• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berita Lima Kehendak Allah Pengudusan Kita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berita Lima Kehendak Allah Pengudusan Kita"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Lima

Kehendak Allah—Pengudusan Kita

Pembacaan Alkitab: Ibr. 2:10-11; 12:10, 14; Ef. 1:4-5; 5:26; 1 Tes. 4:3a; 5:23-24; Yoh. 17:17

I. Kehendak Allah adalah pengudusan kita; dikuduskan adalah dijadikan suci, yang adalah dipisahkan kepada Allah dan dijenuhi dengan Allah sebagai sang Kudus, Dia yang berbeda, lain, dari segala sesuatu yang umum—1 Tes. 4:3a; 1 Ptr. 1:15-16; Ef. 1:4-5; 5:25-27.

II. Efesus 1:4-5 dan Ibrani 2:10-11 memperlihatkan bahwa pengudusan adalah bagi keputraan; sebenarnya, pengudusan adalah “pemutraan” Allah:

A. Kita telah dipilih dalam kekekalan yang lampau “supaya kita kudus … untuk [bagi, atau menghasilkan] keputraan”—Ef. 1:4-5; Why. 21:2, 9-11.

B. Kristus yang bangkit adalah Panglima keselamatan kita, memimpin banyak putra ke dalam kemuliaan melalui menguduskan mereka—Ibr. 2:10-11.

III. Ada tiga aspek pengudusan dalam Kitab Suci:

A. Ada pengudusan Roh itu yang mencari umat pilihan Allah sebelum mereka bertobat dan percaya—1 Ptr. 1:2.

B. Ada pengudusan kedudukan oleh darah Kristus pada saat orang beriman percaya—Ibr. 13:12; 9:13-14; 10:29.

C. Ada pengudusan watak Roh itu dalam perjalanan penuh kaum beriman dalam kehidupan Kristen mereka—1 Tes. 5:23-24; Rm. 15:16b; 6:19, 22; lih. 5:10; Why. 22:14; 2 Ptr. 1:4. IV. Pengudusan ilahi bagi keputraan ilahi adalah pusat dari

ekonomi ilahi dan pemikiran utama dari wahyu dalam Perjanjian Baru:

A. Pengudusan ilahi adalah garis penopang dalam pelaksanaan ekonomi ilahi untuk memutrakan kita secara ilahi, menjadikan kita putra-putra Allah sehingga kita bisa menjadi serupa dengan Allah dalam hayat-Nya dan dalam sifat-Nya (tetapi tidak dalam ke-Allahan-Nya), sehingga kita bisa menjadi ekspresi Allah.

B. Kita berkata bahwa pengudusan adalah garis penopang karena setiap langkah pekerjaan Allah pada kita adalah untuk menjadikan kita kudus—Yoh. 17:17; Ef. 5:26-27; 1 Kor. 6:11; 12:3b; Ibr. 12:4-14; Rm. 8:28-29; Ef. 4:30; 1 Tes. 5:19; Why. 2:7a; Mzm. 73:16-17, 25-26:

(2)

1. Pengudusan pencarian, pengudusan mula-mula, adalah kepada pertobatan untuk membawa kita kembali kepada Allah—1 Ptr. 1:2; Luk. 15:8-10, 17-21; Yoh. 16:8-11. 2. Pengudusan penebusan, pengudusan kedudukan, adalah

oleh darah Kristus, untuk memindahkan kita dari Adam kepada Kristus—Ibr. 13:12.

3. Pengudusan kelahiran kembali, permulaan dari pengudusan watak, memperbarui kita dari roh kita untuk menjadikan kita, orang-orang dosa, sebagai putra-putra Allah—satu ciptaan baru dengan hayat dan sifat ilahi— Yoh. 1:12-13; 2 Kor. 5:17; Gal. 6:15.

4. Pengudusan pembaruan, kelanjutan dari pengudusan watak, memperbarui jiwa kita dari pikiran kita melalui seluruh bagian jiwa kita untuk menjadikan jiwa kita satu bagian dari ciptaan baru Allah—Rm. 12:2b; 6:4; 7:6; Ef. 4:23; Yeh. 36:26-27; 2 Kor. 4:16-18.

5. Pengudusan transformasi, pengudusan harian, menyusun ulang kita dengan unsur Kristus secara metabolis untuk menjadikan kita satu susunan baru sebagai bagian dari Tubuh Kristus yang organik—1 Kor. 3:12; 2 Kor. 3:18. 6. Pengudusan penyerupaan, pengudusan pembentukan,

membentuk kita dalam gambar Kristus yang mulia untuk menjadikan kita ekspresi Kristus—Rm. 8:29.

7. Pengudusan pemuliaan, pengudusan perampungan, menebus tubuh kita melalui mentransfigurasinya untuk menjadikan kita ekspresi Kristus secara penuh dan dalam kemuliaan—Flp. 3:21; Rm. 8:23.

C. Pengudusan watak yang ilahi dilaksanakan oleh Kristus sebagai Roh yang menguduskan dalam roh kita—15:16b; 8:4. V. Untuk menempuh kehidupan yang kudus bagi kehidupan

gereja, kita memerlukan Tuhan untuk menguatkan hati kita, supaya tak bercacat dalam kekudusan—1 Tes. 3:13: A. Hati kita adalah susunan dari semua bagian jiwa kita—

pikiran, emosi, dan tekad (Mat. 9:4; Ibr. 4:12; Yoh. 14:1; 16:22; Kis. 11:23)—ditambah satu bagian roh kita—hati nurani (Ibr. 10:22; 1 Yoh. 3:20).

B. Hati adalah jalan masuk dan jalan keluar hayat, “sakelar” hayat; jika hati tidak benar, hayat di dalam roh terhambat, dan hukum hayat tidak dapat bekerja dengan leluasa dan tanpa hambatan untuk mencapai setiap bagian diri kita; walaupun hayat memiliki kuasa yang besar, kuasa yang besar ini dikendalikan oleh hati kita yang kecil—Ams. 4:23; Mat. 12:33-37; lih. Yeh. 36:26-27.

(3)

C. Allah adalah Yang tidak berubah, tetapi menurut kelahiran alamiah kita, hati kita mudah berubah, baik dalam hubungan dengan orang lain dan dengan Tuhan—lih. 2 Tim. 4:10; Mat. 13:18-23.

D. Tidak ada seorang pun yang, menurut hayat alamiah dan insaninya, tetap hatinya; karena hati kita mudah berubah, hati kita tidak dapat sepenuhnya dipercaya—Yer. 17:9-10; 13:23.

E. Hati kita itu cacat karena mudah berubah; hati yang tidak berubah adalah hati yang tak bercacat—Mzm. 57:8; 108:2; 112:7.

F. Dalam keselamatan Allah, pembaruan hati itu sekali untuk selamanya; namun, dalam pengalaman kita, hati kita diperbarui senantiasa karena mudah berubah—Yeh. 36:26; 2 Kor. 4:16.

G. Karena hati kita mudah berubah, hati kita perlu diperbarui terus-menerus melalui Roh yang menguduskan sehingga hati kita bisa dikuatkan dan dibangun dalam keadaan kudus, dipisahkan kepada Allah, dimiliki oleh Allah, dikuasai oleh Allah, dan dijenuhi oleh Allah—Tit. 3:5; Rm. 6:19, 22; 2 Kor. 3:16-18; Mat. 5:8; Mzm. 51:12-14.

H. Sewaktu hati kita dikuatkan dengan tak bercacat dalam kekudusan melalui pembaruan senantiasa oleh Roh yang menguduskan, kita menjadi Yerusalem Baru dengan kebaruan dari hayat ilahi, dan kita menjadi kota kudus dengan kekudusan dari sifat ilahi—Why. 21:2; 1 Yoh. 5:11-12; 2 Ptr. 1:4.

VI. “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna tanpa cacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya”—1 Tes. 5:23-24:

A. Allah damai sejahtera adalah sang Pengudus; Pengudusan-Nya mendatangkan damai sejahtera; ketika kita sepenuhnya dikuduskan oleh Dia dari batin, kita memiliki damai sejahtera dengan Dia dan dengan manusia dalam segala hal—ayat 23, 13; 2 Tes. 3:16.

B. Allah damba menguduskan kita, dan Dia sendiri akan melakukannya selama kita mau mengejar Dia sebagai kekudusan dan bekerja sama dengan Dia; dengan cara ini kita bisa menjadi kudus sama seperti Dia adalah kudus (1 Ptr. 1:15-16); tanpa kekudusan kita tidak bisa melihat Dia (Ibr. 12:14).

(4)

C. Melalui menguduskan kita, Allah mentransformasi kita dalam esens roh, jiwa, dan tubuh kita, menjadikan kita kudus seluruhnya seperti Dia dalam sifat; dengan cara ini Dia memelihara roh, jiwa, dan tubuh kita seluruhnya sempurna— 1 Tes. 5:23:

1. Melalui kejatuhan, tubuh kita dirusak, jiwa kita tercemar, dan roh kita dimatikan; dalam keselamatan penuh Allah seluruh diri kita diselamatkan dan dijadikan lengkap dan sempurna.

2. Untuk ini, Allah memelihara roh kita dari setiap unsur yang mematikan (Ibr. 9:14), jiwa kita dari kondisi yang tetap alamiah dan usang (Mat. 16:24-26), dan tubuh kita dari kerusakan dosa (1 Tes. 4:4; Rm. 6:6).

3. Pemeliharaan seperti itu oleh Allah dan pengudusan-Nya yang menyeluruh menopang kita untuk menempuh satu kehidupan yang kudus kepada kematangan sehingga kita bisa berjumpa dengan Tuhan dalam kedatangan-Nya. 4. Secara kuantitatif, Allah menguduskan kita seluruhnya;

secara kualitatif, Allah memelihara kita sempurna— yaitu, Dia menjaga roh, jiwa, dan tubuh kita sempurna. 5. Walaupun Allah memelihara kita, kita perlu mengambil

tanggung jawab, inisiatif, untuk bekerja sama dengan operasi-Nya agar dipelihara melalui menjaga roh, jiwa, dan tubuh kita dalam penjenuhan Roh Kudus—1 Tes. 5:12-14.

VII. Untuk bekerja sama dengan Allah untuk memelihara roh kita dalam pengudusan, kita harus menjaga roh kita dalam kondisi yang hidup melalui melatih roh kita—1 Tim. 4:6-7: A. Untuk memelihara roh kita, kita harus menjaga roh kita

hidup melalui melatihnya untuk memiliki persekutuan dengan Allah; jika kita gagal melatih roh kita dengan cara ini, kita akan meninggalkannya dalam situasi yang mati—2 Tim. 1:6-7; lih. Yud. 19:

1. Bersukacita, berdoa, dan mengucap syukur adalah melatih roh kita; memelihara roh kita pertama-tama adalah melatih roh kita untuk menjaga roh kita hidup dan menariknya keluar dari kematian—1 Tes. 5:16-18.

2. Kita perlu bekerja sama dengan Allah yang menguduskan untuk dipisahkan dari situasi yang mematikan roh—lih. Bil. 6:6-8; 2 Kor. 5:4.

3. Kita harus menyembah Allah, melayani Allah, dan bersekutu dengan Allah di dalam dan dengan roh kita; apa pun adanya kita, apa pun yang kita miliki, dan apa pun

(5)

yang kita lakukan terhadap Allah haruslah di dalam roh— Yoh. 4:24; Rm. 1:9; Flp. 2:1.

B. Untuk memelihara roh kita, kita perlu menjaganya dari semua pengotoran dan pencemaran—2 Kor. 7:1.

C. Untuk memelihara roh kita, kita harus melatih diri kita untuk memiliki satu hati nurani yang tanpa pelanggaran terhadap Allah dan manusia—Kis. 24:16; Rm. 9:1; lih. 8:16. D. Untuk memelihara roh kita, kita harus memperhatikan roh

kita, meletakkan pikiran kita di atas roh dan memperhatikan perhentian dalam roh kita—Mal. 2:15-16; Rm. 8:6; 2 Kor. 2:13. VIII. Untuk bekerja sama dengan Allah untuk memelihara jiwa kita dalam pengudusan, kita harus membersihkan tiga “urat nadi” utama dari hati psikologis kita, bagian-bagian jiwa kita—pikiran, emosi, dan tekad kita—lih. Mzm. 43:4; Neh. 8:10; 1 Yoh. 1:4; Yer. 15:16:

A. Agar jiwa kita dikuduskan, pikiran kita harus diperbarui untuk menjadi pikiran Kristus (Rm. 12:2), emosi kita harus dijamah dan dijenuhi dengan kasih Kristus (Ef. 3:17, 19), tekad kita harus ditundukkan oleh dan diinfus dengan Kristus yang bangkit (Flp. 2:13), dan kita harus mengasihi Tuhan dengan seluruh diri kita (Mrk. 12:30).

B. Cara untuk menghilangkan sumbatan tiga urat nadi utama dari hati psikologis kita adalah dengan membuat pengakuan dosa yang menyeluruh kepada Tuhan; kita perlu tinggal bersama Tuhan untuk sejangka waktu, meminta Dia untuk membawa kita sepenuhnya ke dalam terang, dan di dalam terang dari apa yang Dia singkapkan, kita perlu mengakui kekurangan-kekurangan, kegagalan-kegagalan, kekalahan-kekalahan, kesalahan-kesalahan, pelanggaran-pelanggaran, dan dosa-dosa kita—1 Yoh. 1:5-9:

1. Untuk menghilangkan sumbatan urat nadi pikiran kita, kita perlu mengakui semua yang berdosa dalam pikiran kita dan dalam cara kita berpikir.

2. Untuk menghilangkan sumbatan urat nadi tekad kita, kita perlu mengakui kuman pemberontakan dalam tekad kita.

3. Untuk menghilangkan sumbatan urat nadi emosi kita, kita perlu mengakui cara yang alamiah dan bahkan bersifat daging sewaktu kita mengekspresikan sukacita dan penderitaan kita; juga, dalam banyak hal kita membenci apa yang harus kita kasihi, dan kita mengasihi apa yang harus kita benci—lih. Why. 2:4, 6.

(6)

kita akan memiliki perasaan bahwa seluruh diri kita telah menjadi hidup dan berada dalam kondisi yang sangat sehat.

IX. Untuk bekerja sama dengan Allah untuk memelihara tubuh kita dalam pengudusan, kita harus mempersembahkan tubuh kita kepada-Nya sehingga kita bisa menempuh satu kehidupan yang kudus bagi kehidupan gereja, mempraktikkan kehidupan Tubuh untuk melaksanakan kehendak Allah yang sempurna— Rm. 12:1-2; 1 Tes. 4:4; 5:18:

A. Tubuh kita yang jatuh, daging, adalah “ruang sidang” Satan, dosa, dan maut, tetapi melalui penebusan Kristus dan dalam roh yang telah dilahirkan kembali sebagai “ruang sidang” Bapa, Putra, dan Roh, tubuh kita adalah satu anggota Kristus dan Bait Roh Kudus—Rm. 6:6, 12, 14; 7:11, 17-25; 8:2-3; 1 Kor. 6:15, 19.

B. Memelihara tubuh kita adalah memuliakan Allah dalam tubuh kita—ayat 20.

C. Memelihara tubuh kita adalah memperbesar Kristus dalam tubuh kita—Flp. 1:20.

D. Untuk memelihara tubuh kita, kita tidak boleh hidup menurut jiwa kita, manusia lama itu; maka tubuh dosa akan kehilangan pekerjaannya dan menjadi menganggur—Rm. 6:6. E. Untuk memelihara tubuh kita, kita tidak boleh mempersembahkan tubuh kita kepada apa pun yang berdosa tetapi sebaliknya mempersembahkan diri kita sebagai budak kepada keadilbenaran dan anggota-anggota tubuh kita sebagai senjata-senjata keadilbenaran—ayat 13, 18-19, 22; 1 Tes. 4:3-5.

F. Untuk memelihara tubuh kita, kita harus menguasai tubuh kita dan menjadikannya budak untuk menggenapi tujuan kudus kita untuk menjadi kota kudus—1 Kor. 9:27; Why. 21:2.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel stres kerja yang terdiri dari stres kerja lingkungan (X1), stres kerja organisasi (X2), dan stres kerja individu (X3)

Penentuan hero counter dengan menggunakan metode mamdani dalam logika fuzzy berdasarkan variabel input kelincahan, waktu dan ability effect dengan variabel output

AL Fatah 16-Jun-65 Banyuwangi Jawa Timur... NON

Seluruh sahabatku mahasiswa-mahasiswi Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Angkatan tahun 2011 Prodi Pendidikan Agama Islam, yang selalu

Sehingga dengan adanya perenungan mendalam peristiwa bernapas ini, mampu menggugah hati dan jiwa, bahwa saya sangat bersyukur bahkan harus, ternyata saat ini masih

Dari Tabel 2 diperoleh data bahwa antigen ND yang disimpan pada suhu 4°C (suhu refrigerator) masih memiliki titer antigen yang stabil dan tidak mengalami penurunan baik pada

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KEMAMPUAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi pada PT. INDOHAMAFIS BALI) ”