• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDE IDE INOVATIF PENINGKATAN PENGETAHUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDE IDE INOVATIF PENINGKATAN PENGETAHUAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

IDE-IDE INOVATIF PENINGKATAN PENGETAHUAN,

KESADARAN, SIKAP DAN PERILAKU DEMOKRASI

WARGA NEGARA MELALUI LEMBAGA PENDIDIKAN DAN

SEKOLAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Negara Hukum dan Demokrasi

Dosen :

Dr. H. Sarbaini, M.Pd

Reja Fahlevi, S.Pd, M.Pd

OLEH :

KELOMPOK 9

ANDYA AGISA

[1610112220003]

INTAN KOMALASARI

[1610112320007]

LISA LISTIANI

[1610112120006]

PUTRI INTAN SARI

[1610112220019]

RAMADHAN SAPUTRA

[1610112210022]

RIDHAINI PUTRI

[1610112320019]

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh ummatNya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Negara Hukum dan Demokrasi yang berjudul “Ide-Ide Inovatif Peningkatan Pengetahuan, Kesadaran, Sikap dan Perilaku Demokrasi Warga Negara melalui Lembaga Pendidikan dan Sekolah”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada bapak Dr. H. Sarbaini, M.Pd dan Reja Fahlevi, S.Pd, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Negara Hukum dan Demokrasi yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami memperoleh banyak manfaat setelah menyusun makalah ini.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.

Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.

Banjarmasin, 18 September 2017

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...2

Daftar Isi...3

BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penulisan...7

D. Manfaat Penulisan...7

BAB 2

Pembahasan

A. Demokrasi Pendidikan...8

B. Budaya Demokrasi Di Lingkungan Sekolah...10

C. Urgensi Pendidikan Demokrasi...14

D. Mata Pelajaran PKn Sebagai Pendidikan

Demokrasi Di Sekolah...15

E. Ide Inovatif Sekolah Sebagai Laboratorium

Demokrasi Melalui PKn...17

F. Beberapa Aspek Mnegenai Pendidikan Demokrasi...20

BAB 3

Penutup

A. Kesimpulan...23

B. Saran...23

Daftar Pustaka...24

(4)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi, ini telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (setelah amandemen) pasal 1 ayat 1 berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Hal ini diatur juga dalam konstitusi pada pasal 1 ayat (1) dan ayat (2), serta dalam Undang-Undang Dasar sementara 1950 pada pasal 1 ayat (1).

Sebagai negara yang beragam etnik, bahasa, agama, budaya, serta kelompok sosial Indonesia memiliki tantangan tersendiri. Tantangan utama bangsa Indonesia yaitu bagaimana menyatukan perbedaan dalam suata tatanan masyarakat yang demokratis. Masyarakat yang demokratis dapat tercipta apabila semua masyarakat dapat mengenal, percaya dan memiliki komitmen satu sama lain.

Indonesia salah satu negara yang menganut sistem demokrasi, semua elemen bangsa perlu menerapkan nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai demokrasi hendaknya dapat diterapkan dalam kehidupan nyata salah satunya melalui pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang demokratis, memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.

Membentuk warga negara yang demokratis tidak terlepas dari peran guru di sekolah yang mengajarkan siswa-siswinya untuk bersikap demokratis. Seorang guru tidak hanya menyampaikan materi-materi mata pelajaran di kelas tetapi harus dapat memberi contoh penerapan nilai-nilai demokrasi di lingkungan sekolah karna keterlibatan siswa dalam menerapkan nilai-nilai demokrasi di lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan ke dua setelah pendidikan keluarga menjadi tempat dalam proses penanaman budaya demokrasi bagi penerus bangsa. Sekolah memiliki peran penting dalam menumbuhkan budaya demokrasi di kalangan pelajar. Oleh karena itu, sekolah harus menampilkan budaya demokrasi dalam pengelolaan pendidikannya. Disini siswa akan belajar bagaimana budaya demokrasi itu dapat terwujud dan dapat dilaksanakan dengan baik.

(5)

nilai-nilai demokrasi, banyak orang yang kurang menghargai kebebasan orang lain, kurang menghargai perbedaan, dan supremasi hukum kurang ditegakkan. Bahkan dalam keluarga dan masyarakat kita sendiri, nilai-nilai demokrasi kurang dipraktekan. Maka dari kasus yang terjadi ini sekolah dapat mengajarkan siswa-siswi agar bisa menjalani nilai-nilai demokrasi dengan baik dan benar agar bisa menjadi penerus bangsa yang baik, adil, dan jujur.

Faktanya saat ini sekolah juga dapat menciptakan pendidikan demokrasi yang dapat menjadi salah satu upaya strategis pendemokrasian bangsa Indonesia, khususnya dikalangan generasi muda. Pendidikan yang dimaksud adalah model pendidikan yang berorientasi pada pembangunan karakter bangsa melalui pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran melalui pembelajaran yang demokratis, partisipatif, kritis, kreatif dan membentuk aktualisasi diri mereka.

Pendidikan model ini sangat releven bagi pengembangan pendidikan demokrasi. Sebagai komponen warga negara, pengalaman siswa dalam praktik berdemokrasi dikelas akan sangat berharga bagi proses transformasi nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan sosial. Untuk mewujudkan tujuan tersebut sekolah harus menciptakan budaya demokrasi yang terlibat dalam pendidikan atau dalam lingkungan sekolah.

Menciptakan budaya demokrasi yang baik di lingkungan sekolah tidaklah mudah harus di dukung oleh semua warga sekolah, dengan terlaksananya sistem musyawarah di dalam pengambilan keputusan, terbentuknya organisasi-organisasi sekolah, adanya saling menghargai dan menghormati keberadaan individu maupun kelompok di sekolah, dan dukungan sekolah dalam memfasilitasi kegiatan kesiswaan baik dalam kurikuler maupun ekstrakurikuler itu merupakan contoh sikap budaya demokrasi yang baik di lingkungan sekolah.

Siswa harus mempunyai pola pikir bahwa budaya demokrasi itu penting, agar jiwa demokrasinya sejak awal terbentuk, oleh karna itu sekolah harus mengkondisikan suasana sekolah yang demokratis serta menyediakan sarana dan prasarana yang membangun kebiasaan-kebiasaan demokratis di lingkungan siswa. Hal inilah yang akan memotivasi siswa untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah, karena kegiatan di sekolah merupakan pengalaman berharga untuk masa depan dalam menjalankan budaya demokrasi di masyarakat.

(6)

emosional, sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Oleh karna itu warga negara yang baik perlu diberi pengetahuan dan pengalaman berwarganegara yang baik agar dapat memiliki kecakapan dalam mengaplikasikan sikap demokratisnya di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Kecakapan kewarganegaraan (civic skills) merupakan kecakapan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, hal ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan guna menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Kecakapan kewarganegaraan dikembangkan berdasarkan pengetahuan kewarganegaraan. Kecakapan kewarganegaraan dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berperan serta secara efektif dalam masyarakat, pengalaman berperan serta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran serta kemampuan siswa agar berprestasi dan mengembangkan pengertian tentang pentingnya peran serta aktif dalam berwarga negara. Bedasarkan penjabaran di atas dapat diketahui pendidikan kewarganegaraan berperan penting dalam pembentukan kecakapan kewarganegaraan pada siswa yang nantinya akan menerapkan sikap berwarganegara yang baik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari demokrasi pendidikan?

2. Bagaimana budaya demokrasi di lingkungan sekolah? 3. Bagaimana urgensi pendidikan demokrasi?

4. Bagaimana mata pelajaran PKn sebagai pendidikan demokrasi di sekolah? 5. Apa saja ide inovatif dari sekolah sebagai laboratorium demokrasi melalui PKn? 6. Apa saja aspek mengenai pendidikan demokrasi?

(7)

Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ialah

-

Tujuan Umum : Sebagai media pembelajaran mahasiswa

-

Tujuan Khusus :

1.

Agar mahasiswa mengetahui apa definisi dari demokrasi pendidikan.

2.

Agar mahasiswa mengetahui bagaimana budaya demokrasi di lingkungan sekolah.

3.

Agar mahasiswa mengetahui bagaimana urgensi pendidikan demokrasi.

4.

Agar mahasiswa mengetahui bagaimana mata pelajaran PKn sebagai pendidikan demokrasi di sekolah.

5.

Agar mahasiswa mengetahui apa saja ide inovatif dari sekolah sebagai laboratorium demokrasi melalui PKn.

6.

Agar mahasiswa mengetahui apa saja aspek mengenai pendidikan demokrasi.

D. MANFAAT PENULISAN

- Sarana membaca

(8)

BAB 2

PEMBAHASAN

A. DEMOKRASI PENDIDIKAN

Demokrasi Pendidikan diartikan sebagai hak setiap warga Negara atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk menikmati Pendidikan, yang sesuai dengan bunyi pernyataan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat (1) yaitu “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asai manusia, nilai keagamaan nilai kultural , dan kemajemukan bangsa. Dua hal yang penting dalam mengikuti pendidikan yaitu pertama, memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dalam batas tertentu yakni pada level pendidikan dasar Sembilan tahun. Dan kedua, adanya peluang untuk memilih satuan pendidikan sesuai dengan karakteristiknya.

Demokrasi Pendidikan bukan hanya sekedar prosedur, tetapi juga nilai-nilai pengakuan dalam kehormatan dan martabat manusia. Melalui upaya Demokratisasi Pendidikan diharapkan mampu mendorong munculnya individu yang kreatif, kritis, dan produktif tanpa keterbukaan dalam kehidupan berpolitik. Proses ini menuntut adanya relasi kemasyarakatan yang Demokratis. Tanggung jawab dari pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional dalam transformasi sosial yang tengah berlangsung adalah menanamkan dan mengoperasikan ethos, nilai dan moralitas bangsa dalam menerima dan mengelola informasi yang silih berganti menjadi aset dalam meningkatkan kualitas dirinya.

Pengakuan terhadap hak asasi setiap individu anak bangsa untuk menuntut pendidikan pada dasarnya telah mendapatkan pengakuan secara legal sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 (1) yang berbunyi bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan Pendidikan. Oleh karena itu seluruh komponen bangsa yang mencakupi orang tua, masyarakat, dan pemerintah memiliki kewajiban dalam bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan.

Mengenai tanggung jawab pemerintah secara tegas telah menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistim pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang.

(9)

proses pendidikan antara pendidikan dan anak didik serta juga dengan pengelola pendidikan. - UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nassional yang bunyinya adalah

memberikan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan yang diatur oleh UU Sistem Pendidikan Nasional.

- Pasal 5 yang bunyinya adalah tiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.

- Pasal 6 yang bunyinya adalah tiap warga berhak atas kesempatan mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan , kemampuan , dan ketrampilan yang setara dengan tamatan pendidikan dasar.

- Pasal 7 bunyinya adalah penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan pendidikan tidak membedakan jenis kelamin , agama , suku , ras , kedudukan sosial dan kemampuan ekonomi.

- Pasal 8 yang menyebutkan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa , dan warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

Dalam kepustakaan asing, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disebut Civic Education yang batasannya ialah seluruh kegiatan sekolah,rumah,dan masyarakat yang dapat menumbuhkan demokrasi (Somantri, 2001). Artinya bahwa PKn merupakan pendidikan demokrasi. Atau disebut juga bahwa Pendidikan Demokrasi merupakan essensi dari Pendidikan Kewarganegaraan. PKn yang disusun melalui hierarki tingkat pengetahuan ilmu sosial, yaitu fakta,konsep, generalisasi, dan teori hukum sehingga membentuk ide fundamental Ilmu Kewarganegaraan (IKN) yang bersumber kepada Social Studies sebagai turunan daripada ilmu-ilmu sosial (social science).

Gandal dan Finn (1992) menegaskan bahwa “democracy doesnot teach itself. If the strengts, benefits, and responsibilities of democracy arenot made clear to citizens, they will be ill-equipped to defend on it” artinya bahwa demokrasi tidak dapat mengajarkannya sendiri. Kalau kekuatan, kemanfaatan,dan tanggung jawab demokrasi tidak difahami dan dihayati dengan baik oleh warga Negara, sukar diharapkan mereka mau betjuang untuk mempertahankannya.

(10)

Dari uraian-uraian di atas dapat diartikan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang tepat untuk mengajarkan Pendidikan Demokrasi dalam prosempembelajaran di sekolah. Sehingga benar adanya bahwa Pendidikan Demokrasi merupakan Essensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

B. BUDAYA DEMOKRASI DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki budaya sekolah yang kokoh dan tetap eksis. Perpaduan semua unsur baik siswa, guru dan orang tua yang berkerjasama dalam menciptakan komunitas yang lebih baik melalui pendidikan yang berkualitas, serta bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pembelajaran disekolah, menjadikan sebuah sekolah unggul dan favorit di masyarakat.

Menurut Handoko (2007:16) implikasi yang mendasar dari budaya demokrasi, bahwa kehadiran dan keberadaan siswa sebagai salah satu komponen sekolah hanya akan diterima, apabila yang bersangkutan mau, mampu, dan bersedia melakukan berbagai jenis penyesuaian dalam tindakan dan perilakunya mencerminkan penerimaan terhadap budaya demokrasi sesuai dengan tujuan program-program sekolah.

Sebuah sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif terdahap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan iptek dan berlandasan imtak.

Budaya demokrasi bersifat intangible (tidak dapat diraba) karena tidak dapat dilihat atau disentuhnya, tetapi ada dan dapat dirasakan manfaatnya seperti udara dalam ruangan. Budaya melingkungi dan memperngaruhi apa saja yang terjadi dalam lingkungan. Budaya merupakan sebuah konsep sistem yang dinamis, sehingga dapat dipengaruhi oleh apa saja yang terjadi dalam sebuah organisasi.

(11)

Demokratisasi artinya proses menuju demokrasi. Demokratisasi pendidikan mengandung arti, proses menuju demokrasi di bidang pendidikan. Disamping unsur kebebasan dalam berinteraksi, demokratisasi pendidikan juga mensyaratkan komunikasi yang dialogis dengan dua aspek yang inhern, yaitu:

1. Komunikasi berlagsung ke segala arah, dan bukan hanya bersifat satu arah yaitu dari pendidik ke peserta didik (top down).

2. Arus komunikasi berlangsung secara seimbang, yakni antara pendidik dan peserta didik dan juga antar peserta didik.

Sehingga pada akhirnya, model komunikasi berlangsung secara 3 arah (pendidik-peserta didik-antar peserta didik), maka sumber belajar bukan hanya terletak pada pendidik melainkan juga peserta didik dan pengajaran tidak melulu bersifat top-down, namun perlu diimbangi dengan bottom-up.

Adapun inti dari demokrasi adalah kebebasan, persamaan hak, keadilan musyawarah dan tanggung jawab. Demokratisasi pendidikan merupakan proses pembelajaran seluruh civitas akademika untuk memajukan pendidikan. Kalau dalam politik ada rakyat, maka dalam pendidikan ada peserta didik.

Pendidikan yang demokratis berarti melibatkan murid secara aktif dalam seluruh proses pendidikannya (student-centersed-student active learning). Bukan sebaliknya, berpola top down, yakni berpusat pada guru (teacher centered) sehingga murid berperan sebagai objek didik, atau sebagaimana dikatakan oleh paulo freire dengan istilah banking syistem education atau pendidik gaya bank dimana murid didibaratkan sebagai celengan yang bersifat koin.

Adapun bentuk-bentuk demokrasi pendidikan adalah:

a) Kebebasan bagi pendidik dan peserta didik yang maksudnya kebebasannya meliputi kebebasan berkarya, mengembangkan potensi dan berpendapat.

b) Persamaan peserta didik dalam pendidikan dimana peserta didik yang masuk di Lembaga pendidikan tidak ada perbedaan derajat atau martabat, karena penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dari pendidik.

(12)

Proses pendidikan yang menekankan pentingnya nilai-nilai kebebasan dan demokrasi inilah yang menjadikan pendidikan bernuansa humanis. Perlakuannya menggunakan pendekatan humanistik.

Kebebasan menimbulkan kreativitas. Kreativitas merupakan proses mental dan kemampuan tertentu untuk “mencipta”. Kreativitas adalah proses pemikiran terhadap sesuatu masalah yang darinya dapat dihasilkan gagasan baru yang sebelumnya tak terpikirkan. Kreativitas juga berarti sebagai proses interaktif antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang kreatif dapat terlihat dari kemampuannya mengatasi masalah (problem sensitivity), mampu menciptakan ide alternatif untuk memecahkan masalah (idea fluency), mampu memindahkan ide dari satu pola pikir ke pola pikir yang lain (idea flexibility). Orang yang kreatif pun dapat dilihat dari kemampuannya untuk menciptakan ide yang asli (idea originality). Seluruh kemampuan pengembangan ide dan sensitivitas terhadap persoalan yang merupakan ciri kreatif tersebut tak dapat terbentuk bilamana dalam diri seseorang terjadi tekanan dan pembatasan atas kebebasannya. Dalam rangka mengoptimalkan perilaku budaya demokrasi maka sebagai generasi penerus yang akan mempertahankan negara demokrasi, perlu mendemonstrasikan bagaimana peran serta kita dalam pelaksanaan pesta demokrasi. Prinsip-prinsip yang patut kita demonstrasikan dalam kehidupan berdemokrasi, antara lain sebagai berikut :

a) Membiasakan untuk berbuat sesuai dengan aturan main atau hukum yang berlaku. b) Membiasakan bertindak secara demokratis bukan otokrasi atau tirani.

c) Membiasakan untuk menyelesaikan persoalan dengan musyawarah.

d) Membiasakan mengadakan perubahan secara damai tidak dengan kekerasan atau anarkis. e) Membiasakan untuk memilih pemimpin melalui cara-cara yang demokratis.

f) Selalu menggunakan akal sehat dan hati nurani luhur dalam musyawarah.

g) Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah baik kepada Tuhan, masyarakat, bangsa, dan Negara.

h) Menggunaka kebebasan dengan penuh tanggung jawab. i) Membiasakan memberikan kritik yang bersifat membangun.

(13)

Teori mengenai demokrasi diajarkan di sekolah. Anak juga dapat menerapkan teori yang telah dipelajari di sekolah. Adapun contoh pelaksanaan budaya demokrasi di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut:

- Pemilihan organisasi sekolah dan kelas dengan musyawarah - Pembagian tugas piket yang merata

- Interaksi dan komunikasi yang lancar antara guru, siswa, dan orang di lingkungan sekolah - Pelaksanaan upacara dengan bergantian

- Menghadiri acara yang diadakan sekolah - Ikut berpartispasi dalam OSIS

- Ikut serta dalam kegiatan politik di sekolah seperti pemilihan ketua OSIS, ketua kelas, maupun kegiatan yang lain yang relevan

- Memberikan usul, saran, dan pesan kepada pihak sekolah - Menulis artikel, pendapat, opini di majalah dinding - Hadir disekolah tepat waktu

- Membayar SPP atau iuran wajib sekolah

- Menggunakan waktu istirahat untuk kegiatan yang positif - Menghindari perkataan yang menyakitkan hati guru atau teman - Tidak membuat gaduh ketika pelajaran berlangsung

Dalam Pelaksanaan budaya demokrasi yang umumnya diterapkan di sekolah adalah melalui wadah Organisasi OSIS, pemilihan kepengurusan OSIS. Dimana OSIS adalah suatu wadah organisasi yang diperuntukkan untuk siswa. Dimana hal tersebut merupakan salah satu bentuk dari pembelajaran nyata dalam berpolitik secara demokratis pada tataran sekolah. Pelaksanaan pemilihan kepengurusan OSIS sudah menerapkan budaya demokrasi dengan baik. Hal ini terlihat dari pelaksanaan pemilihan yang berasaskan luber dan jurdil serta pelaksanaan yang mencerminkan kultur/ budaya demokrasi.

(14)

lainya. Dalam membahas setiap kegiatan itu anggota OSIS akan berunding dengan pihak guru sehingga akan ada interaksi langsung antara siswa dan guru.

Dalam kegiatan organisasi, setiap pengambilan keputusan pun hendaknya dilakukan dengan menerapkan budaya demokratis. Permusyawaratan hendaknya dijalankan dengan tertib, teratur, dan menampung semua aspirasi peserta musyawarah. Di dalam musyawarah, hendakya diutamakan upaya mencapai kesepakatan, agar dapat diterima oleh semua pihak.

Pengendalian diri juga menjadi unsur penting dari budaya demokrasi. Karena itu, sama halnya dengan demokrasi, sikap mengendalikan diri diri juga harus menjadi jalan hidup, atau prinsip yang menjiwai tindakan kita dalam segala bidang kehidupan. Sikap mengendalikan diri juga dapat dipelajari, dibiasakan dan perlu untuk kita kembangkan. Kita perlu belajar secara sungguh-sungguh dan berupaya keras membiasakan diri agar selalu bersikap dan berperilaku terkendali.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Sekolah merupakan tonggak dasar penanaman budaya demokrasi bagi generasi penerus bangsa, karena di sinilah mereka bertemu dengan berbagai macam pikiran-pikiran, watak, karakter, budaya, dan agama. Melalui OSIS yang merupakan wadah organisasi yang diperuntukkan untuk siswa dan dalam kegiatan OSIS sendiri itu sudah bisa mencerminkan kultur budaya demokrasi khususnya dalam ruang lingkup sekolah.

C. URGENSI PENDIDIKAN DEMOKRASI

Setiap negara dapat dipastikan menghendaki rakyatnya memiliki predikat sebagai warga negara yang baik (good citizenship), karena warga negara yang baik akan berimplikasi positif terhadap pencapaian tujuan negara yang diharapkan. Artinya, keberhasilan tujuan negara ditentukan oleh kualitas warga negaranya. Warga negara yang baik sebagaimana dikemukakan oleh Branson (1999:8) harus memiliki tiga komponen utama, yakni pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak kewarganegaraan (civic disposition).

(15)

Demokrasi merupakan suatu konsep penyelenggaraan pemerintahan yangsaat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara, maka tidaklah heran jika kemudian banyak negara di dunia mengadopsi sistem tersebut untuk dipergunakan di negaranya. Akan tetapi sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa keberhasilan sebuah sistem pemerintahan (demokrasi) amat ditentukan oleh warganegaranya. Ketidakpahaman masyarakat terhadap demokrasi menjadikan konsep yang dianggap paling baik tersebut tidak akan berjalan sesuai harapan.

Munculnya gejala political literacy, rendahnya kemelekan politik dikalangan warganegara terutama mengenai cara kerja demokrasi, munculnya apatisme politik warganegara serta keterlibatan warganegara dalam aktivitas-aktivitas politik yang masih kurang menjadi sangat penting untuk digalakkannya pendidikan demokrasi, karena pendidikan demokrasi berfungsi sebagai sarana untuk meningkatan pemahaman warganegara terhadap konsep demokrasi.

Pendidikan demokrasi dewasa ini memang menjadi trend yang sering dibicarakan oleh beberapa kalangan, dari mulai tingkat persekolahan, mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat, politisi dan lain sebagainya. Dimana-mana sering dilaksanakan seminar, lokakarya serta diskusi ilmiah yang mengambil tema pendidikan demokrasi, hal itu menyiratkan bahwa begitu pentingnya pendidikan demokrasi dilaksanakan oleh seluruh warga negara dalam rangka pencapaian misi menciptakan iklim demokratis. Mengemukanya konsep community civics semakin membuat kita yakin bahwa pendidikan demokrasi harus segera dilakukan dalam menumbuh kembangkan budaya kewarganegaraan (civics culture) untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintah demokratis (democratic government).

D. MATA PELAJARAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN DEMOKRASI DI

SEKOLAH

PKn sebagai pendidikan demokrasi dapat diartikan dengan mempelajari PKn kita didik untuk menjadi warga negara yang mengerti bahwa kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat dan dijalankan oleh pemerintah (eksekutif, yudikatif dan legislatif). Dengan kesejajaran dan independensi ketiga lembaga tersebut, negara dapat mengawasi dan mengontrol kinerja pemerintahan. Dengan demikian kita dapat memberikan atau menuntut pemerintah apabila menjalankan pemeritahan tidak sesuai dengan suara rakyat.

(16)

juga bahwa Pendidikan Demokrasi merupakan essensi dari Pendidikan Kewarganegaraan. PKn yang disusun melalui hierarki tingkat pengetahuan ilmu sosial, yaitu fakta,konsep, generalisasi, dan teori hukum sehingga membentuk ide fundamental Ilmu Kewarganegaraan (IKN) yang bersumber kepada Social Studies sebagai turunan daripada ilmu-ilmu sosial (social science).

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena dinilai penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jenjang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar menghasilkan penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni.

Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang:

- Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.

- Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan bernegara. - Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.

- Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.

- Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga negara republik indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secra konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD1945.

(17)

E. IDE INOVATIF SEKOLAH SEBAGAI LABORATORIUM DEMOKRASI

MELALUI PKN

Dalam konteks pendidikan formal, khususnya pada jenjang pendidikan dasar, sekolah seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial-pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh-kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik. Oleh karena itu sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mempu memberi keteladanan, membangun kamauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran demokrasi.

Sekolah dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 disebut “satuan pendidikan” Sekolah Dasar (SD) sebagai satuan pendidikan merupakan suatu entity (satuan utuh) wahana pendidikan nasional yang mencapai tujuan pendidikan nasional.

Paradigma pendidikan demokrasi yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersisi jamak. Sifat multidimensional itu antara lain terletak pada:

a) Pandangannya yang pluralistik-uniter (bermacam-macam tetapi menyatu dalam pengertian Bhinneka Tunggal Ika).

b) Sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan masyarakat global secara harmonis. c) Tujuannya yang diarahkan kepada semua dimensi kecerdasan (spiritual, rasional, emosianal,

dan sosial).

d) Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka, fleksibel atau luwes, dan bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya.

Konsep “Learning democracy, in democracy, for democracy” yakni belajar demokrasi dalam situasi yang demokratis, untuk membangun kehidupan demokratis, dapat diwujudkan dengan menerapkan 3 hal:

(1) Strategi Umum Pengembangan Warga Negara yang demokratis di lingkungan sekolah.

(18)

Strategi dapat diartikan sebagai serangkaian langkah yang dipilih untuk mencapai tujuan atau target. Winataputra (2006) menjelaskan karakteristik pokok untuk masing-masing strategi, yaitunya sebagai berikut:

a. Pertemuan kelas berita baru

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan kelas guna membahas berita aktual yang ada di media masa.

b. Cambuk bersiklus

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dengan tanggung jawab melalui pertemuan saling bertanya dan menjawan secara bergantian.

c. Waktu untuk penghargaan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan untuk memberikan penghargaan terhadap orang lain.

d. Waktu untuk yang terhormat

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui acara yang secara khusus diadakan atas inisiatif siswa untuk memberi penghargaan untuk orang yang sangat dihormati.

e. Pertemuan perumusan tujuan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan yang sengaja diadakan atas inisiatif guru dan/atau siswa untuk merumuskan visi atau tujuan sekolah.

f. Pertemuan legislasi

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan untuk merumuskan norma atau aturan yang akan dilakukan di sekolah.

g. Pertemuan evaluasi aturan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab untuk mengevaluasi pelaksanaan norma atau aturan yang telah disepakati yang berlaku di sekolah.

h. Pertemuan perumusan langkah kegiatan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan untuk menetapkan prioritas atau tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa dibawah supervisi sekolah.

(19)

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan pengendapan dan evaluasi terhadap proses hasil belajar setelah selesai satu atau beberapa pertemuan.

j. Pertemuan pemecahan masalah

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan terencana untukmemecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar yang menyangkut kehidupan siswa.

k. Isu akademis

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan untuk membahas akademis.

l. Pertemuan perbaikan kelas

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan untuk membahas masalah yang menyangkut kehidupan siswa.

m. Pertemuan tindak lanjut

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan untuk membahas tundak lanjut suatu kegiatan

n. Pertemuan perencanaan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan untuk menyusun rencana bersama.

o. Pertemuan pengembangan konsep

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan untuk menyusun gagasan baru untuk pemecahan masalah yang pelik.

p. Pembahasan situasi pelik

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pertemuan untuk membahas masalah yang pelik.

q. Kotak saran

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui pengumpulan saran secara bebas dan rahasia.

r. Pertemuan dalam pertemuan

(20)

(2) Fungsi dan Peran Sekolah dalam mengembangkan Warga Negara yang Demokratis.

Sekolah sebagai organisasi mempunyai struktur dan kultur. Sebagai bagian dari strukturbirokrasi pendidikan, Pendidikan SD merupakan satuan pendidikan dalam lingkungan pemerintah daerah kabupaten/kota yang pembinaannya langsung di bawah dinas pendidikan. Oleh karenanya sekolah juga merupakan satuan komunitas yang terdiri dari; pendidik, peserta didik, dan tenaga kependidikan.

Kaitan dengan fungsi dan peran sekolah dalam mengembangkan warga Negara yang demokratis, maka sudah pasti sekolah sangat berperan dalam proses pembelajaran demokrasi sesuai muatan kurikulum yang dikembangkan.

(3) Mekanisme kerja dalam konteks kesisteman sekolah

Sebagai penyelenggara pendidikan sebagaimana tertuang dalam PP RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan dalam pasal 4 ayat 3 dinyatakan bahwa: “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.” Yang selanjutnya dalam pasal 4 ayat 4 dinyatakan: bahwa “Pendidikan diselenggrakan dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pemberdayaan.” Begitu juga pada pasal 4, ayat 6, dinyatakan bahwa “Pendidikan diselenggrakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam pemnyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.”

Dalam hal ini sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus memberdayakan seluruh komponen yang terkait dengan struktur organisasi sekolah, yaitu: a) Kepala Sekolah, b) Wakil Kepala Sekolah, c) Tata Usaha, d) Dewan Guru, e) Unit Laboratorium, f) Unit Perpustakaan, g) OSIS, h) Komite Sekolah.

Semua komponen tersebut mempunya peran yang harus difungsikan sesuai dengan deskripsi tugas masing-masing, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai, dan upaya untuk menjadikan sekolah sebagai Laboratorium Demokrasi dapat terwujudkan.

F. BEBERAPA ASPEK MENGENAI PENDIDIKAN DEMOKRASI

(21)

1. Dalam melaksanakan pendidikan demokrasi, guru tidak hanya harus mengajar demokrasi, tetapi juga harus punya keinginan untuk melakukannya. Artinya guru tidak hanya harus mengetahui bagaimana mengajarkan demokrasi kepada siswa, akan tetapi guru harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi tersebut dalam kehidupan keseharian di sekolah, karena menurut penulis pola pendidikan yang baik untuk dilakukan adalah melalui keteladanan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Brownhill & Smart (1989: 52) bahwa salah satu metode yang dapat digunakan dan dianggap berhasil dalam pendidikan politik, termasuk didalamnya mengenai pengajaran demokrasi adalah melalui keteladanan guru.

2. Pada prinsipnya hal yang diajarkan dalam demokrasi adalah "satu orang, satu suara" dan "semua orang sama di depan hukum". Hal itulah yang harus ditekankan dan diajarkan dalam pembelajaran demokrasi, baik itu di sekolah maupun di masyarakat. Pengajaran yang dilakukan pun tidak hanya sebatas penyampaian konsep demokrasi saja, tetapi lebih menekankan pada internalisasi dan pelembagaan nilai-nilai demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan (not only transfer of knowledge of democracy, but also implementation about democracy).

3. Sekolah berdiri sebagai salah satu dari beberapa lembaga yang diposisikan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman untuk mempersiapkan siswa agar mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi. Karena itu, agar pembelajaran demokrasi di sekolah berhasil maka harus dimulai dari transformasi informasi mengenai demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Affandi (2005:7) mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan dalam menanamkan pendidikan demokrasi kepada generasi muda, yakni;

a) demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat itu sendiri,

b) demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain,

c) kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentranformasikan nilai-nilai demokrasi yang meliputi kebebasan, persamaan dan keadilan serta loyal kepada sistem politik yang bersifat demokrasi.

(22)

demokrasi harusmembicarakan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, membicarakan tugas, peran, serta hak dan kewajiban warga negara, melatih sesorang agar memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat, menjunjung tinggi toleransi dan sikap saling menghormati ketika ada orang lain yang mengemukakan pendapat, serta membentuk seseorang sebagaiproblem solver yang mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat.

5. We can’t be said to live in a true democracy if individuals or members of group systematically poses unequal civic and political power, if some votes and voices count more or less than others, or if some stand either above or below the law. Jika dikaji secara mendalam, postulat ini menyiratkan bahwa untuk dapat hidup dalam demokrasi yang benar, harus ada persamaan persepsi mengenai hakikat demokrasi termasuk pelaksanaannya dalam kehidupan yang harus senantiasa diatur oleh suatu peraturan yang mengikat secara umum kebebasan. Dalam hal ini, demokrasi bukan bererti bebas sebebas-bebasnya melainkan kebebasan dengan tetap memegang teguh atura dan norma yang berlaku di masyarakat.

6. Tanpa pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan, identitas, dan kecenderungan ke arah keterlibatan, beberapa siswa pada dasarnya kehilangan haknya dan tidak berdaya untuk hidup dalam iklim demokrasi. Artinya, pendidikan demokrasi di sekolah yang dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan harus mampu mengembangkan apa yang disebut Branson (1999:8) sebagai civic competence (kompetensi kewarganegaraan), yang meliputi civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic skill (keterampilan kewarganegaraan), dan civic disposition (watak kewarganegaraan).

(23)

BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Untuk menciptakan suatu kehidupan yang demokratis maka harus dilakukan upaya melalui penggalakan pendidikan demokrasi di sekolah, hal mana dapat dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan karena pendidikan kewarganegaraan memberi dukungan kuat atas terciptanya budaya demokrasi. Kewarganegaraan dan akademik tidak bersaing antar satu sama lain, melainkan saling memperkuat satu sama lain.

Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi harus mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan watak kewarganegaraan yang akhirnya dapat menciptakan suatu individu yang mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi. Suatu negara harus memiliki kemampuan untuk membekali warganegaranya dengan pendidikan yang tinggi, memiliki kemampuan untuk menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat sehingga mampu menciptakan suatu tatanan masyarakat madani.

B. SARAN

Melalui pendidikan kewarganegaraan , warga negara republik indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secra konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD1945.

Mengenai pendidikan demokrasi harus di terapkan dari sejak dini, karena dengan kita belajar mengenai pendidikan demokrasi ini kita sebagai generasi muda dapat memahami kehidupan berdemokrasi itu seperti apa, untuk meneruskan cita-cita bangsa ke depan nya.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Tukiran, Taniredja & Muhammad Abduah. 2016. Dosen Universitas

Muhammadiyah Purwokerto & Dosen Universitas Muhammadiyah

Surakarta. “Pengembangan Nilai-Nilai Demokratis Mahasiswa Melalui

Pendidikan Kewarganegaraan”.

Jurnal PKn Progresif, volume 11,

nomor ,2 Desember 2016

.

Dede Rosyada. 2007.

”Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan

Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan”.

Jakarta:Kencana

Prenada Media Group.

https://www.kompasiana.com/zakyfl/implementasi-pendidikan-demokrasi-di

kelas_54f6f597a33311190b8b45bc-

Diakses pada tanggal 10

Referensi

Dokumen terkait

Ditemukan bahwa buku tafsir ini menyajikan penafsiran ayat-ayat al-Quran secara singkat namun padat yang dilengkapi dengan catatan-catatan mengenai hal-hal yang banyak

Kontrol kestabilan menggunakan hasil pembacaan sensor IMU yang kemudian dilakukan penggabungan data sensor dengan mengimplementasikan algoritma fusion sensor Kalman Filter

Maka diperoleh hasil bahwa untuk kamaboko ikan nila ( Oreochromis sp) terbaik didapatkan dari bahan baku fillet dibandingkan dengan bahan baku minced fish dan

Pertama , Faktor penghambat dalam penanggulangan tindak pidana perjudian togel online di kota gorontalo Peran kepolisian dalam menangani kasus perjudian online belum

Tahapan pelaksanaan studi dan teknik analisis yang akan dilakukan dalam pekerjaan DED Peningkatan Prasarana Pelabuhan Penyeberangan di Wilayah Perairan Barat

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan dengan menggunakan prosedur dari metode Borg and Gall yang telah dimodifikasi oleh

Ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok perlakuan dengan rata-rata peningkatan kekuatan otot tungkai setelah pelatihan 4,9 kg dengan

abadi.Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumenpenetapannya ialah :• Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22