• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1. Pengertian IPA

IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulan hasil), menurut Sutrisno (2007).

Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2012) IPA mempelajari tentang alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera. Oleh karena itu IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.

Permendiknas No 22 tahun 2006 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Menurut Samatowa dalam sugiyono (2013) IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science. Natural yang dimaksudkan berhubungan dengan alam atau bersangkutan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA

(2)

9

dapat diartikan yaitu sebagai ilmu pengetahuan tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam, yang dapat dipelajari dengan cara pengalaman belajar secara langsung dan berfikir secara ilmiah. IPA merupakan penemuan dengan fakta-fakta dan konsep-konsep dengan cara pengamatan secara langsung.

2.1.1.2. Tujuan Mata Pelajaran IPA

Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.1.3. Ruang Lingkup IPA

Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

(3)

10

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD adalah mahkluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

2.1.2. Pembelajaran Kooperatif

2.1.2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2009) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik, menurut Nur dalam Isjoni (2009).

Menurut Agus Suprijono (2009) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil, menurut Effandi Zakaria dalam Isjoni, (2009).

Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut, maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan pembelajaran secara berkelompok, yang dimana setiap individu mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk mencapai

(4)

11

tujuan bersama. Di dalam bekerja kelompok siswa harus bisa mengatasi masalah yang ditemukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2.1.2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Agus Suprijono (2009), langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Fase 2: Present information. Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Fase 3: Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melalukan transisi yang efisien.

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran

atau kelompok-kelompok

mempersentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan.

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

2.1.2.3. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009), yaitu sebagai berikut.

1. Setiap anggota memiliki peran.

2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

(5)

12

4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. 2.1.2.4. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David dalam Anita Lie (2004) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Saling Ketergantungan Positif.

Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung Jawab Perseorangan.

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. 3. Tatap Muka.

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk kelompok yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.

4. Komunikasi Antar anggota.

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

5. Evaluasi Proses Kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

(6)

13

2.1.2.5. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut pendapat Nurhadi dkk. (2004) pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan aktif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dikemukakan sebagai berikut ini: (1) Merumuskan tujuan pembelajaran; (2) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar; (3) Menentukan tempat duduk siswa; (4) Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif; (5) Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif; (6) Menjelaskan tugas akademik; (7) Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama; (8) Menyusun akuntabilitas individual; (9) Menyusun kerja sama antar kelompok; (10) Menjelaskan kriteria keberhasilan; (11) Menjelaskan perilaku yang diharap; (12) Memantau perilaku siswa; (13) Memberikan bantuan pada siswa dalam menyelesaikan tugas; (14) Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama; (15) Menutup pelajaran; (16) Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa; (17) Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.

2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD)

2.1.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD)

Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di Universitas Jhon Hopkin. Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran yang paling sederhana, merupakan model yang baik digunakan untuk siswa yang baru mengenal tentang pembelajaran kooperatif.

Slavin (dalam Nur Asma, 2008) menyatakan bahwa Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah: Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

(7)

14

Rusman (2010) dalam pembelajaran model Student Teams Achievement Division (STAD), siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4-6 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pembelajaran tersebut.

Menurut Kunandar (2009) menyatakan bahwa Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah: Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Menurut Iskandar (2009) Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan penghargaan individu. Selain itu Slavin (dalam Wina, 2008) mengemukakan dua alasan bahwa : model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama: beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua: pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar,berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

(8)

15

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok. Mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan sebagai pedoman dalam pembelajaran.

2.1.3.2. Manfaat Menggunakan Model Kooperatif Tipe (STAD)

Manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division STAD adalah Model STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori psikologi sosial. Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih dari pada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi ketersaingan dan kesendirian, membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Model STAD ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.

Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan keterampilan, ketergantungan positif, pemprosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.

2.1.3.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Suatu model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD juga mempunyai kelebihan dan kelemahan.

(9)

16 1. Kelebihan STAD

Menurut Ibrahim dkk (2000) adalah sebagai berikut: (a) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan siswa lain; (b) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan; (c) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif; (d) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.

Menurut Anonim (2010) kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut: (1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, sehingga meningkatkan jiwa sosial masing-masing siswa; (2) Siswa aktif saling membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama; (3) Semua siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, sehingga setiap siswa mampu mengembangkan pemahaman dan penguasaan materi yang bersifat kognitif, psikomotoris, maupun afektif; (4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Menurut Yurisa (2010), kelebihan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut: (a) Meningkatkan kecakapan individu; (b) Meningkatkan kecakapan kelompok; (c) Meningkatkan komitmen; (d) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya; (e) Tidak bersifat kompetitif; (f) Tidak memiliki rasa dendam.Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah (2001), yaitu: (1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah; (2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah; (3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi; (4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya; (5) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi; (6) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

(10)

17 2. Kekurangan STAD

Model pembelajaran STAD, disamping memiliki kelebihan atau keunggulan juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Menurut Dess (1991) mengemukakan 4 kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut: (a) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif; (b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif; (c) Membutuhkan waktu yang lama untuk murid sehingga sulit mencapai target kurikulum; (d) Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama. 2.1.3.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) terdiri lima komponen utama, yaitu menyampaikan tujuan belajar, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, Membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi/kuis, dan penghargaan kelompok. Menurut Ibrahim, (2000) Keenam langkah ini jika dilaksanakan maka akan terdapat siklus yang tetap dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yaitu:

a. Menyampaikan tujuan belajar dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

b. Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

(11)

18 e. Kuis/Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f. Memberikan penghargaan.

Guru menentukan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.

Menurut Nurasman (2006), menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari enam tahap:

1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.

Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada: (a) Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa tingkat prestasi seimbang, (b) Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll. 2. Penyajian materi pelajaran ditekankan pada hal berikut:

(a) Pendahuluan, (b) Pengembangan, (c) Praktek terkendali 3. Kegiatan kelompok.

Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagian bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif.

4. Evaluasi.

Dilakukan selama 45-60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok.

(12)

19 5. Penghargaan individu dan kelompok.

Dari hasil penilaian perkembangan maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam ketingkatan penghargaan atau persyaratan pemberian penghargaan.

6. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok.

Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan langkah-langkah STAD yaitu sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan belajar.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dibahas.

2. Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan atau melalui bacaan yang dibahas.

3. Mengorganisir peserta didik kedalam kelompok-kelompok belajar.

Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang beranggota 4-5 secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).

4. Kuis (Quizzes).

Untuk mengetahui tingkat pemahaman materi tersebut, siswa diberi kuis. Kuis adalah tes yang dikerjakan siswa dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa saat belajar kelompok.

5. Evaluasi.

Menguji pengetahuan siswa mengenai materi pembelajaran yang telah disampaikan.

6. Penghargaan kelompok.

Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing anggota kelompok. Penghargaan dibagi manjadi tiga golongan, yaitu penghargaan dengan

(13)

20

sebutan tim yang baik, tim yang baik sekali, dan tim yang istimewa. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.

2.1.3.5. Standar Sintaks Proses

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kegiatan Awal

a. Salam dan berdoa. b. Absensi.

c. Memeriksa kesiapan siswa.

Apersepsi : Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi

1. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari.

2. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang disampaikan.

3. Siswa dibimbing guru untuk menyebutkan contoh-contoh yang berkaitan dengan materi.

4. Siswa melihat video yang ditayangkan oleh guru. b. Elaborasi

1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok.

2. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran menggunakan STAD. 3. Siswa diberikan LKS pada masing-masing kelompok.

4. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

5. Guru membimbing siswa apabila ada hal yang tidak dipahami siswa mengenai materi selama kegiatan diskusi berlangsung.

6. Masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusi di depan kelas.

(14)

21 c. Konfirmasi

1. Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil kerja kelompok. 2. Guru memberikan penegasan tentang hasil yang dicapai masing masing

kelompok.

3. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dengan memberikan penguatan.

4. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 3. Kegiatan Akhir

a. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

b. Guru memberikan kuis/memberikan pertanyaan kepada siswa, dan siswa tidak boleh saling memberitahu satu sama lain.

c. Guru memberikan skor atau penilaian kepada setiap individu.

d. Guru memberikan penghargaan berupa bintang kepada kelompok yang mencapai skor tertinggi.

e. Salam penutup. 2.1.4. Media Pembelajaran 2.1.4.1. Pengertian Media

Menurut Wina Sanjaya (2010) secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media juga digunakan dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.

Arsyad (2002) mengemukakan bahwa media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau penerima pesan. Sedangkan menurut Andreas (2002) menyatakan bahwa media diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan untuk proses komunikasi dengan siswa agar siswa belajar.

(15)

22

Komunikasi dan siswa yang belajar (learners) merupakan dua aspek yang pokok. Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses-proses belajar dapat dikategorikan sebagai media.

Menurut Miarso (2004) Berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan yang dapat digunakan saat proses pembelajaran di sekolah. Media itu sendiri dapat berupa penyampaian materi yang dapat disampaikan untuk perantara dengan siswa. Media digunakan untuk mempermudah pembelajaran berlangsung. Media dapat digunakan untuk menyalurkan perasaan, pikiran dan perhatian anak sehingga anak dapat mengikuti proses belajar dan mengajar di sekolah.

2.1.4.2. Jenis Media Pembelajaran

Menurut Hamdani (2011) media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu media visual, media audio, dan media audiovisual. Media visual adalah media yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Media yang diproyeksikan bisa berupa gambar diam atau bergerak. Adapun media yang tidak dapat diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar manusia, binatang, tempat atau objek lain yang ada kaitannya dengan bahan atau isi pelajaran, yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar. Sedangkan menurut Herry (2007) menyatakan ada tiga jenis media pembelajaran yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru di sekolah, yaitu: (1) Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projekted visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (nonprojekted visual), (2) Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang dapat

(16)

23

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan para siswa untuk mempelajari bahan ajar dan jenisnya, (3) Media audiovisual merupakan kombinasi dari media audio dan media audio visual atau media pandang dengar.

Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli jenis media pembelajaran adalah menggunakan suara, gambar dan gerak yang dapat saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran untuk menggunakan media pembelajaran tersebut.

2.1.4.3. Karakteristik Media Audiovisual

Teknologi audiovisual cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi yaitu dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audiovisual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor flim, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Pembelajaran melalui audiovisual adalah produksi dan penggunaan materi yang penerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa, Menurut Arsyad (2002). Karakteristik atau ciri-ciri utama teknologi media audiovisual adalah sebagai berikut: (1) Mereka biasanya bersifat linier; (2) Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis; (3) Mereka digunakan dengan cara yang telah diterapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya; (4) Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak; (5) Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis bahaviorisme dan kognitif; (6) Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.

Dapat disimpulkan dari uraian di atas yaitu ciri dari audiovisual adalah murid terlibat interaktif dalam pembelajaran dan dapat membangun psikologis murid. Cara penyajiannya dengan cara menggunakan suara dan gambar.

(17)

24 2.1.4.4. Karakteristik Video

Karakteristik video banyak kemiripannya dengan media flim, diantaranya adalah: (1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu; (2) Video dapat diulang bila perlu untuk menambah kejelasan; (3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat; (4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa; (5) Mengembangkan imajinasi pesan peserta didik; (6) Mempelajari hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik; (7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang; (8) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, maupun menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa; (9) Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang pandai; (10) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar; (11) Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.

2.1.4.5. Manfaat Video

Menurut Daryanto (1993) mengungkapkan beberapa manfaat dari video, antara lain: (a) Video dapat merekam peristiwa yang terjadi secara cepat dan praktis dan dapat menampilkan tayangan atau hasil pengambilan flim secara cepat pula tanpa proses lebih lanjut, (b) Video dapat memperbesar atau memperkecil ukuran dan waktu dari suatu proses, (c) Video dapat diputar ulang, (d) Kaset flim sangat berukuran praktis, (e) Video dapat diambil ditelevisi yang besar maupun kecil, (f) Kaset video dapat digerakkan dengan putaran lambat dan cepat.

Dapat disimpulkan dari uraian di atas yaitu video adalah pesawat yang dapat menampilkan gambar-gambar serta adanya suara. Video dapat digunakan dengan cara memperbesar/memperkecil gambar sesuai dengan yang kita inginkan. Dalam video dapat dengan praktis digunakan dalam bentuk kaset flim.

2.1.5. Belajar

2.1.5.1. Pengertian Belajar

Menurut Siddiq (2008) belajar merupakan suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar siswa

(18)

25

yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau siswa yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.

Menurut Susilo (2009) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dalam pengertian ini, belajar adalah merupakan proses, satu kegiatan dan buku suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan dan latihan, melainkan perubahan perilaku.

Menurut Clifford T. Morgan dalam Kurnia (2007) merumuskan belajar sebagai perubahan tingkah laku karena pengalaman, sehingga memungkinkan seseorang menghadapi situasi selanjutnya dengan cara yang berbeda-beda. Sementara Winkel dalam Kurnia (2007) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, psikomotorik.

Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2013) berpendapat bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman. Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, dan pemahaman. Oleh sebab itu, belajar disarankan pada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman.

Dapat disimpulkan peneliti bahwa belajar adalah mencari pengetahuan dengan pengalaman langsung, baik yang disengaja maupun tanpa disengaja oleh diri sendiri. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui lingkungan di sekitarnya.

2.1.6. Hasil Belajar

2.1.6.1. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne, (Agus Suprijono), hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapibilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

(19)

26

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengatahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

Sedangkan menurut Rusman (2012) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

Hamalik (2006) berpendapat bahwa hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar. Belajar merupakan perubahan tingkah laku dari yang belum paham menjadi paham melalui keterampilan

(20)

27

dan kecerdasan yang dimiliki siswa. Perubahan tingkah laku siswa yaitu dengan mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.1.6.2. Tipe Kegiatan Belajar

Johon Travers dalam Agus Suprijono (2009) menggolongkan kegiatan belajar menjadi belajar gerakan, belajar pengetahuan dan belajar memecahkan masalah. Secara ekletis, kategori kegiatan belajar yang bermacam-macam tersebut dapat dirangkum menjadi tipe kegiatan belajar:

1. Keterampilan

Kegiatan belajar keterampilan berfokus pada pengalaman belajar melalui gerak yang dilakukan peserta didik. Kegiatan belajar ini merupakan panduan gerak stimulus dan respon yang tergabung dalam situasi belajar.

2. Pengetahuan

Kegiatan belajar pengetahuan merupakan dasar bagi semua kegiatan belajar. Kegiatan belajar pengetahuan termasuk ranah kognitif. Ranah ini mencakup pemahaman terhadap suatu pengetahuan, perkembangan kemampuan, dan keterampilan berfikir.

3. Informasi

Kegiatan belajar informasi adalah kegiatan peserta didik memahami simbol, seperti kata istilah, pengertian, dan peraturan. Kegiatan belajar informasi wujudnya berupa hafalan. Peserta didik mengenali, mengulang dan mengingat fakta atau pengetahuan yang dipelajari.

4. Konsep

Kegiatan belajar konsep adalah belajar mengembangkan inferensi logika atau membuat generalisasi dari fakta ke konsep. Konsep atau kata kunci adalah variabel yang mempunyai variasi nilai. Dengan belajar konsep, peserta didik dapat memahami dan membedakan benda, peristiwa atau kejadian yang ada dalam lingkungan sekitar.

(21)

28 5. Sikap

Kegiatan belajar sikap atau yang dikenal dengan kegiatan belajar afektif. Sikap diartikan sebagi pola tindakan peserta didik dalam merespon stimulus tertentu. Sikap berhubungan dengan minat, nilai, penghargaan, pendapat dan prasangka. Dalam kegiatan belajar sikap, upaya guru adalah membantu peserta didik memiliki dan mengembangkan perubahan sikap.

6. Pemecahan masalah

Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan kemampuan berfikir. Berfikir adalah aktivitas kognitif tingkat tinggi. Berfikir melibatkan asimilasi dan akomodasi berbagai pengetahuan dan struktur kognitif atau skema kognitif yang dimiliki peserta didik untuk memecahkan masalah persoalan. Dalam kegiatan belajar memecahkan masalah peserta didik terlibat dalam berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin dicapai dan kegiatan untuk melaksanakan tugas.

2.1.7. Hubungan Antara Model Kooperatif Tipe (STAD) Berbantuan Audiovisual

Model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik digunakan untuk guru yang batu mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. Kooperatif tipe STAD juga merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Model dikembangkan oleh Robert Slavin merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2010) secara umum media merupakan kata jamak dari medium yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaikan pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media juga digunakan dalam bidang

(22)

29

pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya hasil belajar dalam pembelajaran model penemuan model kooperatif tipe STAD tersebut maka hasil belajar siswa akan menjadi optimal dan akan berhasil pula pelajaran itu. Dengan adanya hasil belajar yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan berpengaruh tinggi pula. Jadi penggunaan media pembelajaran audiovisual akan senantiasa menentukan intensitas hasil belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

A. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praminah (2012) yang berjudul: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD tentang Pemeliharan Panca Indra Bagi Siswa Kelas IV SD Kepohkencono 01 Semester I Tahun 2011/2012. Penelitian ini didesain dalam dua siklus. Prosedur dalam setiap siklus mencakup tahap-tahap: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Keefektifan tindakan pada setiap siklus diukur dari hasil observasi dan tes. Data hasil observasi dideskripsikan, diinterprestasikan, kemudian direfleksi untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Sementara itu data hasil tes dianalisis dengan cara mendeskripsikan nilai tes antar siklus hingga hasilnya dapat mencapai batas tuntas sesuai dengan indikator kinerja, yaitu minimal 80% siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan memperoleh nilai ≥ 75. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus diperoleh hasil bahwa rerata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I sebesar 76 % pada siklus II meningkat menjadi sebesar 91%. Rerata hasil ulangan siswa pada kondisi awal 54 tingkat ketuntasan klasikal 32%. Pada siklus I nilai rerata 73 tingkat ketuntasan klasikal 63%. Pada siklus II, nilai rerata 81, tingkat ketuntasan klasikal 89%. Berdasarkan tindakan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

(23)

30

belajar siswa di kelas IV SD Negeri Kepohkencono 01 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati semester I tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau bahan pertimbangan guru khususnya pada mata pelajaran IPA bahwa pembelajaran model pembelajaran kooperatif Tipe STAD perlu dikembangkan dan diterapkan, karena pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

B. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Seno (2012) berjudul: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions) Bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan prestasi hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model PTK yang digunakan adalah model PTK dari Kurt Lewin yang mencakup empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah: (1) menyusun rencana tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) Pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). PTK ini menggunakan 2 siklus. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati sebanyak 37 siswa Teknik pengumpulan data dengan teknik tes dan teknik observasi. Adapun instrumen penelitiannya dengan menggunakan butir-butir soal dan lembar observasi. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif komparatif yang meliputi jumlah, mean, skor minimal-maksimal, persentase, dan grafik/diagram. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Hal ini terlihat pada rata-rata kelas pada kondisi awal (pra siklus) 47,60, pada siklus I naik menjadi 66,40. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 18,80 atau 39,49%. Sedangkan rata-rata kelas pada siklus II naik menjadi 73,20. Ini juga terjadi peningkatan 6,80 atau 10,24%. Begitu juga pada ketuntasan belajar, pada kondisi awal 20%, pada siklus I 60%, pada

(24)

31

siklus II 80%. Skor minimal pada kondisi awal 30, pada siklus I naik menjadi 40, dan pada siklus II juga naik menjadi 50. Sedangkan skor maksimal pada kondisi awal 80, pada siklus I naik menjadi 90, dan pada siklus II naik menjadi 100.

Berdasarkan dari hasil penelitian ini disarankan bahwa model pembelajaran STAD perlu disosialisasikan kepada guru dan diterapkannya dalam pembelajaran IPA terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini lanjut perlu dilakukan sebagai pengembangan diri sendiri sehingga dapat mengembangkan penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas.

2.3. Kerangka Pikir

Dari hasil penelitian kajian teori dan hasil belajar dapat dibuat kerangka pikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian yaitu dengan kondisi awal siswa merasa jenuh dengan pembelajaran IPA kelas 5 tentang hasil belajar siswa masih kurang. Melihat kenyataan tersebut guru akan memberikan tindakan dengan melakukan pembelajaran model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang menerapkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektip, inovatif, efektif dan menyenangkan. Sehingga pada akhirnya hasil belajar diharapkan dapat meningkat. Dalam bentuk skema, kerangka pikir sebagai berikut:

Kondisi awal

Hasil Belajar Meningkat Pemantapan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Hasil Belajar

 Aktivitas siswa  Menyajikan  Belajar kelompok  Kuis  Penghargaan kelompok Pembelajaran konvensional ciri-cirinya:  Ceramah  Penghafalan  Teache Centered

Hasil Belajar Siswa Rendah

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media hasil belajar ciri-cirinya:  Bekerja sama dengan siswa  Memberi motivasi pada saat

pelajaran

 Siswa menjadi aktif. Hasil Belajar Lebih Meningkat

(25)

32 2.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir, hipotesis tindakan ini dirumuskan sebagai berikut. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan berbantuan Audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II tahun pelajaran 2013-2014.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan software Expert Choice 2000 didapatkan jenis alternatif pondasi dari yang paling tinggi ke yang paling rendah adalah Mini

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Bakteri yang teridentifikasi dari plak gigi pasien di Puskesmas Ranotana Weru Manado yang

Penelitian lainnya dilakukan oleh Al- Arif yang meneliti tentang e fek pengganda zakat serta implikasinya terhadap program pengentasan kemiskinan dimana penelitian ini

Jika sampah plastik dibuang ke laut, maka sampah tersebut akan tertelan oleh biota laut.Pembuatan makalah juga dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dalam

Tanggal Pembayaran atas Pembelian Saham Publik 30 Juni 2012 Tanggal Efektif Penggabungan Usaha 01 Juli 2012 Tanggal Awal Perdagangan Saham Hasil Penggabungan di Bursa 01 Juli

Sedangkan menurut Hasibuan (2005) kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai

Menyimpulkan ciri-ciri terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan warna dan atau suhu. KARTU SOAL UJIAN SEMESTER GENAP SMP

dilakukan adalah yang pertama skripsi dari Nur Apiyah memfokuskan penelitian pada gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh informan dan memfokuskan dalam