• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA (Studi Kasus di Polres Lampung Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA (Studi Kasus di Polres Lampung Utara)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI

(ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA (Studi Kasus di Polres Lampung Utara)

Jurnal

Oleh

Reni Pebrianti

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI

(ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA (Studi Kasus di Polres Lampung Utara)

Oleh

Reni Pebrianti, Eddy Rifai, Tri Andrisman Email : renipebrianti26@gmail.com

Pencurian merupakan bentuk kejahatan sosial yang susah dihilangkan, oleh karena itu manusia dalam menjalani kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan jarangnya pemukiman penduduk serta tidak terpantau oleh pihak kepolisian hal inilah yang memicu terjadinya suatu kasus pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Rumusan masalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah upaya kepolisian terhadap penanggulangan tindak pidana pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dalam upaya kepolisian terhadap penanggulangan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Metode yang digunakan di dalam memecahkan permasalahan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan secara yurisids normatif dan yuridis empiris. Responden dalam penelitian ini ialah orang-orang yang dapat memberikan keterangan serta pendapat sesuai dengan fakta yang ada yaitu, Kasat Reskrim pada Polres Lampung Utara, Satpam bank BRI Lampung Utara dan Dosen bagian Pidana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan mengenai upaya kepolisian terhadap penanggulangan kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang dilakukan secara upaya penal yaitu dengan tindakan represif yaitu menindak dan memberantas pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) melalui jalur hukum. Selanjutnya dengan upaya non penal yaitu preventif, untuk mencegah timbulnya kejahatan yang pertama kali. Upaya ini meliputi: Tindakan Patroli yaitu tindakan melalui pendeteksian, penindakan atau represif, dialogis. Tindakan Penjagaan dan Tindakan Razia. Faktor-faktor penghambat adalah faktor penegak hukum yang kekurangan personil, faktor sarana dan fasilitas yaitu penambahan CCTV, faktor masyarakat yang kurang waspada dengan lingkungannya sendiri, dan faktor budaya yaitu kebiasaan masyarakat yang tidak menghiraukan perbedaan budaya yang lama dengan budaya saat ini. Saran dalam penelitian ini adalah Hendaknya aparat kepolisian berani menindak tegas segala macam bentuk tindak pidana terutama pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Masyarakat dan pihak bank hendaknya bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian agar terjadi hubungan yang akrab, tidak menyembunyikan hal-hal yang akan menghambat proses penyelidikan dan penyidikan.

(3)

ABSTRACK

THE EFFORTS OF THE POLICE IN CRIME PREVENTION THEFT BY PIERCING AUTOMATED TELLER MACHINES (ATM) AT

BANK BRI NORTH LAMPUNG (Study case in Police north Lampung)

By

Reni Pebrianti, Eddy Rifai, Tri Andrisman Email : renipebrianti26@gmail.com

Theft is a form of social evil that is difficult to remove, therefore the people to life a life growing needs and infrequent setstlements and are not monitored by the police it is thing that riggers a case of theft by burglary automated teller machines (ATM), formulation of the problem in this research is how the police effort to tackling the crime of theft by burglary automated teller machines(ATM), and what are the factors that become an automated teller machines (ATM). Methods used in this research to solve the problem is using normatif juridical approach and empirical juridical. Respondent in this study the person who can provide information and opinions in accordance with the fact that there are police reskrim in north lampung, and security in bank BRI north Lampung. Analysis of the data obtained is done by means of descriptive and qualitative analysis. Based on the result of research and discussion that has been done the obtained a conclusion about the police effort against crime prevention by way of bulgary automated teller machines (ATM) is penal efforts carried out by repressive action that is cracking and combat theft by burglaryautomated teller machines (ATM) through legal channels. Further more with non penal namely preventive efforts to prevent crime first. These efforts include measures that act through detection, patrol, dialogic action or repressive action. Guard action or action raids inhibiting factors are factors of law enforcement personnel shortages, facilities and infrastructure factors that increase the CCTV , community factors are less alert to their own circumstances, and cultural factors that people’s habits is ignoring the old differences with the current culture. Suggestions in this research is their brave police crack down on all farms of criminal offenses, especially theft by burglary automated teller machines (ATM). The police and the banks should be able to cooperate with the police to occur intimate relationship, do not hide things that would impede the process investigation and inquiry.

(4)

I. PENDAHULUAN

Kehidupan bermasyarakat yang teratur dan maju tidak dapat berlangsung tanpa adanya jaminan akan kepastian hukum serta penegakan hukum yang baik demi terwujudnya ketenangan dan kenyamanan dalam melaksanakan aktivitas jaminan ini adalah tanggung jawab pemerintah dan aparat penegak hukum, khususnya pihak kepolisian yang menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan dari masyarakat. Karena hukum adalah alat penyelesaian sengketa atau konflik, disamping fungsi yang lain sebagai alat pengendalian sosial dan alat rekayasa sosial dalam menangani masalah kejahatan.

Kejahatan merupakan suatu kejadian yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda, itu sebabnya dalam keseharian kita mendengar berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain. Kejahatan muncul bukan dari campur tangan penguasa saja, tetapi juga muncul dari persoalan pribadi ataupun keluarga. Individu yang merasa dirinya menjadi korban perbuatan orang lain, akan mencari balas terhadap pelakunya

.

Kasus kejahatan yang terjadi pada masyarakat saat ini sangat beragam jenisnya. Kasus kejahatan konvensional yang menjadi gangguan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat antara lain pembunuhan, pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), kebakaran, pemerkosaan, pemerasan, penyalah gunaan narkotika, kenakalan remaja, dan judi. Namun kejahatan

yang sangat meresahkan pihak bank adalah kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Untuk mengurangi kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Perlu ada kerjasama antara aparat penegak hukum dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan keterbatasan aparat penegak hukum khususnya aparat kepolisian Indonesia, oleh karena itu partisipasi masyarakat juga sangat diperlukan untuk menanggulangi tindak kejahatan seperti pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang banyak terjadi. Masalah pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di masyarakat kita bukan lagi hal baru. Meskipun tempat dan tujuannya berbeda umumnya modus operandi pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dinilai sama.

Saat ini yang terjadi adalah objektivitas upaya kepolisian terasa masih jauh dari harapan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari peradilan yang tidak jujur, serta penegak hukum lainnya yang tidak menjelaskan perannya sebagai pelindung dan pengayom rakyat. Hal ini berdampak pada tatanan kehidupan masyarakat yang tidak lagi menganggap hukum sebagai jaminan keselamatan didalam interaksi sesama warga masyarakat.

(5)

atau aparat hukum dapat diwujudkan dalam kenyataan, dengan demikian dapat dikatakan upaya kepolisian dalam penanggulangan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Upaya penanggulangan tindak pidana adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan menilai yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian hidup.1

Pencurian sebagai salah satu bentuk kejahatan merupakan masalah sosial yang susah dihilangkan, oleh karena itu manusia dalam menjalani kehidupannya dalam bermasyarakat dan kebutuhan yang semakin meningkat hal inilah yang memicu terjadinya suatu kasus pencurian. Tindak pidana pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini sudah sangat meresahkan masyarakat. Seperti contoh kasus yang terjadi di Unit Kaliumban, Lampung Utara.

Kanit Resmob, Satreskim Polres Lampung Utara, Inspektor dua Aris Satrio mengamankan dua dari lima orang orang pelaku tindak pidana pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Para pelaku mendatangi Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dengan sebuah mobil hardtop BE 1360 J yang diparkir di seberang jalan depan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Dalam menjalankan aksinya para pelaku melakukan pencurian dengan

1

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986, hlm,5.

cara mencongkel pintu dengan menggunakan tang dan obeng. keduanya berinisial BG dan IN sedangkan ketiga rekannya melarikan diri, dan saat ini sedang akan kita lakukan penyelidikan lebih lanjut. 2

Konter Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang terletak di Unit Kaliumban, Lampung Utara.

Penulis tertarik dengan kasus ini karena penulis melihat sering terjadinya kasus tindak pidana pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Belum lama ini juga terjadi pembobolan Anjungan Tunai Mandiri pada bulan mei di bank danamon di jalan jendral sudirman nomor 7 dan terjadi pembobolan Anjungan Tunai Mandiri di Bank Rakyat Indonesia sudah terjadi tiga kali pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Akibat kurangnya fasilitas pengamanan di konter anjungan tunai mandiri kurang memadai seperti kurangnya CCTV di konter anjungan tunai mandiri, kuranganya patroli dari pihak kepolisian serta kurangnya pengamanan dari aparat penegak hukum setempat dalam mengamankan konter Anjungan Tunai Mandiri (ATM) terutama didaerah – daerah yang jauh dari pantauan aparat kepolisian.

Salah satu contoh kasus diatas pihak kepolisian dibebani tugas untuk menangani suatu kasus tindak pidana, seperti yang diketahui hal tersebut

2

Anung Bayuardi,

(6)

tidak dapat dilakukan oleh orang awam dan harus dilakukan oleh pihak kepolisian dan harus memberikan efek jera kepada para pelaku. Mengingat banyaknya kasus tindak pidana pencurian dengan cara pembobolan anjungan tunai mandiri (ATM), yang berarti bahwa usaha itu untuk mengurangi terjadinya tindak pidana pencurian dengan cara pembobolan anjungan tunai mandiri (ATM).

Berdasarkan atas uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian guna penyusunan skripsi yang diberi judul “Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Kejahatan Pencurian Dengan Cara Pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Bank BRI Lampung Utara”.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah upaya kepolisan

dalam penanggulangan kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di bank BRI Lampung Utara?

b. Apakah faktor penghambat upaya kepolisan dalam penanggulangan kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di bank BRI Lampung Utara?

Metode yang digunakan di dalam memecahkan permasalahan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan secara yurisids normatif dan yuridis empiris3. Jenis data dilihat dari sudut

3

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2009, hlm, 13-14.

sumbernya, dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan kepustakaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Responden dalam penelitian ini ialah orang-orang yang dapat memberikan keterangan serta pendapat sesuai dengan fakta yang ada yaitu, Kasat Reskrim pada Polres Lampung Utara, Satpam bank BRI Lampung Utara dan Dosen bagian Pidana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif.

II. PEMBAHASAN

A. Upaya Kepolisian dalam

Penanggulangan Kejahatan

Pencurian Dengan Cara

Pembobolan Anjungan Tunai

Mandiri di Bank BRI

Lampung Utara

Pencurian adalah kejahatan yang telah terjadi dari zaman dahulu hingga sekarang. Perkembangan para pelaku kejahatan pencurian semakin membahayakan, tindak pidana pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) adalah suatu tindakan perampasan milik orang lain dengan pengrusakan. Upaya penanggulangan kejahatan telah dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. Berbagai program serta kegiatan yang telah dilakukan sambil terus mencari cara yang paling tepat dan efektif dalam mengatasi masalah tersebut.

(7)

diartika sebagai usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare policy)

dan sekaligus mencakup perlindungan masyarakat ( social defence policy). Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari kebijakan kriminal ialah “perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan”.

Kabupaten Lampung Utara adalah salah satu daerah yang rawan kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Lampung Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan hasil studi lapangan pada Polres Lampung Utara menunjukan peningkatan dan kurangnya penanganan dalam menyelesaikan kasus, atas kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Seperti kasus yang terjadi pada hari minggu tanggal 19 Juni 2016 sekitar pukul 22.00 wib terjadi pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), di Unit Kaliumban dua orang dari lima orang tindak pidana pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Para pelaku mendatangi Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dengan sebuah mobil hardtop BE 1360 J yang diparkir di seberang jalan depan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Dalam menjalankan aksinya para pelaku melakukan pencurian dengan mencongkel pintu dengan menggunakan tang dan obeng.4

Belum lama ini juga terjadi pembobolan Anjungan Tunai Mandiri pada bulan mei di bank danamon di

4

Anung Bayuardi,

http://lampung.tribunnews.com/2016. diakses pada 27 November 2016

jalan jendral sudirman nomor 7 dan terjadi pembobolan Anjungan Tunai Mandiri di Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada bulan Juli dijalan raya pakuon ratu desa serupa indah, Kotabumi Lampung Utara. Melihat dari data tersebut kasus pecurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri pada tahun 2016 di Kabupaten Lampung Utara sangat marak. Maraknya kasus kejahatan pencurian dengan cara pemboobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) menunjukan bahwa belum sepenuhnya berhasil Tim Polres Lampung Utara bekerja dan menemukan strategi untuk menekan pertumbuhan kejahatan pembobolan tersebut.5

Maraknya kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Lampung Utara, Polres Lampung Utara dalam menangani kasus pembobolan selalu sesuai dengan SOP yang telah ditentukan. Upaya penanggulangan kejahatan yaitu salah satunya penanggulangan kejahatan yaitu salah satunya penanggulangan kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dapat dilakukan dengan upaya bersifat penindakan atau pemberantasan (represif) dan upaya bersifat pencegahan (preventif). 1. Upaya Penal

(8)

umban dengan memberikan sanksi hukum yang sesuai ketentuan hukum yang berlaku kepada para pelaku.

Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) melalui jalur hukum, yang dilakukan oleh penegak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat. Ketika ada kasus yang terjadi masyarakat diharapkan tidak main hakim sendiri tapi melaporkan kepada pihak yang berwajib terlebih dahulu.

Bentuk upaya pengungkapan atau penindakan dilaksanakan melalui cara-cara sebagai berikut :

a. Operasi sikat, operasi yang dilakukan secara berkala setiap tahun bisa 3-4 kali yang sudah terprogram dari Polda, operasi ini bersifat untuk mengungkap dengan adanya target kasus yang harus di ungkap pihak kepolisian selama masa operasi.

b. Upaya penindakan oleh Tekab (Tim Khusus Anti Bandit) yang dibentuk oleh Polda, kalau dahulu ada tim seperti buser, opsnal, sekarang sebutannya disamakan Tekab. Tim inti tekab berada di Polda, pada Polres Lampung Utara mempunyai Tim Tekab. Tekab adalah opsnalnya reskrim, semua polres mempunyai Tim Tekab yang dibentuk dan bertugas banyak

dilapangan untuk

mengungkapkan kasus-kasus pada saat pelaksaan operasi seperti operasi sikat. Tim tekab tidak bekerja sendiri tetapi

diback-up oleh jajaran polsek polsek di tiap wilayah.

Berdasarkan wawancara dengan responden Penulis sependapat dengan para responden, jadi dapat dipahami bahwa perlakuan ini mengandung dua tujuan pokok, yaitu sebagai upaya pencegahan dan penyadaran terhadap pelaku kejahatan agar tidak melakukan hal-hal yang lebih buuk lagi dimaksudkan agar si pelaku kejahatan ini kemudian hari tidak lagi melakukan pelanggaran hukum, baik dari pelanggaran–pelanggaran yang mungkin lebih besar merugikan masyarakat dan pemerintah.

2. Upaya Non Penal

Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif dan pre-emtif, yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan kejahatan yang dilakukan sebelum terjadinya kejahatan. Meskipun demikian apabila pencegahan diartikan secara luas maka tindakan represif yang berupa pidana terhadap pelaku kejahatan yang dapatlah dimaksudkan agar orang yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya tidak melakukan tindak pidana.

a. Upaya Pre-emtif

Upaya pre-emtif adalah upaya awal yang dilakukan pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana, dalam penanganan kasus dengan cara pencegahan yang dilakukan secara dini dengan melakukan kegiatan edukasi dengan sasaran mempengaruhi faktor-faktor penyebab dan pendorong agar seseorang tidak melakukan tindak kriminal.

b. Upaya preventif

(9)

timbulnya kejahatan yang pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebgaimana semboyan dan kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi kejahatan ulangan. Sangat beralasan bila upaya preventif diutamakan karena upaya preventif dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu keahlian khusus dan ekonomis.

Upaya preventif (pencegahan), yaitu untuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap pencurian. Pencegahan lebih baik daripada pemberantasan, pencegahan dalam pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dapat dengan cara seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang berkompetensi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kasus pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Penulis beranggapan dalam upaya preventif dan pre-emtif itu adalah bagaimana kita melakukan suatu usaha yang positif, serta bagaimana kita menciptakan suatu kondisi seperti keadaan ekonomi, lingkungan, juga kultur masyarakat yang menjadi suatu daya dinamika dalam pembangunan dan bukan sebaliknya seperti menimbullkan ketegangan-ketegangan sosial yang mendorong timbulnya perbuatan menyimpang juga disamping itu bagaimana

meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat bahwa keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab bersama.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka penulis menganalisis bahwa berdasarkan maraknya pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Lampung Utara, hal ini mungkin terjadi karena disebabkan upaya-upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pihak Polres Lampung Utara terutama pada upaya preventif belum maksimal.

Meningkatkan invensitas razia, patroli dan penjagaan hanya pada saat terjadi kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) namun, tidak dilanjutkan akan kurang efektif untuk menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara pembobolan tersebut. Berupaya sendiri menanggulangi kejahatan pembobolan tanpa melibatkan masyarakat sekitar juga akan sangat membuat pihak kepolisian kurang maksimal bekerja sebab adanya keterbatasan jumlah personil kepolisian dalam suatu satuan.

Koordinasi antara Polres Lampung Utara dan Polda Lampung adalah penting dilakukan guna sebesar-besarnya mengungkap kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang terus meresahkan pihak bank dan merugikan. Tertangkapnya pelaku dan diberikan hukuman yang tepat akan menekan kejahatan ini.

(10)

konsistensi dan strategi oleh anggota kepolisian tersebut maka pelaku akan mudah membaca dan menyiapkan modus baru untuk memperlancar aksinya sehingga, kejahatan pembegalan akan terus ada dan meningkat.

Upaya yang lebih penting untuk diperhatikan dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) ialah dengan menjalankan secara konsisten upaya preventif yang bertujuan untuk melindungi dan mencegah timbulnya ancaman kejahatan dari masyarakat seperti bagi aparat penegak hukum secara rutin melaksanakan operasi/patroli menyulusuri wilayah bukan hanya yang mudah dijangkau tetapi juga sampat wilayah pelosok, sehingga masyarakat merasa terindungi dari ancaman kejahatan.

Upaya hukum preventif ini harus diutamakan karena apabila pihak kepolisian, masyarakat dan pihak bank telah saling bersinergi dan bekerja sama dengan baik kemungkinan besar kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dapat ditanggulangi karena pengawasan terhadap kejahatan ini tidak hanya datang dari pihak kepolisian saja namun juga datang dari pihak bank dan masyarakat itu sendri untuk menjaga lingkungannya.

Penulis beranggapan dalam upaya preventif dan pre-emtif itu adalah bagaimana kita melakukan suatu usaha yang positif, serta bagaimana kita menciptakan suatu kondisi yang seperti keadaan ekonomi, lingkungan, juga kultur masyarakat yang menjadi suatu daya dinmika dalam

pembangunan dan bukan sebaliknya seperti menimbulkan ketegangan-ketgangan sosial yang mendorong timbulnya perbuatan menyimpang juga disamping itu bagaimana meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat bahwa keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab bersama.

B. Faktor-faktor Penghambat

Pihak Kepolisian Dalam

Penanggulangan Kejahatan

Pencurian Dengan Cara

Pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

Peran kepolisian sangat penting untuk menanggulangi dan melakukan penyelidikan serta penyidikan kasus kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Berbagai tugas yang sudah dilakukan oleh Polres Lampung Utara dalam menangani kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(11)

hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada para pelaku kejahatan.

Namun upaya dan peranan yang telah dilakukan Polres Lampung Utara masih belum berhasil dengan baik. Dengan maraknya kasus pencurian dengan cara Pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Lampung Utara. Belum berhasilnya upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara Pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dikarenakan banyaknya kendala-kendala yang ditemukan. Faktor-faktor penghambat upaya penanggulangan kejahatan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berkut:

a. Faktor hukumnya sendiri atau peraturan itu sendiri, contohnya tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang, belum adanya peraturan pelaksana yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang, serta kesimpang siuran di dalam penafsiran serta penerapannya.

b. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Contohnya, keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa dia berinteraksi, tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi, kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi. c. Faktor sarana atau fasilitas yang

mendukung penegakan hukum. Contohnya dapat dianut pikiran sebagai berikut: yang tidak ada, diadakan yang baru betul; yang rusak atau salah, diperbaiki atau dibetulkan; yang kurang,

ditambah; serta yang macet, dilancarkan.

d. Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut diterapkan. Contohnya, masyarakat tidak mengetahui akan adanya upaya-upaya hukum untuk melindungi kepentingan-kepentingannya; tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-upaya hukum karena faktor-faktor keuangan, psikis, sosial atau politik, dan lain sebagainya. e. Faktor kebudayaan, yakni

sebagai hasil karya cipta, rasa yang didasarkan pada karya manusia didalam pergaulan hidup. Contohnya nilai ketertiban dan nilai ketentraman, nilai jasmaniah atau kebendaan dan nilai rohaniah/ keakhlakan, nilai kelanggenan /konservatisme dan nilai kebaruan/ inovatisme.

Berdasarkan wawancara dan analisis penulis maka yang menjadi faktor penghambat yang menyebabkan banyak ditemukannya kendala dalam penanggulangan kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Polres Lampung Utara sesuai dengan teori Soerjono Soekanto ialah sebagai berikut:

1. Faktor Penegak Hukum

(12)

kepada para penegak hukum yang kotor agar timbul keamanan dan ketertiban bagi masyarakat.

2. Faktor Sarana dan Prasarana

Kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) saat ini tidak dilakukan seorang diri, melainkan melibatkan orang lain atau bersama-sama, dalam menjalankan aksinya para pelaku ini bisa melibatkan banyak orang dengan kasus sekala nasional maupun internasional. Faktor yang menjadi penghambat pada saat melakukan penanggulangan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) salah satunya adalah keterbatasan oprasional dalam melaksanakan penyidikan. Penulis sependapat dengan para responden yaitu sarana dan fasilitas akan menjadi sangat penting dalam melakukan tugas dari kepolisian apalagi ditambah dengan kondisi wilayah yang ada di Lampug Utara memang sepi dari keramaian.

3. Faktor Masyarakat

Kesadaran hukum yang dimaksud berpangkal pada perasaan setiap individu yaitu bagaimana seharusnya perasaan hukum itu. Hal ini sesuai dengan pendapat stammler yang menyatakan bahwa law cleary is volition sehingga penerapan hukum terindikasi dari kemauan masyarakat untuk melakukannya. Dapat dikatakan bahwa budaya hukum akan mempengaruhi penolakan dan penerimaan masyarakat yang terhadap suatu peraturan hukum, hal ini penting dipehatikan karena tanpa masyarakat hukum akan kehilangan kewibawaan mengenai peraturannya.

Masyarakat sangat penting memiliki kesadaran dan kewaspadaan tentang

bahaya pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Dengan kondisi wilayah yang memiliki banyak titik rawan terutama didaerah yang susah untuk dijangkau pihak kepolisian itu akan membuat para pelaku kejahatan tidak segan untuk melakukan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dengan kasus yang sering terjadi adalah pembobolan.

Seperti kasus yang yang dialami pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI) para korban melakukan pembobolan dengan mencongkel mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dengan menggunakan obeng dan tang, kurangnya pengamanan di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Hal tersebut akan mempermudah para pelaku pencuri untuk melakukan aksinya, jadi memang butuh pengawasan dan kesadaran dari masyarakat kesadaran untuk melindungi lingkungan sekitarnya. Sangatlah dibutuhkan kerjasama dari masyarakat bahkan pihak bank untuk dapat menanggulangi ataupun menghilangkan perbuatan pencurian sedini mungkin.

(13)

ini dapat berjalan dengan baik dan bersinergi.6

4. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan atau sistem hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang diannggap baik sehingga dianut dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari.

Berdasarkan analsisi penulis suatu kebudayaan memang sangat baik untuk dilestarikan. Akan tetapi dengan berkembangnya zaman di era pada saat ini, kebudayaan justru akan banyak menyalahgunakannya. Masyarakat dengan sikap yang tanggap terhadap lingkungan sangatlah diharapkan untuk situasi ini karena hal tersebut akan menjaga spot-spot Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dari hal yang tidak diinginkan.

Penting bagi pihak kepolisian untuk mampu meningkatkan kinerja dalam menangani kasus pembobolan dan juga agar masyarakat memiliki kesadaran hukum perlu dilakukan pendekatan dan pemahaman bahwa menjaga keamanan, ketertiban melawan hukum kejahatan tidak hanya menjadi tanggung jawab sepenuhnya pihak kepolisian. Sebab, pihak kepolisian memiliki keterbatasan personil dan jumlahnya pun berbanding jauh dengan masyarakat.

6

Hasil wawancara dengan Sanusi. Akademisi Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung, 01 Februari 2017.

III. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan oleh penulis, pada bab-bab sebelumya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Upaya kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri di Bank Rakyat Indonesia Lampung Utara (Studi kasus di Polres Lampung Utara) yaitu: a. Upaya penal, upaya ini

dilakukan setelah kejahatan terjadi yaitu menindak dan memberantas pencurian pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) melalui jalur hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh penegak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat. Tindakan yang dilakukan menggunakan upaya represif, yaitu dengan mengoptimalkan upaya penindakan serta menghimpun bukti-bukti guna menindak secara hukum pelaku kejahatan tersebut dengan pemberian sanksi tegas dan berefek jera seperti yang telah diuraikan dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) pada Bab XXII pasal 32, 363, dan 365 khususnya pada Pasal 363 yaitu pencurian dengan pemberatan.

(14)

represif, dialogis. Upaya pre-emtif adalah penanganan kasus dengan cara pencegahan yang dilakukan secara dini, seperti penyuluhan dan pemberian spanduk mengenai bahaya pencurian pembobolan da penambahan CCTV. Upaya preventif melalui beberapa faktor seperti faktor penegak hukum dengan berkoodinasi bersama satuan kepolisian Polres Lampung Utara untuk melaksanakan patroli dan razia. Selanjutnya faktor masyarakat yaitu dengan melakukan pendekatan antar warga sekitar, polisi, dan pihak bank seperti rembuk pekon untuk menciptakan keamanan dan ketertiban pada setiap dusun-dusun di Lampung Utara.

2. Faktor-Faktor Penghambat Kepolisian di Polres Lampung Utara dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM);

a. Faktor Penegak Hukum

Kekurangan personel membuat tidak efektif pekerjaan dibidangnya masing-masing, masih kurang maksimal dalam menjalankan programnya contohnya program penyuluhan Polres Lampung Utara yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga mengakibatkan maraknya kejahatan pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

b. Faktor Sarana dan prasarana Sarana di Lampung Utara masih terbatas seperti contohnya tidak jelasnya rekaman CCTV yang diberikan pihak bank, mesin

Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang sudah tidak layak digunakan, letak posisi spot-spot mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang jauh dari keramaian dan juga sering kali pihak kepolisian susah untuk menjangkau daerah pedesaan yang terutama daerah yang dipedalaman untuk patroli. c. Faktor Masyarakat

Masyarakat adalah besar pengaruhnya dalam suatu penegakan hukum, di Lampung Utara masyarakat kurang memperhtikan keadaan sekitarnya dan kurang aktif bekerja sama dengan pihak kepolisian.

d. Faktor Kebudayaan

Kebiasaan yang meremehkan atas bahaya terhadap orang asing seringkali menjadi modus dari para pelaku untuk memanfaatkan situasi ini. Sikap waspada dan tidak meremehkan kebiasaan yang ada akan

Berdasarkan hasil uraian pembahasan dan kesimpulan, saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Upaya utama dalam

(15)

patroli dan pengawasan daerah rawan atau daerah pelosok yang sepi, perbaikan sarana dan prasarana serta melakukan pendekatan kepada masyarakat. Masyarakat pastinya akan membantu terlaksananya upaya tersebut apabila pihak kepolisian mampu menjalin hubungan yang bersifat seperti kekeluargaan dalam mengayomi dan melindungi masyarakat.

2. Faktor Penghambat pihak kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di bank Rakyat Indonesia Lampung Utara Studi kasus di Polres Lampung Utara) hendaknya pihak bank bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian agar tidak terjadinya penghambatan dan dapat teratasi apabila sosialisasi yang diberikan pihak kepolisian memiliki pendekatan dan pengarahan yang baik kepada seluruh lapisan masyarakat, untuk bersama bertanggung jawab atas keamanan lingkungan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Lamintang, P, A, F. 1996.

Dasar-Dasar Hukum Pidana

Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

Moeljanto. 1993. Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum Pidana, Jakarta: Bina Aksara,

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia.

- - - -. 2009. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

- - - -. 2012. Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi

Penegakkan Hukum, cetakan ke-11, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 juncto Undang-Undang No. 73 Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

http://lampung.tribunnews.com/2016

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang akan peneliti lakukan fokus pada strategi Snowball Throwing dalam kegiatan pembelajaran, sehingga para siswa tidak merasa jenuh dengan apa yang disampaikan

[r]

Fungsi eksponensial yang penting dan sering kita jumpai adalah fungsi eksponensial dengan eksponen negatif; fungsi ini dianggap mulai muncul pada x = 0 walaupun faktor u

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses manajemen pertunjukan dan proses pelaksanaan pertunjukan yang dilakukan Mahasiswa Pendidikan Musik UPI

Upaya-upaya PO merupakan pendekatan yang terprogram dan sistematik dalam rangka mewujudkan perubahan dengan sasaran utamanya adalah: (1) Peningkatan

kepala daerah untuk menghindari besarnya biaya penyelenggaraan pilkada Berapapun biaya yang akan di keluarkan, sangat penting bagi rakyat untuk memilih pemimpin

Ucapan syukur yang selalu saya ucapkan kepada Allah SWT dan Rasuln-Nya yang telah memberikan kelancaran dalam penulisan skripsi dari awal hingga saya dinyatakan