Jurnal Pe ternakan Indones i a., I 2 ( I ) : 69- 7 7, 2 007 ISSN: 1907-1760
Potensi
Wilayah Kota
Bukittinggi
dalam Pengembangan
Usaha
Ternak
Sapi Potong dan
Kontribusinya
Terhadap
Pendapatan
Keluraga
Yetmaneli
Fakultas Peternakan Universitas Andalas padang
Abstract
The aims of the present research were to determine local base resources
of
Bukininggi city
for
beef cattle raising especially feed tot fattening and determinecontribution of beef cattle raising on familiy income. Both secondary and primer data
was used quitioner was main instrumen
for
data gathering. Thirty eight cattle rqiseTwas intervied with was divided into three strotq, base on amount of cattle was raised. Benefit cost analysis was used to determined familiy income in cattle raising. The result studyshawn that the
first:
Bukittinggi city has several advantagesfor
beef cattle raising (feedlot
fattening) namely: climate, topografy,marketing aspect, institutinalani
jocat government policy. Aswell
as attaibility of feed, water, labor force, medicine andtecnologt. The second beef cattle raising (feed lot fattening) has contributed 18,0996, 24,67%q 57,41% respectively strata I,
II
III
towardfamily income.Key word: beef cattle raising, local base resources, contribution
Pendahuluan
Sesuai dengan
wilayahpengembangan usaha peternakan di Indonesia, Sumatera
Barat
termasukdaerah yang memiliki potensi wilayah
yang cocok untuk
pengembangankomoditas usaha ternak sapi potong.
Hal ini
menunjukkan
adanyakesesuaian antara usaha peternakan dengan kondisi
iklim
wilayah maupunpotensi pasar
sehingga didapatkanproduk/hasil
-
hasil
petemakandengan
keuntungan
yang
optimal (Dinas Peternakan Bukittinggi, I 998)Kota
Bukittinggi
merupakansalah satu
wilayah
Sumatera Baratyang
memperlihatkan kecendrunganadanya
perkembangan
usahapemeliharaan sapi potong, khususnya
dengan sistim pemeliharaan "kremar". Sebagai
salah
satu kota wisata
diSumatera
Barat
Bukittinggi memilikikekayaan
alam dan
budaya
yang sangat menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri sehingga sektorwisata
merupakan salahsatu
sektorandalan daerah ini.
Pengembangan sektor pariwisata sebagai prioritas utama pembangunan
tentu
berkaitan
pula
denganpengembangan
sektor
lain
termasuksektor
peternakan.Tingginya
wisa-tawan yang
masuk
ke
daerah ini
merupakan pasar yang potensial bagi produk peternakan. Hal ini disebabkan
tingginya
konsumsi wisatawan akandaging
segaryang
berkualitas dan tersedia dalamjumlah yang
cukup (BIPP Bukittinggi, 2000).Santosa
(1999)
menyatakan beberapakajian
pentingyang
perlu diperhatikan dalam pemilihan wilayahuntuk lokasi usaha peternakan adalah
Yetmaneli : Potensi Wilayah Kota Bukitlinggi dalam Pengembangan Usaha Ternak sapi potong dan Kontribusinya Terhadap p endapatan
70 Yetmaneli : Potensi Wilayah Kota Bukittinggi dalam Pengembangan Usaha Ternak sapi
F otong dan Kontri busirrya Te rhadapPe ndapatan
keadaan
geografi,
topografi,ketersediaan tenaga kerja, ketersedian
pakan
dan
afu
serta
kebijakanpemerintah.
Secaraumum
dalamusaha
pengembangantemak
sapipotong,
Indonesiamemiliki
potensiwilayah yang
sangatbaik
walaupun usahaitu
dilakukan secara ekstensifsekalipun.
Potensi
wilayah
inididukung
oleh
banyaknyapadang-padang rumput yang luas dan
iklim
yangcocok untuk
usaha peternakan(Sosroamidjojo, 1985)
Tujuan
yang
ingin
dicapaidalam
penelitian
ini
adalah
1)mengetahui
potensi wilayah
KotaBukiuinggi
untuk
pengembanganusaha
ternak
sapi
potong
sistemkrernan dilihat dari aspek internal dan ekstemal,
2)
mengetahui kontribusiusaha
ternak sapi
potong
terhadap pendapatan keluargaMateri
dan MetodePenelitian dilakukan
di
KotaBukittinggi
dengan
3
kecamatan(Kecamatan
Mandiangin
KotoSelayan,
Kecamatan
Aur
BirugoTigobaleh,
Kecamatan
GugukPanjang).
Adapun pemilihan
lokasiadalah
berdasarkan
pertimbanganletak
dan keadaan alam yang strategisdalam
pengembanganternak
sapipotong,
khususnya dengan
pola pemeliharaan secara kreman.Hal
iniditunjang
pula oleh
tingginyapemasaran daging di Kota Bukittinggi.
Penelitian
menggunakan dataprimer dan data sekunder. Data primer
digunakan
untuk
melihat
kontribusiusaha
ternak
sapi potong
kremanterhadap
pendapatankeluarga
pe-ternak.
Pengumpulandata
primer dilakukan dengan wawancara terhadappetemak sebanyak 38 orang. Peternak
ini
dikelompokkan
atas
3
strata Jurrnl Peternakan Indonesia., I 2 ( I ) : 69-7 7, 2 007berdasarkan
jumlah
sapi
yang dipelihara,yaitu
1-3 ekor ekor (stratal),
4-6 ekor (strataII),
> 7 ekor (strata IID.Untuk
mengetahui
besarnyakontribusi usaha sapi potong kreman
terhadap pendapatan
keluarga
dila-kukan
perhitungan
terhadap
pen-dapatan dari usaha ternak sapi kreman,usaha tani dan sektor lain di luar usaha
tani.
Analisis data untuk mengetahuikontribusi usaha
temak sapi
potong kreman terhadap pendapatan keluargamenggunakan tabel frekuensi.
Data
sekunderdiperoleh
darilembaga/instansi
terkait
yang
adahubungannya dengan
penelitian
se-perti
Dinas
Peternakan,BIPP
danBappeda
Kota
tsukittinggi.
Datasekunder
digunakan
untuk
melihatpotensi wilayah
Kota
Bukittinggiterhadap pengembangan usaha ternak sapi potong. Potensi wilayah tersebut
dilihat
dari
faktor
internal
daneksternal usaha ternak sapi potong.
Untuk
faklor
internalnya adalahketersediaan
pakan
dan
air,
tenagakerja,
ketersediaan
modal
danteknologi yang digunakan. Sedangkan
faktor
ekstemalnya
adalah
iklim,topografi,
aspek
pasar,
sarana-prasarana, kelembagaan dan kebijakan
pemerintah.
Analisis
data
untuk mengetahui potensi wilayah dilakukananalisis
deskriptif
seperti rataan dan prosentase.Hasil dan Pembahasan Potensi l4rihyah Kota Bukittinggi
Kota
Bukittinggi
merupakansalah satu
dari
14
daerahTK
II
di propinsi Sumatera Barat. Daerah initerletak lebih kurang
90 km
dari ibukota propinsi dan terkenal sebagaiKota
Tri
Arga.
Julukanini
munculkarena
kondisi
geografiskota
yangdikelilingi
oleh3
buah gunung yaituYetmaneli : Potensi lYilayah Kota Bukittinggi dalam Pengembangan Usaha Ternak sapi 71
F ot ong clan Kontri bus i rrya Te r hadap P e ndapatan
Gunung Singgalang, Gunung MeraPi,
dan Gunung Sago.
Kota
ini
terletakpada
ketinggian-909.210
-
100.250bujur Timui
dan oo.760
-
oo.19oLintang Barat.
Kota
Bukittinggi
memPunYailuas daerah lebih kurang25"239 km" .
Luas tersebut merupakan 0,A6 Yo dati
luas propinsi
SumateraBarat.
KotaBukiuinggi
terdiri
dari
3
kecamatan,yaitu
Kecamatan
Guguk
Panjangdengan
jumlah
kelurahan
7
buah,Kecamatan Mandiangin
Koto
Selayanyang
merupakan kecamatan terluasdengan
jumlah
kelurahan
9
buah.Sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan
Aur
Birugo
Tigobaleh yang mempunyai 8 buah kelurahan.Faktor Eksternal
Topografi dan
lklim.
Kondisi kelerengan di kota Bukittinggi > 40 oA berupa pegunungan dan bukit-
bukitmerupakan bagian
yang cukup
luasdari total
luas wilayah.
Kondisi
ini
merupakan
peluang
pengembangantemak besar secara semi intensif.
Keadaan
iklim di
KotaBukittinggi berkolerasi positif dengan
letaknya dari permukaan laut, dengan ketinggian 909
-
914
metermenye-babkan daerah
ini
memiliki
iklim
pegunungan
yang
sejuk. Temperatur udara berkisar antara 16,lu-
24,10 C. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 82,0 Yo-
90,8 oh dan tekananudara antara
22a
-
250.
Kondisiklimatologis diatas
sangat potensialdalam
pengembanganternak
sapiTabel
1.
Populasidan
Pemotongan Bukittinggi Tahun 2006pemeliharaan
ternak
sapi
potongsecara kreman.
Curah
Hujan.
Curah
hujan adalah salah satu faktor klimatologis yang penting dalam pemeliharaan sapipotong. Curah hujan yang cukup akan
sangat membantu peternak
dalampenanaman
pakan rumput
terutamarumput
jenis
unggul
seperti rumputraja
danrumput
gajah. Kedua jenis rumput unggul tersebut paling banyak ditanam oleh petemak di Bukittinggi.Pola curah curah hujan yang ada
di
Kota
Bukittinggi
menunjukkan daerahini
termasuk kategori wilayahberagroklimat basah.Tanah pertanian
yang
relatif
subur
dan
ditunjangsebaran
curah hujan
yang
cukup merata sepanjang tahun dengan curah hujan rata-
rata
140,62mm
setiapbulan dan jumlah hari hujan 164
hari
sepanjang tahun menjadikan wilayah
ini
sangat bagus untuk berbagai usahakomoditi
pertanian
termasukpetemakan.
Aspek Pasar.
Pertumbuhanpopulasi dan pemotongan ternak sapi
yang tidak
seimbang
merupakanmasalah
yang
dihadapiwilayah
ini
setiap tahunnya. Belum sebandingnya kebutuhan dengan ketersediaan ternak sapi potong merupakan potensi pasar
yang
sangat bagusdalam
pengem-bangantemak sapi potong
di
KotaBukittinggi.
Pertumbuhan populasidan pemotongan ternak sapi potong di
Kota Bukittinggi terdapat pada tabel di bawah ini.
Sapi
Potongper
Kecamatandi
KotaNo Kecamatan Populasi Sapi
Potong
Pemotongan Sapi PotongJantan
Betina
Jumlah
Jantan
Betina
JumlahI
2
-1
Guguk Panjang
Mandiangin Koto Selayan
Aur
Birugo
13 Jumlah3t
164 57 2s2 46 153 44 243 77 317 101 495 5.421 559 351 6.331 5.548 559 351 6.458 t27 0 0 12772 Yetmaneli : Patensi Wilayah Kota Bukittinggi dalam Pengembangan Usaha Ternak sapi P ot ong_dan K ontt' i busi nya Ter hadap P e ndapat an
Pada
tabel
terlihat
jauhnyaangka
pemotongan
ternak
sapidibandingkan dengan populasi yang ada
di
wilayahini.
Untuk memenuhikebutuhan
daging
temak
sapi,populasi yang ada di Kota Bukiuinggi
hanya 495
ekor
dari
6.458
ekor kebutuhan pemotonganartinya
baru 13,05 yo petemakdi
Kota Bukittinggibisa
memenuhiny4 sementara 86,95o/a
dari
kebutuhan tersebut terpaksadidatangkan
dari luar
daerah KotaBukifiinggi.
Tingginya
pemasarandaging
di
wilayah
ini
merupakanpeluang
yang
sangatbagus
dalam pengembanganusaha
temak
sapipotong.
Secara garis besar peluang pasar
yang besar untuk komoditi ternak sapi
potong disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a.
Jumlah bakalan
sapi
potongdirasa
belum
mencukupi
danmasih banyak yang didatangkan
dari luar
daerah
KotaBukittinggi
b" Dengan
dikembangkannyaprogram
wisata
di
Bukittinggimenjadikannya
potensi
pasarbagi
sektorpertanian/peternakan, sehingga
produk
pertanian/peternakanscara
komperatif
memilikikeunggulan karena dekat dengan pasar
Letak
Kota
Bukittinggi
yang strategisyaitu
di
persimpangan jalan untuk keluar daerah (Sumatera Utara, Jambi dan Bengkulu) serta dikelilingioleh
DaerahTK
II
yang merupakanprodusen
ternak
menjadikan
KotaBukittinggi sebagai pusat perdagangan
ternak dan hasil ternak. Disarnping itu
dalam
menyongsong
perdagangan bebas,Kota Bukittinggi
merupakanpintu
gerbang Sumatera Barat dalam perdagangan global.Sarana
dan
prasarana.
Menyikapipotensi Bukittinggi
yang
begitustrategis
maka
pernbangunan dalambidang
peternakan
diarahkan sesuaidengan sumber daya yang ada. Hal
ini
bagi
pemerintah daerah
menjadimotivasi untuk
menyediakan saranaprasarana
ternak dan
hasil-hasilnyayang
lebih
representatif
di
KotaBukittinggi
sesuai dengan
standarmutu yang telah ditetapkan baik teknis
maupun
higienis.
Sarana
tersebutdiantaranya
rumah potong
hewan, pasar ternak, tempat penjualan dagingdan
tempat penjualanhasil
industri produk peternakan.1.
Rumah Potong HewanRumah Potong Hewan yang ada di
Bukittinggi berlokasi
di
Keca-matan Guguk Panjang. Perhatian
pemerintah daerah terhadap sarana
RPH
sangat dibutuhkan
dalamperbaikan
pengadaannyadise-babkan
kondisinya
yang
tidak memadai karena sudah tua denganfasilitas yang terbatas dan letaknya
sudah ditengah
kota
sehinggamengakibatkan
dampak
ling-kungan yang negatif.
2.
Pasar TemakPasar
ternak
di
Bukittinggiberlokasi
di
Talas
Kec.
Guguk Panjang dengan luas lebih kuranglHa.
Tingkat
keberadaannyasangat menunjang
dalam
hal pemasaranternak
dan
menarik minat pembeli untuk mencari bibitbibit
temak yang
akandigemukkan
Lokasi
tersebut
sangat strategiskarena berada pada daerah yang mudah dijangkau sehingga memu-dahkan dalam hal transportasi dan
pengangkutan ternak
Kegiatan pasar hewan sebenarnya
pada
hari
Sabtu, tetapi satu ataudua hari sebelumnya kondisi pasar
Yetmaneli : Potensi l{ilayah Kota Bukiltinggi dalam Pengembangan Usaha Ternak
sapi
73 P oto ng dan Kontri bus i nya Te r hadap P e ndapalanmulai
aktif
dimana
pedagangsudah mulai menaruh ternak yang
akan dipasarkan.
3.
Los dagingTempat penjualan daging biasanya
berada
dekat lokasi
penjualankomoditi
pertanian
yang
lain.Kondisi
los
dagingyang
ada diKota Bukittinggi sudah merupakan
peningkatan pengadaan fasilitas
sehingga
kebersihan
higienis daging yang dipasarkan memenuhistandar kesehatan.
Aspek
Kelembagaan.
Sasaran dari program penyelenggaraan penyuluhan perlanian adalah petani-
ternak dankeluarganya
melalui
pendekatan ke-lembagaan seperti terhadap kelompoktani.
Pemberdayaankelompok
tani menjadi sasaran utama agar kelompoktani
mampu melakukan inovasi baru,memanfaatkan
fasilitas
pelayananteknis maupun kredit perbankan yang
disosialiasikan
melalui
penyuluhanpertanian. Semua
ini
diperlukan petani-temak dalam mengelola sumberdaya alam untuk
meningkatkanp;endapatan
dan
kesejahteraan keluarga.Kelompok
tani
adalah wadah pemberdayaanbagi
masyarakat tanidalam
pelaksanaanusaha
taninya.Prioritas
pembangunan sektorpertanian tetap melalui pemberdayaan
kelompok
tani
sebagaimana telahdijalankan pada program
*
programpemerintah
daerah
pada
tahun sebelumnya.Untuk
mendukung dan mempercepatusaha agribisnis
ditingkat
kelompok
tani,
orientasipertumbuhan
dan
pembinaan
ke-lompok
tani
lebih
dititikberatkan kepada orientasikomoditi
unggulan,artinya pengelompokkan petani dipicu
atas dasar komoditi sentra produksi.
Idealnya
kelompokberanggota lebih kurang 15 sampai 20
Jurnal P eternakan Indone sia., I 2 ( ! ) : 69 - 7 7, 2 0 07
orang dengan
jenis
komoditi tertentu.Beberapa
kelompok
tani
dalam kawasan administrasi tertentu(kelu-rahan
atau
kenagarian) berhimpundalam bentuk
Himpunan KelompokTani
atau Kelompok Usaha Bersama atau koperasi tani dan lain-
lain) yang secara keseluruhandibimbing
lang-sung oleh penyuluh pertanian.Hal ini
dilakukan agar masing
-
masingsub-sektor pertanian dapat berjalan dengan
sinkron pada
kawasan
kawasansentra produksi secara terencana dan terarah.
Sarana
kelembagaan
dalammenunjang pengembangan berbagai
komoditi
pertanian peternakan masihsedikit
terdapatdi
kota
Bukittinggi.Untuk
sub-sektor peternakan baruterdapat
I
buah rumah potong hewanyang
letaknya
sudah
ditengahperkotaan sehingga
menimbulkanektemalitas
terhadap
lingkungansekitar,
sedangkanunit
pembibitantemak
dan pos
kesehatan hewan belum ada sama sekali.Kebijaksanaan
Pemerintah
KotaBukittinggi.
Kebiiaksanaan daerahmerupakan
acuan
bagi
semuasektor/sub sektor dalam kegiatan pem-bangunan
yang
sedang berlangsungmaupun
yang
akan dlakukan dalamjangka
pendek danjangka
panjang.Tujuan
Penlusunan
Rencana TataRuang Wilayah adalah
untukmewujudkan
rencana
pemanfaatanruang daerah Kota Bukiffinggi secara
terpadu,
serasi
dan
optimalberdasarkan kesesuaian, daya dukung
wilayah
dan
lingkungan
sertakebijaksanaan
nasional
maupundaerah. Sektor pariwisata
sebagaiprogram
utama
daerah
telahmenimbulkan peningkatan kebutuhan
komoditi
pertaniandiantaranya sayur
-
sa)ruran, buah-buahan daging dan lain-
lain.74 Yetmaneli : Potensi Wilayah Kata Bukittinggi dalam Pengembangan Usaha T'ernak sapi
_
Potong dan Kontribusirrya TerhadapPendapatanKegiatan yang diprioritaskan
oleh Pemerintah
Kota Bukittinggi
disektor
peternakanuntuk
memenuhikebutuhan
akan
daging
adalah: perluasantanaman
rumput
ternak,penambahan
populasi
ternak,melaksanakan
Inseminasi
Buatanuntuk
meningkatkanpopulasi
sapi unggul sebagai bakaian, pemanfaatanoptimal
SDA
seperti
penggunaanlahan efisien dan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah industri sebagai
pakan
tambahan
sapi
potong.,pemantapan kaswasan
sapi
potong,pelatihan sapta usaha sapi potong dan agribisnis usaha ternak sapi potong.
Semua
kegiatan tersebut
ditujukanuntuk menunjang program parawisata
yang
didukung
oleh
potensi
alam (iklim) dan pemasaran yang baik.Faktor Internal Usaha Sapi Potong.
Pakan dan
Air.
Ketersediaan pakandan
air
sangat erat kaitannya denganluas
dan
penggunaanlahan
padasektor
pertanian
dan
peternakan. Ketersediaan pakan dan air merupakanfaklor
internal yang berkaitan denganfaktor
eksternal
yaitu
iklim
dantopografi.
Keunggulan
lain
yang dimiliki
Kota
Bukittinggi
dalampengembangan
usaha
peternakankhususnya ternak sapi potong secara
kreman adalah tersedianya sisa hasil
pertanian
sebagaipakan
tambahanbagi ternak sapi.
Pakan tambahansangat
berpengaruhterhadap
per-tambahan
bobot
badanternak
sapi potong, salah satu contohnya adalahlimbah
industri kerupuk sanjai yangdapat
dijadikan
sebagai
pakankonsentrat. Sebagai daerah penghasil
produk
pertanian, kotoran
ternak diperlukan dalam menunjangpengem-bangan holtikultura dan sentra
buah-buahan.
Potensi
ini
dapat
dikelolaJurnal Peternakan Indonesia., I 2 ( I ) : 69-7 7, 2 007
secara optimum
bila
keterkaitan antarkomoditi ditata pada
kawasan-kawasan sentra
melalui
keterpaduanprogann.
Besamya
luas
lahan
pertanianpadi sawah dan lahan pertanian
non-padi merupakan potensi daerah yang memberikan peluang dalam pengem-bangan usaha ternak sapi potong di
Kota
Bukittinggi. Sawah
sebagaiusaha tanaman pangan
membantupeternak
dalam
menyediakan pakan ternak yang berasaldari
produk sisapertaniannya berupa dedak dan jerami.
Dedak dapat digunakan sebagai pakan
tambahan atau konsentrat sedangakan
jerami
membantu mencukupi kebu-tuhan ternak akan pakan rumput.Semua
limbah
pertanian dapat membantupeternak
di
Bukittinggidalam
memenuhi kebutuhan temaksapi
terhadap
pakan rumput
dan konsentrat.Limbah
pertanian
ber-potensi sebagai sumber pakan ternakdan kotoran ternak berpotensi dalam pengembangan
komoditas
pertanian lain.Limbah komoditi jagung berupa batang
jagung
mempeunyai peranan yang sangat penting sebagai sumberpakan
ternak
di
wilayah
KotaBukittinggi.
Batang
jagung
sangatpotensial sebagai subtitusi
pakanrumput.
Berdasarkan
pengalamanpeternak pemakaian batang jagung sangat
baik
sebagai substitusi pakanrumput
walaupun digunakan sampai100 %.
Dalam memenuhi kebutuhan air,
petani memanfaatkan
air
sungai danair
hujan.Kota Bukittinggi
memilikidua
buah
sungaikecil
yait
batang Tambuodan
batang Sianok. BatangTambuo
yang mengalir
di
bagiantimur kota
dimanfaatkan
untukmengairi
sawah. Sedangkan batangSianok
tidak
banyak
dimanfaatkanYetmaneli : Potensi Wilayah Kota Bukittinggi dalam Pengembangan Usaha Ternak
sapi
75 P ot ong dan Kontri businya Terhqdap P e ndepatanoleh petani karena berada pada daerah kerendahan.
Pemeliharaan ternak sapi potong
di
Bukittinggi
menunjukkan kebu-tuhan yang tidak begitu besar terhadap air minum. Halini
disebabkan karenakondisi
iklim
yang sejuk
danpemberian
pakan
konsentrat
yangsudah dicampur dengan air.
Ketersediaan Tenaga
Kerja.
Sesuaidengan potensi
yang
ad4
programDinas
PeternakanKota
Bukittinggidalam
pengembangan usaha ternaksapi
potong,
mengarahkan peternakagar
memanfaatkansecara
efisienwaktu/jam
kerja
petani.
Hal
ini biasanyaterdapat pada usaha
taniterpadu,jadi dalam
t
hari kerja petanidapat
rnengelola berbagai
macamkomoditi
pertanian.Antara
masing-masing
komoditi
pertanian tersebutmemiliki
hubungan
yang
salingmenguntungkan
dan
dapat
mening-katkan pendapatan petani-
ternak.Ketersediaan
Modal.
Peternak sapipotong
di
Bukittinggi
mempunyaimodal
dari
beragam
sumber,diantaranya adalah dari modal sendiri,
modal orang
lain dan
ada
bantuan modal dari pemerintah. Sumber dana yangdigunakan
untuk usahapeme-liharaan
sapi potong
dengan jalan memanfaatkanbantuan
pemerintah disebutjuga
dengan sistim gaduhan.Keuntungan
yang
didapat
diakhirperiode
pemeliharaandibagi
70
%untuk
peternak
dan
30
%
untukpemerintah. Keuntungan
yangdiperoleh pemerintah sebesar
30
%akan
digilirkan
kembalike
peternaklain.
Programini
dijalankanpeme-rintah daerah untuk membantu petani-petani
kecil
dalam penyediaan ternaksapi bakalan.
Sistim
pemeliharaan
dengan jalan memanfaatkan sumber dana dariorang
lain
disebut sistem
seduaan.Keuntungan
yang
didapat
diakhir periode pemeliharaan dibagi 50 % : 50To antara peternak dan sumber dana.
Kedua bentuk sumber modal
yang telah
digunakanoleh
peternaksapi
potong
di
Bukittinggi
terbuktitelah
banyak
membantudalam
hal permodalan. Modal pada usaha temaksapi
potong
kreman
umumnyaberbentuk
penambahan
populasitemak
sapi
bakalan.Biaya
terbesarbiasanya berasal
dari
pembelian sapibakalan
yang
sesuai
dan
cocoksehingga
keuntungan
akhir
yang didapat petemak cukup baik.Sedangkan
modal untuk
biayapakan,
obat
obatan
dan
biayaproduksi
lain
masih bisa diusahakansendiri
oleh
peternak.Untuk
pakanrumput,
peternak biasanya
tidakmembeli
karena berasaldari
lahansendiri. Sedangkan biaya untuk pakan
konsentrat
tidak terlalu
besar karenapemanfaatan
limbah
pertanian yangefektif
dan efisien
sepertikulit
ubi kayu, ampas tahu dan dedak.Penggunaan
Teknologi.
Sesuaidengan kebijakan Pemerintah Daerah
TK
II
Bukittinggi yang disusun dalamVisi
dan
Misi
Pembangunan KotaBuki$inggi tahun 2000
-
2005, maka pembangunan sub-sektor peternakanlebih
diarahkanpada
pembangunan peternakanrakyat
dengan
meman-faatkan teknologi
tepat
guna.Pemeliharaan
ternak
sapi
potong sudah membudaya dengan penerapanteknologi
pemeliharaanyang
sudahdikuasai oleh peternak
di
Bukittinggi.Penerapan
teknologi
di
setiapkecamatan
dapat
dilihat
pada
tabel berikut.76 Yetrnareli : Fotensi Wilayah Kota Bukiltinggi dalam Pengembangan Usaha Ternak sapi P otong dsn Kontribusirryo TerhadapPendapalan
Tabel
2.
Penerapan Teknologi Pada Usaha ternak Sapi Potong per Kecamatan di Kota BukittinggiKecamatan Penerapan Teknologi (%)
Bibit
Unggul
Pengadaan bibit dg IB PemeliharaanI 2 J MKS AB 13 GP 25 25 30 75 70 80 100 100 90 100 100 90
Tabel 3. Kontribusi Usaha Ternak Sapi Potong terhadap Pendapatan Keluarga
Strata
Pendapatan Keluarga(Rp)
Pendapatan dari ternak sapi(Rp)
Kontribusi (%)I
II
ilI
9.225.652 13.715.490 9.391.933 1.669.006 3.380.140 5.391933 18,09 24,64 57,41Tabel 2 menunjukkan penerapan teknologi pada usaha peternakan sapi
potong
di
ketiga
kecamatan sudahtinggi terutama dalam hal penggunaan
bibit
unggul, pengadaanbibit
secaraIB
dan
pemeliharaan. Sedangkanpenanaman
rumput
sebagai sumber pakan utamatemak
memang masih terbatas. Penggunaan lahan-lahan nonproduktif
seperti tanggul
saluran,lerengJereng
tebing
dan pekaranganbelum
dimanfaatkan secara optimal.Inilah
yang
menjadi
salah
satupembatas berkembangnya sapi potong. Potensi
ini
perlu dikembangkan olehpemerintah
daerah
sehinggapenggunaan
lahan
bisa
dilakukansecara optimum.
Penerapan
teknologi
padapengadaan
bibit
dan
pemilihan
rasternak
sapi telah
dilakukanpeningkatan
produktifitasnya
oleh pemerintah daerah. Peningkatanpro-duktifitas
dan mutu
genetik
ternakdilakukan
melalui
program
persi-langan dengan teknologiIB.
Beberapapengalaman
di
lapangan
mem-perlihatkan
bahwa
persilanganSimental
lebih
unggul
dari
bangsa pejantanlain
(Brahman, Limousine,Charoloise,
dan
Ongole).
Namundemikian
untuk
memprogramkanJurnal P e te rnakon Indone si a., I 2 ( I ) : 69-7 7, 2 00 7
Simmentalisasi memerlukan penga-matan efisiensi penggunaan pakan dan
efisiensi usaha.
Peternak
lebih
menyukai
rasSimental
disebabkanoleh
perfor-mannya yang bagus dan pertambahanbobot
badannyayang
lebih
cepat. Keunggulanras
ini
ditunjang
olehfaktor iklim
yang cocok dan
teknispemeliharaan
yang
baik
sehinggausaha
peternakansapi
potong
diBukittinggi
sudah menjadi salah satusumber
pendapatankeluarga
yang banyak diminati oleh petani{ernak di Bukittinggi.Kontribusi Ternak
Sapi
Kremant e r hadap P e ndap at an Ke luarga
Besarnya
kontribusi
usahaternak
sapi
kreman
terhadappendapatan keluarga sagat ditentukan
oleh
pendapatan
di
luar
usahapetemakan.
Bukittinggi
merupakan salah satu DaerahTK
II
di
SumateraBarat yang
penduduknya sebagianbesar bermata pencarian perdagangan.
Kontribusi
usaha
ternak
sapikreman
bagi
pendapatan keluargapetani temak
di
Bukittinggi
juga sangat ditentukan oleh potensi wilayah Kota Bukittinggi yang cukup terbuk4transportasi dan fasilitas yang lancar
Yetmaneli : Potensi Wilayah Kota Bukittinggi dalam Pengembangan Usaha Ternak sapi P otong dan Kontri businya TerhadapP endapatan
oleh petani karena berada pada daerah kerendahan.
Pemeliharaan temak sapi potong
di
Bukittinggi
menunjukkan kebu-tuhan yang tidak begitu besar terhadap air minum. Halini
disebabkan karenakondisi
iklim
yang sejuk
danpemberian
pakan
konsentrat
yangsudah dicampur dengan air.
Ketersediaan Tenaga
Kerja.
Sesuaidengan
potensi
yang
ad4
programDinas
PetemakanKota
Bukittinggidalam
pengembangan usaha ternaksapi
potong,
mengarahkan petemakagar
memanfaatkansecara
efisienwaktu/jam
kerja
petani.
Hal
ini biasanyaterdapat pada usaha
taniterpadu,
jadi
dalamI
hari kerja petanidapat
rnengelola berbagai
macamkomoditi
pertanian.Antara
masing-masing
komoditi
pertanian tersebutmemiliki
hubungan
yang
salingmenguntungkan
dan
dapat
mening-katkan pendapatan petani-
ternak.Ketersediaan
Modal.
Peternak sapipotong
di
Bukittinggi
mempunyaimodal
dari
beragam
sumber,diantaranya adalah dari modal sendiri,
modal orang
lain dan
ada
bantuan modal dari pemerintah. Sumber dana yangdigunakan
untuk usahapeme-liharaan
sapi potong
dengan jalan memanfaatkanbantuan
pemerintah disebutjuga
dengan sistim gaduhan.Keuntungan
yang
didapat
diakhirperiode
pemeliharaandibagi
70
%untuk
peternak
dan
30
%
untukpemerintah. Keuntungan
yangdiperoleh pemerintah sebesar
30
%akan
digilirkan
kembalike
petemaklain.
Programini
dijalankanpeme-rintah daerah untuk membantu petani-petani
kecil
dalam penyediaan temaksapi bakalan.
Sistim
pemeliharaan
dengan jalan memanfaatkan sumber dana dariorang
lain
disebut sistem
seduaan.Keuntungan
yang
didapat
diakhir periode pemeliharaan dibagi 50 % : 50Yo arftaru peternak dan sumber dana.
Kedua bentuk sumber modal
yang telah
digunakanoleh
petemaksapi
potong
di
Bukittinggi
terbuktitelah
banyak
membantudalam
hal permodalan. Modal pada usaha ternaksapi
potong
kreman
umumnyaberbentuk
penambahan
populasitemak sapi
bakalan.Biaya
terbesarbiasanya berasal
dari
pembelian sapibakalan
yang
sesuai
dan
cocoksehingga
keuntungan
akhir
yangdidapat petemak cukup baik.
Sedangkan
modal untuk
biayapakan,
obat
obatan
dan
biayaproduksi
lain
masih bisa diusahakansendiri
oleh
peternak.Untuk
pakanrumput,
peternak biasanya
tidakmembeli
karena berasaldari
lahan sendiri. Sedangkan biaya untuk pakan konsentrattidak terlalu
besar karenapemanfaatan
limbah
pertanian yangefektif
dan efisien
sepertikulit
ubi kayu, ampas tahu dan dedak.Penggunaan
Teknologi.
Sesuaidengan kebijakan Pemerintah Daerah
TK
II
Bukittinggi yang disusun dalamVisi
dan
Misi
Pembangunan KotaBukittinggi tahun 2000
-
2005, maka pembangunan sub-sektor peternakanlebih
diarahkanpada
pembangunan peternakanrakyat
dengan
meman-faatkan teknologi
tepat
guna.Pemeliharaan
temak
sapi
potong sudah membudaya dengan penerapanteknologi
pemeliharaanyang
sudahdikuasai oleh peternak
di
Bukittinggi.Penerapan
teknologi
di
setiapkecamatan
dapat
dilihat
pada
tabel berikut.76 Yetmaneli : Potensi wilayah Kota Bukittinggi dalam Pengembangan usoha Ternak sapi Potons dan KonttibusinYa Tt endapatan
Tabel
2.
Penerapan Teknologi Pada Usaha ternak Sapi Potongpef
Kecamatandi Kota Bukittinggi
Kecamatan Tekno
Bibit
u
bibit de IB Pakan25 25 30 MKS AB 13 GP 75 70 80 r00 100 90
Tabel 3. Kontribusi Usaha Ternak Sapi Potong terhadap Pendapatan Keluarga
Kelu dari ternak Kontribusi (%
9.225.652 t3.715.494 9.391.933 1.669.006 3.380.140 s.391933 18,09 24,64 57,41 T
il
TIITabel 2 menunjukkan Penerapan
teknologi pada usaha peternakan sapi
potong
di
ketiga
kecamatan sudahtinggi terutama dalam hal penggunaan
bibit
unggul, pengadaanbibit
secaraIB
dan
pemeliharaan. Sedangkanpenanaman
rumput
sebagai sumber pakan utamatemak
memang masihterbatas. Penggunaan lahan-lahan non
produktif
seperti tanggul
saluran,lereng-lereng
tebing
dan pekaranganbelum
dimanfaatkan secara optimal.Inilah
yang
menjadi
salah
satupembatas berkembangnya sapi potong. Potensi
ini
perlu dikembangkan olehpemerintah
daerah
sehinggapenggunaan
lahan
bisa
dilakukansecara optimum.
Penerapan
teknologi
Padapengadaan
bibit
dan
pemilihan
rasternak sapi telah
dilakukanpeningkatan
produktihtasnya
oleh pemerintah daerah. Peningkatanpro-duktifitas
dan mutu
genetik
ternakdilakukan
melalui
program
persi-langan dengan teknologiIB.
Beberapapengalaman
di
lapangan
mem-perlihatkan
bahwa
persilanganSimental
lebih
unggul
dari
bangsa pejantanlain
(Brahman, Limousine,Charoloise,
dan
Ongole).
Namundemikian
untuk
memprogramkanJurrwl P e ternakon I ndonesia., I 2 ( I ) : 69- 7 7, 2 0 0 7
Simmentalisasi memerlukan
penga-matan efisiensi penggunaan pakan dan
efisiensi usaha.
Petemak
lebih
menYukai rasSimental
disebabkanoleh
Perfor-mannya yang bagus dan Pertambahanbobot
badannyayang
lebih
cepat. Keunggulanras
ini
ditunjang
olehfaktor iklim
yang cocok dan
teknispemeliharaan
yang
baik
sehinggausaha petemakan
sapi
Potong
diBukittinggi
sudah menjadi salah satusumber
pendapatankeluarga
Yangbanyak diminati oleh petaniternak di Bukittinggi.
Kontribusi
Ternak
Sapi
Kreman terhadap P endapatan KeluargaBesarnya
kontribusi
usahaternak
sapi
kreman
terhadaPpendapatan keluarga sagat ditentukan
oleh
pendapatan
di
luar
usahapetemakan.
Bukittinggi
merupakan salah satu DaerahTK
II
di
SumateraBarat yang
penduduknya sebagianbesar bermata pencarian perdagangan.
Kontribusi
usaha
ternak
sapikreman
bagi
pendapatan keluargapetani
ternak
di
Bukittinggi
juga sangat ditentukan oleh potensi wilayah Kota Bukittinggi yang cukup terbuka, transportasi dan fasilitas yang lancarYetmaneli : Potensi Wilayah Kota Bukittinggi dalam Pengembangan (Jsaha Ternak
sapi
77 P otong dan {ontribusinya TerhadapPendapatanseda dekat
denganpusat
kegiatan ekonorni. Semua sarana dan prasaranatersebut rnemungkinkan petani-ternak
menjangkau
dan
menggali
sumberpendapatan
di luar
pertanian/peternakan.
Hal
ini
juga
sangat dipengaruhioleh
kenyataan denganterbatas lahan yang digarap. Rata-rata kontribusi usaha ternak sapi kreman per periode pemeliharaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Pada
tabel
diatas
terlihatpeternak pada strata
I
(pemeliharaanl-3
ekor) memiliki kontribusi terhadap pendapatan keluarga sebesar 18,09 yo,peternak pada strata
II
(pemeliharaan4-6 ekor) 24,67 oA dan petemak pada
strata
III (
pemeliharaanekor)57,41
%.
Kondisi
diatasmeng-gambarkan
dengan semakin
me-ningkatnya
jumlah
sapi
akan meningkatkankontribusi
usahape-ternakan terhadap
pendapatanke-luarga. Walaupun ketersediaan lahan
yang
terbatas,
petani ternak
diBukittinggi mampu
memanfaatkanpotensi
yang ada
seefisien
danseefektif mungkin dalam
pengem-bangan
sektor pertanian danpeter-nakan
sehinggadapat
memberikankontribusi
yang
nyata
terhadap pendapatan keluarga.Kesimpulan
Potensi wilayah
KotaBukittinggi
sangat mendukung dalampengembangan
usaha
ternak
sapipotong
secara kremanbaik
ditinjaudari faktor eksternal
(iklim,
topografi, aspek pasar, sarana-
prasarana, ke-lembagaan dan kebijakan pemerintah)maupun
faktor
intemal
(ketersedianpakan
dan
air,
ketersediaan tenagakerja,
ketersediaan
modal
danteknologi yang digunakan. Sedangkan kontribusi yang diberikan oleh usaha
ternak
sapi
kreman
terhadappendapatan keluarga
petani
adalah; strataI
18,09 yo, startaII
24,67 o/o danstrataIII 57,41o .
Daftar
PustakaBalai
Informasi
dan
PenyuluhanPertanian (BIPP) Daerah TK.
il
Bukittinggi, 2000.
DataPotensi Wilayah.
BIPP,Bukittinggi.
Dinas
Petemakan
TK.I
ProvinsiSumatera
Barat.
2006. Statistika Peternakan ProvinsiSumatera Barat.
Dinas
Petemakan
TK.II
KotaBukittinggi.
1998.
ProgramPenyelenggaraan
PenyuluhPertanian
Kota
Bukittinggi.Bukittinggi
Santos4
U.
1999. Prospek AgribisnisUsaha Ternak Pedet. Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sosroamidjojo,
S.
1985.
TemakPotong
dan Kerja.
Cetakanke-10. Penerbit
PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.Alamat korespondensi: Yetmaneli, S.Ft,
Mp
Jurusan Produksi Ternak Fakultas peternakan
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis
Padang
Di te r ima: 2 J anuari 2007, D i s e tuj
ui:
30 J anuari200j