• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pola Perilaku Peternak Domba Rakyat di Desa Sukawening, Dramaga, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pola Perilaku Peternak Domba Rakyat di Desa Sukawening, Dramaga, Bogor"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

321

Analisis Pola Perilaku Peternak Domba Rakyat di Desa

Sukawening, Dramaga, Bogor

Analysis Of Behavior Pattern Of Smallholder Sheep Farmers

In Sukawening Village, Dramaga, Bogor

Zarifa Olivia1*,Yannefri Bakhtiar2, Amiruddin Saleh2

1 Departemen Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

2 Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia, Institut Pertanian Bogor

*Penulis Korespondensi: olifiaz@gmail.com

ABSTRAK

Desa Sukawening merupakan Desa dengan potensi alam yang sangat baik. Jumlah peternak domba di Desa Sukawening awalnya berjumlah 15 orang peternak, tetapi saat ini hanya tersisa 4 orang peternak, yaitu Pak Ujang, Pak Haerudin, Pak Ranta, dan Pak Manim. Analisis pola perilaku domba rakyat Desa Sukawening dilakukan untuk mengamati pola perilaku peternak rakyat dalam melaksanakan manajemen pemeliharaan domba, seperti penerapan good farming practice (GFP) dengan baik. Pelaksanaan analisis pola perilaku domba rakyat di Desa Sukawening dilakukan melalui wawancara secara langsung oleh pewawancara dan narasumber dengan mengajukan pertanyaan terkait manajemen pemeliharaan domba. Pemeliharaan domba yang baik dengan mengikuti standar dalam GFP, seperti kandang dan peralatan, bibit dan reproduksi, pakan dan air minum, pengelolaan, serta kesehatan ternak. Pak Haerudin merupakan peternak domba Desa Sukawening yang telah menerapkan beberapa GFP dengan baik dan benar, seperti penerapan dalam kandang dan peralatan, pakan dan air minum, serta pengelolaannya. Peternak domba rakyat di Desa Sukawening melakukan manajemen pemeliharaan secara tradisional dan belum tersentuh ilmu pengetahuan baik untuk cara pemeliharaan ataupun pemasaran.

Kata kunci : Good Farming practice (GFP), peternak domba rakyat

ABSTRACT

Sukawening Village is a village with excellent natural potential. The number of sheep farmers in Sukawening Village was originally 15 breeders, but currently there are only 4 breeders left, namely Mr. Ujang, Mr. Haerudin, Mr. Ranta, and Mr. Manim. Analysis of the behavior patterns of the peoples sheep Sukawening Village was carried out to observe the behavior patterns of the peoples farmers in implementing sheep maintenance management, such as the application of good farming practice (GFP) properly. The analysis of peoples sheep behavior patterns in Sukawening Village was carried out through direct interviews by interviewers and interviewees by asking questions related to sheep rearing management. Good sheep raising by following the standards in the GFP, such as pens and equipment, breeds and reproduction, feed and drinking water, management, and animal health. Pak Haerudin is a sheep breeder of Sukawening Village who has implemented several GFPs properly, such as applications in cages and equipment, feed and drinking water, and their management. Peoples sheep breeders in Sukawening Village carry out traditional maintenance management and have not been touched by knowledge either in terms of maintenance or marketing.

(2)

322

PENDAHULUAN

Ternak domba di Indonesia banyak dilakukan oleh peternak di daerah pedesaan. Domba yang diternak biasanya berjumlah sedikit, sekitar 5–8 ekor setiap keluarga. Domba-domba tersebut dipelihara secara tradisional dengan memanfaatkan kekayaan alam disekitar tempat tinggal peternak, sehingga tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh peternak relatif kecil. Ternak domba memiliki kemudahan dalam pemberian pakannya, yaitu pakan hijaun. Selain itu, domba juga memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat diternakkan dimana saja dan dapat berkembang biak sepanjang tahun. Peternakan dengan skala kecil terutama peternakan rakyat pedesaan melakukannya secara sambilan karena masih menggunakan tenaga keluarga dengan tujuan untuk menjadi tabungan dan penjualan domba yang akan dilakukan sewaktu-waktu dibutuhkan.

Pendapatan peternak dari usaha beternak domba tidak lebih dari 30% dari total pendapatannya. Usaha ternak yang dilakukan sebagai usaha sampingan bertujuan untuk mencukupi subsistence. Penyedia domba terbanyak di Indonesia berasal dari peternakan rakyat pedesaan yang persentasenya mencapai 90% (Sodiq dan Zainal 2008). Desa Sukawening merupakan Desa yang terletak diKecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Desa Sukawening memiliki potensi yang besar untuk peternakan domba, karena memiliki kekayaan alam yang baik dan berlimpah, seperti potensi pertanian singkong, ubi manis, jambu biji, timun, kacang tanah, dan edamame. Limbah dari hasil pertanian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan hijauan domba.

Sektor pertanian dan peternakan di Desa Sukawening dapat saling menguntungkan. Hal tersebut dapat dilihat dari sisi pemanfaatan hasil limbah pertanian, seperti memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak serta pemanfaatan limbah peternakan sebagai pupuk kompos untuk pertanian. Peternakan domba di Desa Sukawening masih sedikit dan dilakukan dengan sistem peternakan tradisional, yaitu memanfaatkan potensi alam sekitar lokasi peternakan. Oleh karena itu, pendapatan peternak dari pemeliharaan domba tidak maksimal serta pemasaran yang masih dilakukan melalui tengkulak.

Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah mengamati pola perilaku peternak rakyat dalam melakukan manajemen pemeliharaan domba untuk mengetahui perilaku peternak dalam pemeliharaan, mencari kendala dalam proses pemeliharaan, serta melakukan evaluasi dari kendala tersebut.

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Pihak Sasaran Kegiatan

Pihak sasaran kegiatan ini adalah peternak domba yang terdapat di Desa Sukawening. Peternak domba tersebut berjumlah 4 orang, yaitu Pak Ujang, Pak Haerudin, Pak Ranta, dan Pak Manim.

Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam menentukan pola perilaku peternak rakyat dalam manajemen pemeliharaan domba adalah dengan observasi, wawancara, dan studi pustaka. Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lokasi peternakan, yaitu di Desa Sukawening, Dramaga, Bogor. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara lisan antara pewawancara dan narasumber. Wawancara dilakukan dengan

(3)

323

mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung kepada peternak domba di Desa Sukawening, Dramaga, Bogor. Pertanyaan yang diajukan saat wawancara, meliputi jumlah domba, jenis pakan, cara pemasaran, pemanfaatan limbah, dan penanganan domba yang sakit. Selanjutnya, dilakukan studi pustaka dari buku, tesis, dan jurnal sebagai acuan perbandingan untuk analisis pola perilaku peternak domba di Desa Sukawening dalam penerapan good farming practice (GFP).

Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelaksanaan Kegiatan

Faktor pendukung, yaitu penduduk Desa Sukawening sangat membantu dalam memberikan informasi terkait peternakan yang ada, serta antusias yang tinggi untuk memberikan informasi. Peternak yang dikunjungi sangat baik dalam memberikan informasi terkait manajemen pemeliharaan domba yang dilakukannya. Faktor penghambat, yaitu keterbatasan jumlah peternak yang ada di Desa Sukawening sehingga informasi untuk perbandingan sangat terbatas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Usaha peternakan rakyat diusahakan oleh sebagian besar peternak dalam skala usaha kecil, tingkat keterampilan peternak yang rendah, serta kecilnya modal usaha. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peranan usaha peternakan kecil, yaitu melalui sub sektor peternakan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya.

Peternakan di Desa Sukawening didominasi oleh peternakan domba. Peternak domba Desa Sukawening awalnya berjumlah 15 orang peternak, namun karena banyaknya domba yang dicuri mengakibatkan jumlah peternak berkurang menjadi 5 peternak rakyat. Dari 5 orang peternak rakyat di Desa Sukawening hanya 4 peternak domba yang dapat diwawancara terkait manajemen pemeliharaan domba yang dilakukan. Perbandingan manajemen pemeliharaan domba dari masing-masing peternak Desa Sukawening dapat dilihat pada Tabel 1.

Analisis pola perilaku peternak domba rakyat di Desa Sukawening dilakukan dengan melihat dan membanding pola perilaku peternak domba rakyat dalam melakukan manajemen pemeliharaan domba yang baik dengan good farming practice (GFP) sebagai standar acuan manajemen pemeliharaan yang baik dan benar.

Tabel 1 Perbandingan manajemen pemeliharaan domba peternak Desa Sukawening Nama

Peternak Pakan Pemberian Pakan Pemeliharaan Tujuan Pasar Pemanfaatan Limbah Pak Ujang Rumput dan

daun ubi jalar seingatnya 3 kali / Penggemukan Penjualan langsung Pupuk kompos Pak

Haerudin Rumput dan fermentasi limbah tempe

3–4 kali Penggemukan Tengkulak Pupuk kompos

Pak Ranta Rumput dan

daun ubi jalar 3 kali Penggemukan Penjualan langsung Pupuk kompos Pak

(4)

324

GFP yang dimaksud pada pengamatan ini merupakan pedoman tata cara beternak domba yang baik pada peternakan rakyat di Desa Sukawening, Kabupaten Bogor.

Department of Agriculture, Food and Rural Development Irlandia (2001) berpendapat bahwa

GFP merupakan cara beternak yang baik dan benar, yang memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi dan kesejahteraan ternak. Good Farming Practices

(GFP) juga termasuk di dalamnya aturan yang berlaku di lingkungan, hygiene atau sanitasi, kesejahteraan ternak, identifikasi dan registrasi ternak serta kesehatan ternak.

Manajemen pemeliharaan domba yang baik adalah yang menerapkan aspek GFP. GFP dievaluasi meliputi aspek kandang dan peralatan, bibit dan reproduksi, pakan dan air minum, pengelolaan, serta kesehatan hewan. Performa penerapan GFP peternak domba di peternakan rakyat Desa Sukawening dijelaskan berdasarkan masing-masing peternak rakyat. Berikut hasil wawancara narasumber terkait penerapan GFP di peternakan domba.

Pak Ujang merupakan peternak domba di Desa Sukawening, Pak Ujang memiliki 28 ekor domba dengan menerapkan sistem penggemukan (feedlot). Pakan yang diberikan berupa rumput dan daun ubi yang didapat di sekitar Desa Sukawening, sanitasi domba yang dilakukan adalah pencukuran wol dan memandikan domba yang dilakukan saat pemasukkan bakalan penggemukan ke peternakan, sistem perkandangan domba Pak Ujang adalah kandang panggung yang diberi sekat antar dombanya dengan ukuran lebar 45 cm dan panjang 90 cm (Gambar 1).

Domba yang digemukkan oleh Pak Ujang diberi obat setiap dua bulan sekali, obat yang diberikan adalah obat tradisional, yaitu kuning telur ditambahkan dengan kunyit serta pemberian obat cacing yang dibeli di warung dengan harga Rp 3000. Penyakit yang sering terjadi pada domba Pak Ujang adalah kembung yang terkadang menyebabkan kematian. Domba yang dipelihara akan dijual dengan harga Rp 1 760 000 hingga Rp 2 500 000 dengan harga pembelian bakalan Rp 850 000.Pak Haerudin memiliki 12 ekor

domba yang digemukkan, pakan yang diberikan oleh Pak Haerudin untuk domba adalah rumput yang diperoleh disekitar Desa dan fermentasi ampas tempe. Ampas tempe yang digunakan sebagai pakan diperoleh dari rumah produksi tempe secara gratis. Pembuatan fermentasi limbah tempe dilakukan dengan penambahan gula pasir ½ Kg, dedak padi 2 Kg, 3 bungkus garam, EM4 serta penambahan pelepah pisang, batang pisang dan tanaman yang bisa dijadikan pakan ternak yang ada di sekitar Desa, bahan-bahan pembuatan fermentasi ampas tempe dicampur dengan satu karung limbah tempe. Pakan ternak dari ampas tempe dapat dilihat pada Gambar 2.

a b

(5)

325

Pak Haerudin memiliki kandang domba dengan jenis panggung (Gambar 3), diantara domba diberi sekat, serta memiliki tempat pakan didepan domba. Pak Haerudin memberikan air minum pada domba secara ad libitum. Pakan domba diberikan sebanyak 3 kali sehari, yang dilakukan setiap pagi, siang, dan sore. Pemberian fermentasi limbah tempe dilakukan setiap siang hari. Sanitasi domba yang dilakukan adalah pencukur wol

yang dilakukan saat bakalan domba masuk untuk digemukkan.

Bakalan domba dibeli oleh Pak Haerudin dengan harga Rp 700 000 dan domba dijual setiap 4 bulan sekali saat bobot badannya kira-kira mencapai 25–30 Kg. Penjualan dilakukan melalui tengkulak dengan harga Rp 1 500 000 untuk domba berukuran kecil dan Rp 2 000 000 untuk domba berukuran besar.

Pak Ranta memiliki 37 ekor domba yang diperoleh dari Jonggol dan Subang. Kondisi kandang domba Pak Ranta dapat dilihat pada Gambar 4. Jenis domba yang dipelihara adalah domba garut dan domba jonggol. Domba jonggol merupakan domba hasil persilangan domba lokal ekor tipis dengan domba garut. Harga bakalan domba dibeli Pak Ranta dengan harga yang berkisar antara Rp 850 000–Rp 900 000.

Pakan domba yang diberikan adalah rumput dan daun ubi jalar. Pakan diberikan 4 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore, dan malam. Peternakan domba Pak Ranta telah berjalan selama 2 tahun. Domba yang dipelihara oleh Pak Ranta biasanya dijual untuk acara akikah ataupun untuk hari raya qurban dengan harga Rp 1 700 000 untuk akikah dan Rp 2 000 000–Rp 2 700 000 untuk hari raya qurban. Logistik domba yang dilakukan

Gambar 2 Konsentrat fermentasi ampas tempe

(6)

326

Pak Ranta dengan mobil pick up atau tergantung pembeli menginginkan logistik seperti apa. Limbah dari kotoran domba peternakan dijual oleh Pak Ranta sebagai pupuk kompos dengan harga Rp 5000/karung.

Penyakit yang sering diderita oleh domba yang dipelihara Rak Ranta adalah koreng, sakit mata, dan kembung. Domba yang terkena kembung akan diberi promag sebagai obat. Menurut Sarwono (2007), kembung pada domba biasanya diberi obat yang memiliki kandungan dimethicone. Merk yang banyak dijual dipasaran mengandung

dimethicone adalah tymposol. Tymposol diberikan pada setiap ekor domba sebanyak 30-50

mL yang dilarutkan dalam 0.3-0.5 L air. Promag mengandung simethicone yang merupakan bentuk aktif dari dimethicone. Pada ternak obat kembung khusus yang dapat mengobati kembung diharapkan memiliki kandungan dimethicone.

Sakit mata pada domba akan diberi limau sebagi obat, dan pemberian obat cacing yang mengandung oxfendazole dengan dosis setengah tablet untuk domba kecil dan 1 tablet untuk domba besar. Penanganan domba yang mengalami sakit mata adalah dengan memberikan antibiotik, obat cacing khusus ternak, serta vitamin (Sutama 2007). Obat cacing yang diberikan pada ternak domba diharapkan memiliki kandungan oxfendazole, albendazole, serta kelompok benzimidazole lainnya yang dapat yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi nematoda dan trematoda.

Pak Manim memiliki 8 ekor domba yang diberi pakan 2 kali setiap harinya. Jenis pakan yang diberikan oleh Pak Manim adalah rumput. Waktu pemberian pakan domba, yaitu pagi dan sore hari. Pak Manim melakukan penjualan domba melalui perantara tengkulak dengan kisaran harga Rp 1 700 000 hingga Rp 2 200 000/ekor domba. Limbah kotoran domba serta sisa pakan diberikan kepada para petani yang membutuhkan sebagai pupuk kompos. Sistem perkandangan yang digunakan Pak Manim adalah jenis kandang pangung. Kondisi kandang domba Pak Manim dapat dilihat pada Gambar 5.

Manajemen pemeliharaan domba di Desa Sukawening dilakukan secara tradisional, dengan model kandang panggung yang diberi sekat antar domba. Pemberian pakan yang dilakukan oleh para peternak tanpa penjadwalan yang pasti dan sumber pakan yang diberikan pada domba hanya memanfaatkan potensi alam setempat. Hampir semua peternak domba di Desa Sukawening tidak memberikan air minum pada domba, kecuali Pak Haerudin. Menurut Aslimah et al. (2014) pemberian air pada domba diberikan secara ad libitum. Air minum juga sebaiknya selalu tersedia di kandang (Williamson and Payne 1993).

a b

(7)

327

Sistem logistik dan pemasaran yang dilakukan peternak domba di Desa Sukawening menggunakan mobil pick up atau pembeli langsung datang ke peternak untuk membeli domba, serta melalui tengkulak. Peternak domba di Desa Sukawening tersisa 5 orang dari 15 orang peternak domba. Hal tersebut dilatar belakangi oleh banyaknyak domba yang hilang di kandang peternak, sehingg menimbulkan kerugian bagi peternak domba.

Manajemen pemelihara yang dilakukan para peternak dalam sistem perkandangan, pemberian pakan, logistik, pemasaran, tidak ada pemberian minum kepada domba serta pemanfaatan limbah berbeda-beda setiap peternak. Sistem perkandangan yang digunakan peternak di Desa Sukawening sudah menerapkan perkandangan yang baik, yaitu sistem panggung dimana tempat domba dan kotorannya berbeda dan memiliki jarak 1–3 meter. Perkandang yang diterapkan memberikan sekat antar domba didalam kandang dan didepan domba tersedia bak pakan.

Logistik yang dilakukan peternak masih belum menerapkan konsep animal welfare

karena keterbatasan ilmu pengetahuan serta biaya sehingga masih dilaksanakan secara biasa. Contoh kasus belum adanya penerapan konsep animal welfare dalam logistik domba, yaitu mengangkut bakalan domba dengan menggunakan motor, dimana domba dipangku diatas motor, serta membawa domba dengan pick up tanpa memberikan ada pembatasan jumlah ternak domba yang diangkut. Hal tersebut dapat menyebabkan stres pada domba.

Pemasaran domba setiap peternak dilakukan dengan tengkulak ataupun pembeli mendatangi peternak secara langsung. Sistem tengkulak masih sulit untuk dihapuskan dipeternakan rakyat, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kepercayaan peternak kepada tengkulak untuk menjual dombanya. Sistem penjualan domba melalui tengkulak sangat merugikan peternak, karena tengkulak akan berusaha membeli ternak dengan harga murah dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi.

Limbah yang dihasilkan dari peternakan domba berupa sisa pakan dan feses. Sisa pakan tidak dilakukan pengolahan ataupun pemanfaatan oleh peternak di Desa Sukawening hanya dibuang saja, sedangkan feses domba dijadikan pupuk kompos untuk petani Desa Sukawening. Pak Ujang merupakan peternak domba yang memberikan feses domba secara gratis kepada petani, sedangkan Pak Ranta dan Pak Haerudin menjual feses domba seharga Rp 5000/karung kepada petani.

Manajemen pemeliharaan yang baik harus menerapkan hal berikut, kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesuai dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang

(8)

328

diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia Murtidjo (1993).

Menurut Cahyono (1998), upaya manajemen kesehatan domba antara lain menjaga kesehatan ternak, mempertahankan penampilan ternak agar tetap baik, memperhatikan komposisi bahan pakan, ketersediaan zat nutrisi yang baik dan seimbang dan mengoptimalkan pemakaian limbah pertanian yang ada. Ridwan (2010) menyatakan bahwa pakan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi (berasal dari berbagai jenis bahan) disukai ternak, mudah dicerna, tidak beracun, dan jumlahnya cukup.

Peternak yang telah menerapkan beberapa manajemen pemeliharaan ternak domba yang baik adalah Pak Haerudin. Pak Haerudin memiliki kandang domba yang selalu dibersihkan setiap harinya, diberi pakan secara teratur 3 kali sehari dengan pemberian hijauan maupun konsentrat, serta penanganan domba sakit dengan baik, akan tetapi Pak Haerudin belum bisa memasarkan domba sendiri tanpa bantuan tengkulak. Diantara 4 orang peternak domba di Desa Sukawening, Dramaga, Bogor Pak Haerudin merupakan peternak yang telah menerapkan beberapa cara beternak yang baik sesuai GFP.

SIMPULAN

Peternak rakyat melakukan manajemen pemeliharaan secara tradisional dengan memanfaatkan potensi alam sekitar. Penerapan konsep percobaan dalam penanganan penyakit ataupun permasalahan yang dihadapi, peternakan rakyat belum banyak tersentuh ilmu pengetahuan baik dari segi pemeliharaan maupun pemasaran, sehingga dilakukan hal-hal berdasarkan pengalaman yang telah sukses dalam percobaanya. Penerapan good farming practice pada peternakan di Desa Sukawening belum sepenuhnya diterapkan dengan baik. Permasalahan utama dalam peternakan rakyat dalam pemasaran adalah penjualan melalui tengkulak yang mengakibatkan peternak hanya mendapatkan harga kecil dalam penjualan.

DAFTAR PUSTAKA

Aslimah S, Yamin M, Astuti DA. 2014. Produktivitas karkas domba garut jantan pada pemberian jenis pakan dan waktu yang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. 2(1): 251-256.

Cahyono B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Department of Agriculture, Food and Rural Development. 2001. Good Farming Practices. Irlandia (IE): Department of Agriculture. Food and Rural Development.

Hong TTT. 2003. Evaluation of sweet potato leaves as a protein source for growing pigs in Central Vietnam. [Tesis]. Uppsala (SE): Departmen of Animal Nutrition and Management.

Murtidjo. 1993. Memelihara Domba. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Ridwan. 2010. Petunjuk Praktis Penggemukan Domba, Kambing dan Sapi Potong. [Internet]. [diunduh 4 Mei 2020]. Tersedia pada: www.infodomba.com.

(9)

329

Sodiq A, Zainal. 2008. Sukses Menggemukkan Domba. Bogor (ID): Agromedia Pustaka. Sutama IK. 2007. Petunjuk Teknis Beternak Kambing Perah. Jakarta (ID): Balai

Penelitian Ternak.

Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. (ID): Gadjah Mada University Press.

Gambar

Tabel 1 Perbandingan manajemen pemeliharaan domba peternak Desa Sukawening  Nama
Gambar 1 (a) Tampak luar (b) Tampak dalam kondisi kandang Pak Ujang
Gambar 2 Konsentrat fermentasi ampas tempe
Gambar 4 (a) Tampak luar (b) Tampak dalam kandang domba Pak Ranta
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat terlihat dari berbagai kondisi yang terjadi di Bank Bjb cabang Tamansari Bandung, antara lain masih banyak kuantitas pekerjaannya belum sesuai dengan target

Program Sosial Kesejahteraan Anak (PKSA) atau lebih familier dengan Panti Asuhan Amanah Klaten merupakan gerakan Ibadah Amaliah yang menjadi program utama.. Dengan

1.) Pada data keuagan PT.Bank Jtrust Indonesia Tbk Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan yang

There are several genres in English in which the Indonesian students, especially Senior High School students learn in school. They are descriptive,

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi Yang Melakukan Kegiatan UMKM (Studi empiris pada KPP

Perkemb dpt mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang baru diperoleh dan juga ketika mereka mengalami tantangan di atas

Sekali waktu tataplah langit di malam hari. Bayangkan jika dapat terbang menembus langit dan melewati bintang-bintang. Di atas ketinggian kita juga menatap bumi yang kita

Kegiatan penutup  Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberikan kesempatan pada siswa yang ingin bertanya...  Guru menyampaikan pembelajaran yang akan