• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunitas Fauna Tanah Pada Empat Tipe Ekosistem yang Berbeda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunitas Fauna Tanah Pada Empat Tipe Ekosistem yang Berbeda."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS FAUNA TANAH PADA EMPAT TIPE

EKOSISTEM YANG BERBEDA

ZELVIN NAOVAL HIDAYAT

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komunitas Fauna Tanah Pada Empat Tipe Ekosistem yang Berbeda, adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Zelvin Naoval Hidayat

(4)

ABSTRAK

ZELVIN NAOVAL HIDAYAT. Komunitas Fauna Tanah Pada Empat Tipe Ekosistem yang Berbeda. Dibimbing oleh CAHYO WIBOWO dan NOOR FARIKHAH HANEDA.

Deforestasi atau perubahan fungsi dari hutan menjadi non-hutan berperan dalam perubahan ekosistem dan spesies di dalamnya. Fauna tanah merupakan salah satu komponen di dalamnya yang menarik untuk dikaji. Penelitian dilaksanakan di Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Teknik pengambilan sampel fauna tanah menggunakan metode

hand sorting di empat ekosistem. Empat ekosistem tersebut yaitu hutan sekunder

(BF), hutan karet (BJ), perkebunan kelapa sawit (BO), dan kebun karet (BR). Hasil penelitian secara keseluruhan menemukan 271 individu makro fauna tanah yang termasuk dalam 43 Famili, 19 Ordo dari 7 Kelas yaitu Insecta, Chilopoda, Collembola, Clitellata, Malacostraca, Arachnida, dan Diplopoda, serta 2 Filum yaitu Arthropoda dan Annelida. Ekosistem paling stabil yaitu hutan sekunder(BF) dengan nilai indeks keragaman H’ = 2.50, indeks kekayaan DMg = 5.05, dan indeks kemerataan E = 0.81. Pola sebaran secara umum pada ke empat ekosistem adalah seragam (uniform) dengan nilai Id < 1. Tingginya keanekaragaman jenis makro fauna tanah pada ekosistem terkait dengan tingkat kesuburan tanah.

Kata kunci: Hutan karet, hutan sekunder, kebun karet, komunitas fauna tanah, perkebunan kelapa sawit.

ABSTRACT

ZELVIN NAOVAL HIDAYAT. Comunity of Soil Fauna in Four Different Type Ecosystems. Supervised by CAHYO WIBOWO dan NOOR FARIKHAH HANEDA.

Deforestation or changes in the function from forest to non-forest ecosystems has been playing a role in the change of ecosystem and species in it. Soil fauna is one of is an interesting aspect to be studied. This experiment was conducted in Bungku, District Bajubang, Batanghari Regency, Jambi. Sampling technique using hand sorting method in fourth ecosystem. The fourth ecosystem mentioned is secondary forest (BF), jungle rubber (BJ), oil palm plantations (BO), and rubber plantations (BR). The results found there were 271 individuals are included in 43 familys, 19 orders from 7 class i.e. Insecta, Chilopoda, Collembola, Clitellata, Malacostraca, Arachnida, and Diplopoda, with 2 phylum i.e. Arthropoda and Annelida. Secondary forest is an ecosystem that relatively stable with the value of diversity index H '= 2.50, index of richness DMg = 5.05, and index of evenness E = 0.81. General distribution pattern on the four ecosystems is uniform, with Id value <1. The high diversity of soil macro-fauna was related with soil fertility.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

KOMUNITAS FAUNA TANAH PADA EMPAT TIPE

EKOSISTEM YANG BERBEDA

ZELVIN NAOVAL HIDAYAT

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah mengenai biodiversitas, dengan judul Komunitas Fauna Tanah Pada Empat Tipe Ekosistem yang Berbeda. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Cahyo Wibowo, MSc F Trop dan Ibu Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MSc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak CRC990-EFForTS, Nisfi Yuniar, Mas Fajrul, Pak Yulnasri, Bang Taufik, Mbak Tuti, dan Kang Asep yang telah membantu kelancaran penulis selama pengumpulan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua tercinta, ayahanda Syarifudin, ibunda Yeni Yunaeni, Helni Anyasari Said, dan seluruh keluarga besar tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga besar Departemen SVK, TGC (Tree

Grower Community), Silvikultur 47, dan semua sahabat atas segala doa dan

dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur 2

Pengolahan Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Komposisi Famili Fauna Tanah 6

Perbandingan Jumlah Individu Fauna Tanah di Setiap Ekosistem 13 Keragaman, Kekayaan, Kemerataan Fauna Tanah dan Indeks Similaritas 14

Analisis Tanah 15

Hubungan Antara Karakteristik Ekosistem dan Keberadaan Fauna Tanah 18

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 23

(10)

DAFTAR TABEL

1. Jumlah total individu, Famili, Ordo, dan Kelas fauna yang ditemukan di empat ekosistem yang berbeda di Desa Bungku 13 2. Biodiversitas fauna tanah pada empat tipe ekosistem yang berbeda di

Desa Bungku 14

3. Nilai Indeks Similaritas (IS) fauna tanah pada empat tipe ekosistem

yang berbeda di Desa Bungku 15

4. Perbandingan tebal horizon A tanah pada empat ekosistem di Desa

Bungku, Provinsi Jambi 16

5. Tekstur tanah pada setiap ekosistem 17

6. Analisis bahan organik tanah (BOT) pada setiap ekosistem 18 7. Faktor-faktor lingkungan yang diduga mempengaruhi diversitas

fauna tanah pada empat tipe ekosistem di Desa Bungku* 19

DAFTAR GAMBAR

1. Plot pengambilan sampel fauna tanah pada suatu ekosistem 3 2. Plot pengambilan sampel tanah pada suatu ekosistem 4

3. Diagram segitiga tekstur tanah 4

4. Ordo Araneae 7

5. Famili Rhinotermitidae (a) Famili Blattidae (b) 7 6. Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di empat ekosistem 8 7. Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di Secondary Forest 9

8. Famili Buthidae 9

9. Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di Jungle Rubber 10 10.Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di Oil Palm Plantation 11 11.Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di Rubber Plantation 12

12.Famili Lumbricidae 13

13.Vegetasi Secondary Forest (a) Pengukuran Horizon A Ekosistem

Secondary Forest (b) 16

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lokasi penelitian di Desa Bungku Provinsi Jambi 23 2. Daftar Famili fauna tanah yang ditemukan di setiap ekosistem di

Desa Bungku 25

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekosistem merupakan suatu sistem yang terdiri dari makhluk hidup dan lingkungannya. Interaksi terjadi antara keduanya untuk mempertahankan kehidupan. Biodiversitas meliputi seluruh jenis variasi alam baik ditingkat molekular dan genetis hingga ke tingkat spesies, bahkan sub spesies. Komponen spesies meliputi seluruh jenis tanaman, binatang dan mikroorganisme. Keanekaragaman merupakan suatu perbedaan dalam bentuk atau sifat diantara anggota-anggota suatu kelompok (Daroz 1999).

Berbagai organisme tanah berupa flora maupun fauna hidup didalam tanah. Keberadaan organisme ini ada yang bermanfaat dan ada yang merugikan bagi makhluk hidup disekitarnya. Organisme tanah dikatakan merugikan apabila dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, dan dikatakan bermanfaat apabila dapat meningkatkan produktivitas lahan melalui kegiatan pengubahan bahan organik kasar menjadi humus (Hardjowigeno 2007). Keberadaan fauna tanah merupakan aspek cukup penting pada suatu ekosistem, karena fauna tanah dapat perperan aktif dalam proses dekomposisi bahan organik dan pengikatan/penyediaan unsur hara, serta sebagai pemangsa dan parasit (Hanafiah 2007).

Kajian atau pengetahuan tentang keanekaragaman fauna tanah pada suatu area dapat memberikan informasi yang berguna untuk perencanaan konservasi. Selain itu kajian tersebut dapat juga digunakan untuk mengetahui keberadaan spesies langka, terganggu, atau spesies yang amat penting secara ekologi. Kajian tersebut dapat juga memberikan informasi mengenai adanya spesies baru atau adanya spesies yang hanya dapat ditemukan di ekosistem tertentu. Semakin beragam vegetasi dalam suatu ekosistem kemungkinan semakin tinggi juga keanekaragaman fauna tanahnya.

Desa Bungku yang termasuk wilayah Provinsi Jambi merupakan Desa dengan berbagai macam tipe ekosistem. Berbagai tipe ekosistem tersebut diantaranya adalah hutan karet (jungle rubber), kebun karet (rubber plantation), hutan sekunder (secondary forest), dan perkebunan kelapa sawit (oil palm plantation). Karena pentingnya pengetahuan tentang keanekaragaman fauna tanah, maka perlu dilakukan penelitian yang dapat mendukung perkembangan dari kajian tersebut. Salah satu aspek penelitian yang dapat dilakukan yaitu mengetahui keanekaragaman jenis fauna tanah di Desa Bungku Provinsi Jambi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi jenis-jenis fauna tanah di berbagai tipe ekosistem di Desa Bungku Provinsi Jambi,

2. Menghitung keanekaragaman, kekayaan, kemerataan, dan pola penyebaran jenis fauna tanah di berbagai tipe ekosistem tersebut,

(12)

2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai keanekaragaman fauna tanah, berkaitan dengan perbedaan karakteristik masing-masing ekosistem serta hubungannya dengan kesuburan tanah, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi bagi pengguna lahan dan bagi penelitian lebih lanjut.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi dengan beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu pengambilan sampel fauna tanah, dilaksanakan pada bulan Juni 2014. Pengambilan sampel dilakukan pada empat tipe ekosistem yaitu hutan sekunder /

secondary forest (BF), hutan karet / jungle rubber (BJ), perkebunan kelapa sawit

/ oil palm plantation (BO), dan kebun karet / rubber plantation (BR). Tahap

kedua adalah identifikasi fauna tanah pada bulan Agustus - September 2014 di Laboratorium Entomologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB, serta analisis tanah di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop stereo, cawan petri, pinset, botol koleksi, alkohol 70%, kantong plastik, ependov, kamera, laptop, mistar, pita ukur, cangkul, bak plastik, tali rafia, kertas label, tally sheet,

kalkulator, patok kayu, kamera, alat tulis, (Global Positioning System) GPS dan buku identifikasi. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel fauna tanah dan sampel tanah (horizon A dan horizon B) pada empat ekosistem yang berbeda serta data sekunder berupa tabel hasil perbandingan faktor-faktor lingkungan pada empat ekosistem yang berbeda di Desa Bungku.

Prosedur

Penentuan Plot Pengamatan

Plot pengamatan dibuat pada seluruh ekosistem. Untuk setiap ekosistem dibuat 3 plot. Dalam pengamatan fauna tanah terdapat 3 sub plot untuk setiap plot pengamatan. Plot pengamatan ditentukan secara purposive sampling. Plot yang telah ditentukan selanjutnya ditandai menggunakan GPS sehingga dapat dipetakan (Lampiran 1).

Pengambilan Sampel Fauna Tanah

(13)

yang ada pada serasah dan tanah kemudian diambil menggunakan pinset dan dimasukan kedalam botol koleksi berisi alkohol 70%. Untuk setiap ekosistem dibuat 3 plot, dan setiap plot memiliki 3 sub plot. Secara keseluruhan diperoleh 9 botol koleksi untuk 9 sub plot pada setiap ekosistem (Gambar 1).

Gambar 1 Plot pengambilan sampel fauna tanah pada suatu ekosistem Identifikasi Fauna Tanah

Sampel fauna tanah yang sudah dikoleksi dan diawetkan dalam alkohol 70% diamati menggunakan mikroskop stereo. Identifikasi menggunakan beberapa kunci identifikasi dan buku-buku penunjang yakni Spider Families of the World

(Jocque dan Dippenaar-Schoeman 2005), A Field Key to The Ants (Hymenoptera,

Formicidae) (Plowes dan Patrock 2000), Collembola (Suhardjono et al. 2012),

Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Ke-6 (Borror et al. 1996), Cacing Tanah (Brata 2009).

Pengambilan Sampel Tanah

(14)

4

Gambar 2 Plot pengambilan sampel tanah pada suatu ekosistem

Tekstur tanah merupakan kumpulan fraksi berupa pasir (sand), liat (clay, dan debu (silt) (Gambar 3). Menurut Hanafiah (2007) melalui pengetahuan tentang sifat-sifat fraksi pasir, liat, dan debu, apabila kelas tekstur tanah diketahui maka gambaran umum mengenai sifat fisik tanah dapat diperkirakan. Analisis tekstur tanah dilakukan dengan metode finger assessment.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melihat keanekaragaman fauna tanah. Keanekaragaman yang diamati dalam penelitian ini adalah indeks keragaman, indeks kekayaan, indeks kemerataan, dan indeks Morisita.

Indeks Keragaman Spesies (H’)

Indeks keragaman spesies dihitung dengan menggunakan Shannon-Wiener

Index (Ludwig & Reynold 1988), yaitu:

(15)

Nilai Pi diperoleh dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

H’ = Indeks keragaman Shannon-Wiener

Ni = Jumlah individu setiap spesies N = Jumlah individu seluruh spesies

Indeks Kekayaan Jenis (DMg)

Nilai kekayaan jenis digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis berdasarkan jumlah jenis pada suatu ekosistem. Indeks yang digunakan adalah Indeks kekayaan jenis Margalef :

DMg = Keterangan:

DMg = Indeks Kekayaan Jenis Margalef S = Jumlah jenis yang ditemukan N = Jumlah individu seluruh jenis Indeks Kemerataan Spesies (J)

Derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap spesies dapat ditentukan dengan indeks kemerataan spesies (Magurran 2004), yaitu:

Keterangan :

J’ = Indeks kemerataan Pielou H’ = Indeks keanekaragaman spesies S = Jumlah spesies

Apabila nilai J’ mendekati 0 maka penyebaran spesies dominan, apabila nilai J’ mendekati 1 maka penyebaran spesies merata.

Indeks Morisita

Indeks Morisita menunjukkan pola distribusi dari suatu spesies (Pauley dan Hutchens 2004 diacu dalam Riyanto 2007), yaitu:

Id = n Keterangan :

Id = Indeks Morisita n = jumlah plot

∑x2

= jumlah kuadrat seluruh spesies untuk setiap plot N = jumlah individu keseluruhan

(16)

6

Indeks Similaritas (IS)

Indeks Similaritas merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui kesamaan relatif dari komposisi jenis dan struktur antara dua komunitas yang dibandingkan (Soerianegara & Indrawan 2002). Perhitungan IS menggunakan rumus Jaccard Measure (qualitative data), yaitu:

( ) Keterangan :

Cj = Indeks similaritas

j = Jumlah jenis yang sama pada ke dua ekosistem yang dibandingkan A = Jumlah jenis pada ekosistem A

B = Jumlah jenis pada ekosistem B

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Famili Fauna Tanah

Jumlah Fauna Tanah Pada Seluruh Ekosistem di Desa Bungku

(17)

Gambar 4 Ordo Araneae

Berdasarkan Famili maka Formicidae merupakan Famili fauna tanah yang mendominasi dalam penelitian ini. Rhinotermitidae dan Blattidae memiliki jumlah individu terbanyak kedua yaitu 15 individu (Gambar 5). Formicidae yang ditemukan memiliki jumlah total 119 individu (Gambar 6). Formicidae (semut) merupakan jenis serangga yang memiliki populasi yang cukup stabil sepanjang musim dan tahun. Jumlahnya yang banyak dan stabil membuat semut menjadi salah satu koloni serangga yang penting di ekosistem. Oleh karena jumlahnya yang berlimpah, fungsinya yang penting, dan interaksi yang komplek dengan ekosistem yang ditempatinya, semut seringkali digunakan sebagai bio-indikator dalam program penilaian lingkungan, seperti kebakaran hutan, gangguan terhadap vegetasi, penebangan hutan, pertambangan, pembuangan limbah, dan penggunaan lahan (Wang et al. 2000).

Banyaknya jumlah rayap didukung oleh kondisi plot pengambilan sampel yang banyak mengandung bahan makanan untuk rayap seperti serasah dan ranting. Rayap juga merupakan hewan yang hidup berkoloni sehingga individu yang ditemukan cukup banyak. Rayap membangun sarangnya menyerupai bukit-bukit kecil dan dilengkapi dengan lorong-lorong. Aktivitas pembuatan sarang maupun lorong-lorong ini merupakan kunci dalam translokasi hara yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah (Hanafiah 2007).

a b

(18)

8

Gambar 6 Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di empat ekosistem Komposisi dan Pola Sebaran Fauna Tanah di Ekosistem Secondary Forest

Pada ekosistem secondary forest (BF) telah ditemukan fauna tanah sebanyak 64 individu dari 22 Famili, 16 Ordo, 7 Kelas, dan 2 Filum. Ke-tujuh Kelas yang ditemukan yaitu Malacostraca, Arachnida, Insecta, Clitellata, Collembola, Diplopoda, dan Chilopoda. Ordo yang dominan yaitu Hymenoptera dengan jumlah 19 individu. Famili dengan jumlah individu terbanyak yang ditemukan pada ekosistem ini adalah Formicidae dengan 18 individu. Famili dengan jumlah paling sedikit yang ditemukan yaitu Liocranidae, Buthidae, Pyrrhocoridae, Paronellidae, Conotylidae, Scolopendridae, Ligiidae, Sclerobunidae, Cantharidae, Diapriidae, Machilidae, Tylidae, dan Ixodidae yang dalam hal ini masing-masing ditemukan hanya 1 individu. Dari data yang didapatkan, Secondary Forest merupakan ekosistem dengan jumlah Famili terbanyak dibandingkan dengan tiga ekosistem lainnya (Gambar 7).

(19)

Gambar 7 Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di Secondary Forest

Terdapat 20 jenis Famili yang termasuk kedalam Filum Arthropoda pada ekosistem BF. Menurut Jumar (2000) ciri-ciri khusus dari Filum Arthropoda adalah tubuh beruas-ruas, kaki beruas-ruas, eksoskleton (dinding tubuh) berkhitin dan beruas-ruas, alat mulut beruas, rongga tubuh merupakan rongga darah, alat pencernaan makanan berbentuk tabung, alat pembuangan melalui pipa panjang pada rongga tubuh, serta bernapas dengan permukaan tubuh, insang, trakea, atau paru-paru. Famili Buthidae merupakan salah satu jenis Arthropoda yang ditemukan. Pada penelitian ini Famili Buthidae hanya ditemukan pada ekosistem BF (Gambar 8).

Gambar 8 Famili Buthidae

Ekosistem BF dapat dikatakan sebagai ekosistem yang subur. Selain karena keanekaragamannya yang tinggi, indikator lainnya ialah ditemukan Famili Lumbricidae (cacing tanah) sebanyak 7 individu. Cacing tanah merupakan salah

(20)

10

satu indikator kesuburan tanah, sesuai pernyataan Sihombing (1999) yang menyatakan kotoran atau feses cacing tanah yang bertekstur halus dan subur dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Diatara fauna tanah didaerah beriklim sedang, cacing tanah merupakan penyumbang bahan organik tanah terbesar, yaitu kira-kira 100 kg/ha (Foth 1984)

Selain komposisi Famili, dalam penelitian ini dilihat pula pola sebaran masing-masing Famili. Pola sebaran diketahui dengan menghitung indeks Morisita (Id). Indeks Morisita adalah parameter kualitatif untuk menentukan pola penyebaran suatu jenis dalam komunitas. Hasil perhitungan yang diperoleh pada semua plot di ekosistem secondary forest menunjukkan bahwa pola sebaran fauna tanah yaitu seragam (uniform) karena memiliki nilai indeks Morisita (Id) < 1 (Pauley dan Hutchens 2004). Nilai hasil perhitungan indeks Morisita dapat dilihat pada Lampiran 3.

Komposisi dan Pola Sebaran Fauna Tanah di Ekosistem Jungle Rubber

Pada ekosistem jungle rubber (BJ) telah ditemukan fauna tanah sebanyak 81 individu dari 20 Famili, 10 Ordo, dan 4 Kelas yaitu Insecta, Arachnida, Collembola, dan Diplopoda, semuanya termasuk kedalam Filum Arthropoda. Famili yang paling banyak ditemukan pada ekosistem ini adalah Formicidae dengan 31 individu, diikuti oleh Blattidae dengan 12 individu. Sementara untuk Famili Theridiidae, Clubionidae, Salticidae, Rhinotermitidae, Eucnemidae, Chrysomelidae, Scarabaedidae, Eucineidae, Curculionidae, Theridiosomatidae, dan Diptera1 hanya ditemukan masing-masing 1 individu (Gambar 9).

Gambar 9 Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di Jungle Rubber

Berdasarkan data pada Gambar 9, dari total 81 individu yang ditemukan terdapat 31 individu untuk Famili Formicidae. Formicidae merupakan Famili dengan jumlah individu terbanyak dan selalu mendominasi pada setiap ekosistem. Formicidae termasuk ke dalam Ordo Hymenoptera (Gambar 10).

(21)

Hasil perhitungan indeks Morisita di ekosistem jungle rubber

menunjukkan bahwa semua plot memiliki pola sebaran seragam (uniform)

dengan nilai Id < 1. Nilai hasil perhitungan indeks Morisita dapat dilihat pada Lampiran 3.

Komposisi dan Pola Sebaran Fauna Tanah di Ekosistem Oil Palm Plantation Pada ekosistem oil palm plantation (BO) telah ditemukan fauna tanah sebanyak 65 individu dari 16 Famili, 10 Ordo, dan 4 Kelas yaitu Insecta, Arachnida, Chilopoda, dan Diplopoda yang semuanya termasuk dalam Filum Arthropoda. Ordo Araneae memiliki jumlah Famili terbanyak yang ditemukan, yaitu 7 Famili. Jumlah individu terbanyak pada ekosistem ini masih didominasi oleh Formicidae dengan 38 individu. Jumlah ini adalah jumlah Formicidae terbanyak yang ditemukan dibanding dengan tiga ekosistem lain (Gambar 11).

Gambar 11 Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di Oil Palm Plantation

Dominasi Formicidae terjadi pada seluruh ekosistem, sedangkan untuk Famili lain seringkali hanya ditemukan satu individu didalam suatu ekoistem. Hal ini juga terjadi pada ekosistem BO. Terdapat total 10 Famili pada ekosistem BO

0 10 20 30 40

(22)

12

yang memiliki hanya satu buah individu. Hal ini bisa dikarenakan metode hand

sorting yang digunakan dalam pengambilan fauna. Untuk beberapa jenis fauna

yang memiliki kemampuan melompat dan berjalan cepat cenderung tidak teramati. Salah satu Famili yang hanya ditemukan 1 individu pada ekosistem BO adalah Blattidae. Blattidae tidak hanya ditemukan di ekosistem BO, tetapi ditemukan juga pada ekosistem BJ dan BR. Itu artinya Blattidae merupakan jenis yang dapat hidup di berbagai ekosistem.

Pola sebaran atau distribusi dari setiap Famili di ekosistem oil palm

plantation yaitu seragam atau uniform. Hasil perhitungan indeks Morisita

menunjukkan nilai id < 1 (Lampiran 3). Pola sebaran seragam menunjukkan bahwa tidak ada koloni fauna yang mendominasi di salah satu plot pengamatan. Semua Famili tersebar secara merata didalam ekosistem yang diamati dan tidak mengelompok pada titik tertentu.

Komposisi dan Pola Sebaran Fauna Tanah di Ekosistem Rubber Plantation Pada ekosistem rubber plantation (BR) telah ditemukan fauna tanah sebanyak 61 individu dari 16 Famili, 8 Ordo, dan 3 Kelas. 3 kelas tersebut adalah Insekta dan Arachnida yang termasuk dalam Filum Arthropoda, dan Clitellata yang termasuk dalam Filum Annelida. Sama seperti ekosistem yang lain, ekosistem BR juga didominasi oleh Famili Formicidae dengan 32 individu, diikuti Acrididae dengan 5 individu. Famili dengan jumlah individu paling sedikit pada ekosistem ini adalah Coccinellidae, Gryllidae, Eucinetidae, Lycosidae, Hirudinidae, Delphacidae, dan Theridiidae yang dalam hal ini masing-masing ditemukan sebanyak 1 individu (Gambar 12)

Gambar 12 Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di Rubber Plantation

Formicidae merupakan Famili yang mendominasi ekosistem ini. Formicidae merupakan satu dari 9 Famili yang termasuk dalam Kelas Insekta pada ekosistem BR. Hal ini menunjukan dominasi insekta yang cukup signifikan. Sama seperti ekosistem BF, pada ekosistem BR juga ditemukan Famili Lumbricidae (cacing tanah). Lumbricidae pada ekosistem BR ditemukan sebanyak 2 individu. Faktor

(23)

ekologi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan cacing tanah baik terhadap perkembangbiakan maupun pertumbuhan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangbiakan, dan kesehatan cacing tanah adalah ketersediaan pakan, temperatur, kelembaban, derajat keasaman (pH), dan aerasi (Martin & Hawthorne 1981). Hal ini menunjukan bahwa baik ekosistem BF ataupun ekosistem BR memiliki semua aspek yang dibutuhkan untuk kehidupan cacing tanah (Gambar 13)

Gambar 13 Famili Lumbricidae

Pola sebaran dihitung pada setiap Famili dan menunjukkan bahwa fauna tanah pada ekosistem rubber plantation memiliki pola sebaran seragam (uniform). Nilai perhitungan indeks Morisita menunjukan bahwa Id < 1. Angka-angka hasil perhitungan untuk ekosistem ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

Perbandingan Jumlah Individu Fauna Tanah di Setiap Ekosistem

Setiap ekosistem yang diamati memiliki jumlah individu yang berbeda. Berdasarkan jumlah individu fauna tanah, kelimpahan terbanyak ada pada ekosistem jungle rubber, diikuti oil palm plantation, secondary forest, dan rubber

plantation. Jungle rubber menjadi ekosistem dengan kelimpahan individu fauna

terbanyak yaitu 81 indvidu, sedangkan untuk jumlah Famili didominasi oleh

secondary forest dengan jumlah 22 Famili. Secondary forest juga merupakan

ekosistem dengan jumlah keragaman Ordo terbanyak dengan 16 Ordo, diikuti oleh oil palm plantation dan jungle rubber yang masing-masing memiliki jumlah 10 Ordo. Perbedaan penemuan fauna tanah pada setiap ekosistem secara lebih jelas tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah total individu, Famili, Ordo, dan Kelas fauna yang ditemukan di empat ekosistem yang berbeda di Desa Bungku

Kategori BF BJ BO BR

Jumlah total individu 64 81 65 61 Jumlah Famili 22 20 16 16

Ordo 16 10 10 8

Kelas 7 4 4 3

(24)

14

penggunaan dan pemanfaatan ekosistem itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Tarumingkeng (1992) yang menyatakan semua jenis flora dan fauna telah berevolusi untuk menyesuaikan hidup dengan lingkungan. Keadaan lingkungan hidup mempengaruhi keanekaragaman bentuk-bentuk hayati dan banyaknya jenis makhluk hidup (biodiversitas), dan sebaliknya keanekaragaman dan banyaknya makhluk hidup juga menentukan keadaan lingkungan.

Ekosistem jungle rubber (BJ) memiliki jumlah total individu terbanyak yaitu 81 individu. Penyebabnya diduga karena pengambilan sampel berdekatan dengan banyak sarang fauna, atau bisa juga karena lokasi pengambilan sampel merupakan habitat yang sesuai untuk beberapa jenis fauna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suin (1997) yang menyatakan bahwa frekuensi kehadiran suatu jenis hewan pada suatu habitat menunjukan keseringhadiran jenis tersebut di habitat itu. Walaupun BJ mendominasi dalam jumlah individu, tetapi untuk jumlah Famili, Ordo, dan Kelas didominasi oleh ekosistem secondary forest (BF). Dominasi BF terjadi karena lokasi yang jarang dijumpai dan terganggu oleh manusia, serta karena kondisi ekosistem yang beragam. Tegakan campuran memiliki keanekaragaman yang tinggi karena semakin beragamnya serasah maka semakin tinggi pula keanekaragaman binatang tanah yang dikandungnya (Solihin 2000). Dari data yang dihasilkan, pada kenyataannya jumlah individu pada empat ekosistem cukup merata. Hal ini terlihat pada selisih jumlah individu yang tidak terlalu besar pada empat ekosistem.

Keragaman, Kekayaan, Kemerataan Fauna Tanah dan Indeks Similaritas

Keragaman, Kekayaan, dan Kemerataan Fauna Tanah

Keanekaragaman yang diamati dalam penelitian ini adalah indeks keragaman atau index of diversity(H’), indeks kekayaan atau richness (DMg), dan indeks kemerataan atau evenness (J’). Nilai indeks keanekaragaman untuk setiap ekosistem disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Biodiversitas fauna tanah pada empat tipe ekosistem yang berbeda di Desa Bungku

(25)

Berdasarkan data pengamatan terlihat bahwa jumlah Famili (S) di ekosistem secondary forest merupakan yang terbanyak (22 Famili) dibandingkan dengan ketiga ekosistem lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah Famili maka semakin besar pula keanekaragamannya. Parameter jumlah Famili saja tidak menjamin kemungkinan tersebut, tetapi bila diamati dari indeks keanekaragamannya dapat dilihat bahwa ekosistem secondary forest relatif lebih stabil dibandingkan tiga ekosistem lainnya (H’ = 2.50, DMg = 5.05, J’ = 0.81). Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Odum (1998) yang menyatakan bahwa keanekaragaman identik dengan kestabilan ekosistem, yaitu jika keanekaragaman suatu ekosistem tinggi, maka kondisi ekosistem tersebut cenderung stabil. Hasil analisis data untuk indeks kemerataan menunjukkan bahwa keempat ekosistem

memiliki nilai J’ berkisar antara 0.61 – 0.81, artinya setiap jenis pada ekosistem tersebut memiliki tingkat penyebaran jenis yang hampir merata.

Indeks Similaritas

Indeks Similaritas (IS) menggambarkan tingkat kesamaan relatif dari komposisi jenis antara dua komunitas yang dibandingkan. Hasil perhitungan nilai IS untuk fauna tanah pada empat tipe ekosistem yang diamati disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai Indeks Similaritas (IS) fauna tanah pada empat tipe ekosistem yang berbeda di Desa Bungku

Ekosistem BF BJ BO BR

BF 0.27 0.19 0.23

BJ 0.24 0.29

BO 0.28

BR

BF: secondary forest, BJ: jungle rubber, BO: oil palm plantation, BR: rubber plantation Nilai IS tertinggi yang diperoleh terdapat pada perbandingan ekosistem BJ dan BR yaitu 0.29. Ini artinya kedua ekosistem ini memiliki kesamaan jenis fauna tanah terbanyak dibandingkan ekosistem-ekosistem lain yang dibandingkan. Hal ini diduga karena ekosistem BJ dan BR memiliki tegakan vegetasi utama yang sama yaitu karet. Serasah dari pohon karet tentunya menjadi salah satu sumber bahan organik bagi kedua ekosistem tersebut. Menurut Yulipriyanto (2010) bahan organik tanah menyediakan sumber makanan sekaligus sumber energi bagi berbagai organisme tanah. Sementara itu untuk nilai IS terkecil terdapat pada perbandingan ekosistem BF dan BO yaitu 0.19. Ini terjadi diduga karena pada dasarnya ekosistem BF dan BO merupakan ekosistem dengan vegetasi yang sangat berbeda. Ekosistem BF memiliki jenis vegetasi yang beragam, sedangkan ekosistem BO hanya diperuntukan untuk tanaman sawit.

Analisis Tanah

Analisis Horizon A Tanah

(26)

16

mengacu pada ketersediaan hara. Rata-rata tebal horizon A dari 3 kali ulangan pada setiap ekosistem memiliki perbedaan. Ekosistem dengan rata-rata tebal paling tinggi adalah ekosistem secondary forest, yaitu 6.2 cm, sementara untuk ekosistem dengan rata-rata tebal horizon A paling rendah adalah oil palm

plantation dengan 4.7 cm. Secara lebih jelas data tebal horizon A pada ke empat

ekosistem tersaji dalam Tabel 4.

Tabel 4 Perbandingan tebal horizon A tanah pada empat ekosistem di Desa Bungku, Provinsi Jambi

Ekosistem Ulangan ke- (cm) Rata-rata

1 2 3

BF 6 7 5.5 6.2

BJ 6 5 4 5

BO 4.8 5.1 4 4.7

BR 5.3 4 5 4.8

BF: secondary forest, BJ: jungle rubber, BO: oil palm plantation, BR: rubber plantation. Ekosistem BF memiliki rata-rata tertinggi diduga karena kondisi ekosistem yang dipadati vegetasi, sehingga memiliki jumlah bahan organik tanah (BOT) yang tinggi (Gambar 14). Sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2007) yang menyatakan bahwa horizon A merupakan horizon berBOT tinggi sehingga berwarna gelap. Fenomena ini diperkuat oleh Hardjowigeno (2007) yang menyatakan bahwa semakin gelap warna tanah maka semakin besar pula kandungan bahan organiknya. Jumlah BOT yang tinggi tentu saja berbanding lurus dengan jumlah fauna tanah yang terdapat didalamnya. Hal ini sesuai dengan proses pengambilan fauna yang sebagian besar terdapat pada horizon A. Pada dasarnya bahan organik merupakan bahan makanan dan tempat hidup bagi sebagian besar fauna tanah. Berbanding lurus dengan hasil yang diperoleh, fauna tanah pada ekosistem secondary forest memiliki keanekaragaman yang tertinggi.

Analisis Tekstur Tanah

Menurut Hanafiah (2007) tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand) (berdiameter 2.00 – 0.20 mm), debu (silt) (berdiameter 0.20 – 0.002 mm), dan liat (clay) (berdiameter < 0.002 mm). Dalam penelitian ini didapatkan hasil tekstur tanah untuk 3 ekosistem yaitu jungle rubber, oil palm

a b

(27)

plantation, dan rubber plantation adalah clay (liat). Berbeda dengan 3 ekosistem lainnya, ekosistem secondary forest memiliki tekstur silty clay loam (lempung liat berdebu). Secara lebih jelas variasi tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tekstur tanah pada setiap ekosistem

Ekosistem Horizon Tekstur

BF A Silty clay loam

BF: secondary forest, BJ: jungle rubber, BO: oil palm plantation, BR: rubber plantation. Perbedaan yang terjadi pada ekosistem BF disebabkan kondisi vegetasi dan fauna yang sangat beragam. Kondisi ekosistem yang subur menyebabkan terbentuknya suatu lingkungan hidup yang ideal untuk fauna tanah. Fauna yang hidup didalam tanah menyebabkan terbentuknya banyak pori-pori tanah sehingga air dan perakaran tanaman mudah meresap. Sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2007) yaitu tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) (disebut poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) (agak poreus), sedangkan tanah yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) (tidak poreus). Pernyataan ini sesuai dengan hasil pada ekosistem BF, dimana tanahnya memiliki pori-pori beragam sehingga memiliki tebal horizon A dan keanekaragaman fauna tanah tertinggi. Berbeda dengan tiga ekosistem lainnya yang memiliki tekstur liat (clay) yang berarti pori-porinya kecil sehingga cukup sulit ditembus oleh perakaran dan fauna tanah.

Kandungan Bahan Organik Tanah (BOT)

Tanah tersusun oleh bahan padatan, air dan udara. Bahan padatan ini meliputi bahan mineral berukuran pasir, liat, dan debu, serta bahan organik. Menurut Hanafiah (2007) BOT adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi (disebut biontik), termasuk mikrobia heterotrofik dan ototrofik. Terkait dengan sifat biologi tanah, bahan organik sangat nyata mempengaruhi kegiatan fauna tanah melalui perannya sebagai penyedia sumber C dan energi

(Ma’shumet al. 2003).

Dari hasil analisis bahan organik tanah yang dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB, ekosistem dengan jumlah BOT tertinggi terdapat pada ekosistem jungle rubber

(28)

18

Tabel 6 Analisis bahan organik tanah (BOT) pada setiap ekosistem

Ekosistem Horizon C-org (%) Rata-rata (%)

C-org: kandungan bahan organik, BF: secondary forest, BJ: jungle rubber, BO: oil palm plantation, BR: rubber plantation.

Meskipun BF memiliki tebal horizon A tertinggi, tetapi ekosistem dengan jumlah BOT tertinggi ialah BJ. Hal ini kurang sesuai dengan literatur yang menyatakan semakin tebal horizon A maka kandungan bahan organik tanah akan semakin tinggi. Pada dasarnya ke empat ekosistem merupakan ekosistem yang subur. Hal tersebut terlihat dari komposisi fauna tanah yang beragam dan hampir merata pada setiap ekosistem. Oleh karena itu, walaupun BJ memiliki kandungan BOT tertinggi, tetapi secara keseluruhan setiap ekosistem memiliki jumlah BOT yang hampir merata.

Hal menarik yang juga dapat dilihat dari hasil analisis BOT ialah kandungan BOT pada horizon A selalu lebih besar dibandingkan horizon B pada seuruh ekosistem. Ini disebabkan karena pada horizon A terdapat lebih banyak pelapukan-pelapukan jaringan organik tanaman. Seperti yang disampaikan oleh Hanafiah (2007) yaitu sumber primer bahan organik tanah adalah jaringan organik tanaman, baik berupa daun, batang/cabang, ranting, buah maupun akar, sedangkan sumber sekunder berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta mikroflora.

Hubungan Antara Karakteristik Ekosistem dan Keberadaan Fauna Tanah

Fauna tanah memiliki tingkat toleransi yang sempit dan respon yang cepat terhadap perubahan lingkungan. Fauna tanah memiliki ukuran yang kecil dan relatif bergantung pada kondisi temperatur, hal ini membuat mereka sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan iklim mikro dalam suatu habitat (Kaspari danMejer 2000). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan terhadap beberapa faktor fisik atau lingkungan yang kemungkinan berpengaruh terhadap keberadaan fauna tanah (Tabel 7).

(29)

Tabel 7 Faktor-faktor lingkungan yang diduga mempengaruhi diversitas fauna tanah pada empat tipe ekosistem di Desa Bungku*

Faktor BF BJ BO BR plantation, BR: rubber plantation, I: sangat rendah; II: rendah; III: sedang; IV: tinggi; V: sangat tinggi (Room PM 1975).

. Kondisi strata vegatasi antara BJ dan BF sama-sama berada dalam tingkat sedang (III) dan didominasi pohon karet, perdu dan semak, serta tumbuhan bawah yang cukup padat. Perbedaan yang menyebabkan kondisi tersebut adalah faktor spesies pohon penyusun ekosistem. Pada ekosistem secondary forest, spesies pohon penyusun ekosistem tidak hanya pohon karet (Hevea brasiliensis) tetapi terdapat juga jenis bambu, bulian dan rambutan hutan (Nephelium mutabile).

Faktor suhu dan kelembaban udara mikro dalam ekosistem turut mempengaruhi variasi kehidupan fauna tanah. Data menunjukkan bahwa suhu tanah pada empat ekosistem berkisar antara 26.1°C – 27.8°C, sedangkan suhu udara berkisar antara 28.0°C – 30.0°C. Menurut (Riyanto 2007) kisaran suhu 25°C – 32°C merupakan suhu optimal dan toleran bagi aktifitas semut di daerah tropis. Suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Secara tidak langsung terdapat hubungan antara kepadatan organisme tanah dengan suhu. Dekomposisi material tanah yang terjadi lebih cepat dapat meningkatkan kesuburan vegetasi, serta mengundang kehadiran fauna tanah. Seperti yang diketahui bahwa jumlah individu fauna tanah pada seluruh ekosistem didominasi oleh semut, dan suhu udara pada lokasi pengamatan nyatanya memiliki temperatur yang optimal untuk aktifitas semut.

Perbedaan suhu dan kelembaban udara pada setiap ekosistem terjadi karena penyinaran matahari yang berbeda. Penyinaran matahari dipengaruhi oleh kerapatan tajuk. Berdasarkan data pengamatan, nilai kerapatan tajuk pada ekosistem jungle rubber dan secondary forest hampir sama yaitu 85% dan 84%, yang selanjutnya diikuti oleh plantation rubber dan oil palm plantation masing-masing 78% dan 64%.

Faktor berikutnya yaitu pH tanah. Ekosistem secondary forest, rubber

plantation, dan oil palm plantation memiliki nilai pH tanah yang sama yaitu 4. Ini

(30)

20

Selanjutnya diukur juga tebal serasah di setiap ekosistem. Tebal serasah berpengaruh terhadap jumlah serasah yang dapat terdekomposisi, semakin tebal serasah maka akan semakin banyak bahan organik yang dihasilkan (Syaufina et. al. 2007). Tebal serasah tertinggi terdapat pada ekosistem jungle rubber dan

secondary forest dengan ketebalan masing-masing 5.85 cm dan 5.20 cm. Hal ini

berbanding lurus dengan keberadaan fauna tanah pada dua ekosistem tersebut dimana ekosistem jungle rubber dan secondary forest memiliki jumlah individu dan keanekaragaman fauna tanah yang tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pada empat tipe ekosistem teridentifikasi 271 individu dalam 43 Famili, 19 Ordo, 7 Kelas dan 2 Filum. Seluruh ekosistem didominasi oleh Famili Formicidae yang memiliki total keseluruhan sebanyak 199 individu.

2. Ekosistem paling stabil yaitu secondary forest (BF)dengan nilai H’ = 2.50, DMg = 5.05, E = 0.81. Pola sebaran secara umum adalah seragam

(uniform) dengan nilai Id < 1.

3. Kesuburan tanah yang paling tinggi terdapat pada ekosistem secondary

forest (BF), yang dalam hal ini berbanding lurus dengan tigginya jumlah

keanekaragaman jenis fauna tanah pada ekosistem BF. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai fauna tanah yang berguna untuk kesuburan tanah, sehingga dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan seperti restorasi hutan, reklamasi lahan bekas tambang, dan usaha-usaha perbaikan dan penyuburan lahan lainnya.

2. Pengamatan secara kontinu atau secara periodik perlu dilakukan apabila melakukan penelitian sehingga adanya perubahan kualitas biotik maupun abiotik lebih terlihat pengaruhnya terhadap keberadaan fauna tanah dalam rangka pengelolaan ekosistem.

DAFTAR PUSTAKA

Brata B. 2009. Cacing Tanah “Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan

Perkembangbiakan”. Bogor (ID): IPB Press.

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga

Edisi ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajahmada Univ

Pr. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insect.

Daroz R. 1999. Insect and Forest: The Role and Diversity of Insects in The Forest Environment. Paris: Intercept Ltd.

(31)

Foth DH. 1984. Fundamental of Soil Science. Singapore: John Wiley & Sons Inc. Hanafiah KA. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo

Persada.

Hardjowigeno. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): CV. Akademika Pressindo.

Jocque R, Dippenaar-Schoeman AS. 2006. Spider Families of the World. Afrika Tengah (CF): Royal Museum for Central Africa.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta (ID): PT RINEKA CIPTA.

Karmana IW. 2010. Analisis keanekaragaman epifauna dengan metode koleksi

pitfall trap di kawasan hutan Cangar Malang. GaneÇ Swara 4(1): 1-5.

Kaspari M, Majer JD. 2000. Using ants to monitor environmental change. Di dalam: Agosti D, Majer JD, Alonso LE, Schultz TR, editor. Ants: Standard

Methods for Measuring and Monitoring Biodiversity. Volume 7. Amerika

Serikat (US): Smithsonian Inst. hlm 89-98.

Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology. Amerika Serikat (US): Wiley-Interscience.

Magurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity. Oxford (UK): Blackwell. Martin J, Hawthorne. 1981. Earth Worm Biology and Production. Languana: Inset

Lecture Hall. UPLB Collage.

Ma’shum M, Soedarsono J, Susilowati LE. 2003. Biologi Tanah. Jakarta ID:

CPIU Pasca IAEUP, Bagpro PKSDM.

Odum EP. 1998. Dasar-Dasar Ekologi Edisi ke-3. Samingan T, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajahmada Univ Pr. Terjemahan dari: Fundamentals of

Ecology.

Plowes NJR, Patrock R. 2000. A Field Key to The Ants (Hymenoptera, Formicidae) found at Brackenridge Field Laboratories, Austin, Travis County, Texas. Austin (US): Brackenridge Field Laboratories University of Texas.

Rahmawati. 2004. Studi keanekaragaman mesofauna tanah di kawasan hutan wisata alam Sibolangit. e-USU Repository [Internet]. [diunduh 2014 Jun

21]; 1-17. Tersedia pada:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/910/1/hutan-rahmawaty12.pdf.

Riyanto. 2007. Kepadatan, pola distribusi dan peranan semut pada tanaman di sekitar lingkungan tempat tinggal. Jurnal Penelitian Sains 10(2): 241-253. Sihombing. 1999. Satwa Harapan I “Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya”.

Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

Soerianegara I, Indrawan A. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Solihin. 2000. Keanekaragaman Binatang Tanah Pada Berbagai Tegakan Hutan. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suhardjono YR, Deharveng L, Bedos A. 2012. Collembola (Ekor Pegas). Bogor (ID): Vegamedia.

Suin NM. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta (ID): Bumi Aksara

Syaufina L, Haneda NF, Buliyansih A. 2007. Keanekaragaman arthropoda tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Media Konservasi 7(2): 57-66.

(32)

22

Wang C, Strazanac J, Butler L. 2000. Abundance, diversity, and activity of ants

(Hymenoptera: Formicidae) in oak─dominated mixed appalachian forest

treated with microbial pesticides. Environmental Ecology 29(3):579-586. Yulipriyanto H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta

(ID): Graha Ilmu.

(33)

BF BF

BJ BR

Lampiran 1 Lokasi penelitian di Desa Bungku Provinsi Jambi

LEGENDA : u BJ : jungle rubber

BF : secondary forest

BR : rubber plantation

BO : oil palm plantation

(34)

24

LEGENDA : u BJ : jungle rubber

BF : secondary forest

BR : rubber plantation

BO : oil palm plantation

: titik pengamatan

(35)

Lampiran 2 Daftar Famili fauna tanah yang ditemukan di setiap ekosistem di Desa Bungku No. Nama Filum Nama Kelas Nama Ordo Nama Famili Secondary

forest

(BF) (individu)

Jungle rubber

(BJ) (individu)

Oil palm plantation

(BO) (individu)

Rubber plantation

(BR) (individu)

1. Arthropoda Insecta Hymenoptera Formicidae 18 31 38 32

Diapriidae 1 0 0 0

Eulophidae 0 0 0 2

Isoptera Rhinotermitidae 11 1 3 0

Coleoptera Carabidae 0 0 1 0

Coccinellidae 0 0 1 1

Cantharidae 1 0 0 0

Eucnemidae 0 1 0 0

Chrysomelidae 0 1 0 0

Scarabaeidae 0 1 0 0

Eucinetidae 0 1 0 1

Curculionidae 0 1 0 0

Hemiptera Hydrometridae 0 0 3 0

Pyrrhocoridae 1 0 0 0

Miridae 0 0 0 3

Delphacidae 0 0 0 1

Dermaptera Anisolabididae 0 0 1 0

Orthoptera Gryllidae 2 3 0 1

Acrididae 0 0 1 5

(36)

26

No. Nama Filum Nama Kelas Nama Ordo Nama Famili Secondary forest

(BF) (individu)

Jungle rubber

(BJ) (individu)

Oil palm plantation

(BO) (individu)

Rubber plantation

(BR) (individu)

Diptera Diptera1 0 1 0 0

Blattaria Blattidae 0 12 1 2

Arachnida Araneae Lycosidae 3 3 7 1

Liocranidae 1 2 1 0

Oxyopidae 0 0 1 3

Agelenidae 0 0 2 0

Caponiidae 0 0 1 0

Theridiidae 0 1 0 1

Clubionidae 0 1 0 0

Salticidae 2 1 1 2

Corinnidae 3 3 0 3

Theridiosomatidae 0 1 0 0

Ixodida Ixodidae 1 0 0 0

Opiliones Sclerobunidae 1 0 0 0

Scorpiones Buthidae 1 0 0 0

Chilopoda Scolopendomorpha Scolopendridae 1 0 2 0

Collembola Entomobryomorpha Paronellidae 1 5 0 0

Malacostraca Isopoda Tylidae 1 0 0 0

Ligiidae 1 0 0 0

Armadillidiidae 2 0 0 0

Diplopoda Chordeumatida Conotylidae 1 2 1 0

(37)

No. Nama Filum Nama Kelas Nama Ordo Nama Famili Secondary forest

(BF) (individu)

Jungle rubber

(BJ) (individu)

Oil palm plantation

(BO) (individu)

Rubber plantation

(BR) (individu)

2 Annelida Clitellata Haplotaxida Lumbricidae 7 0 0 2

(38)

28

Lampiran 3 Daftar indeks Morisita di empat ekosistem

No. Nama Famili

BF BJ BO BR

Id Pola

distribusi

Id Pola

distribusi

Id Pola

distribusi

Id Pola

distribusi 1. Armadillidiida -0.134 Seragam x x x x x x 2. Liocranidae - - -0.109 Seragam - - x x 3. Formicidae -0.051 Seragam 0.101 Seragam 0.528 Seragam 0.147 Seragam

4. Buthidae - - x x x x x x

5. Hirudinidae -0.132 Seragam x x x x x -

6. Rhinotermitidae -0.056 Seragam - - -0.121 Seragam x x 7. Lumbricidae -0.118 Seragam x x x x -0.145 Seragam

8. Pyrrhocoridae - - x x x x x x

9. Paronellidae - - -0.103 Seragam x x x x 10. Corinnidae -0.136 Seragam -0.105 Seragam x x -0.138 Seragam 11. Conotylidae - - -0.109 Seragam - - x x 12. Scolopendridae - - x x -0.136 Seragam x x

13. Ligiidae - - x x x x x x

14. Lycosidae -0.132 Seragam -0.108 Seragam -0.099 Seragam - -

15. Sclerobunidae - - x x x x x x

16. Gryllidae -0.138 Seragam -0.108 Seragam x x - - 17. Salticidae -0.138 Seragam - - - - -0.145 Seragam

18. Cantharidae - - x x x x x x

19. Diapriidae - - x x x x x x

(39)

No. Nama Famili

BF BJ BO BR

Id Pola

distribusi

Id Pola

distribusi

Id Pola

distribusi

Id Pola

distribusi

21. Tylidae - - x x x x x x

22. Ixodidae - - x x x x x x

23. Theridiidae x x - - x x - -

24. Blattidae x x -0.079 Seragam - - -0.140 Seragam

25. Clubionidae x x - - x x x x

26. Eucnemidae x x - - x x x x

27. Chrysomelidae x x - - x x x x

28. Scarabaeidae x x - - x x x x

29. Eucinetidae x x - - x x - -

30. Curculionidae x x - - x x x x

31. Theridiosomatidae x x - - x x x x

32. cc x x - - x x x x

33. Carabidae x x x x - - x x

34. Hydrometridae x x x x -0.134 Seragam x x

35. Anisolabididae x x x x - - x x

36. Coccinellidae x x x x - - - -

37. Oxypidae x x x x - - -0.128 Seragam

38. Agelenidae x x x x -0.132 Seragam x x

39. Caponiidae x x x x - - x x

40. Acrididae x x x x - - -0.118 Seragam

41. Eulophidae x x x x x x -0.140 Seragam

(40)

30

No. Nama Famili

BF BJ BO BR

Id Pola

distribusi

Id Pola

distribusi

Id Pola

distribusi

Id Pola

distribusi

43. Delphacidae x x x x x x - -

(41)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor, 29 September 1992 sebagai anak tunggal dari Bapak Syarifudin dan Ibu Yeni Yunaeni. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Nahjussalam (1997), SDN 2 Cikeas Bogor (1998-2004), Sekolah Menengah Pertama di SMPN Sukaraja lulus pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Plus Bina Bangsa Sejahtera Bogor, lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif di berbagai kegiatan, kepanitiaan dan organisasi kemahasiswaan, yaitu UKM bola basket IPB, panitia Bina Corps Rimbawan (BCR) (2012), panitia Eksflorasi (2013), panitia TGC In Action (TIA) (2013), anggota TGC (2011-sekarang). Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Ciamis-Pangandaran Jawa Barat (2012), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2013), Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT Restorasi Ekosistem Indonesia (PT REKI) Jambi (2014).

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul “Komunitas Fauna Tanah Pada Empat Tipe Ekosistem yang

Berbeda” dibawah bimbingan Dr. Ir. Cahyo Wibowo, MSc. F. Trop dan Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.Sc.

Gambar

Gambar 1 Plot pengambilan sampel fauna tanah pada suatu ekosistem
Gambar 2 Plot pengambilan sampel tanah pada suatu ekosistem
Gambar 5  Famili Rhinotermitidae (a) Famili Blattidae (b)
Gambar 6  Komposisi fauna tanah berdasarkan Famili di empat ekosistem
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan ditetapkan Peraturan Bupati Bireuen Nomor 46 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah

Penciptaan sebuah karya seni yang menarik dan unik membutuhkan pemahaman dan pengetahuan tentang perkembangan trend jaman sekarang yang terjadi dilingkup masyarakat,

Rafi Pandya A SMP Progresif Bumi Shalawat 7 sidoarjo jawa timur 142 02-07-0081 Mayomi Zhafirah Ardani SMP Progresif Bumi Shalawat 7 sidoarjo jawa timur 143 02-07-0104 Nizar

Aktor kedua adalah petugas check in yang dapat melakukan scan untuk validasi data pemesanan tiket ke dalam sistem, kemudian sistem akan menterjemahkan simbol QR Code

Periode transisi menuju pada lingkungan laut terbuka dengan sedimentasi pada pasif margin terjadi pada pertengahan sampai akhir Jura hasil

tanaman jagung terjadi karena aplikasi pupuk kandang ayam yang mampu meningkatkan pH tanah , C-organik tanah serta unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannhya

penjualan, pembelian, dan persediaan; (2) Kegiatan input, proses, dan output dapat dijalankan sesuai dengan prosedur yang berlaku pada perusahaan, sehingga kesalahan-kesalahan