• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU AJAR KEBIDANAN KOMUNITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU AJAR KEBIDANAN KOMUNITAS"

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIDANAN KOMUNITAS i

BUKU AJAR

(2)

ii LUSIANA EL SINTA, et al.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Ketentuan Pidana:

Pasal 72

1.Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3)

KEBIDANAN KOMUNITAS iii

BUKU AJAR

KEBIDANAN KOMUNITAS

Lusiana El Sinta Bustami, S.ST. M.Keb

Aldina Ayunda Insani, Bd. M.Keb dr. Detty Iryani, M.Kes, M.Pd.Ked. AIF

(4)

iv LUSIANA EL SINTA, et al.

BUKU AJAR KEBIDANAN KOMUNITAS

Oleh

Lusiana El Sinta Bustami, S.ST, M.Keb Aldina Ayunda Insani, Bd. M.Keb dr. Detty Iryani, M.Kes, M.Pd.Ked. AIF

Yulizawati, S.ST, M.Keb Copyright © 2017 Editor: Yulizawati, S.ST, M.Keb Desain Sampul: Alizar Tanjung Tata Letak: Muhtar Syafi’i ISBN : 978-602-6506-68-9 Cetakan Pertama: November 2017 Jumlah Halaman: x +226 Ukuran Cetak: 15,5x23 cm Penerbit Erka

CV. Rumahkayu Pustaka Utama Anggota IKAPI

Jalan Bukittinggi Raya, No. 758, RT 01 RW 16

Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Padang. 25146. Telp. (0751) 4640465 Handphone 085263553747

Email redaksirumahkayu@gmail.com http: //www.penerbiterka.com

Fanpage : Penerbit Erka IG : penerbiterka

(5)

KEBIDANAN KOMUNITAS v

PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku Ajar dengan Judul “Kebidanan Komunitas”. Penulisan Buku ajar ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran baik bagi dosen maupun mahasiswa. Adanya Buku Ajar ini diharapkan dapat menjadi referensi, meningkatkan motivasi dan suasana akademik yang menyenangkan bagi mahasiswa karena sistematika yang terstruktur sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tiada hingga kepada :

1. Rektor Universitas Andalas, Bapak Prof. Dr. Tafdil Husni, SE. MBA yang selalu memberikan kesempatan pengembangan bagi dosen dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.

2. Ketua LP3M Universitas Andalas, Ibu Dr. Yulia Hendri Yeni, SE, MT, AK yang telah memberikan dorongan dan kesempatan kepada penulis melalui program hibah penulisan dan pencetakan Buku Ajar tahun ajaran 2016.

3. Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Bapak Dr.dr. Wirsma arif Harahap, SpB (K)-Onk yang selalu memberikan motivasi dan arahan bagi penulis.

4. Kaprodi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, ibu Yulizawati, SST, M.Keb yang selalu memberikan motivasi dan arahan bagi penulis.

5. Bapak/Ibu Dosen dan tenaga kependidikan di Prodi S1 Kebidanan dan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis.

(6)

vi LUSIANA EL SINTA, et al.

Penulis berharap semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Masukan dan saran yang kontributif selalu diharapkan untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Padang, 23 Nopember 2017

(7)

KEBIDANAN KOMUNITAS vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

Deskripsi Singkat Mata Kuliah Kegunaan Mata Kuliah ... 1

Tujuan Umum Pembelajaran ... 3

BAB I DASAR – DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS ... 5

A. PENDAHULUAN ...5

B. PENYAJIAN ... 6

1.1. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas ... 6

1.2.Filosofi Kebidanan Komunitas ... 10

1.3.Sejarah Kebidanan Komunitas ... 13

1.4.Masalah dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas ... 13

1.5.Kegiatan dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas ... 19

1.6.Jaringan Kerja Pelayanan KebidananKomunitas ... 21

PENUTUP ... 25

BAB II PERAN SERTA MASYARAKAT ...33

A. PENDAHULUAN ... 33

B. PENYAJIAN ... 34

2.1. Konsep Peran Serta Masyarakat (PSM) ... 34

2.2. Tahap-tahap, ciri-ciri, bentuk-bentuk, dan prinsip-prinsip pengembangan PSM ...38

2.3. Kemampuan dan kekuatan yang dimiliki masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat ... 43

2.4. Bentuk-bentuk upaya kesehatan bersumber masyarakat yang mendukung kesehatan ibu dan anak (KIA) ...47

2.5. Pembinaan dukun bayi dan Peran kader kesehatan dalam pelayanan kebidanan komunitas ...58

(8)

viii LUSIANA EL SINTA, et al.

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN

PENYELENGGARAAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS ... 71

A. PENDAHULUAN ... 71

B. PENYAJIAN ... 72

3.1. Visi Dan Misi Pembangunan Kesehatan Indonesia ... 72

3.2. Masalah-Masalah KIA Di Indonesia Dan Di Beberapa Negara . 75 3.3. Indikator Kesehatan Terkait Dengan KIA ...78

3.4. Peranan Bidan Dalam Pelayanan Kesehatan Holistik ... 86

3.5. Upaya-Upaya Dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas ... 90

3.6. Strategi-Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas ... 92

PENUTUP ... 97

BAB IV ANTROPOLOGI KEBIDANAN KOMUNITAS... 105

PENDAHULUAN ... 105

PENYAJIAN ... 106

4.1. Antropologi secara umum ... 106

4.2. Antropologi kesehatan ... 119

4.3. Antropologi pelayanan kebidanan komunitas...122

4.4. Sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat terkait dengan kebidanan Komunitas ... 128

4.5. Pandangan masyarakat tentang dukun bayi dan petugas kesehatan ... 141

4.6. Masalah yang terjadi dalam antropologi kebidanan komunitas... 130

PENUTUP ... 145

BAB V SOSIAL BUDAYA DASAR DAN KEBIDANAN KOMUNITAS ... 149

A. PENDAHULUAN ... 149

B. PENYAJIAN ... 150

5.1. Konsep manusia dan konsep sosial budaya ... 162

5.2. Perilaku ibu, keluarga dan masyarakat yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil ... 159

(9)

KEBIDANAN KOMUNITAS ix

5.4. Sosial yang mempengaruhi perilaku dan depresi ... 166

5.5. Pendekatan sosial budaya dalam mengatur strategi pelayanan kesehatan dan kebidanan di komunitas... 167

5.6. Bidan koordinator, Bidan Praktik Swasta, Bidan di Desa dan Bidan Delima ... 171

PENUTUP ... 183

BAB VI MANAJEMEN KEBIDANAN KOMUNITAS ... 191

PENDAHULUAN ... 191

PENYAJIAN ... 192

6.1. Pengelolaan Pelayanan Kebidanan komunitas ... 192

6.2. Pengelolaan ANC Dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas.... 199

6.3. Pengelolaan INC Dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas ...204

6.4. Pengelolaan PNC Dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas ... 207

6.5. Pengelolaan neonatal dan bayi baru lahir dalam pelayanan kebidanan komunitas ... 208

6.6. Pengelolaan rujukan dalam pelayanan kebidanan komunitas ... 210

PENUTUP ...213

Petujuk Bagi Mahasiswa Untuk mempelajari Buku Ajar ... 221

Petujuk Bagi Dosen Untuk Mempelajari Buku Ajar ... 222

(10)
(11)

KEBIDANAN KOMUNITAS 1

DESKRIPSI SINGKAT MATA KULIAH

KEGUNAAN MATA KULIAH

Blok 5.B yang berjudul kebidanan komunitas, adalah blok yang harus dipelajari oleh mahasiswa semester V di Prodi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Mahasiswa yang mengikuti pembelajaran pada Blok Mata kuliah ini memberi kesempatan mahasiswa untuk memahami dasar-dasar kebidanan komunitas, pembangunan kesehatan dan penyelenggaraan kebidanan di komunitas, antropologi kebidanan komunitas, sosial budaya dasar dan kebidanan komunitas serta manajemen asuhan kebidanan di pelayanan kebidanan komunitas.

Harapan kepada mahasiswa tentang pemahamannya terhadap konsep komunitas ialah mahasiswa mampu melakukan manajemen asuhan kebidanan di komunitas dengan maksimal. Oleh karena itu, penguasaan materi pada Blok 5.B adalah penting, akan menjadi memberikan bekal bagi peserta didik untuk memberikan asuhan kebidanan di komunitas nantinya.

Pembelajaran dipersiapkan berupa perkuliahan oleh pakar pada bidang yang sesuai, diskusi tutorial, latihan keterampilan klinik di laboratorium, diskusi pleno dan diskusi topik. Blok ini berjalan selama 6 minggu, setiap minggu akan ada 2 kali pertemuan tutorial yang setiap minggu tersebut membahas 1 modul yang berbeda, artinya, 6 minggu perblok akan membahas 6 modul. Selain kuliah pakar, mahasiswa juga melaksanakan latihan keterampilan klinik yang dibimbing oleh seorang instruktur dan tiap topiknya akan diadakan ujian keterampilan. Kemudian peserta didik juga dibekali kegiatan diskusi pleno dengan topik yang disesuaikan antara perkuliahan dan bahan tutorial. Pada akhir blok, peserta

(12)

2 LUSIANA EL SINTA, et al.

didik akan mengikuti evaluasi pembelajaran teori blok 5.B berupa ujian tulis.

(13)

KEBIDANAN KOMUNITAS 3

TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN

1. Pada akhir modul mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar kebidanan komunitas

2. Pada akhir modul mahasiswa mampu menjelaskan konsep peran serta masyarakat

3. Pada akhir modul mahasiswa mampu menjelaskan

pembangunan kesehatan dan penyelenggaraan kebidanan di komunitas

4. Pada akhir modul mahasiswa mampu menjelaskan antropologi kebidanan komunitas

5. Pada akhir modul mahasiswa mampu menjelaskan sosial budaya dasar dan kebidanan komunitas

6. Pada akhir modul mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan kebidanan di pelayanan kebidanan komunitas

(14)
(15)

KEBIDANAN KOMUNITAS 5

BAB I

DASAR DASAR

KEBIDANAN KOMUNITAS

A. PENDAHULUAN Deskripsi Bab

Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk dapat menguasai tentang konsep dasar Kebidanan Komunitas. Mahasiswa memiliki keyakinan bahwa salah satu tempat bidan bertugas adalah di komunitas, adanya sasaran dan program yang akan dilakukan sebagai salah satu bentuk diberikan pelayanan kebidanan komunitas. Dengan menguasai Bab ini mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar kebidanan komunitas.

Tujuan Atau Sasaran Pembelajaran

Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan definisi kebidanan komunitas 2. Menjelaskan tujuan kebidanan komunitas 3. Menjelaskan sasaran kebidanan komuitas

(16)

6 LUSIANA EL SINTA, et al.

Kaitan Konsep Dasar Kebidanan Komunitas dengan Pengetahuan Awal Mahasiswa

Mahasiswa yang akan membahas tentang kebidanan komunitas harus telah lulus dari blok 1 A (Pengantar Pendidikan Kebidanan), 1.B (Biomedik 1), 1.C (Biomedik 2), 2.A (Konsep Kebidanan), 2.B (Dasar Patologi dan Farmakologi), 2.C (Kesehatan Remaja dan Pra Konsepsi), 3.A (Asuhan kebidanan Pada Ibu Hamil), 3.B (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin), 3.C (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas), 4.A (Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita), 4.B (Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Risiko Tinggi), 4.C (Asuhan Kebidanan Pada Persalinan dan Nifas Risiko Tinggi), 5.A (Asuhan Kebidanan dengan infeksi dan neoplasma sistem reproduksi dan payudara).

Kompetensi Khusus

Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh mahasiswa adalah memiliki sikap, keterampilan umum, keterampilan khusus dan pengetahuan dalam capaian pembelajaran sebagai pemberi pelayanan dalam komunitas (care provider),

communicator, serta mitra perempuan. Memberikan pelayanan

kebidanan komunitas yang tepat sasaran, berhasil guna dan efisien.

B. PENYAJIAN

1. Uraian Materi

1.1KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS (DEFINISI,

TUJUAN, SASARAN,RUANG LINGKUP) 1.1.1 Definisi

Berdasarkan kesepakatan antara ICM, FIGO, WHO pada tahun 1933 menyatakan bahwa bidan adalah seorang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah

(17)

KEBIDANAN KOMUNITAS 7 setempat, telah menyelesaikan pendidikan dan lulus serta terdaftar atau mendapatkan izin melakukan praktik kebidanan.

Menurut IBI, Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi diwilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Komunitas Berasal dari bahasa latin:

- comunicans : kesamaan

- communis : sama, public, banyak

- community : masyarakat setempat

Menurut J.H Syahlan bidan komunitas adalah bidan yang berkerja melayani keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu. Menurut United Kingdom Central Council for Nursing Midwifery Health para praktisi bidan yang berbasis komunitas harus dapat memberikan supervise yang dibutuhkan oleh perempuan selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL secara komprehensif.

Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan dirumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam kehamilan dan persalinan karena tugasnya adalah bersama-sama perempuan sebagai partner untuk menerima secara positif pengalaman proses kehamilan dan

(18)

8 LUSIANA EL SINTA, et al.

persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat mengambil keputusan atau pilihan secara individual berdasarkan informasi yang telah diberikan.

1.1.2 Tujuan Kebidanan Komunitas Tujuan umum :

1. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak, balita dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu

2. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kebidanan komunitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

Tujuan khusus:

1. Mengidentifikasi masalah kebidanan komunitas

2. Melakukan upaya promotif dan preventif pelayanan kesehatan

3. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat

4. Mengidentifikasi struktur masyarakat daerah setempat

5. Meningkatkan kemampuan individu/keluarga/masyarakat untuk melaksanakan askeb dalam rangka mengatasi masalah

6. Tertanganinya kelainan resiko tinggi/rawan yang perlu pembinaan dan pelayanan kebidanan

7. Tertanganinya kasus kebidanan dirumah

8. Tertanganinya tidak lanjut kasus kebidanan dan rujukan

9. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak

10.Pelayanan KIA/KB/imunisasi

11.Menggambarkan keadaan wilayah kerja dengan daerah

12.Mengidentifikasi faktor penunjang KIA/KB diwilayah

13.Bimbingan pada kader posyandu/kesehatan/dukun bayi

14.Mengidentifikasikan kerjasama LP/LS

15.Kunjungan rumah

16.Penyuluhan laporan dan seminar dan evaluasi

(19)

KEBIDANAN KOMUNITAS 9

18.Menolong persalinan rumah

19.Melakukan tindakan kegawatdaruratan kebidanan sesuai kewenangan

Sasaran Kebidanan komunitas

1. Ibu : Pranikah, prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, masa interval, menopause

2. Anak : Meningkatkan kesehatan janin dalam kandungan, bayi, balita, prasekolah, dan anak usia sekolah

3. Keluarga : Pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak, pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi

4. Kelompok penduduk : Kelompok penduduk rumah kumuh, daerah terisolir, daerah tidak terjangkau

5. Masyarakat : Dari satuan masyarakat terkecil sampai masyarakat keseluruhan : remaja, calon ibu, kelompok ibu 1.1.3 Ruang lingkup kebidanan komunitas

1. Promotif (peningkatan kesehatan)

- informasi tentang imunisasi pada ibu-ibu yang memiliki bayi

- penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil

- informasi tentang tanda bahaya kehamilan

- ASI eksklusif

2. Preventif (pencegahan penyakit)

- imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

- pemberian tablet Fe

- pemeriksaan kehamilan, nifas, dll

- posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita

3. Kuratif (pemeliharaan dan pengobatan)

- perawatan payudara yang mengalami masalah

- perawatan bayi, balita, dan anak sakit dirumah

(20)

10 LUSIANA EL SINTA, et al.

4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

- latihan fisik pasca ibu bersalin

- pemberian gizi ibu nifas

- mobilisasi dini pada ibu pasca salin

5. Resosiantitatif (mengfungsikan kembali individu, keluarga, kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya)

- menggerakkan individu–masyarakat kelingkungan masyarakatnya seperti dasawisma, desa siaga, tabulia

- membuat masyarakat untuk melakukan suatu program dalam bidang kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri untuk meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut. 1.2 FILOSOFI KEBIDANAN KOMUNITAS

Pengertian filosofi secara umum adalah ilmu yang mengkaji tentang akal budi mengenai hakikat yang ada. Filosofi Kebidanan adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan yang digunakan sebagai kerangka pikir dalam memberikan asuhan kebidanan.

Menurut KEPMENKES 369/MENKES/SK/II/2007

1. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan

bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.

2. Keyakinan tentang Perempuan. Setiap perempuan adalah

pribadi yang unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.

3. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama

profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu & bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan & janin/bayinya.

4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan

membuat keputusan. Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya

(21)

KEBIDANAN KOMUNITAS 11 melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga & pemberi asuhan.

5. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan

kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif & fleksibel, suportif, peduli; bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan & tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan

6. Keyakinan tentang Kolaborasi dan Kemitraan. Praktik

kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik, psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

7. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup

Pancasila, seorang bidan menganut filosofis yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia adalah mahkluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.

8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatannya.

9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan berkualitas.

(22)

12 LUSIANA EL SINTA, et al.

10.Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas

perkembangan keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa-masa remaja. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.

Beberapa keyakinan yang mendasari praktek kebidanan komunitas :

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia dapat dijangkau dan dapat diterima semua orang.

2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerimaan pelayanan dalam hal ini komunitas.

3. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima perlu menjalin kerjasama yang baik.

4. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang. Falsafah kebidanan komunitas :

1. Manusia 2. Kesehatan 3. Lingkungan 4. Kebidanan

(23)

KEBIDANAN KOMUNITAS 13

1.3 Sejarah Kebidanan Komunitas

Gambar 1. Sejarah Kebidanan Komunitas

1.4 MASALAH DALAM KEBIDANAN KOMUNITAS

1.4.1 Kematian Ibu dan Bayi

Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan).

AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target yang diharapkan. Sedangkan untuk target SDGs AKI yaitu sebesar 70/100.000 KH.

Angka kematian ibu dikatakan masih tinggi karena :

• Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan tinggi.

(24)

14 LUSIANA EL SINTA, et al.

• Angka kematian ibu tinggi adalah angka kematian yang melebihi dari angka target nasional.

• Tingginya angka kematian, berarti rendahnya standar kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan, dan mencerminkan besarnya masalah kesehatan.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun. Berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada SDG’s 2030 sebesar 12/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi :

 Gangguan perinatal (34,7%)  Sistem pernapasan (27,6 %)  Diare (9,4%)  Sistim pencernaan (4,3%)  Tetanus (3,4%) 1.4.2 Unsafe Abortion

Unsafe Abortion adalah pengguguran kandungan yang

dilakukan dengan tindakan yang tidak steril serta tidak aman, secara medis. Peran bidan dalam menangani unsafe abortion adalah memberikan penyuluhan pada klien tentang efek-efek yang ditimbulkan dari tindakan unsafe abortion. Jika terminasi kehamilan dilakukan secara illegal maka akan mengakibatkan perdarahan, trauma, infeksi dengan mortalitasnya 1/3 AKI serta adanya kerusakan fungsi alat reproduksi. Dampak jangka panjang dari terminasi kehamilan yang illegal adalah PID/penyakit radang panggul yang menahun, infertilitas dan kehamilan ektopik terganggu/KET.

1.4.3 Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual merupakan salah satu dari tiga tipe infeksi saluran reproduksi (ISR), yaitu infeksi dan penyakit menular seksual, infeksi-infeksi endogen vagina dan infeksi-infeksi yang berhubungan dengan saluran reproduksi. Infeksi menular seksual berhubungan dengan keadaan akut, kronik dan kondisi-kondisi lain

(25)

KEBIDANAN KOMUNITAS 15 yang berhubungan dengan kehamilan, seperti Gonore, Chlamidia, Sifilis, Herpes kelamin, Trichomoniasis, HIV/AIDS.

Bidan harus dapat memberikan asuhan kepada masyarakat terkait dengan infeksi menular seksual, dan perlu memperhatikan semua jenis infeksi saluran reproduksi, sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

1.4.4 Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial

budaya masyarakat adalah:

 Kurangnya pengetahuan, salah satunya di bidang kesehatan.  Adat istiadat yang dianut/berlaku di wilayah setempat.  Kurangnya peran serta masyarakat.

 Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan.

 Kebiasaan-kebiasaan/kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan positif.

Sosial budaya yang ada di masyarakat memberi 2 pengaruh pada masyarakat tersebut yaitu : pengaruh negatif dan positif.

Sosial budaya masyarakat yang bersifat positif antara lain: - Rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong.

- Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan. - Rasa tolong menolong/perasaan senasib sepenanggungan.

Sosial budaya masyarakat yang bersifat negatif antara lain:

– Membuang sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh.

– Penyalahgunaan obat-obatan.

– Industri-industri yang tidak memperhatikan pembuangan limbah yang baik.

– Wanita pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik.

1.4.5 Kehamilan Remaja

Arus informasi menuju globalisasi mengakibatkan perubahan prilaku remaja yang makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya, terjadi peningkatan kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjadi penyakit menular seksual.

(26)

16 LUSIANA EL SINTA, et al.

Berikut ini adalah dampak kehamilan remaja. 1. Faktor psikologis yang belum matur

a. Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi. b. Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan

mengalami putus sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat kehilangan pekerjaan yang baru dirintisnya.

c. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan masyarakat.

d. Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri.

e. Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok, minuman keras.

2. Faktor fisik

a. Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah sebenarnya.

b. Kehamilan dapat disertai penyakit menular seksual sehingga memerlukan pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap.

c. Tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matur dapat menimbulkan abortus, persalinan premature, dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya. d. Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif. e. Hasil janin mengalami kelainan kongenital atau BBLR. f. Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja

lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi sehat (20-35 tahun).

Fungsi seksual, yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan), rekreasi (untuk kenikmatan), relasi (hubungn kekeluargaan), dan bersifat institusi (kewajiban suami untuk istrinya). Hubungan seksual remaja merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu kedokteran (andrologi, seksologi, penyakit kulit dan kelamin, kebidanan, dan kandungan).

(27)

KEBIDANAN KOMUNITAS 17 Langkah-langkah untuk mengendalikan masalah kehamilan remaja adalah sebagai berikut

1. Sebelum terjadi kehamilan

a. Menjaga kesehatan reproduksi dengan cara melakukan hubungan seksual yang bersih dan aman.

b. Menghindari multipartner.

c. Menggunakan alat kontrasepsi, seperti kondom, pil, dan suntikan sehingga terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan.

d. Memberikan pendidikan seksual sejak dini.

e. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan YME sesuai ajaran agama masing-masing.

f. Segera setelah hubungan seksual menggunakan KB darurat penginduksi haid atau misoprostol dan lainnya.

2. Setelah terjadi kehamilan. Setelah terjadi konsepsi sampai nidasi, persoalannya makin sulit karena secara fisik hasil konsepsi dan nidasi mempunyai beberapa ketetapan sebagai berikut.

a. Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai hak untuk hidup dan mendapatkan perlindungan.

b. Hasil konsepsi dan nidasi merupakan zigot yang mempunyai potensi untuk hidup.

c. Hasil konsepsi dan nidasi nasibnya ditentukan oleh ibu yang mengandung.

d. Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai landasan moral yang kuat karena potensinya untuk tumbuh kembang menjadi generasi yang didambakan setiap keluarga.

Berdasarkan pertimbangan tersebut langkah yang dapat diambil antara lain :

1) Membiarkan tumbuh kembang janin sampai lahir, sekelipun tanpa ayah yang jelas dan selanjutnya menjadi tanggung jawab Negara. Pasangan dinikahkan sehingga bayi yang lahir mempunyai keluarga yang sah.

(28)

18 LUSIANA EL SINTA, et al.

2) Di lingkungan Negara yang dapat menerima kehadiran bayi tanpa ayah, pihak perempuan memeliharanya sebagai anak secara lazim.

3) Dapat dilakukan terminasi kehamilan dengan berbagai teknik sehingga keselamatan remaja dapat terjamin untuk menyongsong kehidupan normal sebagaimana mestinya. Undang-undang kesehatan yang mengatur gugur kandungan secara legal, yaitu nomor 23 tahun 1992.

1.4.6 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Istilah premature telah diganti menjadi berat badan lahir rendah (BBLR) oleh WHO sejak 1960, hal ini karena tidak semua bayi dengan berat badan <2500 gram adalah bayi premature. Pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970) dibuat keseragaman definisi, yaitu sebagai berikut :

 Bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259) hari.

 Bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37-42 minggu (259-293 hari).

 Bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (>294 hari)

BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram. Menurut Depkes RI (1996), bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan.

Penanganan bayi berat lahir rendah meliputi hal-hal berikut : 1) Mempertahankan suhu dengan ketat.

2) Mencegah infeksi. Karena BBL sangat rentan terken infeksi. Contoh mencuci tangan sebelum memegang bayi.

3) Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada bayi dengan BBLR belum sempurna.

4) Penimbangan ketat. Sebagai cara memantau status gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh.

(29)

KEBIDANAN KOMUNITAS 19

1.5 KEGIATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

KOMUNITAS

PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus-menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat, meliputi program pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, dan keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi surveilans.

Kegiatan pokok PWS KIA, meliputi:

1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas kesehatan.

2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten, diarahkan ke fasilitas kesehatan.

3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar disemua fasilitas kesehatan.

4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar disemua fasilitas kesehatan.

5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan

6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan terus-menerus oleh tenaga kesehatan.

7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.

8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.

9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar. Indikator pemantauan PWS KIA, meliputi: 1. Cakupan pelayanan antenatal pertama kali (K1) 2. Cakupan pelayanan antenatal minimal 4 kali (K4) 3. Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan (Pn) 4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (Kf 3) 5. Cakupan pelayanan neonatus pertama kali (KN 1)

(30)

20 LUSIANA EL SINTA, et al.

6. Cakupan pelayanan neonatus lengkap (KN Lengkap)

7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi maternal oleh masyarakat 8. Cakupan penanganan komplikasi maternal (PK)

9. Cakupan penanganan komplikasi neonatus (NK) 10.Cakupan pelayanan kesehatan bayi (K Bayi)

11. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita (K Balita)

12. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS

13.Cakupan peserta KB aktif (contraceptive prevalence rate, CPR) dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.

Tindakan bidan dalam rangka peningkatan kesehatan di tingkat komunitas

 Menilai kebutuhan masyarakat, rencanakan dan sediakan komunitas tertentu terhadap suatu program. Misalnya: kelompok untuk orangtua tunggal, kelompok dukungan menyusui yang memberikan bantuan praktis dan moral untuk perempuan menyusui, dll

 Mengakses kelompok yang sulit dijangkau atau yang tidak mengakses layanan yang disediakan

 Mengembangkan sumber daya untuk mendukung perbaikan  Menyediakan program kesehatan tingkat masyarakat sesuai

evidence based misalnya P4K, desa siaga, dll

(31)

KEBIDANAN KOMUNITAS 21 Kegiatan bidan di US dan UK

US UK

- Surveilens

- Investigasi penyakit dan masalah kesehatan

-Skrining

-Rujukan dan follow up

- Manajemen kasus - Pelatihan kesehatan - Konseling - Konsultasi -Kolaborasi -Coalition building -Pengorganisasian komunitas - Advokasi - Pemasaran social -Pengembangan kebijakan dan penegakannya - Surveilens

- Proteksi penyakit dan masalah kesehatan

- Skrining

- Rujukan dan follow up serta signposting

- Manajemen kasus dan rencana asuhan - Promosi kesehatan - Intervensi terapeutik - Konsultasi - Kolaborasi - Mitra kerja

- Building community capacity - Advokasi

- Pemasaran social

- Pengembangan kebijakan dan tindakan

1.6 JARINGAN KERJA DALAM MENJALANKAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH

Bidan yang bekerja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang berguna untuk pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka meningkatkan kesehatan dan memecahkan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan pengembangan komunitas. Unsur yang penting dalam menjalin jaringan kerja di komunitas adalah sensitivitas terhadap aspek kultural, yang berarti bahwa pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan persepsi masyarakat.

Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu puskesmas/ puskesmas pembantu, polindes, posyandu, BPS, rumah pasien, dasa wisma, PKK.

(32)

22 LUSIANA EL SINTA, et al.

1. Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing-masing. Selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.

2. Di polindes, posyandu, BPS, dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/leader dimana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas.

3. Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi terkait, misalnya imunisasi, pemberian tablet Fe, vitamin A, PMT, dll. Sedangkan kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama yang melibatkan institusi/departemen lain, misalnya Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), DLL.

4. Dalam pelayanan komunitas diperlukan pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional atau regional. Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi sampai dengan tingkat desa dengan tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan. Dan pendekatan yang lebih menekankan pada proses dilaksanakan masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai kemampuan, misalnya kader dan dukun.

1.6.1 PERAN DAN FUNGSI KEBIDANAN KOMUNITAS

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di komunitas, yaitu :

(33)

KEBIDANAN KOMUNITAS 23

1. Sebagai Pendidik

Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaflet, spanduk dan sebagainya.

2. Sebagai Pelaksana (Provider)

Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan. b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui

dan masa interval dalam keluarga. c. Pertolongan persalinan di rumah.

d. Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan resiko tinggi di keluarga.

e. Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.

f. Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.

g. Pemeliharaan kesehatan anak balita.

3. Sebagai Pengelola

Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktik mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan

(34)

24 LUSIANA EL SINTA, et al.

mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.

4. Sebagai Peneliti

Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya, perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang permasalahan komunitas yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.

Latihan

Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada Bab I secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap Bab tentang konsep dasar kebidanan komunitas ini. Adapun soal yang digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut :

1. Jelaskan yang dimaksud dengan filosofi kebidanan komunitas 2. Sebutkan tujuan kebidanan komunitas

3. Jelaskan sejarah perkembangan kebidanan komunitas 4. Jelaskan tentang sasaran kebidanan komunitas

5. Sebutkan masalah–masalah yang ada di kebidanan komunitas 6. Jelaskan peran dan fungsi kebidanan komunitas

Ringkasan atau Poin Poin Penting Filosofi kebidanan komunitas

Tujuan kebidanan komunitas Sasaran kebidanan komunitas

Sejarah perkembangan kebidanan komunitas Masalah-masalah yang ada di kebidanan komunitas Peran dan fungsi kebidanan komunitas

(35)

KEBIDANAN KOMUNITAS 25 PENUTUP

Evaluasi, Pertanyaan Diskusi, Soal Latihan, Praktek atau Kasus

Evaluasi

NO KOMPONEN NILAI BLOK BOBOT

1 Penilaian Tutorial 20%

2 Tugas

Penilaian proses pada saat pembuatan manajemen asuhan kebidanan komunitas: Dimensi intrapersonal skill yang sesuai:

 Berpikir kreatif  Berpikir kritis  Berpikir analitis  Berpikir inovatif

 Mampu mengatur waktu  Berargumen logis

 Mandiri

 Dapat mengatasi stress  Memahami keterbatasan diri.  Mengumpulkan tugas tepat waktu  Kesesuaian topik dengan pembahasan Dimensi interpersonal skill yang sesuai:

 Tanggung jawab

 Kemitraan dengan perempuan  Menghargai otonomi perempuan  Advokasi perempuan untuk

pemberdayaan diri

 Memiliki sensitivitas budaya.  Values :

 Bertanggungjawab  Motivasi

 Dapat mengatasi stress.

20%

(36)

26 LUSIANA EL SINTA, et al. Ketentuan :

1. Mahasiswa yang akan mengikuti ujian tulis/praktikum harus mengikuti persyaratan berikut :

a. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi tutorial 80% b. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi pleno 80% c. Minimal kehadiran dalam kegiatan keterampilan klinik 80% d. Minimal kehadiran dalam kegiatan praktikum 80%

e. Minimal kehadiran dalam kegiatan DKK 80%

f. Minimal kehadiran dalam kegiatan Kuliah Pengantar 80% 2. Apabila tidak lulus dalam ujian tulis, mahasiswa mendapat

kesempatan untuk ujian remedial satu kali pada akhir tahun akademik yang bersangkutan. Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang blok.

3. Ketentuan penilaian berdasarkan peraturan akademik program sarjana Universitas Andalas tahun 2011.

Nilai Angka Nilai

Mutu Angka Mutu Sebutan Mutu ≥ 85 -100 A 4.00 Sangat cemerlang ≥ 80 < 85 A- 3.50 Cemerlang ≥ 75 < 80 B+ 3.25 Sangat baik ≥ 70 < 75 B 3.00 Baik ≥ 65 < 70 B- 2.75 Hampir baik ≥ 60 < 65 C+ 2.25 Lebih dari cukup

≥ 55 < 60 C 2.00 Cukup

≥ 50 < 55 C- 1.75 Hampir cukup ≥ 40 < 50 D 1.00 Kurang

<40 E 0.00 Gagal

Pertanyaan Diskusi

Kegiatan diskusi dilakukan dengan cara membagi kelompok kecil. 1 kelompok terdiri dari 10 mahasiswa sehingga terbentuk 5 kelompok. Masing-masing kelompok memiliki 1 tema yang terdapat dalam bab ini. Setiap kelompok membuat pembahasan terhadap topik yang telah dipilih. Mahasiswa menyampaikan/

(37)

KEBIDANAN KOMUNITAS 27 mempresentasikan dan mendiskusikan yang telah dibuat dengan anggota kelompok yang lain kepada dosen penanggung jawab. Mahasiswa menyerahkan hasil diskusi yang telah dibuat kepada dosen penanggung jawab masing-masing.

Soal Latihan

1. Pernyataan yang benar tentang kebidanan komunitas, kecuali : a. Suatu area praktik bidan yang dilaksanakan di luar institusi

pelayanan kesehatan

b. Suatu area praktik bidan yang dilaksanakan di masyarakat wilayah tertentu

c. Suatu area praktik bidan yang dilaksanakan di luar institusi pelayanan kesehatan tentang hukum kesehatan

d. Suatu area praktik bidan yang dilaksanakan di luar institusi pelayanan kesehatan terhadap ibu, anak, keluarga dan masyarakat

e. Suatu area praktik bidan yang dilaksanakan di luar institusi pelayanan kesehatan tentang promosi dan preventif dalam reproduksi wanita

Soal nomor 2-5

Bidan Cinta, Bidan yang baru saja ditempatkan di Desa Sukamaju. Desa yang berada di kaki Gunung Talang, terdiri dari 200 KK dan mayoritas bermata pencarian petani. Bulan ini terdapat kejadian luar biasa yaitu 3 dari 20 penderita demam berdarah (DBD) meninggal dunia dan 1 diantara yang meninggal adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 30-31 minggu. Bidan Cinta dengan Bidan Koordinator KIA Puskesmas Talang sedang menyusun rencana untuk mengintervensi kejadian tersebut.

2. Bidan Cinta menjalankan fungsinya sebagai pelaksana yaitu : a. Melakukan pengelolaaan terkait pendataan dan perhitungan

KLB serta program pencegahan DBD

b. Memberikan pengobatan gratis untuk ibu-ibu hamil

c. Melakukan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan dan DBD, khususnya ibu hamil

(38)

28 LUSIANA EL SINTA, et al.

d. Melakukan kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam penemuan obat atau menemukan faktor resiko untuk ibu dan bayi

e. Melakukan pemberian imunisasi TT pada setap ibu hamil 3. Bidan Cinta menjalankan fungsinya sebagai pengelola yaitu :

a. Melakukan pengelolaaan terkait pendataan dan perhitungan KLB serta program pencegahan DBD

b. Memberikan pengobatan gratis untuk ibu-ibu hamil

c. Melakukan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan dan DBD, khususnya ibu hamil

d. Melakukan kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam penemuan obat atau menemukan faktor resiko untuk ibu dan bayi

e. Melakukan pemberian imunisasi TT pada setap ibu hamil 4. Bidan Cinta menjalankan fungsinya sebagai peneliti yaitu:

a. Melakukan pengelolaan terkait pendataan dan perhitungan KLB serta program pencegahan DBD

b. Memberikan pengobatan gratis untuk ibu-ibu hamil

c. Melakukan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan dan DBD, khususnya ibu hamil

d. Melakukan kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam penemuan obat atau menemukan faktor resiko untuk ibu dan bayi

e. Melakukan pemberian imunisasi TT pada setap ibu hamil 5. Bidan Cinta menjalankan fungsinya sebagai pendidik yaitu :

a. Melakukan pengelolaaan terkait pendataan dan perhitungan KLB serta program pencegahan DBD

b. Memberikan pengobatan gratis untuk ibu-ibu hamil

c. Melakukan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan dan DBD, khususnya ibu hamil

d. Melakukan kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam penemuan obat atau menemukan faktor resiko untuk ibu dan bayi

(39)

KEBIDANAN KOMUNITAS 29 e. Melakukan sharing dan kegiatan demonstrasi tentang tata

cara memberikan imunisasi

6. Berikut merupakan prinsip kerja bidan di komunitas, kecuali : a. Kompetensi berdasarkan pemikiran kritis

b. Praktik berdasarkan fakta atau EBM

c. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab d. Memberdayakan untuk kuratif

e. Advokasi untuk perempuan yang tidak mengalami intervensi pada kasus yang tidak mengalami komplikasi 7. Contoh faktor yang mempengaruhi pelayanan komunitas dari

lingkungan fisik adalah :

a. Staphylococcus aureus pada penderita mastitis

b. Ibu hamil dengan diet rendah kalori dan rendah protein c. Upacara pupak puser saat lepasnya tali pusat

d. Peningkatan kejadian diare di tempat penampungan sementara saat terjadinya banjir bandang

8. Contoh faktor yang mempengaruhi pelayanan komunitas dari lingkungan sosial adalah :

a. Staphylococcus aureus pada penderita mastitis

b. Ibu hamil dengan diet rendah kalori dan rendah protein c. Upacara pupak puser saat lepasnya tali pusat

d. Peningkatan kejadian diare di tempat penampungan sementara saat terjadinya banjir bandang

9. Contoh faktor yang mempengaruhi pelayanan komunitas dari lingkungan flora dan fauna adalah

a. Staphylococcus aureus pada penderita mastitis

b. Ibu hamil dengan diet rendah kalori dan rendah protein c. Upacara pupak puser saat lepasnya tali pusat

d. Peningkatan kejadian diare di tempat penampungan sementara saat terjadinya banjir bandang

10. Pelayanan komunitas yang dapat dilakukan bidan adalah : a. Penyuluhan kesehatan ibu dan anak

b. Pelayanan gizi hanya untuk keluarga kurang gizi c. Melakukan kuratif untuk setiap ibu dan balita

(40)

30 LUSIANA EL SINTA, et al.

d. Pertolongan persalinan di RS Praktik atau Kasus

Anda sebagai Bidan yang baru ditempatkan di nagari Seribu Nama, diundang oleh wali Nagari yang anaknya baru saja melahirkan di Puskesmas. Undangan berupa acara “Pupak Puser”, suatu tradisi jika bayi telah berusia 7 hari dan lepasnya tali pusat. Apa yang harus anda lakukan terhadap undangan yang diberikan kepada Anda terkait kepercayaan yang mereka yakini?

Umpan balik dan Tindak Lanjut

Dosen memberikan penilaian dari hasil latihan dan diskusi dan menindaklanjuti dengan memberikan masukan kepada mahasiswa terkait capaian pembelajaran yang harus ia kuasai dalam bab ini.

Istilah atau Kata Penting

1. Komunitas : wadah perkumpulan beberapa manusia dalam wilayah tertentu 2. Filosofi : keyakinan

3. PWS : Peta Wilayah Setempat

4. Unsafe Abortion : Aborsi yang tidak aman

5. Kehamilan Remaja : kehamilan yang terjadi pada wanita dengan rentang usia 12-20 tahun DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. 2010. Pedoman pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA). Jakarta: Kemenkes RI.

ICM. 2014. “Philosophy and Model of Midwifery Care” www.internationalmidwives.org

(41)

KEBIDANAN KOMUNITAS 31 KEPMEKES RI No. 1529 tahun 2010 “Pedoman umum

pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif”. Syafrudin dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Green, E.C. 1986. Practicing Development Anthropology. Boulder and London: Westview

Leonard Seregar. 2002. Antorpologi dan Konsep Kebudayaan.. Jayapura : Universitas Cendrawasih Press

Masinambow, E.K.M (Ed) 1997 Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta: Asosiasi Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.

Rhoades, R.E. 1986. Breaking New Ground: Agricultural Anthropology. Dalam: Green Ed.

Suparlan, Pasurdi. 1995. Antropologi dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press

Kemenkes RI. 2010. Pedoman pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA). Jakarta

(42)
(43)

KEBIDANAN KOMUNITAS 33

BAB II

PERAN SERTA MASYARAKAT

A. PENDAHULUAN

Deskripsi Bab

Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk dapat menguasai materi peran serta masyarakat, penyelenggaraan kebidanan di komunitas. Dengan menguasai Bab ini mahasiswa dapat mengetahui peran serta masyarakat sebagai salah satu upaya untuk penyelenggaraan kebidanan di komunitas.

Tujuan Atau Sasaran Pembelajaran

Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan konsep dasar peran serta masyarakat (PSM) 2. Menjelaskan tahapan, ciri dan prinsip peran serta masyarakat

(PSM)

3. Menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki masyarakat dalam PSM

4. Menjelaskan beberapa bentuk PSM

5. Menjelaskan kemitraan Dukun dengan Bidan dan Kader di Komunitas

Kaitan Peran Serta Masyarakat dengan Pengetahuan Awal Mahasiswa

(44)

34 LUSIANA EL SINTA, et al.

Mahasiswa yang akan membahas tentang kebidanan komunitas harus telah lulus dari blok 1 A (Pengantar Pendidikan Kebidanan), 1.B (Biomedik 1), 1.C (Biomedik 2), 2.A (Konsep Kebidanan), 2.B (Dasar Patologi dan Farmakologi), 2.C (Kesehatan Remaja dan Pra Konsepsi), 3.A (Asuhan kebidanan Pada Ibu Hamil), Blok 3.B (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin), 3.C (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas), 4.A (Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita), 4.B (Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Risiko Tinggi), 4.C (Asuhan Kebidanan Pada Persalinan dan Nifas Risiko Tinggi), 5.A (Asuhan Kebidanan dengan infeksi dan neoplasma sistem reproduksi dan payudara).

Kompetensi Khusus

Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh mahasiswa adalah memahami tentang peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kebidanan komunitas dan melibatkan kemitraan dengan dukun.

B. PENYAJIAN

Uraian Materi

2.1 KONSEP PERAN SERTA MASYARAKAT (PSM)

2.1.1 Definisi

Peran serta masyarakat (PSM) merupakan keikutsertaan individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam setiap menggerakan upaya kesehatan yang juga merupakan tanggung jawab sendiri, keluarga dan masyarakatnya. Dalam World Health

Assembly (1997), peran masyarakat adalah proses untuk

mewujudkan kerja sama kemitraan antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam merencanakan, melaksanakan dan memanfaatkan kegiatan kesehatan sehingga diperoleh manfaat berupa peningkatan kemampuan swadaya masyarakat, dimana masyarakat berperan dalam menentukan prasarana dan pemeliharaan teknologi tepat guna dalam pelayanan kesehatan.

(45)

KEBIDANAN KOMUNITAS 35 Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya (Depkes RI, 1997)

2.1.2 Tujuan PSM 1. Tujuan umum

Untuk meningkatkan jumlah dan mutu upaya masyarakat di bidang Kesehatan

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kemampuan pemimpin/pemuka masyarakat dalam menggerakkan upaya kesehatan meningkatkan persatuan dan kebersamaan ke gotong royongan dalam menyelesaikan masalah secara mandiri.

b. Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam menyelenggarakan upaya kesehatan

c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menggali, menghimpun dan mengelola dana/sarana masyarakat untuk kesehatan.

d. Untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan masyarakat yang berkepentingan

(public interest) dalam rangka meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan masalah kesehatan.

e. Meningkatkan persatuan dan kebersamaan kegotong royongan dalam menyelesaikan masalah secara mandiri. 2.1.3 Dasar Filosofi PSM

a. Community feel need

Apabila pelayanan diciptakan untuk masyarakat sendiri maka masyarakat akan merasakan memerlukan pelayanan tersebut (dari masyarakat dan untuk masyarakat)

b. Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan partisipasi masyarakat

(46)

36 LUSIANA EL SINTA, et al.

Keinginan masyarakat untuk berperan serta dalam upaya kesehatan timbul dari masyarakat itu sendiri.

c. Akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri atas dasar sukarela 2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Peran Serta Masyarakat

a. Perilaku individu

Perilaku individu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti : tingkat pengetahuan, sikap mental, tingkat kebutuhan individu, tingkat keterikatan dalam kelompok, tingkat kemampuan sumber daya yang ada.

1) Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku individu. Makin tinggi pendidikan / pengetahuan kesehatan seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan serta. Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antar tingkat pendidikan ibu dan kesehatan keluarganya.

Dalam permasalahan kesehatan, sering dijumpai bahwa persepsi masyarakat tidak selalu sama dengan persepsi dengan persepsi pihak provider kesehatan (tenaga kesehatan). Untuk mencapai kesepakatan atau kesamaan persepsi sehingga tumbuh keyakinan dalam hal masalah kesehatan yang dihadapi diperlukan suatu proses (KIM) yang mantap. Dalam proses ini diharapkan terjadi perubahan perilaku seseorang, yang tahap-tahapnya adalah :

– pengenalan (awarenes) – peminatan (interest) – penilaian (evaluation) – percobaan (trial) – penerimaan (adoption) 2) Sikap mental

Sikap mental pada hakekatnya merupakan kondisi kejiwaan, perasaan dan keinginan (mind, feeling and mood) seseorang sehingga hal tersebut berpengaruh pada perilaku serta pada akhirnya perbuatan yang diwujudkannya.

(47)

KEBIDANAN KOMUNITAS 37 Kondisi ini didapatkan dari proses tumbuh kembang individu sejak masa bayi/anak dan berkembang pula dari pendidikan serta pengalaman hidupnya dalam berinteraksi dengan lingkungan/masyarakatnya.

Dengan memahami sikap mental masyarakat (norma), maka para pemberi pelayanan sebagai “Prime Mover” akan dapat membentuk strategi perekayasaan manusia dan sosial.

3) Tingkat kebutuhan individu

Berkaitan dengan sistem kebutuhan yang terdapat dalam diri individu, MASLOW mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat sejumlah kebutuhan dasar yang menggerakkannya untuk berperilaku. Kelima kebutuhan menurut MASLOW tersebut terikat dalam suatu hirarki tertentu berdasarkan kuat lemahnya MOTIVASI. Motivasi adalah penggerak batin yang mendorong seseorang dari dalam untuk menggunakan tenaga yang ada pada dirinya sebaik mungkin demi tercapainya sasaran.

Implikasi dari uraian diatas adalah bahwa sepanjang perilaku berperan serta yang dikehendaki dapat memenuhi kebutuhan pokok anggota masyarakat dan sejalan dengan norma dan nilai yang dianut, maka peran serta tersebut dapat berkembang. Sebaliknya, perilaku yang lain (baru ataupun berlawanan) tidak akan muncul dengan mudah apabila kebutuhan pokok anggota masyarakat tersebut tidak dipenuhi.

4) Tingkat keterikatan kelompok

Suatu masyarakat terdiri dari individu/keluarga yang hidup bersama, terorganisasi dalam suatu sistem sosial atau ikatan. Sesuai dengan kepentingan dan aspirasi anggotanya sistem sosial tersebut dapat berupa organisasi/ikatan: politik, ekonomi, sosbud, agama, profesi, pendidikan, hukum, dll. Organisasi/institusi bentukan dari sistem sosial tersebut bervariasi besarnya dan profil sosial ekonominya, serta tingkatannya, mulai dari paguyuban atau bahkan kelompok terisolir pada tingkat desa, kota dan nasional.

(48)

38 LUSIANA EL SINTA, et al.

Perilaku individu juga diepengaruhi oleh tersedianya sumber daya terutama sarana untuk pemenuhan kebutuhan baik yang dimiliki olehnya maupun yang tersedia di masyarakat.

2.2 TAHAP-TAHAP, CIRI-CIRI, BENTUK-BENTUK, DAN

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN PSM 2.2.1 Tahap–Tahap Peran Serta Masyarakat

Secara umum, tahap-tahap dalam mengembangkan Peran Serta Masyarakat adalah:

1. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk mendapatkan dukungan 2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan

memecahkan masalah keluarga maupun masyarakat dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, apabila diperlukan bantuan dari luar bentuknya hanya berupa perangsang atau pelengkap sehingga tidak semata-mata bertumpu pada bantuan tersebut.

3. Menumbuhkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Peran serta masyarakat di dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti memanfaatkan puskesmas, polindes, puskesmas pembantu, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi peserta tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.

4. Mengembangkan semangat gotong-royong dalam pembangunan kesehatan. Semangat gotong royong yang merupakan warisan budaya masyarakat Indonesia hendaknya dapat juga ditentukan dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Adanya semangat gotong-royong ini dapat diukur dengan melihat apakah masyarakat bersedia bekerjasama dalam peningkatan sanitasi lingkungan, penggalakan gerakan 3M dalam upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dan sebagainya

(49)

KEBIDANAN KOMUNITAS 39 5. Bekerja bersama masyarakat. Dalam setiap pembangunan kesehatan hendaknya pemerintah atau petugas kesehatan menggunakan prinsip bekerja untuk dan bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motivasi dan kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, alih pengetahuan dan keterampilan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat.

6. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang ada dimasyarakat. Prinsip lain dari penggerakan PSM dibidang kesehatan adalah pemerintah dan tenaga kesehatan hendaknya memanfaatkan dan bekerja sama dengan LSM serta organisasi kemasyarakatan yang ada di tempat tersebut. Dengan demikian, upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat lebih berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien).

7. Penyerahan pengembalian keputusan kepada masyarakat. Semua bentuk upaya penggerakan PSM termasuk dibidang kesehatan apabila ingin berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan adat setempat. Untuk itu, pengambilan keputusan khususnya yang menyangkut tata cara pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah kesehatan yang ada di masyarakat hendaknya diserahkan kepada masyarakat. Pemerintah maupun tenaga kesehatan hanya bertindak sebagai fasilitator dan dinamisator sehingga masyarakat merasa lebih memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya.

Tahap-tahap dalam membuat program PSM 1. Pertemuan/pendekatan tingkat desa

Yaitu, kegiatan awal dari pembinaan peran serta masyarakat ditingkat desa bertujuan:

a. Dikenal nya masalah kesehatan setempat secara umum b. Dikenalnya program–program kesehatan sebagai upaya

(50)

40 LUSIANA EL SINTA, et al.

c. Diperoleh dukungan pamong dan pemuka masyarakat guna melaksanakan upaya kesehatan terpadu, disadari pentingnya survey diri untuk menelaah masalah kesehatan masyarakat setempat.

d. Tersusunnya kelompok kerja untuk survey diri dan ditemukannya jadwal survey

2. Survey mawas diri

Merupakan pengenalan, pengumpulan, dan pengkajian masalah kesehatan oleh sekelompok masyarakat setempat. Tujuan: agar masyarakat mengenal, mengumpulkan, dan mengkaji masalah kesehatannya sendiri sehingga timbul niat dan kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan sendiri. Pelaksanaan survey:

- membuat persiapan survey - mengumpulkan informasi - mengolah informasi

3. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil survey diri yang merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil survey dengan bermusyawarah sehingga menjadi keputusan bersama.

Tujuan :

- untuk mengenal masalah

- memperoleh kesepakatan untuk penanggulangan masalah - menyusun rencana kerja

4. Pelatihan kader kesehatan desa

Merupakan kegiatan dalam rangka mempersiapkan kader kesehatan agar mau dan mampu berperan serta dalam mengembangkan program kesehatan di desanya.

5. Pelaksanaan kegiatan di lapangan

Pada pelaksanaan dilakukan advokasi kepada penentu kebijakan, toma-toga dan komponen masyarakat lainnya yang mempunyai pengaruh dalam keberhasilan kegiatan. Selanjutnya dilakukan KIE dan KIP konseling, melakukan

(51)

KEBIDANAN KOMUNITAS 41 pemberdayaan institusi masyarakat dan akhirnya dilakukan program kegiatan.

5. Monitoring dan evaluasi

2.2.2 Ciri-Ciri Peran Serta Masyarakat

a. Motivasi hal ini harus timbul dari masyarakat itu sendiri dengan pendidikan kesehatan untuk berlangsungnya motivasi. b. Komunikasi informasi masyarakat  dengan melakukan

interaksi secara terus menerus, berkesinambungan dengan masyarakat mengenai segala permasalahan kebersihan dan kesehatan masyarakat.

c. Kooperasi kerja sama dengan instansi diluar kesehatan dan instansi kesehatan sendiri mutlak diperlukan.

d. Mobilisasi hal ini dimulai seawal mungkin sampai akhir.

2.2.3 Prinsip Peran Serta Masyarakat

a. Mendorong/mempercepat terjadinya perubahan. b. Mobilisasi diri sendiri

c. Terlibat dalam suatu tujuan bersama dan saling mendorong d. Terlibat dalam memberikan dukungan

e. Terlibat dalam memberikan informasi kepada setiap anggota. 2.2.4 Landasan Hukum dalam Penyelengaraan Kesehatan yang dilakukan oleh PSM

UU No.2 Tahun 1992 Tentang kesehatan

Pasal 5 : Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungannya.

Pasal 8 : Pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan dan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin.

(52)

42 LUSIANA EL SINTA, et al.

1. Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penyelengaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya. 2. Pemerintah membina, mendorong, dan menggerakan swadaya

masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan agar dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna.

3. Ketentuan mengenai syarat dan tatacara peran serta masyarakat dibidang kesehatan ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pasal 72 :

1. PSM untuk memberikan pertimbangan dalam ikut menentukan aturan pemerintahan pada penyelenggaraan kesehatan dapat dilakukan melalui badan pertimbangan kesehatan nasional yang berpatokan pada tokoh masyarakat.

2. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas pokok, fungsi dan tata cara kerja badan pertimbangan kesehatan nasional ditetapkan dengan kepresidenan.

UU RI No. 25 tahun 2009 pasal 39 tentang peran serta masyarakat :

1. PSM dalam penyelenggaraan pelayanan publik dimulai sejak penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan.

2. PSM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk kerjasama, pemenuhan hak & kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan publik.

3. Masyarakat dapat membentuk lembaga pengawasan pelayanan publik.

4. Tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam penyelengaraan pelayanan publik diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

(53)

KEBIDANAN KOMUNITAS 43

2.3 KEMAMPUAN DAN KEKUATAN YANG DIMILIKI

MASYARAKAT DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2.3.1 Survey Mawas Diri

Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat setempat dibawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan dan petugas kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa).

Tujuan SMD :

a. Dilaksanakannya pengumpulan data, masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.

b. Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang paling menonjol di masyarakat.

c. Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukung upaya mengatasi masalah kesehatan.

d. Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.

Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/kelurahan atau menetapkan sampel rumah dilokasi tertentu (± 450 rumah) yang dapat menggambarkan kondisi masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku pada umumnya di desa/kelurahan.

Lokasi SMD dilaksanakan di desa/kelurahan terpilih.

Pelaksana SMD dilaksanakan oleh kader dan tokoh masyarakat atau sekelompok warga masyarakat yang telah ditunjuk pada pertemuan tingkat desa.

Waktu : dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuan tingkat desa/kelurahan.

Cara Pelaksanaan :

a. Petugas Puskesmas, Bidan di desa dan kader/kelompok warga yang ditugaskan untuk melaksanakan SMD dengan kegiatan, meliputi :

Gambar

Gambar 1. Sejarah Kebidanan Komunitas

Referensi

Dokumen terkait

Alat kontrasepsi yang digunakan PUS Desa Krakal tahun 2015 adalah suntik, pil, intra uterine device (IUD), implan atau susuk, metode operasi wanita (MOW) dan kondom. Semua

 Mendiskusikan perlunya udara bersih untuk menjaga kesehatan alat pernapasan (misalnya dengan cara melakukan penghijauan).  Membuat

6. Menjelaskan kepada ibu tentang KB Pasca Salin dan memastikan ibu memilih salah satu alat kontrasepsi untuk Membantu menjaga kesehatan ibu serta memberikan

Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara

Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu

Dengan menjaga kesehatan reproduksi kita bisa menghindari penyakit yang dapat timbul serta gangguan gangguan seperti gangguan seksual dan sulit untuk hamil.. Menjaga kesehatan

Sosialisasi ke masyarakat adanya program KB gratis yaitu Implan, Ayudi, Pil, Kondom dari pemerintah darah Perkawinan anak dibawah umur dan akibatnya Kesehatan reproduksi