normatif untuk menentukan atau memperlakukan yang ain lain (Turner, 1991: 144). Sehingga tatanan sosial menurut Dahrendorf, dipelihara )Ieh proses peneiptaan hubungan-hubungan wewenang dalam bermacam-maeam tipe (elompok terkordinasi yang ada hingga seluruh lapisan sistem sosial. Kekuasaan dan Newenang adalah sumber langka yang membuat kelompok-kelompok saling bersaing.

(18)

kelompok )eranan baru yang mengatur (ruling roles) versus peranan yang diatur (ruled roles), dimana dalam kondisi khusus kontes perebutan wewenang akan kembali muncul dengan inisiatif kelompok kepentingan yang ada, dan dengan situasi kondisi yang bisa berbeda. Sehinga kenyataan sosial merupakan siklus tak berakhir dari adanya konflik wewenang dalam bermacam-macam tipe kelompok terkoordinasi dari sistem sosial.

Konflik sosial dalam teori ini berasal dari upaya merebut dan mempertahankan lVewenang dan kekuasaan antara kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya. ;anya dalam bentuk wewenang dan kekuasaan yang bagaimanakah konflik tersebut dapat digambarkan.

Pendekatan teoritis Dahendrof adalah teori pemaksaan yang berasumsi bahwa dimana pun bisa terjadi perubahan sosial, konflik sosial, pemaksaan dan kontribusi tiap-tiap elemen itu terhadap perubahan dan disintegrasi masyarakat. Asumsi itu merupakan dasar paradigma konflik masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Melalui Peternakan Kroto Modern (PKM) diharapkan tidak akan terjadi lagi kelangkaan kroto dipasar karena jumlah permintaan penggemar burung yang terus bertambah setiap tahunnya..

Pandangan masyarakat sunda terhadap orang asing, nilai yang menentukan. sikap orang sunda terhadap orang asing yang terkandung dalam

penelitian ini diambil menggunakan teknik sampling purposive sampling dengan kriteria bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berdasarkan

ﺔﺑﺎﺘﻜﻟا sebenarnya juga sangat tergantung pada bagaimana situasi dan kondisi belajar atau peserta didiknya. Diantara para pemerhati bahasa banyak yang menafikan penting-

Hasil penelitian yang diperoleh penulis adalah Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya dalam menangani masalah Pemungutan dan Penegakan hukum pajak bumi dan bangunan

Upaya Meningkatkan Kepuasan Melalui Service Guarantee Dalam Program “15 Minutes Guarantee” Di Hotel Ibis Bandung Trans Studio.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Soalnya, kedaulat an negara dan negara adidaya sangat dit ent ukan dari rapornya dalam menjaga dan melest arikan sist em lainnya (yi. sosial ekonomi; lebih khususnya: pasar)

Lukisan bejudul monster kecil yang sedang tertidur dan bermimpi memiliki warna tegas dan terang. Warna yang Perbaikan Hasil produk.. 61 dihasilkan dari kertas foto