• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Struktur Dewan Pastoral Paroki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tinjauan Struktur Dewan Pastoral Paroki"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Tinjauan Struktur Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung

Karangpanas Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik 1983

Oleh :

Bonaventura Dwi Putra Nugraha Satria Adi

166114039/3764

Progam Studi IlmuTeologi

Jurusan Teologi Fakultas Teologi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2017

(2)

Gereja merupakan suatu entitas religius di mana dari awal terbentuknya hingga sampai pada hari ini memiliki keunikan. Keunikan tersebut terlihat dari Gereja yang tidak hanya memiliki karakter, dimensi, atau bentuk pelayanan yang beragam tetapi juga merupakan suatu komunio dalam kesatuan dengan tubuh mistik Kristus sendiri. Sebagaimana Lumen Gentium

menegaskan:

“Adapun semua anggota tubuh manusia, biarpun banyak jumlahnya, membentuk hanya satu tubuh, begitu oula para beriman dalam Kristus. Juga dalam pembangunan tubuh Kristus terhadap aneka ragam anggota dan jabatan”1.

Dalam konteks pembahasan paper, anggota dan jabatan yang dimaksudkan oleh penulis adalah anggota dan jabatan internal Gereja dalam skala lokal yaitu Paroki. Penulis menyebutkan bahwa Paroki adalah Gereja skala lokal karena termasuk bagian dalam Gereja partikuler (Kan. 365). Secara lebih spesifik, anggota dan jabatan yang dimaksudkan oleh penulis adalah Dewan Pastoral Paroki dalam suatu paroki. Oleh karena itu, penulis dalam paper ini meninjau Dewan Pastoral Paroki di Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang.

B. Dewan Pastoral Paroki

Berdasarkan Kan. 515 paroki merupakan suatu komunitas umat beriman kristiani yang dipimpin oleh pastor paroki. Komunitas ini termasuk ke dalam bagian dari Gereja partikular dan langsung di bawah pimpinan Uskup. Dalam memimpin paroki, pastor paroki hendaknya menjalankan reksa pastoral kepada para umat dalam komunitas paroki. Reksa pastoral tersebut dalam arti tertentu memiliki keterbatasan tersendiri, baik secara finansial, tenaga, maupun keterbatasan akan ruang dan waktu. Maka dari itu, sebagaimana menurut penilaian Uskup bila dianggap baik (opportum sit) di setiap paroki dapat dibentuk dewan pastoral (Kan. 536.1)2. Namun ketentuan opportum sit bukan berarti mengharuskan bahwa di suatu paroki harus terdapat dewan paroki, tetapi sejauh perlu dan dibutuhkan sesuai dengan pertimbangan kebutuhan paroki.

Dewan pastoral paroki (consilium pastorale paroeciale) merupakan persekutuan pelayan umat yang terdiri dari umat beriman dan diketuai oleh pastor paroki (ex officio)3. Tujuan dari dibentuknya dewan pastoral paroki adalah untuk membantu reksa pastoral pastor paroki sekaligus juga untuk mengembangkan kegiatan pastoral paroki. Tugas ini merupakan bagian dari partisipasi umat (Kan. 228). Sebagaimana disebutkan dalam kanon 512 bahwa dewan pastoral merupakan persekutuan umat kristiani, yang termasuk ke dalam anggota

1 Lumen Gentium (28 Oktober 1965), 75.

2 Kitab Hukum Kanonik, Robertus Rubiyatmoko ed, (Bogor:Gmardi Yuana, 2016), 177.

(3)

dewan adalah pastor vikaris pastor paroki (Kan. 545) serta seluruh umat beriman baik laki-laki atau perempuan maupun awam, klerus atau anggota tarekat dengan peran khasnya masing-masing (Kan. 529.2)4. Meskipun terbuka bagi semua umat beriman, tetapi umat beriman yang hendak menjadi dewan pastoral tetap harus memperhatikan ketentuan-ketentuan tertentu (Kan. 512.2 dan 512.3).

Di dalam menjalankan tugas, dewan pastoral baik tingkat keusukupan maupun paroki dibatasi dalam masa jabatannya seperti ditegaskan di dalam kanon 513, bahkan apabila tahta lowong dewan pastoral juga turut berhenti. Meskipun demikian di dalam kanon tidak dijelaskan secara pasti mengenai ketentuan waktunya. Selain itu berdasar kanon 536.2 dewan pastoral memiliki suara yang bersifat konsultatif. Dengan kata lain, keputusan utama tetap dipegang oleh pastor paroki namun dalam pengambilan keputusan pastor paroki dapat berkonsultasi dengan dewan pastoral.

C. Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas

Pada awalnya, paroki Karangpanas hanya ditujukan sebagai kapel untuk para siswa-siswi asrama panti asuhan St. Vincentius. Tentu jumlah umat yang dilayani masih terbatas. Namun seiring berjalannya waktu, jumlah umat semakin bertambah sehingga kapel diresmikan oleh Mgr. Luypen Sj pada tanggal 26 September 1915 sebagai kapel Hati Kudus Karangpanas5. Lambat laun jumlah umat bertambah hingga akhirnya kapel ditutup dan membangun bangunan gereja baru sebagai paroki St. Athanasius Agung Karangpanas. Gereja ini didirikan sebagai paroki dan diresmikan oleh Mgr. I Suharyo pada 1 Juni 200. Berdasar data paroki tahun 2014, jumlah umat paroki Karangpanas saat itu sudah mencapai 7500 jiwa6. Berpijak dari sejarah singkat paroki terlebih pada situasi zaman sekarang, tentu tidak mudah bagi seorang pastor baik pastor kepala maupun vikaris dalam melayani umat yang tidak sedikit. Oleh karena itu, paroki Karangpanas memerlukan peran serta umat dalam membantu pelayan pastor dalam reksa pastoral. Peran serta tersebut terwujud di dalam Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang.

Pada tahun 2017 Anggota Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang saat ini terdiri dari 316 orang yang terbagi dalam dewan harian, dewan inti, kemudian dewan pleno. Dewan harian terdiri dari ketua, wakil ketua 1 dan 2, ketua-ketua bidang, ketua-ketua stasi, kordinator ketua-ketua wilayah, sekretaris 1 dan 2, bendahara 1,2 dan 3. Dewan inti terdiri dari ketua-ketua wilayah serta ketua-ketua tim kerja. Lalu, dewan

4 Silvester Susianto Budi, MSF, Kamus Kitab Hukum Kanonik (Yogyakarta: Kanisius, 2014), 38. 5 http://karangpanas.org/2012/07/26/sejarah-paroki/, diakses 10 Desember 2017.

(4)

pleno terdiri dari ketua lingkungan, ketua kategorial, pengurus tim kerja, serta tokoh-tokoh. Kemudian yang terakhir adalah umat. Berikut struktur Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang :

D. Tinjauan Menurut Kitab Hukum Kanonik

Berdasarkan pembagian struktur DPP Karangpanas, penulis mengintrodusir bahwa paroki Karangpanas tidak hanya berusaha untuk menampilkan Gereja sebagai tubuh mistik Kristus tetapi juga menampilkan Gereja sebagai komunio. Hal tersebut terwujud dari reksa karya pastoral yang merepresentasikan Gereja di tengah umat dan masyarakat7. Dalam konteks ini, umat paroki melalui perwakilan Dewan Pastoral Paroki Karangpanas di bawah pimpinan sekaligus bimbingan pastor paroki (Kan. 519) secara aktif turut ambil bagian dalam tritugas Gereja yakni Gereja sebagai persekutuan umat beriman (Kan. 204), Gereja yang mengajar (Kan. 750), serta Gereja yang menguduskan (Kan. 835, 837).

Peran Gereja dalam menguduskan serta mengajar secara lebih spesifik ditampilkan ke dalam bidang-bidang dalam Dewan Pastoral Paroki. Bidang-bidang tersebut merupakan

7 Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki 2014, pasal 12, 34.

(5)

bagian dari dimensi Gereja St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang sebagai diakonia, leitorgia, kerygma, serta koinonia.

Dimensi Diakonia (Kan. 225.2, 227) terwujud dalam bidang pelayanan masyarakat. Bidang Pelayanan Masyarakat terdiri dari Tim Kerja Kesehatan, Tim Kerja Pangruktilaya, Tim Kerja Dana Sosial, Tim Kerja Pendidikan (Kan. 793, 796, 807), Tim Kerja Persaudaraan antar Iman (Kan. 787), Kerja Kemasyrakatan, serta Kerja Keutuhan Ciptaan. Sedangkan Dimensi Leitorgia (Kan. 230) terwujud dalam bidang liturgi. Bidang Liturgi terdiri dari Tim Kerja Koor dan Dirigen, Tim Kerja Musik Liturgi (Kan. 838, 928), Tim Kerja Lektor, Tim Kerja Pemazmur, Tim Kerja Putra Altar, Tim Kerja Prodiakon, Tim Kerja Ekaristi Harian, Tim Kerja Devosi (Kan. 770), Tim Kerja Panduan Liturgi, Tim Kerja Kerasulan Paramenta dan Sakristi, Tim Kerja Dekorasi Altar, serta Tim Kerja Tatalaksana.

Dimensi Kerygma (Kan. 225.1, 229) ditampilkan melalui bidang pewartaan (Kan. 762). Bidang Pewartaan sendiri terdiri dari Tim Kerja Katekis (Kan. 773, 784), Tim Kerja Baptisan Bayi, Tim Kerja Inisiasi (Kan. 789), Tim Kerja Pendampingan Iman (PIA, PIR, OMK, Dewasa, serta Lansia), Tim Kerja Kerasulan Kitab Suci (Kan. 773), Tim Kerja Komunikasi Sosial (Kan. 772.2, 822), serta Tim Kerja Evangelisasi (Kan. 771). Terakhir dimensi Koinonia (Kan. 226, 228, 231) diwujudkan ke dalam Bidang Paguyuban dan Persaudaraan, Bidang Rumah Tangga serta Bidang Lit-bang. Bidang Paguyuban dan Persaudaran terdiri dari Tim Kerja: Lansia, OMK, Ibu-ibu Paroki, Pendampingan Keluarga, Seni-Budaya, dan Multi Media. Bidang Rumah Tangga (Kan.1254) terdiri dari Tim Kerja: Inventarisasi Harta Benda, Pemeliharaan Gedung dan Sarana Prasarana, Keamanan, Rumah Tangga Pastoran dan Paroki, Sound System, dan Parkir. Kemudian Bidang Lit-Bang terdiri dari Tim Kerja Data dan Tim Kerja Sumber Daya8.

E. Kesimpulan

Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik 1983, meskipun keberadaan Dewan Pastoral Paroki termasuk fakultatif tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa di setiap paroki perlu dibentuk Dewan Pastoral Paroki. Hal ini diperlukan mengingat akan perkembangan zaman yang turut mempengaruhi gerak dinamika umat beriman, sehingga pastor paroki dituntut dapat semakin kreatif, inovatif, dan efektif dalam berpastoral salah satunya dengan kinerja yang berkesinambungan serta korelasi antara pastor paroki dengan Dewan Pastoral Paroki.

Gereja St. Athanasius Agung Karangpanas mencoba menghasilkan harapan tersebut dengan adanya Dewan Pastoral Paroki. Selain karena tuntutan zaman, penulis menemukan

(6)

salah satu kemungkinan alasan mengapa DPP diperlukan di Karangpanas adalah karena jumlah umat yang dilayani cukup banyak9. Apabila dibandingkan tenaga pastor paroki serta pastor vikaris paroki rasanya tidak memungkinan untuk dapat melayani jumlah umat sebesar itu dengan efektif. Maka sangatlah perlu akan adanya Dewan Pastoraal Paroki di Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang dengan tujuan untuk membantu kinerja pastor paroki serta untuk dapat memberdayakan umat sesuai ketentuan kanon 536.

Daftar Pustaka :

Dokumen Konsili Vatikan II, Terj. R. Hardawiryana SJ, Jakarta: Obor, 1993.

Kitab Hukum Kanonik, Bogor: Mardi Yuana, 2016.

Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang, Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki,

(Semarang: Percetakan Paroki, 2014), 28.

Susianto Budi, S. MSF, Kamus Kitab Hukum Kanonik, Yogyakarta: Kanisius, 2014.

http://karangpanas.org/2012/07/26/sejarah-paroki/,diakses 10 Desember 2017.

Wawancara pribadi dengan Romo Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang pada tanggal 10 Desember 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Yang membuat WiMAX begitu luar biasa adalah jangkauan luas dari teknologi tersebut tetapi tidak membatasi akses internet broadband, pengganti TI/E1 untuk bisnis, voice over

Tiga dari mall (Malioboro mall, Ramai mall dan Ramayana-Robinson Mall) yang terdapat pada di dua jalan utama kawasan (jalan Mangkubumi dan Jalan A.Yani) dengan desain bentuk

Dari analisis di atas, dapat diambil simpulan, Pertama, Analisis likuiditas pada KJKS BMT Mass Group Sragen Jawa Tengah dilihat berdasarkan angka rasio memperoleh

Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa tingkat kelulushidupan larva ikan selais yang direndam dalam larutan probiotik dengan rentang waktu berbeda (perlakuan P1,

Antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari

Mempertimbangkan meningkatnya aktivitas masyarakat, konversi lahan maka perlu dilakukan monitoring kualitas air sungai tidak hanya dengan melakukan pengukuran parameter

Nomor : 027/... Tahun Dua Ribu ... , kami yang bertanda tangan di bawah ini telah melakukan klarifikasi dan negosiasi harga atas pekerjaan ... Rapat di pimpin oleh

Aspek-aspek yang diamati dalam observasi guru pada siklus I dan siklus II meliputi: (1) membuka pembelajaran, (2) menyampaikan informasi tentang materi yang akan