• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variasi Ketebalan Papan Dan Waktu Pengeringan Dengan Gelombang Mikro Terhadap Kualitas Kayu Durian (Durio ZIBETHINUS Murr.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Variasi Ketebalan Papan Dan Waktu Pengeringan Dengan Gelombang Mikro Terhadap Kualitas Kayu Durian (Durio ZIBETHINUS Murr.)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI KETEBALAN PAPAN DAN WAKTU

PENGERINGAN DENGAN GELOMBANG MIKRO

TERHADAP KUALITAS KAYU DURIAN

(Durio zibethinus

Murr.

)

SKRIPSI

DEDY MARITO PANDIANGAN 081203026

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRACT

DEDY Marito Pandiangan : Board Thickness Variation and Drying Time on the Quality of Micro wave Wood Durian ( Durio zibethinusi Murr .). RUDI HARTONO and guided by TITO SUCIPTO .

Durian wood is a type of timber from community forest are commonly used as a wood carpentry . The purpose of this study is to evaluate the physical and mechanical properties of wood durian after microwave heating with time and different thicknesses . Durian wood thickness variations were tested in this study was 2 cm , 4 cm and 6 cm and length of heating with microwaves is 0 minutes , 5 minutes , 10 minutes and 15 minutes as much as 3 replications . The results of measurements of physical properties based on the British Standard ( BS : 373 . 1957) suggests testing the water content ranges from 28.17 % -90.08 % , a density range of 0.53 g/cm3-0 , 0.82 g/cm3 , depreciation ranged from 2 , 27 % -6.95 % . In testing the mechanical properties of durian wood MOE values obtained ranged kg/cm3-84054 kg/cm3 64129 , MOR values ranged from 573.23 kg/cm3-709 , 03 kg/cm3 and value hit 240.83 kg/cm3-284 parallel fibers , 08 kg/cm3 . Microwave heat treatment on durian wood causes decreased water content and density of the wood , while the mechanical properties of thick wooden significantly affect MOR , and does not significantly affect the MOE and press the parallel fibers.

(3)

ABSTRAK

DEDY MARITO PANDIANGAN: Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan gelombang Mikro Terhadap Kualitas Kayu Durian (Durio zibethinusi Murr.). Dibimbing oleh RUDI HARTONO dan TITO SUCIPTO.

Kayu durian merupakan jenis kayu dari hutan rakyat yang biasa digunakan sebagai bahan kayu pertukangan. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi sifat fisis dan mekanis kayu durian setelah pemanasan gelombang mikro dengan waktu dan ketebalan yang berbeda. Variasi tebal kayu durian yang diuji pada penelitian ini adalah 2 cm, 4 cm dan 6 cm dan lama pemanasan dengan gelombang mikro adalah 0 menit, 5 menit, 10 menit dan 15 menit sebanyak 3 ulangan. Hasil pengukuran sifat fisis berdasarkan British Standard (BS : 373. 1957) menunjukkan pengujian kadar air berkisar 28,17%-90,08%, kerapatan berkisar 0,53 g/cm3–0,82 g/cm3, penyusutan berkisar 1,75%-6,95%. Pada pengujian sifat mekanis diperoleh nilai MOE kayu durian berkisar 64.129 kg/cm3–84.053 kg/cm3, nilai MOR berkisar 573,2 kg/cm3–744,16 kg/cm3 dan nilai tekan sejajar serat 240 kg/cm3–283,1 kg/cm3. Perlakuan pemanasan gelombang mikro dapat menyebabkan penurunan kadar air, tapi akan meningkatkan kerapatan kayu. Sedangkan nilai susut volume dan nilai mekanis kayu bervariasi.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Parsingkaman pada tanggal 13 Mei 1990 dari Ayah

Nelson Pandiangan dan Ibu Restiga Pardede. Penulis merupakan anak ketiga dari

enam bersaudara.

Pada tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 173148 Adiankoting,

tahun 2005 penulis lulus dari SMP Negeri 2 Adiankoting. Pada tahun 2008

penulis lulus dari SMA Negeri 1 Adiankoting dan pada tahun yang sama penulis

lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk

Bersama (UMB). Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada tahun 2010 penulis melakukan kegiatan Pengenalan Ekosistem

Hutan (PEH) di Lau Kawar dan Deleng Lancuk. Tahun 2012 penulis melakukan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di KPH Garut Jawa Barat. Tahun 2013 penulis

melakukan penelitian yang berjudul Variasi Ketebalan Papan dan Waktu

Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Durian (Durio

zibethinus Murr.) dibawah bimbingan Dr. Rudi Hartono, S.Hut, M.Si dan Tito

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Variasi

Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro Terhadap

Kualitas Kayu Durian (Durio zibethinusi Murr.)” dengan baik dan tepat waktu.

Kayu memang sangat mudah didapatkan dalam berbagai bentuk serta

ukuran di kota besar maupun di daerah pedesaan. Akan tetapi, untuk mendapatkan

jenis yang cocok dengan keinginan kita sudah semakin sulit karena sifat-sifat

kayu yang ada sangat rendah. Dengan kemajuan teknologi, kesulitan mencari

kayu yang memiliki sifat fisis atau mekanis yang bagus kini mulai dapat teratasi.

Melalui gelombang mikro kayu dapat dikeringkan lebih cepat dan merata dengan

sifat fisis dan mekanis yang cukup bagus.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi

pembimbing Bapak Dr. Rudi Hartono, S.Hut, M.Si selaku ketua komisi

pembimbing dan Bapak Tito Sucipto, S.Hut, M.Si selaku anggota komisi

pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan

berharga kepada penulis mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai

menyelesaikan hasil penelitian.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada yang tersayang Ayahanda

Nelson Pandiangan, Ibunda Restiga Pardede, saudara-saudaraku Rezeki

Pandiangan, S.T, Martamba Sihar Pandiangan, Julinando Pandiangan, Melvi

Angelina Pandiangan dan Aldi Swandi Pandiangan atas seluruh doa, motivasi dan

perhatiannya. Terima kasih juga kepada seluruh teman seperjuangan stambuk

(6)

Tampubolon) serta semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moral,

spiritual, dana dan materi dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga

skripsi ini bermanfaat.

Medan, November 2013

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DARTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN

Tanur Gelombang Mikro ... 9

1. Prinsip Pemanasan Tanur Gelombang Mikro ... 11

2. Pemanasan dengan Tanur Gelombang Mikro ... 12

3. Faktor yang Mempengaruhi Pemanasan Gelombang Mikro ... 13

a. Tipe Oven Gelombang Mikro ... 13

b. Sifat Materi terhadap Gelombang Mikro ... 14

4. Aplikasi Pemanasan Gelombang Mikro ... 15

Pengenalan Jenis Kayu Durian (Durio zibethinus Murr) ... 16

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Prosedur Penelitian 1. Persiapan Bahan Baku ... 18

2. Pemanasan dengan Gelombang Mikro (Microwave) ... 19

3. Pemotongan Contoh Uji ... 20

4. Pengujian Sifat Fisis Mekanis ... 21

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sifat Fisis Kayu ... 26

1. Kadar Air ... 26

2. Kerapatan ... 30

3. Penyusutan kayu ... 32

4. Degradasi Kadar Air ... 34

B. Sifat Mekanik Kayu ... 33

1. Modulus of Elasticity (MOE) ... 36

2. Modulus of Rupture (MOR) ... 38

3. Keteguhan Tekan Sejajar Serat ... 40

Rekapitulasi kualitas kayu durian ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Penurunan kadar air kayu durian ... 27

2. Perbandingan frekuensi pori, diameter pori dan tilosis kayu durian, terap dan gmelina ... 28

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Alat tanur gelombang mikro ... 12

2. Kayu durian, (a) kayu durian berbentuk log, (b) pemotongan kayu durian, (c) contoh uji kayu durian ... 19

3. Pemanasan kayu durian dengan microwave ... 20

4. Pembagian contoh uji ... 20

5. Pemotongan untuk contoh uji degradasi KA ... 21

6. Pengujian contoh uji MOE dan MOR ... 23

7. Pengujian contoh uji keteguhan tekan sejajar serat ... 24

8. Nilai kadar air kayu durian. ... 26

9. Nilai kerapatan kayu durian ... 30

10. Nilai penyusutan volume kayu durian ... 32

11. Nilai degradasi kadar air kayu durian pada ketebalan dengan lama pemanasan 5 menit ... ……… 34

12. Nilai MOE kayu durian ... 36

13. Nilai MOR kayu durian ... 39

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Nilai KA, kerapatan, dan penyusutan volume kayu durian ... 48

2. Nilai degradasi kadar air kayu durian ... 50

3. Nilai MOE, MOR, dan tekan sejajar serat ... 52

4. Hasil analisis ragam kadar air kayu durian ... 54

5. Hasil analisis ragam kerapatan kayu durian ... 55

6. Hasil analisis ragam penyusutan volume kayu durian ... 56

7. Hasil analisis ragam MOE kayu durian ... 57

8. Hasil analisis ragam MOR kayu durian ... 57

9. Hasil analisis ragam tekan sejajar serat ... 57

(12)

ABSTRACT

DEDY Marito Pandiangan : Board Thickness Variation and Drying Time on the Quality of Micro wave Wood Durian ( Durio zibethinusi Murr .). RUDI HARTONO and guided by TITO SUCIPTO .

Durian wood is a type of timber from community forest are commonly used as a wood carpentry . The purpose of this study is to evaluate the physical and mechanical properties of wood durian after microwave heating with time and different thicknesses . Durian wood thickness variations were tested in this study was 2 cm , 4 cm and 6 cm and length of heating with microwaves is 0 minutes , 5 minutes , 10 minutes and 15 minutes as much as 3 replications . The results of measurements of physical properties based on the British Standard ( BS : 373 . 1957) suggests testing the water content ranges from 28.17 % -90.08 % , a density range of 0.53 g/cm3-0 , 0.82 g/cm3 , depreciation ranged from 2 , 27 % -6.95 % . In testing the mechanical properties of durian wood MOE values obtained ranged kg/cm3-84054 kg/cm3 64129 , MOR values ranged from 573.23 kg/cm3-709 , 03 kg/cm3 and value hit 240.83 kg/cm3-284 parallel fibers , 08 kg/cm3 . Microwave heat treatment on durian wood causes decreased water content and density of the wood , while the mechanical properties of thick wooden significantly affect MOR , and does not significantly affect the MOE and press the parallel fibers.

(13)

ABSTRAK

DEDY MARITO PANDIANGAN: Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan gelombang Mikro Terhadap Kualitas Kayu Durian (Durio zibethinusi Murr.). Dibimbing oleh RUDI HARTONO dan TITO SUCIPTO.

Kayu durian merupakan jenis kayu dari hutan rakyat yang biasa digunakan sebagai bahan kayu pertukangan. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi sifat fisis dan mekanis kayu durian setelah pemanasan gelombang mikro dengan waktu dan ketebalan yang berbeda. Variasi tebal kayu durian yang diuji pada penelitian ini adalah 2 cm, 4 cm dan 6 cm dan lama pemanasan dengan gelombang mikro adalah 0 menit, 5 menit, 10 menit dan 15 menit sebanyak 3 ulangan. Hasil pengukuran sifat fisis berdasarkan British Standard (BS : 373. 1957) menunjukkan pengujian kadar air berkisar 28,17%-90,08%, kerapatan berkisar 0,53 g/cm3–0,82 g/cm3, penyusutan berkisar 1,75%-6,95%. Pada pengujian sifat mekanis diperoleh nilai MOE kayu durian berkisar 64.129 kg/cm3–84.053 kg/cm3, nilai MOR berkisar 573,2 kg/cm3–744,16 kg/cm3 dan nilai tekan sejajar serat 240 kg/cm3–283,1 kg/cm3. Perlakuan pemanasan gelombang mikro dapat menyebabkan penurunan kadar air, tapi akan meningkatkan kerapatan kayu. Sedangkan nilai susut volume dan nilai mekanis kayu bervariasi.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kayu merupakan bahan baku yang banyak digunakan oleh manusia sejak

dahulu sampai sekarang baik sebagai bahan bangunan (kontruksi), perabotan

rumah tangga, mebel, maupun dalam penggunaan lainnya sejak berabad-abad lalu.

Peranan kayu dalam kehidupan manusia semakin meningkat sejalan dengan

perkembangan kesejahteraan manusia. Maka karena itu pengelolaan kayu harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dapat dikembangkan untuk kesejahteraan

manusia.

Jenis kayu dari hutan rakyat seperti durian (Durio zibethinus Murr.)

sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kayu. Kayu durian

tergolong jenis kayu yang relatif ringan dan memiliki tingkat keawetan yang agak

rendah. Permukaan kayu pada kayu durian memiliki sedikit perbedaan jika

dibandingkan dengan jenis kayu lain. Kayu durian mudah dikeringkan, mudah

dikerjakan serta memiliki sifat dekoratif yang baik. Namun dalam penggunaannya

kayu durian terlebih dahulu dikeringkan untuk mencapai kadar air lingkungan

tertentu atau kadar air yang sesuai dengan kondisi udara pada saat kayu tersebut

ditempatkan.

Secara umum pengeringan kayu dapat dilakukan dengan beberapa

metode. Pada dasarnya metode pengeringan terbagi atas dua golongan yaitu

pengeringan kayu secara alami dan pengeringan kayu dengan kilang pengering.

Metode pengeringan dengan kilang pengering terbagi lagi atas dua bagian yaitu

(15)

yang dikenal dengan penggunaan pemanasan dengan gelombang mikro

(microwave).

Metode pengeringan kayu dengan menggunakan gelombang mikro

(microwave) memiliki frekwensi yang tinggi mulai digunakan dalam pengeringan

kayu. Waktu pengeringan dan biaya operasi yang diperlukan dalam pengeringan

gelombang mikro dapat diturunkan hingga 1/3-1/5 dari biaya pengeringan udara

panas secara konvensional. Pengeringan ini juga mampu mengeringkan berbagai

jenis kayu dalam beberapa jam saja sampai kadar airnya 8%-10% (Sribuono,

2000). Pengeringan dengan gelombang mikro dapat dilakukan pada berbagai jenis

kayu asal disesuaikan dengan sifat dan karakteristik kayu tersebut. Pemanfaatan

energi gelombang mikro untukpengeringan kayu dapat dilakukan dalam waktu

lebih cepat lagi jika tanur gelombang mikro dipasang pada frekuensi tertentu.

Teknologi pengeringan dengan menggunakan gelombang mikro

merupakan terobosan baru dalam teknologi pengeringan kayu. Teknologi ini

belum banyak digunakan untuk skala industri. Pengeringan ini dapat

mengeringkan kayu dalam waktu yang singkat sehingga energi yang terpakai juga

semakin sedikit. Peluang cacat akibat pengeringan juga dapat dikurangi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan adalah

tebal kayu. Semakin tebal papan maka kecepatan pengeringan kayu akan semakin

menurun. Begitu juga dengan lama pemanasan mempengaruhi pengeringan.

Semakin lama waktu pemanasan maka semakin kering kayu yang dipanaskan.

Pada jenis kayu durian belum diketahui bagaimana pengaruh ketebalan dan lama

pemanasan terhadap pengeringan kayu dengan menggunakan microwave. Oleh

(16)

Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Durian

(Durio zibethinus Murr.)”.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengevaluasi sifat fisis kayu durian setelah pemanasan gelombang mikro

dengan waktu dan ketebalan yang berbeda.

2. Mengevaluasi sifat mekanis durian setelah pemanasan gelombang mikro

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Ciri Umum Kayu

Mandang dan Pandit (1997) menjelaskan sifat-sifat umum kayu berikut:

a. Warna dan Corak

Warna kayu berkisar dari hampir putih sampai hitam, ada yang polos dan

ada pula yang terdiri atas dua macam warna atau lebih, sehingga tampak seperti

ada coraknya. Corak yang ada pada suatu jenis kayu dapat ditimbulkan oleh

perbedaan warna antara kayu awal dan kayu akhir dari lingkar tumbuh.

b. Tekstur

Tekstur kayu berkenaan dengan kualitas permukaan yang ditentukan oleh

ukuran relatif sel penyusun. Tekstur suatu jenis kayu dikatakan halus jika

sel-selnya, terutama pembuluh dan jari-jari, berukuran kecil-kecil. Tekstur suatu jenis

kayu dikatakan kasar jika sel-selnya berukuran relatif besar.

c. Arah Serat

Arah serat pada sepotong kayu mudah ditetapkan berdasarkan arah sel-sel

pembuluh yang pada permukaan kayu tampak seperti goresan-goresan. Kayu

dikatakan berserat lurus jika pembuluh dan sel-sel aksial lainnya membentang

searah dengan sumbu batang. Kayu dikatakan berserat melintang jika arah

bentangan pembuluh membentuk sudut terhadap sumbu batang pohon.

d. Kilap

Suatu jenis kayu dikatakan menkilap jika permukaannya bersifat

memantulkan cahaya. Ada jenis-jenis kayu yang kusam, ada yang agak

(18)

e. Kesan raba

Kesan raba dinilai licin atau kesat dengan menggosok-gosokkan jari ke

permukaan kayu. Biasanya kayu yang mempunyai tekstur yang halus serta berat

jenis yang tinggi menimbulkan kesan raba yang licin.

f. Bau

Pada umumnya kayu mempunyai bau tertentu apalagi waktu masih segar.

Bau harum merupakan ciri beberapa jenis kayu yang tergolong suku Lauraceae,

Santalaceae dan Magnolioceae.

g. Kekerasan

Kekerasan dinilai sangat lunak, lunak, agak lunak, agak keras, keran dan

sangat keras. Jenis-jenis kayu yang tergolong lunak adalah pulai dan jelutung.

Sedangkan jenis-jenis yang tergolong sangat keran adalah ulin, lara dan

sonokeling.

Kayu adalah bahan yang sangat kompleks, serbaguna pemakaiannya dan

mempunyai sifat yang berbeda dengan yang lainnya. Penggunaan kayu tidak

selalu memerlukan keahlian yang tinggi. Kayu banyak digunakan sebagai bahan

bangunan, perabot, kerajinan patung, peti kemas, alat angkutan dan penggunaan

lainnya dalam berbagai industri. Sebagai bahan bangunan, kayu salah satu produk

yang paling sederhana, paling mudah digunakan, dapat dipotong dan dibentuk

dengan mudah serta mudah dipasang. Kayu tersusun atas sel-sel kecil,

masing-masing memiliki struktur lubang-lubang kecil, selaput dan dinding-dinding yang

berlapis-lapis rumit. Kemudahan kayu untuk diubah menjadi suatu produk dan

lama dipergunakan tergantung pada pengetahuan praktis dan strukturnya

(19)

Kayu dapat disebut sebagai polimer alami, mengingat 97-99% bobotnya

sebagai polimer. Jaringan kayu merupakan bahan komposit yang dibangun dari

berbagai polimer organik, yakni molekul yang terbuat dari ribuan sub unit atau

monomer (Achmadi, 1990).

Kayu bersifat higroskopis yaitu kayu yang mengikat dan melepaskan air

sesuai dengan temperatur dan kelembaban udara relatif sekitarnya. Kayu juga

bersifat anisotropis yaitu kembang susut pada tiga arah sumbunya tidak sama

besar (Kollman, et al, 1968).

Sifat fisikomekanik kayu ditentukan oleh tiga ciri yaitu (1) porositasnya

atau proporsi volume rongga, yang dapat diperkirakan dengan mengukur

kerapatannya; (2) oeganisasi struktur sel, yang meliputi struktur mikro dinding

sel, variasi dan proporsi tipe-tipe sel, dan (3) kandungan air (Haygreen dan

Bowyer, 2003).

Sifat Fisik Kayu

Menurut Kasmudjo (2010) yang termasuk pada sifat fisik kayu antara lain

kadar air kayu, penyusutan dan perubahan dimensi kayu, berat jenis kayu, sifat

termis kayu, sifat elektrisnya, sifat resonansi dan akustiknya, daya apung dan

layang, sifat energi dan sebagainya. Beberapa sifat fisis kayu antara lain :

a. Kadar air kayu

Kadar air kayu merupakan banyaknya air yang terdapat dalam kayu,

dinyatakan dalam persentase terhadap berat kering tanurnya. Kandungan air

dalam kayu berupa air bebas yang terdapat di dalam pembuluh sel dan air ikatan

(20)

b. Perubahan dimensi kayu

Pengurangan kadar air kayu di bawah titik jenuh serat (kurang dari 25%)

akan menyebabkan penyusutan dimensi kayu, sedang penambahan kadar air kayu

akan menyebabkan pengembangan dimensi kayu. Penyusutan kayu umumnya

sama dengan pengembangan dimensi kayu dan disebut dengan perubahan

dimensi kayu. Penyusutan kayu lebih penting untuk diketahui karena dapat

menyebabkan perubahan dimensi (ukuran) kayu. Penyusutan kayu (dimensi

kayu) terjadi saat kondisi kayu di bawah titik jenuh serat, tetapi belum mencapai

kadar air seimbang (antara 18-25%) (Kasmudjo, 2010).

c. Berat jenis kayu

Berat jenis kayu adalah perbandingan antara kerapatan kayu tersebut

dengan kerapatan benda standar. Besarnya berat jenis pada tiap-tiap kayu

berbeda-beda dan tergantung kandungan zat-zat dalam kayu, kandungan

ekstraktif serta kandungan air kayu, disamping ukuran sel kayunya (Kasmudjo,

2010)

d. Kerapatan

Kerapatan adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap

volumenya. Pada suhu 40C, air mempunyai kerapatan sebesar 1 gram/cm3 dan

oleh karena itu air pada suhu tersebut dijadikan sebagai benda standar (Brown et

al., 1949).

(21)

Sifat kekakuan kayu adalah ukuran kemampuan kayu untuk

mempertahankan bentuk aslinya akibat adanya beban yang cenderung mengubah

bentuk dan ukuran benda. Setiap benda yang dibebani akan mengalami

perubahan bentuk baik berupa beban tekan, tarik lentur maupun geser. Besar

kecilnya perubahan bentuk akibat beban ini dipngaruhi sifat kekakuan benda

yang bersangkutan. Semakin kaku kayu tersebut, maka semakin sulit pula kayu

tadi untuk dirubah bentuknya, demikian pula sebaliknya. Sifat kekakuan ini

biasanya disimbolkan dengan modulus of elasticity (MOE) (Mardikanto, dkk,

2011).

b. Sifat Keteguhan Patah

Sifat keteguhan patah sering pula disebut dengan modulus geser.

Kekuatan geser kayu adalah ukuran kemampuan kayu untuk menahan gaya yang

cenderung untuk menggeser satu bagian dengan bagian yang lainnya pada kayu

yang sama. Dengan adanya beban ini akan timbul tegangan geser. Geseran yang

terjadi dapat berupa geser sejajar serat (shear parallel/along to grain), geser

tegak lurus serat (shear across the grain atau shear perpendicular to grain),

geser miring serat (oblique shear), serta geser antar serat (rolling shear). Sifat

keteguhan ini biasanya disimbolkan dengan modulus of rupture (MOR)

(Tsoumis, 1991).

c. Kekuatan tekan

Pengujian tekan pada arah tegak lurus serat dapat berupa tekanan pada

seluruh permukaan kayu atau tekanan pada sebagian permukaan kayu. Tekanan

sejajar serat atau “endwise compression” banyak terjadi dalam praktek bila kayu

(22)

jendela serta bagian yang lainnya. Komponen bangunan semacam ini akan

menerima beban yang cenderung mendesaknya atau memendekkannya pada arah

memanjang atau sejajar serat. Pada kasus batang yang menerima beban tekan

sejajar serat, dibedakan antara tiang yang panjang dan batang yang pendek

(Mardikanto, dkk, 2011).

Tanur Gelombang Mikro (Micowave Oven)

Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik. Energi gelombang

mikro merupakan radiasi non-ionisasi yang dapat menyebabkan pergerakan

molekuler melalui migrasi ion dan rotasi dipol, tetapi tidak menyebabkan

perubahan struktur molekuler (Buhler dkk, 2002 dalam Qadariyah dkk, 2009).

Aplikasi gelombang mikro dibagi atas 3 kelompok, yaitu untuk pengukuran

(misalnya radar, pengukuran dimensi, suhu, dan lain-lain), telekomunikasi, dan

sebagai sumber energi. Berdasarkan ketetapan Federal communication

Commission and International Radio Regulation di Genewa tahun 1959 maka

frekwensi yang biasa digunakan untuk oven gelombang mikro domestik adalah

v=2450 MHz (λ=12,2 cm) (Collin, 1988).

Tanur gelombang mikro (microwave oven) merupakan salah satu piranti

dalam proses pengolahan pangan. Energi panas yang dihasilkan oleh tanur

gelombang mikro memiliki berbagai keuntungan diantaranya daya penetrasi yang

yang relatif tinggi, molekul-molekul air pada bahan dapat berfungsi sebagai

penyerap energi serta energi yang dihasilkan lebih efektif (Rokwell, 1967 dalam

Yudiana, 2000). Pada saat ini tanur gelombang mikro banyak digunakan dalam

skala rumah tangga yaitu sebagai alat untuk memasak makanan. Namun

(23)

perhatian lebih lanjut, terutama karena kemampuannya yang dapat menghasilkan

energi dalam jumlah yang banyak serta dapat menangani masalah-masalah yang

timbul pada proses pengolahan yang tidak dapat diatasi oleh piranti konvensional.

Microwave atau gelombang mikro telah lama digunakan sebagai metode

pemanasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rimawan (2001) bahwa

energi gelombang mikro dapat mempercepat reduksi pasir besi. Kandungan

konsentrat pada pasir besi tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya waktu

penyinaran gelombang mikro.

Pada sistem komunikasi gelombang mikro baik yang bersifat tetap maupun

bergerak, gangguan terbesar adalah karena terjadinya fading dan multipath fading

yang menyebabkan atau berpengaruh terhadap sinyal terima karena dapat

memperkuat ataupun memperlemah level sinyal yang tergantung besar fasa dari

resultan sinyal langsung dan tidak langsung. Pada komunikasi yang tetap dapat

diatasi dengan penerimaan sistem sistem diversity, baik dengan space diversity

atau frekuensi dibversity. Sedangkan pada komunikasi bergerak, karena banyak

faktor yang berpengaruh yang menyangkut struktur dan topografi lingkungan

sekeliling akan menciptakan efek-efek transmisi yang rumit pula. Salah satu

pengaruhnya adalah terjadinya Dopler shift yang merupakan perubahan frekuensi

atau pergeseran frekuensi yang disebabkan oleh gerakan MS (mobile station).

Pergeseran frekuensi ini bergantung pada kecepatan dan arah gerak MS, yang

akan menyebabkan modulasi frekuensi acak pada sinyal radio bergerak sehingga

dapat menyebabkan menurunnya kualitas suara (Purbawanto, 2011).

Menurut Fuller (1990) dalam Yuniarti (2007), salah satu sifat dari

(24)

material yang mengandung air. Kayu dengan kandungan air cukup tinggi dapat

menyerap gelombang mikro dalam jumlah besar sehingga akan timbul panas dan

tekanan dalam kayu. Penggunaan gelombang mikro yang dikontrol dapat

mengeringkan kayu dengan cepat dan seragam dibandingkan dengan cara

konvensional (Saltiel et al.,1995 dalam Yuniarti, 2007). Panas yang ditimbulkan

umumnya berasal dari dalam kayu sehingga ruangan tempat mengeringkan tidak

perlu dipanaskan (Roussy dan Pearce, 1995 dalam Yuniarti, 2007).

Kelemahannya, kayu dapat mengalami kerusaakan struktur apabila intensitas yang

diberikan tinggi. Ini pernah terjadi pada penelitian pengolahan kayu dengan

teknologi gelombang mikro menggunakan aplikator terowong (wave guide) yang

tengah dikembangkan Australia. Agar pemanfaatan gelombang mikro dapat

dilakukan secara efektif, pemahaman mengenai perubahan pada waktu yang

diolah dengan gelombang ini perlu diketahui terlebih dahulu.

1. Prinsip Pemanasan Tanur Gelombang Mikro

Prinsip dasar dari pemanasan gelombang mikro yaitu adanya agitasi

molekul-molekul polar atau ion-ion yang bergerak karena adanya gerakan medan

magnetik atau elektrik. Dengan adanya gerakan medan tersebut, diantara

partikel-partikel mencoba untuk berorientasi atau mensejajarkan dengan medan tersebut.

Pergerakan partikel terbatas oleh adanya gaya pembatas (interaksi inter partikel

dan ketahanan elektrik) yang menahan gerakan partikel dan membangkitkan

(25)

Gambar 1. Alat tanur gelombang mikro (microwave) merk Yamatsu

2. Pemanasan Dengan Tanur Gelombang Mikro

Ada tiga tipe dasar dari mekanisme pindah panas yaitu konduksi,

konveksi, dan radiasi. Konduksi adalah perpindahan panas dari suatu bagian

benda ke bagian benda lainnya pada benda yang sama, atau dari satu benda ke

benda lainnya dengan adanya kontak fisik. Konveksi adalah perpindahan panas

dari satu titik ke titik lainnya dalam suatu fluida, gas, atau cairan melalui

pergerakan campuran fluida yang memiliki perbedaan suhu dan identitas. Radiasi

adalah pepindahan panas dari suatu benda ke benda lainnya, tanpa adanya kontak

fisik, melalui gerakan gelombang (Parry dan Green, 1922 dalam Soesanto, 2006).

Menurut Decaurau (1985) dalam Sribuono (2000) pemanasan dengan

gelombang mikro merupakan akibat dari interaksi kimia kandungan bahan dengan

(26)

tidak berionisasi dan merupakan gelombang elektromagnetik, hampir sama

dengan gelombang radio dan signal pengendali jarak jauh televisi. Pada

kenyataannya merupakan gelombang radio yang sangat pendek yang dibatasi

dengan dinding metal pada tanur menjadi suatu bentuk miniatur sistem pemancar

dan pancaran magnet dari energi gelombang mikro yang diubah menjadi panas

dalam bahan.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pemanasan Gelombang Mikro a. Tipe Oven Gelombang Mikro

Bagian dari oven gelombang mikro yang mempengaruhi reaksi pemanasan

adalah ruangan tempat sampel pada oven gelombang mikro itu sendiri. Terdapat

dua tipe dasar dari oven gelombang mikro, yaitu: single mode dan multi mode.

Variasi dari pemanasan tempat sampel gelombang mikro mempengaruhi tipe

dasar dari oven gelombang mikro tersebut, yang pada akhirnya mempengaruhi

proses pemanasan dari reaksi kimia yang berlangsung. Tipe single mode

menghasilkan gelombang berdiri di dalam ruangan oven, untuk itu dimensi dari

ruangan tempat sampel harus dikontrol secara teliti untuk merespon secara

sistematik panjang gelombang dari gelombang mikro tersebut. Kelebihan tipe ini

adalah tingkat pemanasan dapat dikontrol dengan memposisikan sampel pada

daerah yang paling baik intensitasnya, dengan catatan bahwa gangguan apapun

(bahkan dari sampel) akan dapat mengganggu pola dari gelombang dan akan

mempengaruhi keefektifan proses pemanasan tipe ini (Taylor, 2005 dalam

Cisadesi, 2007).

Desain oven gelombang mikro tipe multi mode sangat menghindari

(27)

ketidakberaturan sebanyak-banyaknya di dalam ruangan oven. Keadaan yang

dicapai seperti ini harus membentuk dimensi dari ruangan tempat sampel

sedemikian rupa agar tidak terjadi gelombang penuh dalam ruangan oven.

Kelebihan dari oven gelombang mikro tipe ini adalah posisi dan skala sampel

dapat divariasikan. Tipe single mode dapat dimanfaatkan untuk meneliti keadaan

reaksi secara spesifik, sedangkan tipe multi mode digunakan untuk percobaan dengan ukuran sampel bervariasi, tetapi dengan pengamatan yang tidak terlalu spesifik. Kedua tipe dari oven gelombang mikro ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan reaksi kimia yang spesifik untuk tujuan yang berbeda (Taylor, 2005 dalam Cisadesi, 2007).

b. Sifat Materi Terhadap Gelombang Mikro

Sifat material terhadap gelombang mikro berbeda-beda, tidak semua

material cocok untuk digunakan dalam pemanasan gelombang mikro. Ada tiga

material yang dibedakan menurut sifatnya terhadap gelombang mikro, yaitu:

1. Materi yang memantulkan radiasi, yaitu yang memiliki sifat konduktor

sehingga tidak menyerap panas, contoh belerang.

2. Materi yang transparan terhadap radiasi atau hanya sedikit mengubah energi

gelombang mikro menjadi energi panas, yaitu memiliki sifat isolator sehingga

energi panas gelombang mikro diteruskan, contoh tembaga.

3. Materi yang menyerap radiasi atau merubah sebagian dari energi gelombang

mikro menjadi energi panas, yaitu yang memiliki sifat dielektrik sehingga

panas yang dihasilkan sangat bagus (Soesanto, 2006).

Walau belum diketahui secara jelas bagaimana tepatnya perilaku material

(28)

menyerap, memantulkan atau bahkan meneruskan energi gelombang mikro. Hal

ini dipengaruhi oleh komposisi kimia ataupun ukuran dan bentuk dari material

secara fisik. Namun hanya materi yang dapat menyerap radiasi gelombang mikro

yang relevan dengan aplikasi sintesis kimia. Materi yang dipakai sebagai wadah

dalam pemanasan gelombang mikro harus terbuat dari bahan yang transparan

terhadap radiasi gelombang mikro, sehingga energi dari gelombang mikro tidak

terserap ke dalam wadah tetapi akan melewati dan langsung tertuju pada larutan

reaksi (Soesanto, 2006).

4. Aplikasi Pemanasan Gelombang Mikro

Pemanasan gelombang mikro sekarang banyak diaplikasikan dalam reaksi

kimia. Telah diketahui bahwa gelombang mikro banyak diaplikasikan dalam

berbagai industri seperti bioteknologi, farmasi, plastik, kimia, dan lainnya.

Bagaimanapun juga aplikasinya terbatas pada skala laboratorium dan belum

diperluas dalam skala produksi. Beberapa aplikasi radiasi gelombang mikro pada

reaksi kimia, antara lain : reaksi diels-alder,reaksi heck, reaksi suzuki, reaksi

mannich, hidrolisis, dehidrasi, esterifikasi, reaksi sikloadisi, epoksidasi, reduksi,

kondensasi, reaksi siklisasi, dan lainnya. Keuntungan utama dari penggunaan

gelombang mikro dalam sintesis kimia organik adalah kecepatan reaksinya. Efek

termal (pemanasan dielektrikum) akan dihasilkan oleh polarisasi dipol sebagai

interaksi dipol-dipol antara molekul polar dengan medan magnet elektromagnetik

(29)

Pengenalan Jenis Kayu Durian (Durio zibethinus Murr.)

Klasifikasi Kayu Durian adalah sebagai berikut (Setiadi, 1999):

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Ordo : Malvales

Famili

Genus

Spesies : Durio zibethinus Murr

Nama botanis durian adalah Durio spp famili Bombacaceaea (terutama D.

carinatus Mast., D. Oxleyanus Griff., D. Zibethinus Murr.). Nama daerahnya

adalah duren, deureuyan, andurian, duriat, duriang, derian, duiang, duhuian,

tuleno, turene. Sedangkan nama lain : durian (Philipina, Sabah, Inggris, Amerika

Serikat, Perancis, Spanyol, Italia, Belanda, Jerman). Penyebaran kayu durian ini di

seluruh Indonesia (Setiadi, 1999).

Menurut Mandang & Pandit (1997) ciri anatomi kayu durian adalah

pembuluh atau pori baur, soliter dan berganda radial yang terdiri atas 2-3 pori,

umumnya berukuran agak besar, frekuensinya sangat jarang atau jarang,

kadang-kadang ada endapan berwarna putih, bidang perforasi sederhana. Parenkima

terutama bertipe apotrakea baur, berupa garis-garis tangensial pendek diantara

jari-jari atau ada yang bentuk jala. Jari-jari sangat sempit sampai lebar, letaknya

jarang sampai agak jarang, ukurannya pendek sampai agak pendek.

Menurut Oey Djoen Seng (1990) dalam Kurnia (2009), sifat kayu durian

termasuk kelas kuat II-III dengan berat jenis 0,57. Kayunya mudah digergaji

meskipun permukaanya cenderung untuk berbulu, selain itu mudah dikupas untuk

(30)

cenderung untuk menjadi cekung. Sedangkan kegunaan kayu ini adalah sebagai

bangunan di bawah atap, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga

sederhana (termasuk lemari), lantai, dinding, sekat ruangan, kayu lapis, peti,

(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan

Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara serta

Laboratorium Keteknikan Kayu, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Juli 2013.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu durian (Durio

zibethinus Murr.). Kayu durian tersebut diambil dari Kecamatan Medan Permai,

Sumatera Utara. Alat yang digunakan adalah mesin gergaji, mesin penyerut,

pengampelas, kaliper, alat tulis, kalkulator, tanur gelombang mikro dengan merk

Yamatsu input 220V-80 Hz 1200 W output 800W-2450MHz, oven, timbangan,

desikator, dan alat uji sifat mekanis.

Prosedur Penelitian

1. Persiapan Bahan Baku

Kayu durian yang masih segar berupa log dipotong dengan ukuran (22,5x

5 x 2) cm, (22,5 x 5 x 4) cm dan (22,5 x 5 x 6) cm. Masing-masing contoh uji

ketebalan kayu disediakan sebanyak 12 sampel. Jadi total contoh uji adalah

(32)

(a) (b)

(c)

Gambar 2. Gambar kayu durian, (a) kayu durian berbentuk log, (b) pemotongan kayu durian, (c) contoh uji kayu durian.

2. Pemanasan dengan Gelombang Mikro (Microwave)

Microwave yang digunakan sebagai alat pemanas pada penelitian ini

bermerk Yamatsu. Pemanasan microwave dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu 5

menit, 10 menit dan 15 menit. Untuk pembanding disediakan contoh uji yang

tidak diberikan perlakuan pemanasan gelombang mikro. Pada pemanasan

gelombang mikro, dengan waktu yang sama setiap contoh uji secara bersamaan

dimasukkan ke dalam microwave. Intensitas pemanasan microwave yang

(33)

Gambar 3. Pemanasan kayu durian dengan microwave

3. Pemotongan Contoh Uji

Setelah pemanasan dengan gelombang mikro contoh uji dipotong untuk

pengujian sifat fisis daan mekanis dan degradasi kadar air. Pemotongan contoh uji

dapat dilihat pada Gambar 4.

5 cm

t

22,5 cm

Gambar 4. Pembagian contoh uji

Keterangan:

A : contoh uji kadar air dan kerapatan (2cm x 2 cm) B : contoh uji penyusutan volume (2 cm x 2 cm) C : contoh uji tekan sejajar serat (2 cm x 8 cm) D : contoh uji degradasi kadar air(2 cm x 4 cm) E : contoh uji MOR dan MOR (22,5 cm x 1,5 cm)

A B C D

(34)

Untuk pengujian sifat fisis yaitu contoh uji KA, kerapatan dan penyusutan

volume berukuran (2 x 2 x 2) cm. Contoh uji untuk sifat mekanis antara lain MOE

dan MOR dengan ukuran (22,5 x 2 x 1,5) cm dan contoh uji tekan sejajar serat (8

x 2 x 2) cm. Khusus untuk degradasi KA maka contohl uji dibuat dengan ukuran

panjang 4 cm, lebar 2 cm dan ketebalan sesuai dengan tebal contoh uji. Contoh uji

ini akan dipotong menjadi 5 bagian dengan tebalmasing-masing seperti terlihat

pada Gambar 5.

2 cm

4 cm

4 cm

Gambar 5. Pemotongan untuk contoh uji degradasi KA

4. Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis

Pengujian sifat fisis dan sifat mekanis kayu dibuat berdasarkan British

Standar (BS : 373, 157).

Kadar Air

Sebagai berat awal contoh uji berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm ditimbang

terlebih dahulu (BA), selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 103±20C

selama 24 jam. Setelah itu contoh uji dikondisikan sampai mencapai suhu kamar

dalam desikator. Kemudian ditimbang kembali sampai diperoleh berat kering

oven (BKO). Kadar air dapat dihitung dengan rumus :

pinggir

(35)

Kerapatan

Pada pengujian kerapatan, contoh uji berukuran (2 x 2 x 2) cm ditimbang

beratnya. Kemudian diukur rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk

menentukan volume contoh ujinya. Kerapatan kayu dapat dihitung dengan rumus

:

Penyusutan Volume

Pada pengujian penyusutan volume, contoh uji berukuran (2 x 2 x 2) cm

diukur rata-rata panjang, lebar dan tebalnya sebagai volume awal. Selanjutnya

contoh uji dikeringkan dalam oven dengan suhu 103±20C hingga konstan.

Kemudian diukur kembali rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk menentukan

volume akhir. Penyusutan kayu dihitung dengan rumus :

Modulus Elasitisitas (MOE) dan Modulus Patah (MOR)

Nilai modulus elastisitas (MOE) dan modulus patah (MOR) diperoleh

dari pengujian lentur statis. Contoh uji berukuran (22,5 x 2 x 1,5) cm diletakkan

pada jarak sangga (span) berukuran 20 cm. Defleksi yang terjadi akibat

pembebanan dibaca pada defleknometer. Pembacaan dilakukan setiap selisih

beban 5 kg. Untuk mendapatkan nilai MOR pengujian lentur statis terdahulu

(36)

P

1,5cm

2 cm

L= 20cm

Gambar 6. Pengujian contoh uji MOE dan MOR

Besarnya nilai MOE dan MOR dihitung dengan menggunakan rumus

berbagai berikut:

Keterangan :

MOE = modulus elastisitas (kg/cm2 MOR = modulus patah (kg/cm

)

2

∆P = selisih beban (kg) )

L = jarak sangga (20cm) ∆Y = selisih defleksi (cm) b = lebar penampang (cm) h = tinggi penampang (cm) P = beban maksimum (kg)

Keteguhan Tekan Sejajar Serat

Pada pengujian keteguhan tekan sejajar serat maksimum, contoh uji

berukuran (2 x 2 x 8) cm diletakkan sedemikian rupa sehingga arah serat sejajar

dengan arah pembebanan. Pada pengujian ini salah satu ujung contoh uji

diberikan beban (P) secara perlahan-lahan dan diteruskan sampai contoh uji

mengalami kerusakan (Gambar 7).

(37)

P

A

8 cm

B 2 cm

Gambar 7. Pengujian contoh uji keteguhan tekan sejajar serat

Besarnya keteguhan tekan sejajar serat maksimum dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Luas penampang balok dapat dihitung dengan cara :

5. Analisis data

Hasil penelitian diolah menggunakan rancangan acak lengkap dengan model

percobaan faktorial. Sebagai variabel bebas faktor A adalah tebal kayu yang

terdiri atas tiga taraf dan faktor B adalah lama pemanasan contoh uji ke dalam

oven gelombang mikro yang terdiri atas empat taraf yaitu 0 menit, 5 menit, 10

(38)

Model umum rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi +βj + (αβ)ij + εijk Dimana :

Yijk = nilai pengaruh faktor tebal kayu taraf ke-i dan faktor waktu pemanasan taraf ke-j pada ulangan ke-k

µ = nilai rata-rata pengamatan

αi = pengaruh faktor tebal kayu taraf ke-i

βj = pengaruh faktor waktu pemanasan taraf ke-j

(αβ)ij = pengaruh interaksi faktor tebal kayu taraf ke-i dan faktor waktu pemanasan taraf ke-j

Εijk = nilai kesalahan percobaan

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu :

1. Faktor ketebalan kayu yaitu :

H0 : Faktor ketebalan kayu tidak berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis kayu tersebut.

H1 : Faktor ketebalan kayu berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis kayu

2. Faktor lama pemanasan yaitu :

Ho : Pemanasan kayu dengan tanur gelombang mikro tidak berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis kayu tersebut.

H1 : Pemanasan kayu dengan tanur gelombang mikro berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis kayu tersebut.

3. Faktor interaksi ketebalan kayu dan lama pemanasan yaitu :

Ho : Faktor interaksi ketebalan kayu dan lama pemanasan tidak berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis kayu tersebut.

H1 : Faktor interaksi ketebalan kayu dan lama pemanasan berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis kayu tersebut.

Pengaruh pemanasan tanur gelombang mikro terhadap sifat fisis dan

mekanis kayu tersebut dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman

dengan kriteria uji jika F hitung ≤ F tabel maka Ho diterima dan jika F hitung > F

tabel maka Ho ditolak. Taraf perlakuan mana yang berpengaruh terhadap sifat

fisis dan mekanis kayu tersebut dapat diketahui dengan melakukan Uji Beda Jarak

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sifat Fisis Kayu 1. Kadar Air

Kadar air kayu durian yang dihasilkan berkisar antara 28,17-90,08 %.

Rekapitulasi nilai rata-rata kadar air dapat dilihat pada Gambar 8 dan data

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 8. Nilai Kadar Air Kayu Durian

Berdasarkan Gambar 8 terlihat kecenderungan bahwa semakin lama

waktu pemanasan dengan gelombang mikro maka semakin rendah kadar air yang

dihasilkan. Hal ini terjadi karena semakin lama waktu pemanasan maka air akan

semakin banyak keluar dari dalam kayu. Selain itu, terlihat juga bahwa semakin

tipis kayu yang dipanaskan, maka akan menghasilkan kadar air yang semakin

rendah. Hal ini disebabkan contoh uji yang tipis menyimpan air yang lebih sedikit.

Sehingga waktu yang dibutuhkan juga sedikit untuk mengeluarkan air dari dalam

kayu.

Kadar air tertinggi dihasilkan oleh contoh uji kontrol tebal 6 cm dengan

(40)

ataupun pengeringan sehingga kandungan air di dalam kayu tetap. Sedangkan

nilai KA terendah dihasilkan pada contoh uji dengan lama pemanasan 15 menit

dan tebal 2 cm dengan kadar air 28,17%. Contoh uji ini lebih tipis dan mendapat

waktu pengeringan lebih lama sehingga air dalam kayu lebih mudah keluar.

Prinsip kerja microwave adalah mengeringkan kayu secara merata pada

seluruh bagian kayu. Penurunan kadar air kayu durian dengan pemanasan

gelombang mikro dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penurunan kadar air kayu durian

Penurunan KA

Tebal kayu Pemanasan 5 menit Pemanasan 10 menit Pemanasan 15 menit

2 cm 19,09% 26,06% 37,64%

4 cm 8,01% 11,10% 18,29%

6 cm 10,94% 13,36% 28,63%

Ketebalan kayu yang lebih besar akan menghasilkan kadar air yang lebih

besar, dan jika dikeringkan akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

menurunkan kadar airnya. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa tebal kayu 2 cm

dengan lama pemanasan 5 menit mengalami penurunan kadar air sebesar 19,09 %,

akan tetapi pada tebal kayu 6 cm dengan lama pemanasan yang sama penurunan

kadar airnya menurun menjadi 10,94%. Ini diakibatkan karena semakin tebal kayu

maka dinding sel yang dilalui air kayu semakin panjang dan air semakin lama

untuk keluar dari dalam kayu. Massa air dan uap air bergerak di dalam kayu

melalui sel-sel kapiler dan rongga mikro. Struktur noktah dan tebal dinding sel

mempengaruhi pergerakan air melalui dinding sel. Jika noktah cukup permeabel,

air dan uap air dapat mudah melaluinya (Budianto, 1996).

Lama pemanasan mempengaruhi kadar air kayu. Semakin lama

(41)

kayu. Akibatnya kadar air kayu akan semakin kecil. Namun dalam penelitian ini,

lama pemanasan relatif singkat sehingga air yang keluar masih sedikit. Besar

kandungan air kayu durian masih tinggi. Dinding sel kayu tetap penuh kandungan

air sedangkan rongga sel sebagian berkurang kandungan airnya. Apabila kayu

dikeringkan sampai pada tingkat bahwa semua air dalam rongga sel keluar, air

mulai meninggalkan dinding sel (Haygreen dan Bowyer, 1996). Oleh sebab itu

semakin lama kayu dikeringkan maka kadar air kayu akan semakin kecil.

Jika dibandingkan dengan penelitian Hartono et al (2009) pada kayu

gmelina dan terap dengan tebal kayu 2 cm yaitu pemanasan menggunakan

gelombang mikro selama 10 menit, kadar air yang dihasilkan kayu gmelina

menurun sebesar 41,345 % dan kayu terap sebesar 55,512%. Sedangkan kayu

durian dengan tebal kayu 2 cm pada penelitian ini kadar air yang dihasilkan

menurun sebesar 26,06%.

Rendahnya kadar air kayu durian dibandingkan kayu gmelina dan kayu

terap disebabkan oleh variasi dari struktur anatomi kayu seperti frekuensi dan

diameter pori serta keberadaan tilosis pada kayu. Perbandingan frekuensi dan

diameter pori serta keberadaan tilosis dapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan frekuensi pori, diameter pori dan tilosis kayu durian, terap dan gmelina

Jenis Variabel Durian(1) Terap(2) Gmelina(1)

Diameter pori (µm) 100-150 180,6 100-200

Frekuensi pori (sel per µm )(2) 2-10 3-6 2-10

Keberadaan tilosis(1) Banyak Sedikit Sangat banyak

Sumber : 1. Mandang dan Pandit (1997) : 2. Wahyudi et al (1995)

Tilosis merupakan gelembung mengkilap yang menyumbat pembuluh.

(42)

keluar. Sedangkan semakin besar pori-pori kayu maka semakin mudah untuk air

dalam kayu untuk keluar (Mandang dan Pandit, 1997).

Hasil sidik ragam (Lampiran 4) terlihat bahwa lama pemanasan dan

tebal kayu berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air kayu. Sedangkan faktor

interaksi lama pemanasan dengan tebal kayu tidak berpengaruh nyata terhadap

kadar air kayu. Uji lanjut Duncan lama pemanasan (Lampiran 4) menunjukkan

pemanasan 15 menit berbeda dengan perlakuan lainnya dan menghasilkan kadar

air yang paling rendah. Semakin rendah kadar air maka mutu kayu yang

dihasilkan semakin baik walaupun dalam penelitian ini kadar air yang dihasilkan

masih jauh di atas titik jenuh serat.

Penurunan kadar air disebabkan lama pemanasan yang mengakibatkan

air yang terdapat dalam kayu keluar. Semakin lama pemanasan maka semakin

banyak air yang keluar dari dalam kayu. Pada penelitian Abdika et al (2008) juga

menghasilkan bahwa pengeringan contoh uji dengan menggunakan oven

microwave 800 watt membutuhkan waktu 56 menit (kayu mangium) untuk

menurunkan kadar air dari 60% sampai 14% dan pada kayu nangka membutuhkan

waktu 49 menit untuk menurunkan kadar air 44% sampai 14%. Ini berarti

semakin lama pemanasan yang dilakukan maka kadar air kayu akan semakin

kecil.

Faktor tebal kayu juga dapat mempengaruhi kadar air. Kadar air akan

semakin rendah apabila kayu semakin tipis dan air akan semakin mudah untuk

keluar. Dalam penelitian Mitha (2010) juga mengemukakan bahwa ketebalan

sortimen kayu yang dikeringkan memegang peranan penting. Waktu pengeringan

(43)

juga menerangkan mekanisme keluarnya air dalam kayu dipengaruhi oleh tebal

kayu.

Kadar air pada penelitian ini masih belum memenuhi yang diharapkan

karena kadar airnya belum sampai pada kadar air kesetimbangan. Pengeringan

kayu durian dengan menggunakan microwave sampai dengan 15 menit belum

mampu menurunkan kadar air sampai dengan kadar air kesetimbangan.

2. Kerapatan

Kerapatan suatu kayu didefenisikan sebagai perbandingan antara massa

kayu dengan volume kayu tersebut. Kerapatan yang diperoleh dari penelitian ini

berkisar antara 0,53-0,82 gr/cm3. Rekapitulasi nilai dapat dilihat dari Gambar 9

dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 9. Nilai Kerapatan Kayu Durian

Berdasarkan Gambar 9 terlihat kecenderungan bahwa semakin tipis kayu

yang dipanaskan, maka akan menghasilkan kerapatan yang semakin rendah. Hal

ini diakibatkan karena semakin tipis kayu maka kadar airnya semakin rendah

sehingga kerapatannya semakin kecil (Yuniarti, K. 2008). Akan tetapi lama

(44)

kayu durian. Hal ini diduga diakibatkan karena penurunan massa kayu pada saat

pemanasan tidak sebanding dengan penurunan volumenya.

Nilai kerapatan yang paling tinggi diperoleh contoh uji lama pemanasan 15

menit dengan tebal kayu 6 cm yaitu 0,82 gr/cm3.Sedangkan nilai kerapatan paling

rendah diperoleh contoh uji kontrol dengan tebal kayu 2 cm yaitu sebesar 0,53

gr/cm3

Hasil sidik ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa lama pemanasan dan

tebal kayu berpengaruh nyata terhadap nilai kerapatan kayu. Begitu juga dengan

interaksi lama pemanasan dengan tebal kayu berpengaruh nyata terhadap nilai

kerapatan kayu. Uji lanjut Duncan interaksi lama pemanasan dengan tebal kayu

(Lampiran 5) menunjukkan pemanasan 15 menit dengan tebal kayu 6 cm berbeda

dengan perlakuan lainnya dan menghasilkan kerapatan yang cukup tinggi. .

Lama pemanasan dapat mempengaruhi kerapatan kayu. Ketika semakin

lama pemanasan dilakukan maka semakin banyak air yang keluar dari dalam

kayu. Akibatnya kerapatan akan semakin meningkat. Haygreen dan Bowyer

(1996) menyatakan bahwa kerapatan atau berat jenis suatu contoh uji akan

meningkat jika kandungan airnya berkurang. Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa

nilai kerapatan kayu durian pada lama pemanasan 10 menit menurun dan

kemudian pada lama pemanasan 15 menit meningkat. Diduga hal ini terjadi

karena penurunan massa contoh uji pemanasan 10 menit tidak sebanding dengan

penurunan volumenya.

Faktor tebal kayu juga dapat mempengaruhi kerapatan. Semakin tebal

kayu, maka semakin banyak air yang dikandungnya sehingga massa kayu akan

(45)

semakin tinggi. Haygreen dan Bowyer (1996) menjelaskan bahwa kerapatan

digunakan untuk menerangkan massa suatu bahan per satuan volume. Mitha

(2010) dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa ketebalan sortimen kayu

yang dikeringkan memegang peranan penting dalam kerapatan kayu. Sebaliknya

kerapatan akan semakin rendah jika massanya semakin rendah. Semakin

berkurangnya massa kayu dan air yang menguap dari dalam kayu yang

disebabkan oleh pemanasan yang diberikan pada kayu. Kayu yang lebih tipis akan

semakin mudah bagi gelombang mikro untuk menembus ke bagian dalam kayu,

dan air dalam kayu akan semakin cepat untuk menguap ke udara. Maka dengan

demikian massa kayu akan semakin rendah. Menurut Sugiyanto (2003) penurunan

kerapatan diduga akibat hilangnya massa kayu.

3. Penyusutan Volume Kayu

Nilai rata-rata penyusutan volume kayu durian pada penelitian ini berkisar

antara 1,75 - 6,95%. Rekapitulasi nilai rata-rata penyusutan volume dapat dilihat

pada Gambar 10 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

(46)

Berdasarkan Gambar 10 setelah pemanasan gelombang mikro 5 menit

terlihat kecenderungan semakin lama waktu pemanasan dengan gelombang mikro

maka semakin tinggi penyusutan volume yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena

semakin lama pemanasan yang dilakukan maka semakin banyak air yang keluar

dari dalam kayu. Tebal kayu tidak menentukan kecenderungan naik atau turunnya

penyusutan volume kayu.

Pada Gambar 10 terlihat bahwa nilai penyusutan volume yang tertinggi

dihasilkan oleh contoh uji kontrol tebal 6 cm yaitu sebesar 6,95%. Diduga ini

terjadi karena contoh uji tidak mendapat perlakuan pengeringan dan air masih

berada di dalam kayu sehingga ketika mendapat pengeringan hingga kering tanur

banyak air yang keluar dari dalam kayu. Nilai penyusutan volume terendah

dihasilkan pada contoh uji lama pemanasan 5 menit dan ketebalan 6 cm dengan

nilai penyusutan volume 1,75%. Pada contoh uji ini mengalami pemanasan

dengan gelombang mikro selama 5 menit, sehingga kadar air yang keluar tidak

terlalu besar. Menurut Haygreen dan Bowyer (1996) penyusutan suatu papan

dapat berlangsung sebelum kandungan air rata-rata jatuh di bawah titik jenuh

serat. Sedangkan kadar air pada penelitian ini berada di atas titik jenuh sertat. Ini

mengakibatkan penyusutan menurun dari contoh uji kontrol.

Hasil sidik ragam (Lampiran 6) terlihat bahwa lama pemanasan

berpengaruh nyata terhadap susut volume kayu. Sedangkan tebal kayu dan

interaksi antara lama pemanasan dan tebal kayu tidak berpengaruh nyata terhadap

susut volume kayu. Uji lanjut Duncan faktor lama pemanasan (Lampiran 6)

menunjukkan pemanasan 15 menit berbeda dengan perlakuan lainnya dan

(47)

Penyusutan kayu pada lama pemanasan 5 menit menurun selanjutnya

meningkat sampai lama pemanasan 15 menit. Haygreen dan Bowyer (2003)

menyatakan bahwa besarnya penyusutan kayu terjadi apabila suatu contoh uji

dikeringkan bervariasi tergantung pada ukuran dan bentuk potongannya. Biasanya

kayu yang tebal mampu menyimpan lebih banyak air dan mengalami penyusutan

yang tinggi jika dikeringkan dalam waktu yang relatif lama juga. Budianto (2000)

menjelaskan bahwa besarnya penyusutan umumnya sebanding dengan banyaknya

air yang dikeluarkan dari dinding sel.

Degradasi Kadar Air

Degradasi kadar air kayu merupakan perubahan kadar air akibat perlakuan yang

diberikan pada suatu kayu tersebut. Nilai degradasi kadar air dari variasi waktu

pengeringan dengan gelombang mikro dan tebal kayu kayu berkisar antara

17,42-87,74%. Nilai rata-rata degradasi kayu dapat dilihat pada Gambar 11 sementara

data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Gambar 11. Nilai degradasi kadar air kayu durian dengan lama pemanasan 5 menit

Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa setiap lapisan kayu memiliki kadar

(48)

dibandingkan bagian yang lainnya. Hal ini terjadi karena bagian pusat kayu lebih

sedikit mengeluarkan air pada saat pemanasan dengan gelombang mikro, karena

air pada kayu terlebih dahulu keluar pada bagian tepinya. Sucipto (2009)

menyatakan bahwa air pada kayu yang dikeringkan akan bergerak dari dalam

kayu ke bagian permukaan sebagai cairan atau uap melalui saluran dalam struktur

selular kayu, dinding sel kayu dan rongga sel atau saluran kecil yang

menghubungkan rongga sel yang berdekatan. Dalam hal ini sebelum air dalam

kayu bergerak keluar, terlebih dahulu air yang di permukaan kayu mengering.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan contoh uji yang

dipanaskan dengan gelombang mikro menunjukkan grafik yang relatif sama

dengan Gambar 11 seperti disajikan pada Lampiran 10. Kadar air pada setiap

bagian kayu tidak berdeda jauh. Ini diakibatkan karena aplikasi pemanasan yang

diakibatkan gelombang mikro merata pada setiap bagian kayu sampai ke dalam.

Abdika (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemanasan kayu dengan

gelombang mikro merata pada setiap kayu, karena gelombang mikro dapat

menembus rongga sel dan dinding sel kayu.

Degradasi kadar air kayu durian secara keseluruhan lebih rendah

dibandingkan kadar air kayunya. Ini diakibatkan karena contoh uji degradasi

kadar air kayu durian sebelum dipanaskan terlebih dahulu dipotong menjadi 5

bagian dan proporsi contoh uji menjadi lebih kecil. Sehingga pada saat dipanaskan

ke dalam oven air dalam kayu akan lebih mudah untuk keluar karena ukuran

kayunya sudah menjadi lebih kecil.

Mekanisme keluarnya air dari dalam kayu dipengaruhi oleh tebal kayu.

(49)

dibandingkan dengan tebal 2 cm dan 4 cm. Hal ini diakibatkan karena kayu yang

tebalnya 6 cm memiliki kadar air yang lebih tinggi dan air lebih sulit untuk keluar

dari dalam kayu ketika dipanaskan.

Secara umum gelombang mikro menembus kayu kemudian menguapkan

dan mengeluarkan air. Yuniarti (2007) menerangkan, bahwa gelombang mikro

yang dipancarkan terhadap kayu akan berinteraksi dengan molekul air yang

terdapat dalam kayu sedemikian rupa sehingga menghasilkan panas dalam sel-sel

kayu. Penyebaran kadar air cukup merata sepanjang bagian papan kayu.

B. Sifat Mekanis Kayu

1. Modulus of Elasticity (MOE)

Menurut Haygreen, Bowyer and Schmulsky (2003) keteguhan lentur statik

merupakan tegangan maksimum dari kayu untuk menerima sejumlah beban tanpa

terjadi perubahan bentuk yang tetap. Nilai rata-rata MOE kayu durian pada

penelitian ini berkisar antara 64.129-84.053 kg/cm2. Rekapitulasi nilai MOE kayu

durian dapat dilihat pada Gambar 12 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

(50)

Berdasarkan Gambar 12, tebal kayu 2 cm terlihat kecenderungan bahwa

semakin lama pemanasan dengan microwave maka akan semakin tinggi nilai

MOE kayu, akan tetapi pada tebal 4 cm dan 6 cm tidak terlihat kecenderungan

tersebut. Begitu juga dengan tebal kayu tidak menghasilkan kecenderungan

kenaikan nilai MOE kayu. Nilai MOE tertinggi dihasilkan oleh contoh uji dengan

pemanasan 15 menit dan tebal kayu 2 cm sebesar 84.053 kg/cm2. Nilai MOE

terendah dihasilkan pada contoh uji dengan pemanasan 10 menit dan tebal 4 cm

sebesar 64.129 kg/cm2

Nilai MOE kayu akan semakin meningkat dengan semakin lamanya

pemanasan dalam microwave. Pemanasan ini akan mengeluarkan air yang ada di

dalam kayu, sehingga kadar air di dalam kayu akan semakin rendah. Semakin

lama pemanasan yang dilakukan maka kerapatan akan semakin tinggi. Menurut

Sadiyo dan Surjokusumo (2003), kerapatan berkolerasi positif sangat erat dengan

kekuatan kayu, semakin tinggi kerapatan maka kekuatan kayu akan semakin

tinggi. Saat jumlah air dalam kayu menurun, kekuatan kayu bertambah.

Pertambahan ini disebabkan oleh perubahan dalam dinding sel yang menjadi

padat.

.

Hartono et al (2009) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa

pemanasan gelombang mikro terhadap kayu gmelina dan terap mampu

meningkatkan nilai MOE yang dihasilkan. Begitu juga dengan penelitian

Sribuono (2000) yang mengemukakan bahwa pemanasan gelombang mikro

terhadap kayu sengon dan kecapi mampu meningkatkan nilai MOE yang

(51)

Tebal kayu dapat mempengaruhi nilai MOR. Ketika kayu lebih tebal dan

belum dikeringkan maka nilai MOR kayu akan rendah. Namun saat kayu

dikeringkan maka air keluar dari dinding sel. Molekul-molekul akan saling

mendekat dan terikat menjadi kuat. Maka kekuatan kayu akan bertambah.

Hasil sidik ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa faktor lama

pemanasan dan tebal kayu tidak berpengaruh nyata terhadap MOE kayu durian.

Begitu juga dengan interaksi antara lama pemanasan dengan tebal kayu tidak

berpengaruh nyata terhadap MOE kayu durian. Walau perlakuan lama pemanasan

dan tebal kayu yang diberikan tidak berpengaruh nyata, namun terjadi

peningkatan terhadap nilai MOE yang dihasilkan. Peningkatan nilai MOE ini

diduga karena terjadinya penurunan kadar air dari papan yang dikeringkan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sadiyo dan Surjokusumo (2003) yang mengatakan saat air

dikeluarkan dari dinding sel, molekul-molekul berantai panjang bergerak saling

mendekat dan menjadi terikat lebih kuat. Demikian juga Tsuomis (1991) yang

menyatakan bahwa kadar air mempengaruhi sifat mekanis kayu. Saat kadar air

turun, kekuatan kayu bertambah. Pertambahan ini disebabkan oleh perubahan

dalam dinding sel yang menjadi padat.

2. Modulus of Rupture (MOR)

Keteguhan patah (MOR) dinyatakan dalam besarnya tegangan per satuan

luas. Nilai rata-rata MOR kayu durian pada penelitian ini berkisar antara

573,2-744,16 kg/cm2. Rekapitulasi nilai MOR kayu durian dapat dilihat pada Gambar 13

(52)

Gambar 13. Nilai MOR Kayu Durian

Berdasarkan Gambar 13 pada tebal 2 cm terlihat kecenderungan bahwa

semakin tebal kayu yang dipanaskan maka akan menghasilkan MOR yang

semakin tinggi. Akan tetapi pada tebal 4 dan 6 cm tidak menghasilkan

kecenderungan terhadap nilai MOR. Begitu juga dengan lama pemanasan tidak

menghasilkan kecenderungan terhadap nilai MOR kayu durian. Pada Gambar 13

terlihat bahwa nilai MOR tertinggi dihasilkan oleh contoh uji dengan pemanasan

15 menit dan tebal kayu 2 cm yaitu 744,16 kg/cm2. Sedangkan nilai MOR

terendah dihasilkan pada contoh uji kontrol dan tebal kayu 2 cm yaitu 573,2

kg/cm2

MOR akan semakin meningkat dengan semakin lamanya pemanasan

dengan microwave. Pemanasan ini akan mengeluarkan air yang ada di dalam

kayu, sehingga kadar air di dalam kayu akan semakin rendah. Menurut Ginting

(2006) saat kayu dipanaskan unit struktur kayu akan saling mendekat dan

kekuatan tarik antar rantai molekul menjadi lebih kuat sehingga kekuatan kayu

(53)

mekanis kayu banyak dipengaruhi oleh kadar air kayu. Kayu bersifat higroskopis,

maka kadar air kayu kering udara bervariasi, tergantung kelembaban udara di

sekitar kayu tersebut.

Tebal kayu juga dapat mempengaruhi nilai MOR. Ketika kayu lebih tebal

dan belum dikeringkan maka nilai MOR akan rendah. Namun saat kayu

dikeringkan dan menyusut air keluar dari dinding sel, molekul-molekul bergerak

saling mendekat dan menjadi terikat lebih kuat (Sadiyo dan Surjokusumo, 2003).

Hasil sidik ragam (Lampiran 8) terlihat bahwa tebal kayu dan lama

pemanasan tidak berpengaruh nyata. Begitu juga dengan interaksi antara tebal

kayu dengan lama pemanasan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai MOR.

Walau perlakuan lama pemanasan dan tebal kayu yang diberikan tidak

berpengaruh nyata, namun terjadi peningkatan terhadap nilai MOR yang

dihasilkan. Peningkatan nilai MOR ini diduga karena terjadinya penurunan kadar

air dari kayu yang dikeringkan. Kandungan air merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kekuatan kayu, yaitu pada saat kayu mengering sebagian besar

kekuatan dan sifat-sifat elastis kayu bertambah besar (Haygreen, Bowyer and

Schmulsky 2003).

Keteguhan Tekan Sejajar Serat

Keteguhan tekan suatu jenis kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan

muatan jika kayu itu dipergunakan untuk tujuan tertentu. Nilai rata-rata tekan

sejajar serat kayu durian pada penelitian ini berkisar antara 240-286 kg/cm2.

Rekapitulasi nilai keteguhan tekan sejajar serat kayu durian dapat dilihat pada

(54)

Gambar 14. Nilai Keteguhan Tekan Sejajar Serat Kayu Durian

Pada Gambar 14 tebal kayu 6 cm dapat dilihat kecenderungan semakin

lama pemanasan yang diberikan maka semakin menurun keteguhan tekan sejajar

serat yang dihasilkan. Sedangkan pada tebal 2 dan 4 cm tidak menghasilkan

kecenderungan keteguhan tekan sejajar serat.

Nilai keteguhan tekan sejajar serat tertinggi terdapat pada kayu kontrol

dengan tebal kayu 6 cm yaitu sebesar 286 kg/cm2. Sedangkan nilai terendah

terdapat pada lama pemanasan 15 menit dengan tebal kayu 6 cm yaitu sebesar 240

kg/cm2

Faktor yang mempengaruhi keteguhan tekan sejajar serat adalah lama

pemanasan pada kayu. Semakin lama pemanasan dilakukan maka maka akan

semakin banyak air yang dikeluarkan sehingga kerapatan kayu juga akan semakin

meningkat. Sadiyo dan Surjokusumo (2003) menjelaskan bahwa kerapatan kayu

berkolerasi positif sangat erat dengan kekuatan kayu. Semakin tinggi kerapatan . Nilai keteguhan tekan sejajar serat sangat bervariasi dan belum maksimal.

Diduga ini terjadi karena kadar air kayu masih jauh berada di atas titik jenuh serat

(55)

maka tekan sejajar serat kayu akan semakin tinggi. Berbeda dengan penelitian ini

yang menghasilkan semakin lama pemanasan maka tekan sejajar serat semakin

rendah. Hal ini diakibatkan karena nilai kadar air kayu yang dihasilkan masih jauh

di atas titik jenuh serat (25-30%).

Tebal kayu juga mempengaruhi nilai keteguhan tekan sejajar serat. Kayu

yang tebal akan memiliki kadar air yang tinggi. Saat jumlah air dalam kayu

menurun, kekuatan kayu akan bertambah. Ini diduga disebabkan oleh perubahan

dalam dinding sel yang menjadi padat. Semakin rendah kadar air maka keteguhan

tekan sejajar serat akan semakin tinggi.

Hasil sidik ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor lama

pemanasan dan tebal kayu tidak berpengaruh nyata terhadap nilai keteguhan tekan

sejajar serat kayu. Begitu juga dengan interaksi lama pemanasan dan tebal kayu

tidak berpengaruh nyata terhadap nilai keteguhan tekan sejajar serat kayu.

Rekapitulasi Kualitas Kayu Durian

Berdasarkan hasil pengujian sifat fisis dan mekanis kayu durian diperoleh

data yang disajikan pada Tabel 3.

(56)

6 cm 76,71 070 3,14 67,81 72,21 82,24 76,81 58,51 64872 709,0 271,9

15 menit 2 cm 28,17 0,70 4,69 17,26 17,99 19,37 18,13 16,65 76965 744,2 283,1 4 cm 50,04 0,76 5,00 48,69 57,78 62,83 57,16 47,58 64754 674,6 281,3 6 cm 61,45 0,82 3,53 65,94 72,14 73,78 83,54 70,91 65496 678,7 240

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa contoh uji mendapat

perlakuan lama pemanasan 15 menit merupakan yang terbaik karena banyaknya

air yang keluar dari dalam kayu. Kayu yang tidak mengalami perlakuan

pemanasan dengan microwave memiliki nilai kadar air yang tinggi sehingga

kurang baik. Nilai kadar air kayu durian belum mencapai kadar air kering udara.

Nilai kerapatan kayu durian yang terbaik dihasilkan pada lama pemanasan 15

menit karena kadar air kayu lebih sedikit. Pemanasan dengan gelombang mikro

akan mempengaruhi sifat mekanis kayu durian. Akan tetapi akan menghasilkan

(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan pemanasan gelombang mikro pada kayu durian menyebabkan

menurunnya kadar air dan meningkatkan kerapatan kayu. Akan tetapi penyusutan

volume menjadi bervariasi.

2. Perlakuan pemanasan gelombang mikro pada kayu akan nilai sifat mekanis kayu

sangat bervariasi.

Saran

Pada penelitian yang selanjutnya disarankan untuk menggunakan waktu

pemanasan yang lebih lama untuk mencapai kadar air kayu yang siap pakai yaitu

Gambar

Gambar 1. Alat tanur gelombang mikro (microwave) merk Yamatsu
Gambar 2. Gambar kayu durian, (a) kayu durian berbentuk log, (b) pemotongan kayu durian, (c) contoh uji kayu durian
Gambar 4. Pembagian contoh uji
Gambar 5. Pemotongan untuk contoh uji degradasi KA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi stabilitas dimensi dan banyaknya bahan pengawet yang masuk ke dalam kayu kemiri, durian, dan manggis serta mengetahui ketahanan

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk mengetahui mutu tepung biji durian yang dihasilkan dari setiap variasi perendaman dalam air kapur dilihat dari kandungan gizi

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang pembuatan papan komposit dari limbah kayu dan karton gelombang yang memiliki hasil sifat fisis mekanis

Dengan kinetika reaksi hidrolisis tersebut maka dapat juga diperkirakan jumlah etanol yang akan dihasilkan dalam pembuatan bioetanol dari biji durian ( Durio zibethinus

Menganalisa sifat fisis dan mekanis dari papan partikel kombinasi batang kelapa sawit dan mahoni dengan variasi pelapis bilah bambu. Mengevaluasi sifat fisis dan mekanis papan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan sifat fisis, sifat mekanis, dan kuat tumpu baut, serta pengaruh variasi ketebalan kayu dan diameter baut terhadap nilai

Suherti,dkk.2015.Sifat Fisik Danmekanik Papan Partikel Dari Kulit Durian ( Durio Sp). Dengan Konsentrasi Urea Formaldehid Yang Berbeda

dengan titik optimum pada waktu 5 menit, rasio 1:20, konsentrasi pelarut 1N dan daya microwave 30% dengan hasil yield sebesar 0,65 gr pada ekstraksi gelombang mikro (MAE)