Lampiran 1
Daftar Nama Perusahaan Perkebunan yang dijadikan Populasi dan Sampel Penelitian Periode 2012-2015
No. Kode
Saham Nama Emiten
Kriteria Sampel
yang memenuhi
4 kriteria
1 2 3 4
1. AALI Astra Agro Lestari Tbk √ √ √ √ √ 2. ANJT Austindo Nusantara Jaya
Tbk
X √ X X X 3. BWPT Eagle High Plantations Tbk
(BW Plantation Tbk)
√ √ √ √ √
4. DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk
X √ X X X 5. GOLL Golden Plantation Tbk X √ X X X
6. GZCO Gozco Plantation Tbk √ √ √ √ √
7. JAWA Jaya Agra Wattie Tbk √ √ √ √ √
8. LSIP PP London Sumatera Tbk √ √ √ √ √ 9. MAGP Multi Agro Gemilang
Plantation Tbk
X √ √ X X
10. PALM Provident Agro Tbk √ √ √ X X
11. SGRO Sampoerna Agro Tbk √ √ √ √ √
12. SIMP Salim Invomas Pratama Tbk √ √ √ √ √ 13. SMAR Sinar Mas Agro Resources
and Technology Tbk
√ √ √ √ √
14. SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk
X √ X X X 15. TBLA Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ √ √ 16. UNSP Bakrie Sumatera Plantation
Tbk
Lampiran 2
Data Inflasi Tahun 2012-2015
Tahun Bulan
Tingkat
Inflasi Tahun Bulan
Tingkat Inflasi
2012
Januari 3,65%
2014
Januari 8,22%
Februari 3,56% Februari 7,75%
Maret 3,97% Maret 7,32%
April 4,50% April 7,25%
Mei 4,45% Mei 7,32%
Juni 4,53% Juni 6,70%
Juli 4,56% Juli 4,53%
Agustus 4,58% Agustus 3,99%
September 4,31% September 4,53%
Oktober 4,61% Oktober 4,83%
Nopember 4,32% Nopember 6,23%
Desember 4,30% Desember 8,36%
2013
Januari 4,57%
2015
Januari 6,96%
Februari 5,31% Februari 6,29%
Maret 5,90% Maret 6,38%
April 5,57% April 6,79%
Mei 5,47% Mei 7,15%
Juni 5,90% Juni 7,26%
Juli 8,61% Juli 7,26%
Agustus 8,79% Agustus 7,18%
September 8,40% September 6,83%
Oktober 8,32% Oktober 6,25%
Nopember 8,37% Nopember 4,89%
Lampiran 3
Data Suku Bunga BI rate Tahun 2012-2015
Tahun Bulan BI rate Tahun Bulan BI rate
2012
Januari 6,00%
2014
Januari 7,50%
Februari 5,75% Februari 7,50%
Maret 5,75% Maret 7,50%
April 5,75% April 7,50%
Mei 5,75% Mei 7,50%
Juni 5,75% Juni 7,50%
Juli 5,75% Juli 7,50%
Agustus 5,75% Agustus 7,50%
September 5,75% September 7,50%
Oktober 5,75% Oktober 7,50%
Nopember 5,75% Nopember 7,75%
Desember 5,75% Desember 7,75%
2013
Januari 5,75%
2015
Januari
7,75%
Februari 5,75% Februari
7,50%
Maret 5,75% Maret
7,50%
April 5,75% April
7,50%
Mei 5,75% Mei
7,50%
Juni 6,00% Juni
7,50%
Juli 6,50% Juli
7,50%
Agustus 7,00% Agustus
7,50%
September 7,25% September
7,50%
Oktober 7,25% Oktober
7,50%
Nopember 7,50% Nopember
7,50%
Desember 7,50% Desember
Lampiran 4
Data Kurs Transaksi Bank Indonesia Mata Uang USD
Tahun Bulan
Nilai Tukar Rupiah
(1US$) Tahun Bulan
Nilai Tukar Rupiah (1US$)
2012
Januari 9.045
2014
Januari 12.287
Februari 9.130 Februari 11.692
Maret 9.226 Maret 11.461
April 9.236 April 11.590
Mei 9.613 Mei 11.669
Juni 9.527 Juni 12.029
Juli 9.532
Juli 11.649
Agustus 9.608 Agustus 11.776
September 9.636 September 12.273
Oktober 9.663 Oktober 12.142
Nopember 9.653 Nopember 12.257
Desember 9.718 Desember 12.502
2013
Januari 9.746
2015
Januari
12.688
Februari 9.715 Februari
12.927
Maret 9.768 Maret
13.149
April 9.771 April
13.002
Mei 9.851 Mei
13.277
Juni 9.979 Juni
13.399
Juli 10.329 Juli
13.548
Agustus 10.979 Agustus
14.097
September 11.671 September
14.730
Oktober 11.290 Oktober
13.707
Nopember 12.037 Nopember
13.909
Desember 12.250 Desember
Lampiran 5
Data Return Saham Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015
Nama Perusahaan
Return Saham
2012 2013 2014 2015
AALI -0,07931 0,346335 -0,01 -0,32693 BWPT 0,212558 -0,02578 -0,6328 -0,655 GZCO -0,23098 -0,44724 0,227273 -0,2963 JAWA -0,00104 0,045227 -0,00053 -0,41799 LSIP 0,08046 -0,11289 0,003109 -0,27354 SGRO -0,14713 -0,16531 0,0575 -0,17333 SIMP 0,018421 -0,29649 -0,08333 -0,52908 SMAR 0,054688 0,381679 0,032484 -0,48025 TBLA -0,1525 -0,02041 0,631915 -0,31391
UNSP -0,6577 -0,46237 0 0
Lampiran 6
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INFLASI 40 ,0428 ,0700 ,060200 ,0104729
SB 40 ,0577 ,0754 ,068275 ,0075554
NTRp 40 9466,0000 13525,0000 11387,750000 1533,0523224
RS 40 -,6577 ,6319 -,122512 ,2854363
Lampiran 7
2. Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
INFLASI ,556 1,799
SB ,120 8,349
NTRp ,143 7,015
a. Dependent Variable: RS
3. Hetroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,131 ,398 -,330 ,743
INFLASI 1,236 5,327 ,051 ,232 ,818
SB ,627 15,701 ,019 ,040 ,968
NTRp 3,920E-007 ,000 ,002 ,006 ,996
a. Dependent Variable: RES_2
4. Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,484a ,234 ,171 ,2599369 1,498
a. Predictors: (Constant), NTRp, INFLASI, SB
Lampiran 8
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,134 ,393 -,340 ,736
INFLASI ,265 5,331 ,010 ,050 ,961
SB 38,062 15,918 1,007 2,391 ,022
NTRp ,000 ,000 -1,228 -3,179 ,003
a. Dependent Variable: RS
Coefficientsa
Model T Sig.
1
(Constant) -,340 ,736
INFLASI ,050 ,961
SB 2,391 ,022
NTRp -3,179 ,003
a. Dependent Variable: RS
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,745 3 ,248 3,676 ,021b
Residual 2,432 36 ,068
Total 3,177 39
a. Dependent Variable: RS
b. Predictors: (Constant), NTRp, INFLASI, SB
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,484a ,234 ,171 ,2599369
a. Predictors: (Constant), NTRp, INFLASI, SB
DAFTAR PUSTAKA
Faoriko, Akbar, 2013. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah,
Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia,
Ghozali, Imam, H., 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 21, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gumanti, Tatang, Ary, 2011. Manajemen Investasi Konsep, Teori, dan Aplikasi. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Hartono, Jogiyanto, 2008. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Indrawati, 2015. Metode Penelitian Manajemen Dan Bisnis Konvergensi
Teknologi Komunikasi Dan Informasi, Refika Aditama, Bandung.
Jones, Charles, Parker, 1996. Investments Analysis and Management, John Wiley & Sons, Inc, Canada.
Mahilo, Michael B., dan Tommy Parengkuan, 2015. “Dampak Risiko Suku Bunga, Inflasi, dan Kurs Terhadap Return Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal EMBA, Volume 3 Nomor 3 Hal. 1-10.
Manurung, Mandala, dan Prathama Rahardja, 2004. Uang, Perbankan, dan
Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia), Penerbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Nasir, Azwir, dan Achmad Mirza, 2010. Pengaruh Nilai Kurs, Inflasi, Suku
Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
Februari 2016).
Purnomo, Tri, Hendra dan Nurul Widyawati, 2013. “Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, Volume 2 Nomor 10.
Putong, Iskandar, dan Andjaswati, Nd., 2008. Pengantar Ekonomi Makro, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Samsul, Mohamad, 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Erlangga, Jakarta.
Suharyadi, dan Purwanto, S.K., 2004. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan
Suyanto, 2007. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Uang, Suku Bunga dan Inflasi
terhadap Return Saham Sektor Properti yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001–2005,
Widoatmodjo, Sawidji, 2009. Pasar Modal Indonesia Pengantar dan Studi Kasus, Ghalia Indonesia, Bogor.
Yaya, OlaOluwa S., and Olanrewaju I. Shittu, 2010. On the impact of inflation
and exchange rate on conditional stock market volatility: a re-assessment,
Januari 2016).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian konklusif (conclusive) atau biasa juga disebut sebagai penelitian kausal (causal research), biasanya dilakukan saat peneliti sudah melihat atau membaca penelitian sebelumnya yang membahas hubungan antar variabel. Untuk melakukan pengujian apakah hubungan antar variabel yang terjadi dalam penelitian sebelumnya juga terjadi dalam objek atau bidang yang diteliti, maka peneliti melakukan penelitian dengan desain konklusif. Desain penelitian konklusif ini, biasa juga disebut desain kausal atau relasional, dan biasa juga disebut sebagai penelitian untuk menguji hipotesis (hyphotesis testing). Tujuan penelitian kausal menurut Indrawati (2015 : 116) adalah “untuk memahami variabel mana yang menjadi penyebab (cause) dan variabel mana yang menjadi akibat (effect) dan juga untuk melihat sifat hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat, apakah positif ataukah negatif”.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs
3.3 Batasan Operasional
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, peneliti menetapkan batasan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Objek penelitian ini adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Periode penelitian ini adalah periode 2012-2015.
3. Faktor yang mempengaruhi return saham dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor fundamental dan faktor teknikal. Faktor fundamental adalah faktor yang berasal dari internal perusahaan. Sedangkan Faktor teknikal merupakan faktor eksternal seperti inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini penulis lebih memilih faktor eksternal dan membatasi faktor tersebut agar lebih fokus dan tidak menyimpang dari sasaran.
3.4 Defenisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel independen dan variabel dependen, yaitu:
1. Variabel Independen (X)
Variabel Independen (X) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus (Putong dan Andjaswati, 2008: 133). Tingkat inflasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi Indonesia yang diperoleh dari Bank Indonesia selama periode penelitian tahun 2012-2015. Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi rata-rata pertahun yang diperoleh dari penjumlahan inflasi perbulan selama setahun, kemudian dibagi 12 (dua belas).
b. Suku Bunga (X2)
Tingkat suku bunga yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan tingkat suku bunga BI rate yang diperoleh dari Bank Indonesia tahun 2012-2015. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga BI rate rata-rata pertahun yang diperoleh dari penjumlahan suku bunga BI rate perbulan selama setahun, kemudian dibagai 12 (dua belas).
c. Nilai Tukar Rupiah (X3)
Nilai Tukar Rupiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap US$ yang diperoleh dari Bank Indonesia selama tahun 2012-2015. Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar rupiah tiap akhir bulan, kemudian dijumlahkan selama setahun lalu dibagi 12 (dua belas).
2. Variabel Dependen (Y)
penelitian ini adalah Return Saham. Return adalah suatu hasil yang diperoleh dari penanaman modal atau investasi yang ditanamkan oleh investor. Return saham yang tinggi menunjukkan bahwa saham tersebut diminati oleh banyak investor sehingga returnnya meningkat. Sebaliknya, return saham yang rendah menunjukkan bahwa saham tersebut kurang diminati oleh investor. Return yang digunakan adalah
return realisasi (realized return) yaitu return yang telah terjadi pada saat
penutupan tahun yang dapat dihitung dengan rumus (Jones 1996: 143) sebagai berikut:
�� =��+ (��− ��)
��
Keterangan:
TR = Total Return (Total Return Saham pada periode t).
Dt = The deviden paid during the period (Deviden yang dibayarkan selama periode t).
PE = Price at the end of period t or sale price (Harga Saham pada
periode t).
PB = Purchase price of the asset or price at the beginning of the period (Harga Saham pada awal periode).
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Indikator Skala
Inflasi (X1)
Tingkat inflasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi Indonesia yang diperoleh dari Bank Indonesia selama periode penelitian tahun 2012-2015.
Inflasi rata-rata pertahun yang diperoleh dari penjumlahan inflasi perbulan selama setahun, kemudian dibagi 12 (dua belas).
Rasio
Suku Bunga (X2)
Tingkat suku bunga yang dimaksud dalam
penelitian ini merupakan tingkat suku
bunga BI rate yang diperoleh dari Bank Indonesia tahun 2012-2015.
BI rate rata-rata pertahun yang diperoleh dari penjumlahan suku bunga BI rate perbulan selama setahun, kemudian dibagi 12 (dua belas).
Rasio
Nilai Tukar Rupiah (X3)
Nilai Tukar Rupiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap US$ yang diperoleh dari Bank Indonesia selama tahun 2012-2015.
Nilai tukar rupiah tiap akhir bulan, kemudian dijumlahkan selama setahun lalu dibagi 12 (dua belas).
Rasio
Return
Saham (Y)
Return yang digunakan
adalah return realisasi (realized return) yaitu
return yang telah terjadi
pada saat penutupan tahun.
�� =��+ (�� − ��)
��
Rasio
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
diberi perlakuan, maupun dimintai pendapat tentang yang sedang diteliti (Indrawati, 2015: 164). Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015.
Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan perkebunan yang telah memenuhi kiriteria yang ditetapkan peneliti. Metode pemilihan sampel adalah metode purposive sampling yaitu memilih anggota sampel tertentu yang disengaja oleh peneliti, karena hanya sampel tersebut saja yang mewakili atau dapat memberikan informasi untuk menjawab masalah penelitian.
Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun
2012-2015.
2. Perusahaan tergolong dalam kelompok perusahaan perkebunan berdasarkan pengklasifikasian Bursa Efek Indonesia.
3. Perusahaan memiliki laporan keuangan yang lengkap dan jelas untuk periode terpilih.
4. Mempunyai data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Tabel 3.2
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No. Kode
Saham Nama Emiten
Kriteria Sampel
yang memenuhi
4 kriteria
1 2 3 4
1. AALI Astra Agro Lestari Tbk √ √ √ √ √ 2. ANJT Austindo Nusantara Jaya
Tbk
X √ X X X 3. BWPT Eagle High Plantations Tbk
(BW Plantation Tbk)
√ √ √ √ √
4. DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk
X √ X X X 5. GOLL Golden Plantation Tbk X √ X X X
6. GZCO Gozco Plantation Tbk √ √ √ √ √
7. JAWA Jaya Agra Wattie Tbk √ √ √ √ √
8. LSIP PP London Sumatera Tbk √ √ √ √ √ 9. MAGP Multi Agro Gemilang
Plantation Tbk
X √ √ X X
10. PALM Provident Agro Tbk √ √ √ X X
11. SGRO Sampoerna Agro Tbk √ √ √ √ √
12. SIMP Salim Invomas Pratama Tbk √ √ √ √ √ 13. SMAR Sinar Mas Agro Resources
and Technology Tbk
√ √ √ √ √
14. SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk
X √ X X X 15. TBLA Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ √ √ 16. UNSP Bakrie Sumatera Plantation
Tbk
√ √ √ √ √
3.6 Jenis dan Sumber Data
3.6.1 Jenis Data
3.6.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yait Indonesia (BI) yait
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui 2 cara yaitu :
1. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer (dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa), dan dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini). Ketika menggunakan metode ini sebagai metode pengumpulan data, maka peneliti bisa menggunakan data yang ada dengan hanya membuat salinan atau menggandakannya.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
berbagai macam literatur seperti buku, jurnal, koran, dan berbagai sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti.
3.8 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik, Analisis Regresi Berganda (Multiple
Regression Analysis), dan pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji
Parsial (uji t), Uji Simultan (uji F), dan Uji Koefisien Determinasi (r2).
3.8.1 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan menjelaskan deskripsi data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian. Hasil dari tabulasi data Return Saham, Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah diinterpretasikan dalam nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi untuk masing-masing variabel.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Saat peneliti akan menggunakan regresi linear, peneliti harus terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis yang meliputi:
1. Uji Normalitas
Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
probablity plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Ghozali, 2013: 161). Dasar pengambilan keputusan:
- Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
- Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Dasar pengambilan keputusan:
a. Bila VIF > 10, terdapat masalah multikolinearitas b. Bila VIF < 10, tidak terdapat multikolinearitas
c. Bila Tolerance < 0,10, maka diduga mempunyai masalah multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedatisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas (Indrawati, 2015: 191). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dapat dilakukan dengan uji Glejser, yaitu dengan melihat nilai signifikansi, jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen (sig < 0,05), maka ada indikasi heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
tidak terjadi autokorelasi. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi, maka dilakukan pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson.
Menurut Indrawati (2012 : 191),
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat besaran Durbin Watson (D-W) sebagai berikut :
- Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. - Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi.
- Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
3.8.3 Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3... Xn) terhadap variabel dependen (Y). Model yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
Y = Return Saham a = Nilai Konstanta
b1,2,3 = Nilai Koefisien Regresi X1 = Inflasi
X2 = Suku Bunga
3.8.4 Pengujian Hipotesis
Tujuan pengujian hipotesis dimaksudkan untuk memutuskan apakah akan menerima dan menolak hipotesa berdasarkan pada data yang diperoleh dari sampel. Suharyadi dan Purwanto (2004: 390) menyatakan bahwa pengujian hipotesa adalah “prosedur yang didasarkan pada bukti sampel yang dipakai untuk menentukan apakah hipotesa merupakan suatu pernyataan yang wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesa tersebut tidak wajar dan oleh karena itu harus ditolak”.
Pengujian statistik baik menerima atau menolak hipotesis tidak dimaksudkan untuk membuktikan bahwa sesuatu benar secara absolut, tetapi pengujian statistik memberikan bukti yang cukup untuk menerima atau menolak suatu hipotesis. Adapun uji statistik yang digunakan dalam menguji hipotesis penelitian ini adalah uji t dan uji F.
1. Uji Parsial (uji t)
Untuk mengetahui apakah suatu variabel secara parsial berpengaruh nyata atau tidak maka digunakan uji t. Cara melakukan uji t adalah dengan mebandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.
Jika nilai t-hitung ≥ t-tabel, maka Ha (hipotesis alternatif)
maka Ho diterima, berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Uji Simultan (uji F)
Uji F-statistik digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan uji F adalah dengan membandingkan nilai F statistik dengan nilai F menurut tabel.
Jika nilai Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan menerima Ha, yang berarti variabel independen secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
3. Uji Koefisien Determinasi (r2)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan microsoft excel dan menggunakan software Statistical Package for Social Sciences
(SPSS). Data yang diolah adalah return saham tahunan dari setiap emiten
selama tahun 2015, inflasi Indonesia rata-rata pertahun dari tahun 2012-2015, suku bunga BI rate rata-rata pertahun dari tahun 2012-2012-2015, dan nilai tukar rupiah terhadap US$ rata-rata pertahun selama tahun 2012-2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015 yaitu sebanyak 16 perusahaan. Dari 16 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian ada sebanyak 10 perusahaan.
4.2 Statistik Deskriptif
Tabel 4.1 Statistik Deskkriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INFLASI 40 ,0428 ,0700 ,060200 ,0104729
SB 40 ,0577 ,0754 ,068275 ,0075554
NTRp 40 9466,0000 13525,0000 11387,750000 1533,0523224
RS 40 -,6577 ,6319 -,122512 ,2854363
Valid N (listwise) 40
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah data penelitian (N) ada 40. Nilai rata-rata inflasi dari tahun 2012-2015 adalah sebesar 0,060200 (6,02%) dan standar deviasi 0,0104729. Nilai minimum inflasi adalah sebesar 0,0428 (4,28%) terjadi pada tahun 2012, sedangkan nilai maksimum inflasi adalah 0,0700 (7,00%) terjadi pada tahun 2013.
Suku bunga (BI rate) rata-rata tahun 2012-2015 adalah 0,068275 (6,8275%) dan standar deviasi 0,0075554. Nilai minimum suku bunga adalah sebesar 0,0577 (5,77%) terjadi pada tahun 2012, sedangkan nilai maksimum suku bunga adalah sebesar 0,0754 (7,54%) terjadi pada tahun 2014.
Nilai tukar rupiah terhadap US$ dari tahun 2012-2015 memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 11387,750000 dan standar deviasi 1533,0523224. Nilai minimun nilai tukar rupiah adalah sebesar Rp 9.466 terjadi pada tahun 2012, sedangkan nilai maksimum sebesar Rp 13.525 terjadi pada tahun 2015.
Return saham perusahaan perkebunan dari tahun 2012-2015 memiliki
pada tahun 2012, sedangkan nilai maksimum return saham perusahaan perkebunan adalah 0,6319 sebesar terjadi pada tahun 2014.
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalaam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji Normalitas dengan analisis grafik histogram dan grafik Normal Probabilty Plot menunjukkan bahwa data terdistribusi normal karena data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dan dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 4.2
Grafik Normal Probability Plot 2. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
INFLASI ,556 1,799
SB ,120 8,349
NTRp ,143 7,015
a. Dependent Variable: RS
Hasil perhitungan Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi yang tinggi antara variabel independen inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama dimana tidak ada
variabel independen inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Nilai VIF untuk inflasi adalah sebesar 1,799, nilai VIF suku bunga sebesar 8,349, dan nilai tukar rupiah sebesar 7,015.
3. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,131 ,398 -,330 ,743
INFLASI 1,236 5,327 ,051 ,232 ,818
SB ,627 15,701 ,019 ,040 ,968
NTRp 3,920E-007 ,000 ,002 ,006 ,996
a. Dependent Variable: RES_2
Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa semua variabel independen yaitu inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah memiliki nilai signifikansi > 0,05, atau tingkat signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, artinya bahwa tidak ditemukan adanya indikasi heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,484a ,234 ,171 ,2599369 1,498
a. Predictors: (Constant), NTRp, INFLASI, SB
[image:31.595.153.515.629.727.2]Hasil uji Durbin Watson menunjukkan nilai sebesar 1,498. Sesuai dengan ketentuan pengambilan keputusan dengan Durbin Watson dimana jika angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. Maka dari hasil uji Durbin Watson di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4.4 Hasil Regresi Linear Berganda
[image:32.595.112.528.503.672.2]Regresi linier berganda merupakan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen. Regresi linier berganda diterapkan pada penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel bebas inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap variabel terikat return saham, serta mengetahui besar pengaruhnya. Hasil analisis regresi linear pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5
Hasil Regresi Linear Berganda Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,134 ,393 -,340 ,736
INFLASI ,265 5,331 ,010 ,050 ,961
SB 38,062 15,918 1,007 2,391 ,022
NTRp ,000 ,000 -1,228 -3,179 ,003
a. Dependent Variable: RS
RETURN SAHAM = -0,134 + 0,265 INFLASI + 38,062 SUKU
BUNGA + 0,000 NILAI TUKAR + e Berdasarkan model regresi diatas dapat dijelaskan bahwa:
1. Konstanta (a) sebesar -0,134 menyatakan bahwa jika variabel independen inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah dianggap konstan, maka rata-rata return saham adalah sebesar -0,134.
2. Koefisien regresi (b1) sebesar 0,265 menyatakan bahwa jika variabel independen inflasi (X1) meningkat satu satuan maka akan akan menaikkan return saham sebesar 0,265.
3. Koefisien regresi (b2) sebesar 38,062 menyatakan bahwa jika variabel independen suku bunga (X2) meningkat satu satuan maka akan akan menaikkan return saham sebesar 38,062.
4. Koefisien regresi (b3) sebesar 0,000 menyatakan bahwa jika variabel independen nikai tukar (X2) meningkat satu satuan maka akan akan menaikkan return saham sebesar 0,000.
4.5 Hasil Uji Hipotesis
1. Uji Parsial (uji t)
Tabel 4.6 Hasil Uji t Coefficientsa
Model T Sig.
1
(Constant) -,340 ,736
INFLASI ,050 ,961
SB 2,391 ,022
NTRp -3,179 ,003
a. Dependent Variable: RS
Dari tabel output SPSS hasil uji parsial dengan membandingkan t hitung dan t tabel:
1) Berdasarkan uji parsial t antara variabel independen inflasi terhadap return saham dengan nilai t hitung 0,050 sedangkan t tabel adalah sebesar 2,02809 dan nilai sig 0,961. Karena nilai t hitung < t tabel dan nilai sig > 0,05, maka hipotesis pertama ditolak dan H0 diterima yang berarti bahwa inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham.
2) Berdasarkan uji parsial t antara variabel independen suku bunga terhadap return saham dengan nilai t hitung 2,391 sedangkan t tabel adalah sebesar 2,02809 dan nilai sig 0,022. Karena nilai t hitung > t tabel nilai sig < 0,05, maka hipotesis kedua diterima dan H0 ditolak yang berarti bahwa suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham.
sedangkan t tabel adalah sebesar 2,02809 dan nilai sig 0,003. Karena nilai t hitung > t tabel, maka Hipotesis ketiga diterima dan H0 ditolak yang berarti bahwa nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham.
2. Uji Simultan (uji F)
[image:35.595.130.519.358.495.2]Uji F-statistik digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel dan hasil perhitungan dengan rumus dibawah ini:
Tabel 4.7 Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,745 3 ,248 3,676 ,021b
Residual 2,432 36 ,068
Total 3,177 39
a. Dependent Variable: RS
b. Predictors: (Constant), NTRp, INFLASI, SB
Uji F dilakukan untuk menguji hipotesis ke empat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh secara simultan terhadap
Return Saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa
nilai Fhitung 3,676 > Ftabel 2,87 dan sig 0,021 < 0.05 yang berarti bahwa hipotesis ke empat diterima yaitu bahwa Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Return Saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.
3. Uji Koefisien Determinasi (r2)
[image:36.595.193.490.422.539.2]Koefisien determinasi adalah kemampuan variabel X (variabel independen) mempengaruhi variabel Y (variabel dependen). Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y. Hasil perhitungan uji Koefisien Determinasi (r2) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (r2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,484a ,234 ,171 ,2599369
a. Predictors: (Constant), NTRp, INFLASI, SB
b. Dependent Variable: RS
4.6 Pembahasan
1. Pengaruh inflasi terhadap return saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung 0,050 sedangkan t tabel adalah sebesar 2,02809 dan nilai sig 0,961. Karena nilai t hitung < t tabel dan nilai sig > 0,05, maka berdasarkan hasil uji t tersebut maka hipotesis pertama “Inflasi berpengaruh terhadap
Return Saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2015”, ditolak yang berarti bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. Adanya kenaikan inflasi yang cukup tinggi dari tahun 2012-2015 tidak berpengaruh terhadap industri perkebunan. Inflasi yang terjadi sepanjang tahun 2012-2015 masih dapat mendorong investor melakukan investasi.
2. Pengaruh Suku Bunga terhadap Return Saham perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.
perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015”, diterima yang berarti bahwa suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. Adanya kenaikan suku bunga BI rate yang ditawarkan Bank Indonesia mampu memberikan pengaruh positif terhadap return saham, yang berarti bahwa meningkatnya suku bunga mampu meningkatkan return saham perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.
Berdasarkan hasil uji t parsial antara variabel independen nilai tukar rupiah terhadap return saham nilai t hitung -3,179 sedangkan t tabel adalah sebesar 2,02809 dan nilai sig 0,003. Karena nilai t hitung > t tabel, maka hipotesis ke tiga ”Nilai Tukar Rupiah berpengaruh terhadap
Return Saham perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek
4. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah secara simultan terhadap Return Saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan hasil uji t, inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap
return saham perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan oleh nilai t hitung 0,050 < t tabel 2,02809 dan nilai sig 0,961 > 0,05. Hasil penelitian ini menolak hipotesis pertama, Inflasi berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.
2. Berdasarkan hasil uji t, suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan oleh nilai t hitung 2,391 > t tabel 2,02809 dan nilai sig 0,022 < 0,05. Hasil penelitian ini menerima hipotesis ke dua, Suku Bunga berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.
penelitian ini menerima hipotesis ke tiga, Nilai Tukar Rupiah berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.
4. Berdasarkan hasil uji F, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini terbukti dari nilai Fhitung 3,676 > Ftabel 2,87 dan sig 0,021 < 0.05. Hasil penelitian ini berarti menerima hipotesis ke empat bahwa inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah berpengaruh secara simultan terhadap
Return Saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2015.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, maka saran-saran yang dapat diajukan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Para investor yang ingin menginvestasikan dananya pada perusahaan perkebunan sebaiknya memperhatikan hasil penelitian ini karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh terhadap return saham.
2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian serupa dengan batasan-batasan tertentu yang lebih bervariatif agar memperoleh kesimpulan yang lebih baik daripada penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul, 2006: 43). Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi di banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan. Pelaku utama dalam pasar modal adalah:
1. Emiten 2. Investor
3. Underwriter (Penjamin Emisi)
4. Pialang
5. Manajer Investasi 6. Penasehat Investasi
Pasar modal terdiri atas 2 jenis yaitu: 1. Pasar Perdana
sebuah perusahaan ingin melepas/menjual sahamnya kepada publik, proses ini biasanya disebut IPO (Initial Public Offering). 2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah tempat atau sarana transaksi jual beli efek antar investor. Proses selanjutnya setelah pasar perdana melepas IPO adalah pasar sekunder dimana transaksi jual belinya dilaksanakan melalui Bursa Efek Indonesia. Harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek yang dipengaruhi daya tarik menarik antara permintaan dan penawaran efek.
2.1.2 Saham
Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan yang go public (Widoatmodjo, 2009: 84). Harga saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika perusahaan penerbitnya mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, maka akan memungkinkan perusahaan tersebut menyisihkan bagian keuntungan itu sebagai dividen dengan jumlah yang tinggi pula. Pemberian dividen yang tinggi ini akan menarik minat masyarakat untuk membeli saham tersebut. Akibatnya, permintaan atas saham tersebut akan meningkat dan pada akhirnya akan memungkinkan pemegang saham mendapatkan capital gain.
Menurut Hartono (2008: 107) saham terdiri atas dua yaitu: 1. Saham Preferen
memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond). Dibandingkan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa.
2. Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common
stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang
mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak. Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah hak kontrol, hak menerima pembagian keuntungan, hak preemptive dan hak klaim sisa.
2.1.3 Return Saham
2.1.3.1 Pengertian Return Saham
Menurut Samsul (2006: 291) return saham adalah “pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi”. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss. Disamping capital gain, investor juga akan menerima deviden tunai setiap tahunnya.
Gumanti (2011: 54) menyatakan bahwa,
Tingkat pengembalian atau return suatu investasi diukur sebagai total keuntungan atau kerugian yang diterima investor selama satu periode tertentu.
Return seringkali dinyatakan dalam perubahan
yang diekspresikan dalam persentase atas nilai awal periode suatu investasi.
2.1.3.2 Jenis Return Saham
Return Saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Return Realisasi
Jones (1996: 136) menyatakan bahwa return realisasi (realized return) adalah “what the term implies,
it is ex post (after the fact) return, or return that was or
could have beenn earned. Realized return has occurred
and can be measured with the proper data”. Jadi Return
realisasi merupakan return yang telah terjadi, dan penghitungannya menggunakan data historis perusahaan yang berguna untuk mengukur kinerja perusahaan.
Return ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
�� =��+ (��− ��)
��
(Jones, 1996: 143) Keterangan:
TR = Total Return (Total return saham pada periode t). Dt = The deviden paid during the period (Deviden yang dibayarkan selama periode t).
PE = Price at the end of period t or sale price (Harga
PB = Purchase price of the asset or price at the beginning of the period (Harga saham pada awal
periode).
2. Return Ekspektasi
Menurut Jones (1996: 136) Return ekspektasi adalah “the estimated return from an asset that investors
anticipate (expect) they will earn over some future
period. As an estimated return, it is subject to
uncertainty and may or may not occur”. Jadi return ini
merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa yang akan datang.
2.1.4 Inflasi
2.1.4.1 Pengertian Inflasi
Menurut Putong dan Andjaswati (2008: 133) yang dimaksud dengan inflasi adalah “proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus”. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat.
pendapatannya juga menurun. Jadi misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya secara relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
2.1.4.2 Jenis inflasi
Jenis-jenis inflasi adalah: 1. Menurut sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu:
1) Inflasi Merayap/Rendah (Creeping Inflation) yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun. 2) Inflasi Menengah (Galloping Inflation) besarnya
antara 10-30% per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar.
3) Inflasi Berat (High Inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100% per tahun.
karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
2. Berdasarkan sebabnya
1) Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena
adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan, oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
2) Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya
produksi karena naiknya biaya produksi. Naiknya biaya produksi dapat terjadi karena ketidakefisienan perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan menurun, kenaikan harga bahan baku, dan lain sebagainya.
3. Berdasarkan asalnya.
1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic
pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru.
2) Inflasi yang berasal dari luar negeri. Karena negara-negara menjadi mitra dagang suatu negara-negara mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
2.1.5 Suku Bunga
Bunga adalah pembayaran atas modal yang dipinjam dari pihak lain. Ia biasanya dinyatakan sebagai persentasi dari modal yang dipinjam, seperti 10 persen, 12 persen atau 15 persen. Menurut Tatang (2011: 254) “Suku bunga tidak dapat dipungkiri merupakan harga dari uang (the price of money)”. Bila uang dianggap sebagai suatu komoditas seperti halnya barang-barang yang lain, maka suku bunga ditetapkan oleh besar kecilnya permintaan dan penawaran atas uang tersebut. Para pelaku ekonomi individu, perusahaan, pemerintah, dan invesor asing akan mempengaruhi besar kecilnya permintaan dan penawaran uang.
memiliki otoritas mengubah suku bunga secara umum adalah bank sentral Bank Indonesia. Biasanya Bank Indonesia akan mengubah suku bunga BI rate atau SBI (Sertifikat Bank Indonesia) untuk menanggapi perubahan inflasi. Jika inflasi tinggi atau nilai tukar rupiah merosot, biasanya Bank Indonesia akan menaikkan BI rate dan SBI.
Peningkatan suku bunga BI rate atau SBI harus dilakukan BI agar masyarakat tetap bersedia menabung di bank. Jika angka inflasi tinggi, lebih tinggi dari suku bunga tabungan atau deposito dan BI tidak meningkatkan suku bunga BI rate atau SBI, maka bank tidak akan menaikkan suku bunga tabungan atau depositonya. Jika ini terjadi, maka masyarakat tidak bersedia menabung sehingga menyebabkan bank kekurangan dana. Hal ini membahayakan. Demikian pula ketika nilai tukar rupiah merosot terhadap mata uang kuat seperti dolar AS, maka BI harus menaikkan suku bunga SBI agar diikuti oleh industri perbankan. Jika tidak dilakukan, maka masyarakat akan mencairkan tabungannya untuk ditukarkan dengan dolar AS. Perubahan suku bunga bank itu akan berdampak pada instrumen investasi keuanggan lainnya, seperti saham dan obligasi.
investasi akan semakin kecil, sebaliknya bila tingkat bunga rendah maka tingkat investasi akan semakin tinggi.
Di dalam meminjamkan uang pemilik modal bukan saja harus memperhatikan tingkat bunga yang diterima, tetapi juga tingkat inflasi. Apabila tingkat inflasi lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga, pemilik modal akan mengalami kerugian dalam meminjamkan uangnya karena modal ditambah bunganya, nilai riilnya lebih rendah dari nilai riil modal sebelum dibungakan.
1.1.6 Nilai Tukar Rupiah
Bagi investor yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai mata uang, perubahan nilai tukar mata uang akan menjadi faktor penyebab real return lebih kecil daripada expected
return. Perubahan nilai tukar dapat disebabkan oleh perubahan
permintaan terhadap mata uang suatu negara dalam perdagangan internasional dan mata uang sebagai komoditas yang diperjualbelikan. Dalam hal ini berlaku hukum permintaan dan penawaran. Jika permintaan terhadap US$ tinggi, maka nilai tukarnya terhadap mata uang negara yang membutuhkan akan naik.
Return yang diperoleh dari investasi saham di bursa asing dapat
tergerus habis oleh kerugian akibat perubahan nilai tukar mata uang negara investor dengan negara di mana investasi dilakukan.
menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan kemampuan bersaing harga pokoknya di pasar internasional meningkat. Peningkatan ini selanjutnya akan memperbesar peluang perusahaan untuk menghasilkan laba dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan dividen. Kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen akan menarik minat investor sehingga harga saham naik. Kenaikan harga saham akan meningkatkan return yang diperoleh oleh investor.
Nilai tukar merupakan perbandingan harga suatu mata uang dengan mata uang lain. Menurut Mandala dan Prathama (2004: 72) “Pergerakan nilai tukar mencerminkan perubahan tingkat kelangkaan. Suatu mata uang dikatakan semakin mahal bila nilai tukarnya semakin menguat, begitu juga sebaliknya. Hal ini mengindikasikan mata uang tersebut semakin langka”. Misalnya bila dikatakan 1 US$ = Rp 10.000, maka untuk mendapatkan satu dollar US kita harus menukarkannya dengan 10.000 unit rupiah. Jika 1 US$ = Rp 7.000, maka dikatakan bahwa nilai tukar US$ melemah atau nilai tukar rupiah menguat, karena untuk mendapatkan 1 unit US$ jumlah rupiah yang dibutuhkan semakin sedikit.
Menurut Mandala dan Prathama (2004: 74) ada dua mekanisme penentuan nilai tukar, yaitu
harga mata uang ditentukan berdasarkan mekanisme pasar (interaksi permintaan dan penawaran).
2. Mekanisme Penetapan Pemerintah. Jika nilai tukar mata uang suatu negara ditetapkan oleh pemerintah, maka negara tersebut menganut nilai tukar (kurs) tetap (fixed
exchange rate). Kelebihan dari sistem ini adalah adanya
kepastian nilai tukar yang dapat meningkatkan ekspektasi. Tetapi kelemahannya adalah kurs yang berlaku tidak selalu menggambarkan tingkat kelangkaan sebenarnya. Tetapi ada juga negara yang membiarkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan mekanisme pasar, yang jika pergerakan nilai tukar mata uangnya melampaui batas, pemerintah melakukan intervensi. Negara yang menempuh cara demikian dikatakan menganut sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange
rate).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Suyanto (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh
Nilai Tukar Uang, Suku Bunga dan Inflasi terhadap Return Saham Sektor Properti yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001–2005. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Populasi dari penelitian adalah seluruh perusahaan yang go public disektor properti yang terdaftar di BEJ (Bursa Efek Jakarta) selama periode penelitian (2001–2005). Pemilihan sampel menggunakan metode purposive
sampling, dengan jumlah 21 perusahaan selama periode Januari tahun
2. Nasir dan Mirza (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Nilai Kurs, Inflasi, Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai kurs, inflasi, suku bunga deposito, dan volume perdagangan saham terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, sehingga dari 28 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian, hanya ada 20 perusahaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan nilai kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan sedangkan tingkat inflasi, suku bunga deposito dan trading
volume activity berpengaruh signifikan terhadap return saham pada
perusahaan perbankan.
3. Yaya dan Shittu (2010) melakukan penelitian dengan judul On the
impact of inflation and exchange rate on conditional stock market
volatility: a re-assessment. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan yang signifikan dari inflasi dan nilai tukar pada volatilitas pasar saham bersyarat.
4. Faoriko (2013) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah, Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal dimana terdapat variabel bebas dan terikat. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah 140 (seratus empat puluh) perusahaan selama periode 2008-2010. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, nilai tukar rupiah tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
return saham, dan inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham.
dalam penelitian ini adalah 6 perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai 2012. Teknik analisis yang digunakan analisis regresi linear berganda yang diuji dengan uji F dan uji t. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa suku bunga secara parsial berpengaruh terhadap return saham, sedangkan nilai tukar dan inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham. Dari hasil uji t juga dapat diketahui bahwa pengaruh dominan terhadap return saham ditunjukkan oleh variabel suku bunga.
6. Mahilo dan Parengkuan (2015) melakukan penelitian dengan judul Dampak Risiko Suku Bunga, Inflasi, dan Kurs Terhadap Return Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak risiko suku bunga, inflasi, dan kurs terhadap return saham perusahaan makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia periode penelitian 2010-2014. Jenis penelitian adalah penelitian asosiatif dengan menggunakan teknik Regresi Linear Berganda. Teknik pemilihan sampel adalah purposive sampling dan diperoleh 17 perusahaan sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa risiko suku bunga, inflasi, dan kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Suyanto (2007)
Analisis Pengaruh Nilai Tukar Uang, Suku Bunga dan
Inflasi terhadap
Return Saham Sektor
Properti yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001–2005.
Nilai tukar uang berpengaruh negatif terhadap return saham,
suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham, dan inflasi berpengaruh positif terhadap return saham.
2. Nasir dan
Mirza (2010)
Pengaruh Nilai Kurs, Inflasi, Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Return
Saham pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Nilai kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham
pada perusahaan perbankan sedangkan
tingkat inflasi, suku bunga deposito dan trading
volume activity
berpengaruh signifikan terhadap return saham
pada perusahaan perbankan.
3. Yaya dan
Shittu (2010)
On the impact of
inflation and exchange rate on
conditional stock market volatility: a re-assessment.
Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan dari inflasi dan nilai tukar pada volatilitas pasar saham bersyarat.
4. Faoriko (2013) Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai
Tukar Rupiah, Terhadap Return
Saham di Bursa Efek Indonesia.
Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
return saham, suku bunga
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, nilai tukar rupiah tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
return saham, dan inflasi,
terhadap return saham. 5. Purnomo dan
Widyawati (2013)
Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap
Return Saham pada
Perusahaan Properti di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai tukar secara parsial tidak berpengaruh terhadap
return saham, inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap
return saham, suku bunga
secara parsial berpengaruh dominan terhadap return saham. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap
return saham.
6. Mahilo dan Parengkuan (2015)
Dampak Risiko Suku Bunga, Inflasi, dan Kurs Terhadap Return Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go
Public di Bursa Efek
Indonesia.
Risiko suku bunga, inflasi, dan kurs secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham.
2.3 Kerangka Konseptual
(H1)
(H2)
(H3)
(H4)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Keterangan:
X1 : Inflasi X2 : Suku Bunga
X3 : Nilai Tukar Rupiah Y : Return Saham
H1 : Pengaruh Inflasi terhadap Return Saham H2 : Pengaruh Suku Bunga terhadap Return Saham
H3 : Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham
H4 : Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan sementara yang diperkirakan akan didukung oleh data empiris dalam penelitian. Hipotesis diperoleh dari teori
Inflasi (X1)
Nilai Tukar Rupiah (X3) Suku Bunga
(X2)
Return Saham
[image:59.595.139.507.124.357.2]yang menjadi dasar pembentukan model konseptual penelitian (Indrawati, 2015:94). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Pengaruh Inflasi terhadap Return Saham
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Inflasi tentu saja akan mempengaruhi kenaikan biaya produksi pada suatu perusahaan. Biaya produksi yang tinggi tentu saja akan membuat harga jual barang naik, sehingga akan menurunkan jumlah penjualan yang akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dengan turunnya return saham perusahaan tersebut. Beberapa akibat lain yang timbul dari inflasi yang tidak terkendali adalah kemerosotan pendapatan rill yang diterima oleh masyarakat, berkurangnya jumlah tabungan domestik yang merupakan sumber dana investasi bagi masyarakat negara-negara berkembang, turunnya gairah pengusaha dalam berinvestasi, timbulnya kemerosotan nilai uang.
Faoriko (2013) meneliti tentang pengaruh inflasi terhadp return saham di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo dan Widyawati
(2013) tentang pengaruh Inflasi terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti di Bursa Efek Indonesia dan hasil penelitian menemukan bahwa inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap
return saham properti. Hal ini disebabkan karena inflasi yang terjadi
lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi. Hasil penelitian Suyanto (2007) juga menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap return saham Sektor Properti yang tercatat di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001–2005.
Nasir dan Mirza (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh Inflasi terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan. Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Inflasi berpengaruh terhadap Return Saham pada
perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012-2015.
2. Pengaruh Suku Bunga terhadap Return Saham
risikonya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan menanamkan uang di bank terutama dalam bentuk deposito.
Suyanto (2007) meneliti tentang pengaruh Suku Bunga terhadap
Return Saham Sektor Properti yang tercatat di Bursa Efek Jakarta tahun
2001–2005. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham. Hasil penelitian Nasir dan Mirza (2010) menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga mempengaruhi seseorang dalam berinvestasi. Berbeda dengan hasil penelitian Mahilo, Parengkuan (2015) yang meneliti Dampak Risiko Suku Bunga terhadap Return Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Risiko suku bunga secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang diajukan adalah:
H2 : Suku Bunga berpengaruh terhadap Return Saham
perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012-2015.
3. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Return Saham
Bagi investor yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai mata uang, perubahan nilai tukar mata uang akan menjadi faktor penyebab real return lebih kecil daripada expected
permintaan terhadap mata uang suatu negara dalam perdagangan internasional dan mata uang sebagai komoditas yang diperjualbelikan. Bagi perusahaan yang berorientasi ekspor, depresiasi terhadap nilai mata uang memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan kemampuan bersaing harga pokoknya di pasar internasional meningkat.
Penelitian Purnomo dan Widyawati (2013) menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai tukar secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan Properti di Bursa Efek Indonesia. Tidak adanya pengaruh nilai tukar terhadap return saham ini lebih disebabkan karena perusahaan properti tidak terlalu bergantung pada produk-produk atau bahan dari luar negeri, sebaliknya selalu mengembangkan produk dalam negeri. Sehingga adanya fluktuasi nilai tukar tidak berdampak signifikan terhadap return saham. Faoriko (2013) juga menemukan hal yang sama yaitu nilai tukar rupiah tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
meningkat jika nilai tukar uang menurun. Berdasarkan penjelasan di atas hipotesis yang diajukan adalah:
H3 : Nilai Tukar Rupiah berpengaruh terhadap Return
Saham perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2015.
4. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar secara simultan terhadap
Return Saham
Return Saham merupakan cerminan untuk melihat kondisi
perusahaan. Return Saham dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari internal perusahaan dan juga dari eksternal perusahaan. Salah satu faktor dari eksternal adalah faktor makro ekonomi diantaranya berupa Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah. Secara parsial Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah diduga saling berhubungan dan berpengaruh pada Return Saham. Selain itu secara simultan Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah diduga saling berhubungan dan berpengaruh terhadap Return Saham.
turut mempengaruhi besarnya return saham. Hasil penelitian Faoriko (2013) juga menunjukkan hasil yang sama dimana inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
return saham sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan
penjelasan di atas hipotesis yang diajukan adalah:
H4 : Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah
berpengaruh secara simultan terhadap Return Saham pada
perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal merupakan sarana jual beli atas instrumen keuangan jangka panjang antara emiten dan investor. Pasar modal di Indonesia terdiri dari pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum sedangkan pasar sekunder adalah tempat atau sarana transaksi jual beli efek antar investor. Investor yang akan mel