DETERMINASI SUPERVISI BIMBINGAN KONSELING, IKLIM KERJA SEKOLAH,
DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU PEMBIMBING PADA SMA
NEGERI DI KABUPATEN BADUNG
Ni Km. A. N. Dewi
1, I Gd. A. Suhandana
2,Ni Kt. Suarni
3Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {ninta.dewi, anggan.suhandana, ketut.suarni}@pasca.undiksha.ac.id
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran determinasi supervisi bimbingan konseling, iklim kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung baik secara terpisah maupun simultan. Populasi subyek penelitian ini adalah seluruh guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung dengan jumlah sebanyak 39 orang guru. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive sampling dan jumlah sampel menjadi 33 orang guru pembimbing. Penelitian ini menggunakan pendekatan ex-post facto. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan lembar observasi. Data dianalisis dengan regresi, korelasi dan analisis determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat determinasi yang signifikan supervisi bimbingan konseling terhadap kinerja guru pembimbing dengan determinasi sebesar 62,9%, (2) terdapat determinasi yang signifikan iklim kerja terhadap kinerja guru pembimbing dengan determinasi sebesar 49,0%, (3) terdapat determinasi yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing dengan determinasi sebesar 39,7% dan (4) terdapat determinasi yang signifikan secara bersama-sama supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing dengan determinasi sebesar 75,9%. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat determinasi yang signifikan supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah, motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung baik secara terpisah maupun simultan.
Kata kunci : Supervisi Bimbingan Konseling, Iklim Kerja Sekolah, Motivasi Kerja, Kinerja Guru
Abstract
This study aimed at knowing the determination of counseling guidance supervision, school work climate and work motivation toward the performance of government Senior High School counseling teachers in Badung regency both separately and simultaneously. The population of the study was all Senior High School counseling teacher in Badung regency in which the total number was 39 teachers. Purposive sampling technique was applied to obtain the sample and total sample was 33 teachers. This study used ex-post facto approach. The data were collected by questionnaires and observation sheets as well. Data were analyzed by using regression, correlation and analysis of determination. The results of the research showed that : (1) there was a significant determination of counseling guidance supervision toward the performance of counseling teacher in which the
determination was 62,9%, (2) there was a significant determination of school work climate toward the performance of counseling teacher in which the determination was 49,0%, (3) there was a significant determination of work motivation toward the performance of counseling teacher in which the determination was 39,7%. And (4) there was a significant determination of counseling guidance supervision, school work climate, work motivation simultaneously toward the performance of counseling teacher in which the determination was 75,9%. Based of the above findings, it can be concluded that there was a significant determination of counseling guidance supervision, school work climate and work motivation toward the performance of Senior High School counseling teachers in Badung regency both separately and simultaneously.
Keywords : Counseling guidance supervision, school work climate, work motivation, teacher performance
.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang sangat pesat dewasa ini, menuntut pemerintah untuk meningkatkan
dan mengembangkan seluruh aspek
pembangunan. Salah satu aspek yang menunjang keberhasilan pembangunan adalah pendidikan. Sehubungan dengan
hal tersebut pendidikan memegang
peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan setiap manusia. Oleh karena itu tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada pasal 3, adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Tujuan pendidikan tersebut pada hakekatnya merupakan suatu amanat mulia yang patut kita pikul bersama di dalam
mewujudkannya. Oleh karenanya
peningkatan kinerja guru merupakan hal yang mutlak harus dilakukan, agar guru dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional. Secara ideal, seseorang dikatakan profesional apabila mampu menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesinya, karena profesionalisme berarti suatu keahlian atas pekerjaan yang memiliki basis teknis, memiliki basis otoritas keahlian yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Usman (2002) menyatakan bahwa guru profesional
adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Dalam dunia
pendidikan kinerja dan profesionalisme guru sangat dituntut karena mengajar merupakan inti dari proses pendidikan itu sendiri. Mengajar merupakan suatu pekerjaan yang tidak hanya menuntut kemampuan intelektual saja, tetapi juga kemampuan psikologis dan afektif.
Dalam mempersiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas untuk
menghadapi era globalisasi, guru sebagai tenaga pendidik harus melaksanakan proses pembelajaran yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya. Demikian beratnya tugas seorang guru, sementara itu peserta didik sebagai pembelajar di sekolah, memiliki berbagai persoalan, pengalaman, kepribadian, lingkungan dan tujuan yang perlu diperhitungkan dalam proses pembelajaran, maka diperlukan upaya penanganan secara khusus oleh petugas khusus yaitu guru pembimbing atau yang sering juga disebut dengan konselor.
Sesuia SK bersama antara
Mendikbud dan Kepala BAKN No.
0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993, tentang petunjuk jabatan fungsional guru dan angka kreditnya (dalam Prayitno, 2001) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan guru pembimbing adalah guru yang
mempunyai tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Selanjutnya dalam pasal 4 dijelaskan bahwa : ”Tugas pokok
guru pembimbing adalah menyusun
program bimbingan, melaksanakan
program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya”.
Menghadapi tuntutan kehidupan yang selalu berkembang dengan nilai-nilai yang bergeser menjadikan siswa sebagai anak bangsa memiliki masalah dan persoalannya sendiri. Kegiatan layanan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah sebagai bagian integral dari upaya pendidikan, mengacu kepada aspirasi dan cita-cita bangsa serta berbagai aturan dan pedoman tersebut. Pelaksanaan bimbingan dan konseling ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan kepada peserta didik bagi pengembangan pribadi dan potensi mereka seoptimal mungkin. Oleh karena itu upaya bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima dirinya sendiri. Sehingga pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya dilakukan oleh petugas khusus yaitu guru pembimbing. Dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru termasuk guru pembimbing, memerlukan pembinaan yang terus menerus melalui supervisi atau pengawasan. Pelaksanaan pengawasan yang ditekankan pada proses kegiatan bimbingan dan konseling lebih dikenal dengan istilah supervisi bimbingan dan konseling lebih dikenal dengan istilah supervisi bimbingan dan konseling. Pelaksanaan supervisi bimbingan dan konseling di sekolah memegang peranan
yang sangat penting dalam suatu
organisasi pendidikan. Kegiatan supervisi diduga dapat meningkatkan kinerja guru termasuk kinerja guru pembimbing.
Djam’an Satori (dalam Depdiknas,
2004) mengatakan bahwa kegiatan
supervisi memungkinkan guru-guru
memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran dengan imajinatif, penuh inisiatif dan kreativitas, bukan konformitas.
Dalam kaitannya dengan kegiatan supervisi faktor iklim kerja juga berperan penting bagi peningkatan kinerja guru
termasuk guru pembimbing. Iklim kerja
(school work climate) adalah suasana kerja
di tempat mereka bekerja yang ditandai dengan adanya rasa aman, tenang, tenteram dan nyaman, serta terjadinya interaksi yang baik antara personil, adanya keterbukaan, terciptanya suasana yang ceria dan pelaksanaan kerja dari personalia tersebut yang dilandasi ketertiban, rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan serta adanya kepuasan kerja. Iklim kerja yang permisif atau terbuka menurut Stoner (dalam Sedana, 2007) akan memberikan dorongan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi dari para anggota organisasi untuk berinovasi lebih bebas untuk mencari cara-cara baru dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Selanjutnya hasil penelitian George dan Bishop (dalam Dharta, 2009) menunjukkan bahwa karakteristik struktur formal sekolah memiliki pengaruh penting terhadap guru-guru dalam merasakan iklim sekolahnya.
Iklim kerja guru juga harus diperhatikan sebagai salah satu indikator dalam peningkatan kualitas guru. Iklim kerja sekolah tempat guru melaksanakan tugas meliputi lingkungan fisik, sosial, intelektual dan nilai-nilai. Kondisi lingkungan ini akan mempengaruhi prilaku warga sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Sukmadinata (dalam Sumantra Yasa, 2004). Iklim kerja sekolah yang kondusif akan memberikan peluang dan menumbuhkan kreativitas dan inovasi dari para anggota untuk mencari cara-cara baru dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Iklim kerja sekolah yang baik adalah terciptanya suasana kerja yang kondusif baik secara fisik maupun secara psikologis. Bila suasana kondusif ini dirasakan oleh semua warga sekolah terutama guru, khususnya guru pembimbing maka guru akan mampu mengektualisasikan ide, kreativitas, inovasi, kerjasama dan kompetisi yang sehat dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru pembimbing.
Selain iklim kerja sekolah hal yang mempengaruhi kinerja guru termasuk guru pembimbing dalam melaksanakan tugasnya adalah motivasi kerja. Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pencapaian
mengatakan motivasi (motivation) diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan,
semangat, tekanan atau mekanisme
psikologis yang mendorong individu atau kelompok orang untuk mencapai hasil
tertentu sesuai dengan apa yang
diinginkan. Lebih lanjut dikatakan bahwa, dalam arti kognitif motivasi diasumsikan
sebagai aktivitas individu untuk
menentukan kerangka dasar tujuan dan penentuan prilaku untuk mencapai tujuan itu. Dalam arti afektif, motivasi bermakna sikap dan nilai dasar yang dianut oleh seseorang atau kelompok orang untuk bertindak atau tidak bertindak.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi adalah upaya membangkitkan potensi seseorang untuk
mengerjakan sesuatu dengan penuh
semangat yang didorong oleh rangsangan yang datangnya dari dalam dan luar dirinya. Gray dan Starke (dalam Winardi, 2002) mengatakan motivasi adalah proses- proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menumbuhkan sikap antusias untuk mengikuti arah tindakan-tindakan tertentu. Selanjutnya
Nawawi (dalam Seniwati, 2008)
mengatakan bahwa, dari psikologis seorang pekerja yang bergairah atau tidak bergairah, bersemangat atau tidak
bersemangat dalam melaksanakan
pekerjaannya dipengaruhi oleh motivasi kerja yang mendorongnya.
Memperhatikan beberapa penjelasan para ahli tentang motivasi sebagaimana tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan sifat kepribadian yang stabil, yaitu suatu kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan yang terarah dan berusaha untuk berbuat yang terbaik dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pelaksanaan tugas, motivasi sangat diperlukan dan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Sering terjadi bahwa guru pembimbing yang kinerjanya kurang baik, bukan disebabkan oleh
kemampuannya yang kurang, tetapi
dikarenakan tidak adanya motivasi kerja sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan seluruh potensi dirinya sesuai dengan tuntutan profesinya dalam
memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada peserta didik.
Motivasi seseorang dapat timbul dari dalam dirinya (motivasi intrinsik) dan dapat pula timbul karena faktor-faktor dari luar diri (motivasi ekstrinsik). Motivasi intrinsik
merupakan dorongan akibat adanya
keinginan untuk memenuhi kebutuhan tertentu, sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan dorongan akibat pengaruh lingkungan.
Kepala sekolah dan seluruh
komponen yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan termasuk pengawas pendidikan dalam bidang bimbingan dan konseling
mempunyai tanggung jawab untuk
membangun dan meningkatkan motivasi guru termasuk guru pembimbing agar melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan bidang tugasnya dengan baik, sebab motivasi tidak muncul begitu saja, tetapi harus dibangkitkan atau dibangun dan ditingkatkan.
Untuk membangun motivasi intrinsik, kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah maupun pengawas pendidikan di sekolah dituntut untuk mampu menciptakan kondisi yang membuat guru betah bekerja dengan baik, sebab guru akan terdorong untuk bekerja dengan baik jika dalam dirinya ada suatu kepuasan yang terpenuhi dengan pekerjaannya itu. Sedangkan pada motivasi ekstrinsik kepala sekolah maupun pengawas pendidikan di sekolah harus mampu menciptakan suasana sekolah yang kondusif melalui penciptaan lingkungan yang merangsang guru untuk bekerja secara profesional tanpa adanya ajakan, suruhan ataupun paksaan.
Berdasarkan dari uraian-uraian di atas dapat diduga adanya hubungan-hubungan antara supervisi bimbingan dan konseling, iklim kerja sekolah, motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)
apakah terdapat determinasi yang
signifikan supervisi bimbingan dan
konseling terhadap kinerja guru
pembimbing pada para guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung?, (2) Apakah terdapat determinasi yang sinifikan iklim kerja sekolah terhadap kinerja guru pembimbing pada para pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung?, (3) Apakah
terdapat determinasi yang signifikan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru pembimbing pada para guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung?, (4)
Apakah terdapat determinasi yang
signifikan supervisi bimbingan dan konseling, iklim kerja sekolah, motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing pada para guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung?.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong penelitian
ex-post facto, karena gejala yang diselidiki ada
secara wajar dan tidak dimanipulasi. Berdasarkan metodenya, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian asosiatif. Sugiyono (2002) mengatakan penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk meneliti kemungkinan hubungan yang dimaksud yaitu hubungan kausal, karena penelitian ini berusaha untuk mencari besarnya determinasi variabel supervisi bimbingan konseling (X1), Iklim kerja
sekolah (X2), dan motivasi kerja (X3),
terhadap kinerja guru pembimbing (Y) pada SMA Negeri di Kabupaten Badung.
Penelitian ini termasuk deskriptif, karena hanya untuk mengukur variabel yang ada dan tidak memanipulasi variabel. Penelitian ini juga termasuk kategori penelitian survey, karena data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan tehnik angket dan observasi.
Dalam penelitian ini melibatkan
sampel sebanyak 33 orang guru
pembimbing di SMA Negeri di Kabupaten Badung. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik purposive sampling.
Purposive sampling adalah tehnik
penentuan sampel berdasarkan atas pertimbangan tertentu (sugiyono, 2008). Selanjutnya menurut Sudarwan Danin (2004), penarikan sampel berdasarkan
purposive dilakukan oleh peneliti atas dasar
pertimbangan pribadinya, namun dapat pula didasarkan atas pertimbangan para ahli. Purposive sampling dalam penelitian ini dimaksudkan adalah sampel yang dipilih berdasarkan pada pertimbangan atau karakteristik yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh peneliti yaitu guru pembimbing
yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling atau guru mata pelajaran yang ditugaskan melaksanakan tugas BK dan telah lebih dari satu tahun serta pernah mendapatkan latihan atau
mengikuti workshop bimbingan dan
konseling. Sampel yang dipilih adalah sampel yang tidak hanya sebagai pelaku akan tetapi juga memahami tentang seluk beluk permasalahan penelitian yang menjadi fokus kerja peneliti dengan maksud untuk menghindari kesalahan menjawab akibat materi kuesioner tidak dipahami oleh yang bersangkutan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena berupa angka-angka yang diolah dari skor jawaban responden yang dikumpulkan dengan menggunakan instrumen yang disusun dalam bentuk kuesioner. Kuesioner adalah daftar
pertanyaan atau pernyataan yang
dikirimkan kepada responden, baik langsung maupun tidak langsung (Husaini Usman, 2004).
Sejalan dengan pendapat di atas, Sanafiah Faisal (1981), menyatakan metode angket sumber informasinya berupa orang yang biasanya disebut
responden yang diberikan daftar
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang berfungsi untuk merekam atau menggali informasi dari responden. Mengingat keterbatasan waktu yang ada, maka dalam penelitian ini variabel supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru pembimbing
dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner dengan mengacu skala Likert dengan pilihan jawaban terdiri dari lima pilihan berjenjang. Pembobotan jawaban pada setiap pernyataan sebagai berikut: untuk jawaban dari pertanyaan yang sifatnya positif, pembobotannya adalah : Selalu (SL)/Sangat Setuju (SS) = 5, Sering (SR)/Setuju (S) = 4, Kadang- kadang (KK)/Tidak Tentu/Tidak Tahu (TT) = 3, Jarang (JR)/Tidak Setuju (TS) = 2, Tidak Pernah (TP)/Sangat Tidak Setuju (STS) =1, sedangkan untuk alternatif jawaban dari
pertanyaan yang sifatnya negatif
pembobotannya yaitu : Selalu (SL)/Sangat Setuju (SS) = 1, Sering (SR)/Setuju (S) = 2, Kadang-kadang (KK)/Tidak Tentu/Tidak Tahu (TT) = 3, Jarang (JR)/Tidak Setuju
(TS) = 4, Tidak Pernah (TP)/Sangat Tidak Setuju (STS) = 5.
Selanjutnya instrumen yang
digunakan untuk menjaring data perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Valid berarti instrumen tersebut jika digunakan dapat
mengukur apa yang hendak diukur
(Sugiyono, 2008). Hasil penelitian yang valid berarti bila ada kesamaan antara data
yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Instrumen yang reliabel artinya instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.
Analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi baik
sederhana maupun ganda, kemudian
dilanjutkan dengan analisis determinasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui determinasi supervisi
bimbingan konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung baik secara terpisah maupun simultan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Temuan pertama menunjukkan bahwa terdapat determinasi yang signifikan supervisi bimbingan konseling terhadap
kinerja guru pembimbing melalui
persamaan garis regresi Y = 55,273 + 0,619 X1 dengan Freg = 52,615 (p<0,05)
adalah signifikan dan linier. Ini menunjukkan bahwa naik turunnya kinerja guru pembimbing disebabkan karena supervisi bimbingan konseling yang dapat diprediksikan melalui persamaan garis regresi tersebut. Apabila skor pencapaian supervisi bimbingan konseling ditingkatkan sampai 170 (skor tertinggi) maka kinerja guru pembimbing meningkat dari 128,000 (rerata variabel Y) menjadi 160,503. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kenaikan skor variabel supervisi bimbingan konseling diikuti pula oleh kenaikan rata-rata skor kinerja guru pembimbing. Prediksi ini dapat ditunjukkan oleh grafik persamaan
garis regresi seperti tampak pada gambar 01 di bawah ini.
Y = 55,273 + 0,619 X1
Gambar 01 Grafik Garis Regresi Kinerja
Guru Pembimbing atas Supervisi
Bimbingan Konseling.
Dalam penelitian ini ditemukan korelasi yang signifikan supervisi bimbingan konseling dengan kinerja guru pembimbing sebesar 0,793 (p<0,05) dengan determinasi sebesar 62,9%. Hal ini berarti makin baik supervisi bimbingan konseling makin baik kinerja guru pembimbing. Ini dapat dijadikan suatu indikasi bahwa supervisi bimbingan konseling dapat dipakai sebagai prediktor kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di Kabupaten Badung atau dengan kata lain bahwa supervisi bimbingan konseling berhubungan terhadap kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di Kabupaten Badung. Sumbangan efektif (SE) variabel supervisi bimbingan konseling terhadap kinerja guru pembimbing sebesar 38,7%. Artinya sekitar 38,7% variasi dalam variabel kinerja guru pembimbing dapat dijelaskan oleh variabel supervisi bimbingan konseling, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel lain.
Temuan Kedua menunjukkan bahwa terdapat determinasi yang signifikan iklim kerja sekolah terhadap kinerja guru pembimbing melalui persamaan garis regresi : Y = 30,104 + 0,761 X2 dengan
Freg = 29,747 (p<0,05) adalah signifikan dan
linier. Ini menunjukkan bahwa naik turunnya kinerja guru pembimbing disebabkan karena iklim kerja sekolah yang dapat diprediksikan melalui persamaan garis
X1 Y 100 120 140 100 150 55,273 80 117,173 200
regresi tersebut. Apabila skor pencapaian iklim kerja ditingkatkan sampai 165 (skor tertinggi) maka kinerja guru pembimbing meningkat dari 128,000 (rerata variabel Y) menjadi 155,669. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kenaikan skor variabel iklim kerja diikuti pula oleh kenaikan rata-rata skor kinerja guru pembimbing. Prediksi ini dapat ditunjukkan oleh grafik persamaan garis regresi seperti tampak pada gambar 02 di bawah ini.
Y = 30,104 + 0,761 X2
Gambar 02 Grafik Garis Regresi Kinerja Guru Pembimbing atas Iklim Kerja.
Dalam penelitian ini ditemukan korelasi positif yang signifikan iklim kerja dengan kinerja guru pembimbing sebesar 0,700 (p<0,05) dengan determinasi sebesar 49,0%. Ini berarti, makin baik iklim kerja, maka makin baik pula kinerja guru pembimbing. Variabel iklim kerja dapat menjelaskan makin tingginya kinerja guru pembimbing sebesar 49,0%, sumbangan efektif (SE) variabel iklim kerja terhadap kinerja guru pembimbing sebesar 22,5%. Artinya sekitar 22,5% variasi dalam variabel kinerja guru pembimbing dapat dijelaskan oleh variabel iklim kerja, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel lain.
Temuan ketiga menunjukkan bahwa terdapat determinasi yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing melalui persamaan garis regresi Y = 8,468 + 0,893 X3 dengan Freg
=20,402 (p<0,05%) adalah signifikan dan linier. Ini menunjukkan bahwa naik turunnya kinerja guru pembimbing disebabkan
karena motivasi kerja yang dapat diprediksikan melalui persamaan garis regresi tersebut. Apabila skor pencapaian motivasi kerja ditingkatkan sampai 170 (skor tertinggi) maka kinerja guru pembimbing meningkat dari 128,000 (rerata variabel Y) menjadi 160,278. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kenaikan skor pencapaian variabel motivasi kerja diikuti pula oleh kenaikan rata-rata skor kinerja guru pembimbing. Prediksi ini dapat ditunjukkan oleh grafik persamaan garis regresi seperti tampak pada gambar 03 di bawah ini.
Y = 8,468 + 0,893 X3
Gambar 03 Grafik Garis Regresi Kinerja Guru Pembimbing atas Motivasi Kerja
Dalam penelitian ini ditemukan korelasi positif yang signifikan motivasi kerja dengan kinerja guru pembimbing sebesar 0,630 (p<0,05) dengan determinasi sebesar 39,7%. Hal ini berarti makin tinggi motivasi kerja, maka makin tinggi pula kinerja guru pembimbing. Variabel motivasi kerja dapat menjelaskan makin tingginya kinerja guru pembimbing sebesar 39,7%, ini dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa motivasi kerja dapat dipakai sebagai prediktor kinerja guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung. Sumbangan efektif (SE) variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing sebesar 14,7%, artinya sekitar 14.7% variasi dalam variabel kinerja guru pembimbing dapat dijelaskan oleh variabel motivasi kerja, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel lain.
Y 50 100 150 30,104 100 150 200 50 100 150 Y 50 100 8,468 120 150 200 97,768 X2 X3
Temuan keempat menunjukkan bahwa terdapat determinasi yang signifikan secara bersama-sama supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing melalui persamaan garis regresi Y =-5,964
+0,381 X1 + 0,350 X2 + 0330 X3 dengan Freg
= 30,505 (p<0,05). Ini berarti secara
bersama-sama variabel supervisi
bimbingan konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja dapat menjelaskan tingkat kecenderungan kinerja guru
pembimbing pada SMA Negeri di
Kabupaten Badung. Dari hasil analisis juga diperoleh koefisien korelasi ganda sebesar 0,871 dengan p<0,05. Ini berarti, secara
bersama-sama supervisi bimbingan
konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja berhubungan positif dengan kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di Kabupaten Badung sebesar 75,9%. Hal ini berarti sekitar 75,9% variasi dalam variabel kinerja guru pembimbing dapat dijelaskan oleh variabel supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Makin tinggi supervisi bimbingan konseling, makin baik iklim kerja dan makin tinggi motivasi kerja makin tinggi pula kinerja guru pembimbing.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan supervisi bimbingan konseling dengan kinerja guru pembimbing lebih kuat dibandingkan hubungan iklim kerja sekolah dengan kinerja guru pembimbing itu sendiri, selanjutnya hubungan motivasi kerja dengan kinerja
guru pembimbing paling rendah
pengaruhnya dibandingkan dengan
supervisi bimbingan konseling dan iklim kerja sekolah. Terbukti ketika masing-masing variabel bebas diuji secara terpisah dengan variabel terikat, nilai koefisien korelasi supervisi bimbingan konseling dengan kinerja guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung lebih besar dari pada hubungan iklim kerja sekolah dengan kinerja guru pembimbing dan hubungan motivasi kerja dengan kinerja guru pembimbing, yaitu : 0,793 berbanding 0,700 dan 0,630. Sehingga hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa supervisi bimbingan konseling lebih dominan pengeruhnya dari pada iklim kerja sekolah dan motivasi kerja, akan tetapi ketiga faktor tersebut merupakan faktor penting dalam peningkatan kinerja guru pembimbing dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya pada SMA Negeri yang ada di Kabupaten Badung.
Setelah data dianalisis diperoleh ringkasan hasil analisis seperti tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel Ringkasan Hasil Analisis Data Hubungan antar Variabel Persamaan Garis Regresi Koefisien
Korelasi Determinasi (%) Sumbangan Efektif (SE) (%) X1 dengan Y
Y
= 55,273 + 0,619 X1 0,793 62,9 38,7 X2 dengan Y Y
= 30,104 + 0,761 X2 0,700 49,0 22,5 X3 dengan Y Y
= 8,468 + 0,893 X3 0,630 39,7 14,7 X1, X2 dan X3 dengan Y Y
= -5,964 + 0,381 X1 + 0,350 X2 + 0,330 X3 0,871 75,9 -PENUTUP
Berdasarkan analisis dan
pembahasan dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut. (1) Terdapat determinasi yang signifikan supervisi bimbingan
konseling terhadap kinerja guru
pembimbing melalui persamaan garis regresi
Y = 55,273 + 0,619 X1 dengan
determinasi sebesar 62,9% dan
sumbangan efektif sebesar 38,7%, (2) Terdapat determinasi yang signifikan Iklim kerja sekolah terhadap kinerja guru pembimbing melalui persamaan garis regresi
Y= 30,104 + 0,761 X2 dengan
determinasi sebesar 49,0% dan
sumbangan efektif sebesar 22,5%, (3) Terdapat determinasi yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing melalui persamaan garis regresi Y = 8,468 + 0,893 X3 dengan
determinasi sebesar 39,7% dan
sumbangan efektif sebesar 14,7%, (4) Terdapat determinasi yang signifikan
secara bersama-sama supervisi
bimbingan konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing melalui persamaan garis regresi Y = -5,964 + 0,381 X1 +0,350 X2 +
0,330 X3 dengan determinasi sebesar
75,9%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat determinasi yang signifikan supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di Kabupaten Badung baik secara terpisah maupun simultan. Sehingga ketiga faktor tersebut dapat dijadikan prediktor tingkat kecenderungan kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di Kabupaten Badung.
Dengan demikian hipotesis nol (Ho) yang menyatakan “tidak ada determinasi yang signifikan secara
bersama-sama supervisi bimbingan
konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung” ditolak. Hal ini berarti hipotesis penelitian (Ha) yang diajukan, yaitu “terdapat determinasi yang signifikan secara
bersama-sama antara supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing SMA Negeri di Kabupaten Badung” diterima.
Berdasarkan paparan di atas tampak dengan jelas bahwa dengan supervisi bimbingan konseling yang efektif, iklim kerja sekolah yang kondusif serta diimbangi dengan motivasi kerja guru yang tinggi maka kinerja guru pembimbing dapat dioptimalkan.
Selanjutnya berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada : (1) kepada guru SMA Negeri di kabupaten Badung, hasil temuan menunjukkan bahwa kinerja
guru pembimbing SMA Negeri di
Kabupaten Badung cukup optimal. Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan guru SMA Negeri di Kabupaten Badung adalah melaksanakan kegiatan supervisi dengan sungguh-sungguh, berusaha secara maksimal meningkatkan iklim kerja sekolah dan berusaha secara maksimal meningkatkan motivasi kerja. (2) Kepada kepala SMA Negeri di Kabupaten Badung, terkait dengan hasil penelitian yang telah diperoleh disarankan kepada Kepala SMA Negeri di Kabupaten Badung adalah berusaha secara maksimal meningkatkan kegiatan supervisi, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja guru, meningkatkan sarana dan prasarana sekolah, memiliki komitmen
yang tinggi untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa serta bersedia
menerima kritikan yang membangun. (3) kepada praktisi dan akademisi, secara empirik ditemukan bahwa terdapat determinasi yang signifikan supervisi bimbingan konseling, iklim kerja sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru
pembimbing pada SMA Negeri di
Kabupaten Badung baik secara terpisah maupun simultan. walaupun demikian untuk menunjang peningkatan kinerja guru perlu melibatkan variabel-variabel lain sebagai prediktor terhadap kinerja. Dengan dilibatkan variabel-variabel lain tersebut akan menambah refrensi dan dapat dimanfaatkan sebagai pijakan untuk melakukan perbaikan-perbaikan guna meningkatkan kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di Kabupaten Badung.
DAFTAR RUJUKAN
Danin, Sudarwan. 1995. Media
Komunikasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
……….2004. Motivasi, Kepemimpinan dan
Efektivitas Kelompok. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Dartha, Made. Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah, Iklim Kerja Sekolah dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Guru SMP
Negeri di Kabupaten Karangasem.
Tesis. Program Pascasarjana
Undiksha Singaraja. 2009.
Departemen Pendidikan Nasional. 2000.
Indikator Keberhasilan Kepala
Sekolah SMK/BLPT. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
……… 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Kurikulum SMA
2004. Jakarta: Dirjen Pendidikkan
Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum ……….2004. Standar Kompetensi Guru
Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta: Depdiknas
……….2008. Penyusunan Program
Bimbingan dan Konseling di
SMA/SMK. Jakarta: PPPPTK.
Pendidikan Jasmani dan
Bimbingan Konseling.
……….2008. Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Th. 2003,
Tentang Sistem Pendidikkan
Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Prayitno, 2001. Panduan Kegiatan
Pengawasan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sedana. Korelasi Antara Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan Iklim Kerja, Terhadap Kinerja Guru Pada SMK
Negeri Singaraja. Tesis. Program
Pascasarjana. Undiksha Singaraja. 2007.
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
...2008. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D).
Bandung: Alfabeta.
Sumantra Yasa, Made. Ekspektasi Guru
Terhadap Kemampuan
Kepemimpinan dan Sikap Kerja
Kepala Sekolah Dalam
Hubungannya dengan Kinerja
Guru SMA Negeri di Kabupaten
Jembrana. Tesis. Program