KUISIONER PENELITIAN
Oleh : Diana Periwi Br. Bangun (NIM. 121000255)
Mahasiswa (S1-Reguler) Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Isilah pertanyaan dengan sebenar-benarnya dan pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda centang (√ ) atau silang (X) pada kotak isian
jawaban
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nomor kuisioner : Waktu Wawancara :
2. Nama : ... 3. Umur saat ini : ... Tahun
4. Suku Bangsa : Batak Karo Jawa
Batak Toba Aceh
Batak Pakpak Minang
Melayu Lainnya
(...)
5. Agama : Islam Hindu
Protestan Budha
Katolik Konghucu
6. Pendidikan terakhir : Tidak Tamat SD SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi 7. Pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga
Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta
Pegawai/Buruh Petani
Lainnya (Sebutkan) ………
8. Pendapatan perbulan : Kurang dari Rp. 1.000.000,- Rp.1.000.000,- s.d Rp.3.000.000,- Lebih dari Rp.3.000.000,-
B. PENGETAHUAN RESPONDEN
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan mengisi jawaban yang dianggap benar kedalam kotak isian yang tersedia
1. Apa kepanjangan MP-ASI ? A. Makanan Pengganti ASI B. Makanan Pendamping ASI C. Makanan Pokok ASI
2. Tujuan untuk memberikan MP-ASI pada bayi ialah : A. Agar kebutuhan gizi pada bayi dapat tercukupi B. Agar bayi tidak rewel
A. Makanan lumat, seperti bubur susu
B. Makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk C. Makanan cepat saji
5. Menurut Ibu, Makanan Pendamping ASI yang baik untuk bayi 9-12 bulan adalah
A. Makanan lunak, seperti nasi tim B. Makanan lumat, seperti bubur susu
C. Makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk
6. Menurut Ibu, Makanan Pendamping ASI yang baik untuk bayi 12-24 bulan adalah?
A. Makanan lunak, seperti nasi tim B. Makanan lumat, seperti bubur susu
C. Makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk
7. Syarat pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang baik adalah ? A. Lembut, mudah dicerna, gizi seimbang
8. Apakah yang dimaksud dengan MP-ASI dini? A. Makanan yang diberikan sebelum ASI keluar B. Makanan yang diberikan pada bayi berusia < 6 bulan C. Makanan yang diberikan pada bayi prematur
9. Menurut Ibu, apa yang akan terjadi jika bayi diberi makanan atau minuman selain ASI, sebelum 6 bulan?
A. Bayi akan menderita diare dan penyakit infeksi B. Status gizi bayi lebih baik dan bayi lebih sehat C. Bayi akan menjadi bayi cerdas
10. Menurut Ibu, pertumbuhan bayi lebih cepat bila diberi ? A. ASI saja hingga usia 6 bulan
B. ASI dan susu formula mulai bayi berusia 4 bulan C. Vitamin dan susu formula
11. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian MP-ASI ialah : A. MP-ASI harus berasal dari bahan makanan yang bersih dan aman B. Segala jenis bahan makanan bisa dijadikan MP-ASI
C. Hanya perlu memperhatikan rasa makanan dibandingkan nilai gizinya
12. Kriteria MP-ASI yang baik ialah :
A. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi B. Harganya harus mahal
C. Rasanya harus enak
13. Makanan bayi berumur 0 - 6 bulan yang paling baik ialah : A. Hanya ASI saja
B. Bubur susu C. Nasi tim
14. Makanan bayi berumur 6 – 9 bulan sebaiknya adalah : A. Hanya ASI saja
B. SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI
Pilihlah jawaban dengan cara menceklis/contreng (√) pada kolom yang telah
disediakan
3 Diperlukan keahlian khusus untuk menyiapkan MP-ASI yang akan diberikan kepada bayi
4 Pemberian MP-ASI harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi bayi sesuai usia bayi
5 Penting memperhatikan karifan lokal setempat dalam proses memberikan MP-ASI kepada bayi
6 Ibu memberikan MP-ASI kepada bayi sebelum berusia 6 bulan karena sudah menjadi kebiasaan setempat
7 Perlu adanya dukungan suami yang baik untuk dapat memberikan MP-ASI secara tepat kepada bayi
8 Perlu adanya dukungan keluarga yang baik untuk dapat memberikan MP-ASI secara tepat kepada bayi
9
Perlu untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan untuk mengetahui apakah MP-ASI yang diberikan sudah tepat dan sesuai
10
C. PEMBERIAN MP-ASI
3 Pemberian MP-ASI bisa dibarengi dengan pemberian ASI sebelum bayi berusia 6 bulan
4 Bayi akan cepat besar apabila diberikan MP-ASI lebih cepat
5 Bayi akan terlihat gemuk dan menggemaskan apabila di beri MP-ASI lebih cepat secara dini
6 Dukungan suami tidak berpengaruh dalam pemberian MP-ASI
7 Dukungan keluarga tidak berpengaruh dalam pemberian MP-ASI
8 Adanya bentuk kearifan lokal dalam masyarakat tidak mempengaruhi pemberian MP-ASI
9 Tidak perlu keahlian khusus atau pengetahuan tertentu untuk menyiapkan MP-ASI
2 Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan setelah bayi
berusia 6 bulan keatas?
3 Ibu memberikan MP-ASI sesuai dengan kebutuhan bayi?
4 Ibu memberikan MP-ASI kepada bayi atas kesadaran ibu
Terimakasih atas waktu dan parstisipasi anda telah bersedia mengisi kuisioner penelitian yang diberikan
6 Ibu menyiapkan MP-ASI dari bahan makanan yang bersih
dan aman?
7 Ibu menyiapkan bahan makanan yang beraneka ragam untuk
dibuat MP-ASI?
8
Ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lembut dan mudah ditelan seperti bubur susu untuk bayi berusia 6 – 9 bulan?
9
Ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lebih beragam seperti bubur kacang hijau, bubur sumsum, jus buah untuk bayi berusia 9 – 12 bulan?
10
Ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lebih beragam seperti nasi, lauk pauk, sayur, dan buah untuk bayi berusia 12 – 24 bulan?
Lampiran 2 :
Hasil Pengolahan Data
1. Karakteristik Responden
Umur Responden saat ini
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Pendidikan terakhir responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
2. Pengetahuan Responden
Kepanjangan dari MP-ASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Agar kebutuhan gizi pada bayi dapat tercukupi
37 52.1 52.1 52.1
Agar bayi tidak rewel 17 23.9 23.9 76.1
Agar bayi cepat gemuk 17 23.9 23.9 100.0
Total 71 100.0 100.0
Usia yang tepat untuk mulai memberikan makanan lain di samping ASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Makanan Pendamping ASI yang baik untuk bayi 6 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Makanan Pendamping ASI yang baik untuk bayi 9-12 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Makanan lunak, seperti nasi tim
Makanan Pendamping ASI yang baik untuk bayi 12-24 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Makanan lunak, seperti nasi tim
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Yang dimaksud dengan MP-ASI dini
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative pada bayi berusia < 6 bulan
21 29.6 29.6 66.2
Makanan yang diberikan pada bayi prematur
24 33.8 33.8 100.0
Total 71 100.0 100.0
Yang akan terjadi jika bayi diberi makanan atau minuman selain ASI, sebelum 6 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Bayi akan menderita diare dan penyakit infeksi
Frequency Percent Valid Percent
Hal yang harus diperhatikan untuk pemberian MP-ASI adalah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid MP-ASI harus berasal dari bahan makanan yang bersih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang
Makanan bayi berumur 0 - 6 bulan yang paling baik
Frequency Percent Valid Percent
Makanan bayi berumur 6 - 9 bulan yang paling baik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Makanan bayi berumur 9 - 24 bulan yang paling baik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Penting untuk memberikan MP-ASI sesuai dengan usia tumbuh kembang bayi
Frequency Percent Valid Percent
Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan MP-ASI pada bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Diperlukan keahlian khusus untuk menyiapkan MP-ASI yang akan diberikan kepada bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Pemberian MP-ASI harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi bayi sesuai usia bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Penting memperhatikan karifan lokal setempat dalam proses memberikan MP-ASI
kepada bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Setuju 28 39.4 39.4 39.4
Tidak Setuju 18 25.4 25.4 93.0
Sangat Tidak Setuju 5 7.0 7.0 100.0
Total 71 100.0 100.0
Ibu memberikan MP-ASI kepada bayi sebelum berusia 6 bulan karena sudah menjadi
kebiasaan setempat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Perlu adanya dukungan suami yang baik untuk dapat memberikan MP-ASI secara tepat
kepada bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Perlu adanya dukungan keluarga yang baik untuk dapat memberikan MP-ASI secara
tepat kepada bayi
Frequency Percent Valid Percent
Perlu adanya dukungan keluarga yang baik untuk dapat memberikan MP-ASI secara
tepat kepada bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Perlu untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan untuk mengetahui apakah MP-ASI
yang diberikan sudah tepat dan sesuai
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Perlu diadakannya penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan mengenai tatacara
menyiapkan MP-ASI yang mudah dan sehat
Frequency Percent Valid Percent
Semakin cepat memberikan MP ASI kepada bayi maka akan semakin baik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Bayi sudah bisa diberikan MP-ASI walaupun belum berusia 6 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Pemberian MP-ASI bisa dibarengi dengan pemberian ASI sebelum bayi berusia 6 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Bayi akan cepat besar apabila diberikan MP-ASI lebih cepat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Setuju 20 28.2 28.2 28.2
Tidak Setuju 11 15.5 15.5 64.8
Sangat Tidak Setuju 25 35.2 35.2 100.0
Total 71 100.0 100.0
Bayi akan terlihat gemuk dan menggemaskan apabila di beri MP-ASI lebih cepat secara dini
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Dukungan suami tidak berpengaruh dalam pemberian MP-ASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Dukungan keluarga tidak berpengaruh dalam pemberian MP-ASI
Frequency Percent Valid Percent
Adanya bentuk kearifan lokal dalam masyarakat tidak mempengaruhi pemberian MP-ASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Tidak perlu keahlian khusus atau pengetahuan tertentu untuk menyiapkan MP-ASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Peran tugas kesehatan tidak dibutuhkan untuk berkonsultasi mengenai MP-ASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 31 43.7 43.7 43.7
Kurang Baik 40 56.3 56.3 100.0
3. Tindakan Responden
Ibu hanya memberikan ASI saja pada bayi umur 0 – 6 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 29 40.8 40.8 40.8
Tidak 42 59.2 59.2 100.0
Total 71 100.0 100.0
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan setelah bayi berusia 6 bulan
keatas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 25 35.2 35.2 35.2
Tidak 46 64.8 64.8 100.0
Total 71 100.0 100.0
Ibu memberikan MP-ASI sesuai dengan kebutuhan bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 30 42.3 42.3 42.3
Tidak 41 57.7 57.7 100.0
Total 71 100.0 100.0
Ibu memberikan MP-ASI kepada bayi atas kesadaran ibu sendiri tanpa
adanya dorongan dari suami atau keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 25 35.2 35.2 35.2
Tidak 46 64.8 64.8 100.0
Ibu hanya memberikan MP-ASI 4 – 6 kali dalam sehari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 27 38.0 38.0 38.0
Tidak 44 62.0 62.0 100.0
Total 71 100.0 100.0
Ibu menyiapkan MP-ASI dari bahan makanan yang bersih dan aman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 37 52.1 52.1 52.1
Tidak 34 47.9 47.9 100.0
Total 71 100.0 100.0
Ibu menyiapkan bahan makanan yang beraneka ragam untuk dibuat
MP-ASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 29 40.8 40.8 40.8
Tidak 42 59.2 59.2 100.0
Total 71 100.0 100.0
Ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lembut dan mudah ditelan
seperti bubur susu untuk bayi berusia 6 – 9 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 20 28.2 28.2 28.2
Tidak 51 71.8 71.8 100.0
Ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lebih beragam seperti bubur kacang hijau, bubur sumsum, jus buah untuk bayi berusia 9 – 12
bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 26 36.6 36.6 36.6
Tidak 45 63.4 63.4 100.0
Total 71 100.0 100.0
Ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lebih beragam seperti nasi,
lauk pauk, sayur, dan buah untuk bayi berusia 12 – 24 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 24 33.8 33.8 33.8
Tidak 47 66.2 66.2 100.0
Total 71 100.0 100.0
Skor Tindakan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 15 21.1 21.1 21.1
Kurang Baik 56 78.9 78.9 100.0
Hasil Uji Square
Skor Pengetahuan Responden * Pemberian MP-ASI Crosstabulation
Pemberian MP-ASI
Continuity Correctionb 1.970 1 .000
Likelihood Ratio 2.846 1 .002 .002 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 2.847c 1 .002 .002 .002 .002
2. Sikap Responden
Skor Sikap Responden * Pemberian MP-ASI Crosstabulation
Pemberian MP-ASI
Continuity Correctionb 21.721 1 .000
Likelihood Ratio 30.277 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 24.194c 1 .000 .000 .000 .000
DAFTAR PUSTAKA Balata Kecamatan Jorlangn Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015 (Skripsi). Medan : FKM USU.
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Karo 2015. Kabanjahe : Dinkes Karo.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2013. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di Sumatera Utara. Medan : Dinkes Provsu.
_____________________________________. 2015. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara 2015. Medan : Dinkes Provsu.
Ellya, E. Sibagariang. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi : Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Ginting, Daulat, Nanan Sekarwana, Hadyana Sukandar. 2015. Pengaruh Karakteristik, Faktor Internal dan Eksternal Ibu terhadap Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia <6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Barusjahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara .
Medan : Lembaga Penelitian USU.
Handy, Fransisca. 2010. Panduan Menyusui & Makanan Sehat Bayi. Jakarta : Pustaka Bunda.
Irawati, Dewi. 2013. Pengaruh Ibu Bekerja Terhadap Keberhasilan Menyusui dan Terjadinya Gangguan Pertumbuhan Bayi : Riset Penelitian Bidang Kesehatan. Semarang : Lembaga Penelitian UNDIP.
Kemenkes RI. 2004. Pentingnya Makanan Pendamping Air Susu Ibu
____________. 2012. Pedoman Pelaksanaan dan Pendistribusian dan
Pengelolaan Makanan Pendamping ASI(MP-ASI). Jakarta : Direktorat Jenderal Gizi Masyarakat.
Kodrat, Sadewo. 2010. Cerdas Memberikan MP-ASI. Jakarta : Rhineka Cipta. Lilian, Jaweno. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta: Dunia sehat. Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar
pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Murianingsih dan Sulastri. 2008. Hubungan antara Pemberian Makanan
Pendamping ASI Dini dengan Tingkat Kunjungan ke Pelayanan Kesehatan di Kelurahan Sine Sragen. Berita Ilmu Keperawatan ISSN Vol I.113 -118.
Mutiara, Sri, dan Ruslianti. 2013. Buku Pintar Bayi. Jakarta: Pustaka Bunda. Muzaham, Fauzi. 2005. Sosiologi Kesehatan. Depok : Universitas Indonesia. Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rhineka Cipta,
Nadesul, Hendrawan. 2011. Makanan Sehat Untuk Bayi. Jakarta : Puspa Swara. Nursalam . 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Kesehatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Prabantini, Dwi. 2010. A to Z Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta: Andi. Sentra Laktasi Indonesia. 2010. Pemberian Makanan Pendamping ASI
Kuantitatif dan Kualitatif). Bandung : Alfabeta.
Suhardjo. 2013. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.
Makanan Pendamping ASI Pada Anak 0-2 Tahu di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe April 2010. Medan: FK-USU. Yesrina, Dahlia,. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian
Makanan Pendampinga ASI Dini pada Bayi Kecamatan Pasar Rebo Kotamadya Jakarta Timur 2010 (Tesis). Depok : FKM UI.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI Makanan Terbaik Untuk Kesehatan,
Kecerdasan, Dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: Andi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat analitik menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang bersifat cross sectional. Penelitian cross sectional dimaksudkan bahwa pengambilan dan analisis data antara variabel bebas atau varaiabel independen yakni pengetahuan dan sikap ibu mengenai makanan pendamping ASI (MP-ASI), dengan variabel terikat atau variabel dependen yakni pemberian makanan pendamping (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo dilakukan pada waktu yang bersamaan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari Juli – Oktober 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi/baduta yang berusia 6 – 24 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo, dengan kriteria bersedia diwawancarai langsung oleh peneliti untuk mengisi kuisioner yang telah disusun oleh peneliti dalam penelitian. Jumlah responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut (Lemeshow, 1997):
n = Z² . P (1-P) N d² (N-1) + Z²
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi (2042 ibu yang memiliki bayi/baduta usia 6 – 24 bulan) Z : Standar deviasi normal (1,96 dengan Cl 95%)
P : Target populasi (0,5)
d : Derajat ketepatan yang digunakan (=10%)
Perhitungan Besar Sampel :
n = Z² . P (1-P) N d² (N-1) + Z² .
n = (1,96)² . 0,5 (1-0,5) 2042 0,1² (2042-1) + 1,96²
n = 3137,8189 44, 2516
Jumlah besar sampel dalam penelitian ialah sebanyak 71 orang responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
Accidental Sampling. Pengambilan sampel secara aksidental merupakan cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan menemui subjek atau responden penelitian secara langsung berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti dan dilakukan dengan mengambil responden sesuai dengan jumlah sampel yang sudah ditentukan yang ada atau tersedia di lokasi penelitian sesuai dengan konteks penelitian, menanyakan kebersediaan menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan, apabila bersedia maka orang tersebut dapat dijadikan sebagai sampel atau responden dalam penelitian (Sugiyono, 2008).
Kriteria responden dalam penelitian ini ialah responden merupakan ibu yang memiliki bayi/baduta berusia 6 – 24 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo, serta responden bersedia untuk diwawancarai langsung oleh peneliti untuk mengisi kuisioner yang telah disusun sesuai dengan rumusan permasalahan yang diteliti.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
3.4.2 Data Sekunder
Pengumpulan sumber data sekunder berasal dari studi kepustakaan dan studi literatur yang terkait dengan rumusan permasalahan yang sedang diteliti dalam penelitian yang sedang dilaksanakan.
3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini ialah pengetahuan dan sikap ibu mengenai makanan pendamping ASI (MP-ASI), dan variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemberian makanan pendamping (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo tahun 2016.
3.5.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional mengenai masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Umur, yaitu jumlah tahun yang dihitung mulai lahir sampai ulang tahun terakhir responden.
2. Suku bangsa, ialah identitas suku yang dimiliki oleh responden berdasarkan keturunan.
3. Agama, yaitu kepercayaan agama yang dianut oleh responden.
4. Pendidikan, yaitu jenis pendidikan formal yang terakhir diselesaikan oleh responden.
6. Pendapatan, yaitu jumlah pendapatan yang dimiliki atau didapatkan responden dalam setiap bulan.
7. Pengetahuan, yaitu pengetahuan responden mengenai makanan pendamping ASI (MP-ASI).
8. Sikap, yaitu respon atau pernyataan yang menyatakan persetujuan atau penolakan ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI). 9. Tindakan, yaitu tindakan responden dalam memberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0 – 24 bulan.
3.6 Metode Pengukuran
3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Independen
Metode pengukuran variabel independen berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan pada kuisioner yang disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti.
1. Pengetahuan
Pengukuran variabel independen yaitu pengetahuan ibu mengenai makanan pendamping ASI (MP-ASI) dihitung berdasarkan 15 (lima belas) pertanyaan
dengan alternatif jawaban “Benar” (bobot nilai 1) , dan “Salah” (bobot nilai 0). Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan ibu mengenai makanan pendamping ASI (MP-ASI). Nilai maksimal dari keseluruhan skor yaitu 15x1=15.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai variabel independen yakni pengetahuan ibu mengenai makanan pendamping ASI (MP-ASI) dapat dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2006) :
2) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden < 60% atau 0-8.
2. Sikap
Sikap responden dinilai berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari jawaban kuisioner mengenai sikap responden dengan jumlah 20 (dua puluh) pertanyaan yang dibedakan dengan 10 (sepuluh) pertanyaan untuk sikap positif dan 10 (sepuluh) pertanyaan untuk sikap negatif. Untuk penilaian sikap positif responden didasarkan pada 4 (empat) pilihan jawaban dari skala Likert , yaitu :
SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai 3; S (Setuju) dengan bobot nilai 2;
TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 1; dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai 0.
Untuk penilaian sikap negatif responden juga didasarkan pada 4 (empat) pilihan jawaban dari skala Likert , yaitu :
SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai 0; S (Setuju) dengan bobot nilai 1;
TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 2; dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai 3.
Sehingga didapatkan jumlah nilai maksimal yang dapat diperoleh dari penilaian sikap responden ialah sebanyak 3x20=60.
Berdasarkan jawaban tersebut, sikap responden kemudian dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2006) :
3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen
Metode pengukuran variabel dependen berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan pada kuisioner yang disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti. Pengukuran variabel dependen yaitu pemberian makanan pendamping (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan) dihitung berdasarkan 10 (sepuluh) pertanyaan dengan alternatif jawaban
“YA” (bobot nilai 1), dan “TIDAK” (bobot nilai 0). Semakin tinggi skor maka
semakin baik praktek ibu dalam pemberian makanan pendamping (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan). Nilai maksimal dari keseluruhan skor yaitu 10x1=10.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai variabel dependen yakni praktek ibu dalam pemberian makanan pendamping (MP-ASI) pada bayi 0 – 24 bulan dapat dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2006) :
1) Baik : Jika skor yang diperoleh responden > 60% atau 6-10. 2) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden < 60% atau 0-5.
3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1 Metode Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :
1. Editing (Pemeriksaan Data)
2. Coding (Pemberian Kode)
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.
3. Entry (Memasukkan Data)
Data yang akan dimasukkan yakni jawaban-jawaban dari masing-masing
pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk “kode” (angka atau
huruf) yang dimasukkan dalam program atau software statistik komputer. Dalam penelitian ini program statisitik komputer yang dipakai ialah program SPSS (Statistical Product Service Solution).
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning atau pembersihan data yang artinya semua data dari setiap sumber data yang telah selesai dimasukkan, perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi kembali.
5. Scoring (Pemberian Skors)
Scoring atau pemberian skors ialah pemberian nilai yang dilakukan oleh peneliti terhadap isian kuisinoner yang diisi oleh responden, pemberian skors terhadap isian kuisioner dilakukan untuk menyesuiakan dengan statistik uji yang akan dipakai dalam penelitian.
3.7.2 Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunkan dalam penelitian ini yaitu :
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas kabanjahe terletak di dataran tinggi bukit barisan dan sebagianbesar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik. Wilayah kabupaten karo berada pada ketinggian 120-1400 meter di atas permukaaan laut. Luas wilayah kecamatan Kabanjahe 4.465 terdiri dari 8 desa dan 5 kelurahan, jumlah penduduk 63.918. Jumlah tenaga kesehatan 6 dokter, 2 dokter gigi, 8 bidan, 7 perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
Batas –batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Dairi dan Toba Samosir Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Simalungun
Sebelahbarat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi NAD).
Visi pembangunan puskesmas kabanjahe adalah untuk mencapai
sehat. Misi pembangunan puskesmas kabanjahe adalah memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau pada individu, keluarga dan masyarakat, mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (phbs) dalam lingkungan yang sehat, dan menumbuhkan kembangkan keikutsertaan masyarakat dan swasta dalam pembangunan berwawasan kesehatan termasuk pendanaan.
4.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden
Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi/baduta yang berusia 6 – 24 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo, dengan kriteria bersedia diwawancarai langsung oleh peneliti untuk mengisi kuisioner yang telah disusun oleh peneliti dalam penelitian dan memiliki karakteristik tertentu baik dari segi karakteristik demografis yang berupa umur, suku bangsa, agama, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan, dengan jumlah sampel sebanyak 71 orang.
Tabel 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden
Karakteristik
Responden Jumlah (n) Persentase (%)
Agama
Karakteristik responden berdasarkan suku bangsa, yaitu diketahui bahwa sebagian besar responden merupakan suku bangsa Batak Karo yakni sebanyak 30 orang (42,3%), responden yang memiliki suku bangsa Batak Toba yakni sebanyak 19 orang (26,8%), responden yang memiliki suku bangsa Batak Pakpak yakni sebanyak 10 orng (14,1%), kemudian responden yang memiliki suku bangsa Jawa yakni sebanyak 11 orang (15,5%), dan responden yang memiliki suku bangsa Aceh yakni sebanyak 1 orang (1,4%). Karakteristik responden berdasarkan agama diketrahui bahwa sebagian besar responden bergama Protestan yakni sebanyak 35 orang (49,3%), kemudian responden yang beragama Islam sebanyak 24 orang (33,8%), dan responden yang beragama Katolik yakni sebanyak 12 orang (16,9%).
yang bekerja sebagai pegawai negersi sipil dan petani yakni masing-masing sebayak 8 orang (11,3%).
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan antara Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,- setiap bulannya yakni sebanyak 37 orang (52,1%), responden yang memiliki tingkat pendapatan lebih dari Rp.3.000.000,- setiap bulannya yakni sebanyak 15 orang (21,1%), kemudian responden yang memiliki tingkat pendapatan kurang dari Rp. 1.0000.0000,- setiap bulannya yakni sebanyak 10 orang (14,1%), dan responden yang tidak memiliki pendapatan yakni sebanyak 9 orang (12,7%).
4.3 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Pengetahuan responden terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 Bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karodapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
No.
Tujuan untuk memberikan MP-ASI pada bayi ialah agar kebutuhan gizi ASI ialah setelah bayi berusia 6 bulan
4
Menurut ibu, Makanan Pendamping ASI yang baik untuk bayi 6 bulan untuk bayi 9-12 bulan adalah makanan lunak, seperti nasi tim
26 36,6 45 63,4 71 100
6
Makanan pendamping ASI yang baik untuk bayi 12-24 bulan adalah makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk
55 77,5 16 22,5 71 100
7
Syarat pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang baik adalah bertekstur lembut, mudah dicerna, dan memiliki gizi seimbang
47 66,2 24 33,8 71 100
8
Yang dimaksud dengan MP-ASI dini adalah makanan yang diberikan pada bayi sebelum bayi berusia 6 bulan
21 29,6 50 70,4 71 100 pemberian MP-ASI ialah MP-ASI harus berasal dari bahan makanan yang bersih dan aman
48 67,6 23 32,4 71 100
12
Kriteria MP-ASI yang baik ialah Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi sebaiknya adalah bubur kacang hijau, bubur sumsum dan jus buah
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa pengetahuan responden terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo yang sudah dianggap baik yaitu mayoritas responden yakni sebanyak 55 orang responden (77,5%) sudah mengetahui bahwa makanan pendamping ASI yang baik untuk bayi 12-24 bulan adalah makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk, kemudian 49 orang responden (69%) sudah mengetahui bahwa kriteria MP-ASI yang baik ialah Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi, dan sebanyak 48 orang responden (67,6%) sudah mengetahui bahwa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian MP-ASI ialah MP-ASI harus berasal dari bahan makanan yang bersih dan aman.
Sedangkan pengetahuan responden terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo yang masih dianggap kurang baik yaitu bahwa hanya sebanyak 16 orang responden (22,5%) yang mengetahui bahwa Usia yang tepat untuk mulai memberikan makanan lain di samping ASI ialah setelah bayi berusia 6 bulan, kemudian hanya ada 15 orang responden (21,1%) yang mengetahui bahwa kepanjangan dari MP-ASI adalah Makanan Pendamping ASI, dan Makanan bayi berumur 6 – 9 bulan sebaiknya bubur susu, dan hanya ada 13 orang responden yang mengetahui bahwa makanan bayi umur 9 – 24 bulan sebaiknya adalah bubur kacang hijau, bubur sumsum dan jus buah.
dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo, maka kategori pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Kategori Pengetahuan
Responden Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 29 40,8
Kurang Baik 42 59,2
Total 71 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 42 orang responden (59,2%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo dalam kategori yang kurang baik, dan hanya 29 orang responden (40,8%) yang memiliki pengetahuan terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo dalam kategori yang baik.
4.4 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
4.4.1 Gambaran Sikap Positif Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Tabel 4.4 Gambaran Sikap Positif Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
No.
Diperlukan keahlian khusus untuk menyiapkan MP-ASI yang akan diberikan kepada bayi
28 39,4 17 23,9 17 23,9 9 12,7
4
Pemberian MP-ASI harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi bayi sesuai usia bayi
29 40,8 20 28,2 15 21,1 7 9,9
5
Penting memperhatikan karifan lokal setempat dalam proses memberikan MP-ASI kepada bayi
Perlu adanya dukungan keluarga yang baik untuk dapat memberikan MP-ASI secara tepat kepada bayi
44 62,0 14 19,7 11 15,5 2 2,8
9
Perlu untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan untuk mengetahui apakah MP-ASI yang diberikan sudah tepat dan sesuai
30 42,3 17 23,9 19 26,8 5 7,0
10
Perlu diadakannya penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan mengenai tatacara menyiapkan MP-ASI yang mudah dan sehat
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa sikap postif responden terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo yang paling dominan dan dianggap sudah baik ialah sebanyak 44 orang responden (62%) menyatakan sangat setuju bahwa perlu adanya dukungan keluarga yang baik untuk dapat memberikan MP-ASI secara tepat kepada bayi, kemudian 42 orang responden (59,2%) yang menyatakan bahwa perlu diadakannya penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan mengenai tatacara menyiapkan MP-ASI yang mudah dan sehat, dan sebanyak 37 orang responden (52,1%) menyatakan sangat setuju bahwa ibu memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan MP-ASI pada bayi dan ibu yang tidak memberikan MP-ASI kepada bayi sebelum berusia 6 bulan karena sudah menjadi kebiasaan setempat.
4.4.2 Gambaran Sikap Negatif Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Gambaran sikap negatif responden terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Gambaran Sikap Negatif Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
No.
Pemberian MP-ASI bisa dibarengi dengan pemberian ASI sebelum bayi berusia 6 bulan menggemaskan apabila di beri MP-ASI lebih cepat secara dini
16 22,5 13 18,3 16 22,5 25 35,2 6 Dukungan suami tidak berpengaruh
dalam pemberian MP-ASI 17 23,9 19 26,8 14 19,7 21 29,6 7
Dukungan keluarga tidak berpengaruh dalam pemberian MP-ASI
Peran petugas kesehatan tidak dibutuhkan untuk berkonsultasi mengenai MP-ASI
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa sikap negatif responden terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo yang paling dominan ialah sebanyak 24 orang responden (33,8%) menyatakan sangat setuju bahwa Bayi sudah bisa diberikan MP-ASI walaupun belum berusia 6 bulan, kemudian 20 orang responden (28,2%) menyatakan bahwa bayi akan cepat besar apabila diberikan MP-ASI lebih cepat, dan adanya bentuk kearifan lokal dalam masyarakat tidak mempengaruhi pemberian MP-ASI, serta sebanyak 19 orang responden (26,8%) menyatakan sangat setuju bahwa pemberian MP-ASI bisa dibarengi dengan pemberian ASI sebelum bayi berusia 6 bulan
Sedangkan sikap negatif responden terhadap terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo yang dinilai sudah baik dan mengarah ke sikap positif ialah diketahui bahwa 34 orang responden (47,9%) menyatakan sangat tidak setuju bahwa tidak perlu keahlian khusus atau pengetahuan tertentu untuk menyiapkan MP-ASI, kemudian 31 orang responden (43,7%) yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa semakin cepat memberikan MP ASI kepada bayi maka akan semakin baik, dan sebanyak 25 orang responden (35,2%) yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa bayi akan cepat besar apabila diberikan MP-ASI lebih cepat, bayi akan terlihat gemuk dan menggemaskan apabila di beri MP-ASI lebih cepat secara dini, serta peran petugas kesehatan tidak dibutuhkan untuk berkonsultasi mengenai MP-ASI.
(6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo, maka kategori sikap responden dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Kategori Sikap Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Kategori Sikap
Responden Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 31 43,7
Kurang Baik 40 56,3
Total 71 100
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 40 orang responden (56,3%) memiliki sikap terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo dalam kategori yang kurang baik, dan hanya 31 orang responden (43,7%) memiliki sikap terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo dalam kategori yang baik.
4.5 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Gambaran tindakan responden terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
2
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan setelah bayi berusia 6 bulan
Ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lembut dan mudah ditelan seperti bubur susu untuk bayi berusia 6 – 9 bulan
20 28,2 51 71,8 71 100
9
Ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lebih beragam seperti bubur kacang hijau, bubur sumsum, jus buah untuk bayi berusia 9 – 12 bulan
26 36,6 45 63,4 71 100
10
Ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lebih beragam seperti nasi, lauk pauk, sayur, dan buah untuk bayi berusia 12 – 24 bulan
24 33,8 47 66,2 71 100
pada bayi umur 0 – 6 bulan, dan ibu menyiapkan bahan makanan yang beraneka ragam untuk dibuat MP-ASI.
Sedangkan tindakan responden terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo yang perlu ditingkatkan ialah diketahui bahwa hanya ada sebanyak 25 orang responden (35,2%) yang menyatakan bahwa makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan setelah bayi berusia 6 bulan keatas, dan ibu memberikan MP-ASI kepada bayi atas kesadaran ibu sendiri tanpa adanya dorongan dari suami atau keluarga, kemudiabn hanya ada sebanyak 24 orang responden (33,8%) yang menyatakan bahwa ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lebih beragam seperti nasi, lauk pauk, sayur, dan buah untuk bayi berusia 12 – 24 bulan, dan hanya 20 orang responden (28,2%) yang menyatakan bahwa ibu memberikan MP-ASI berupa makanan yang lembut dan mudah ditelan seperti bubur susu untuk bayi berusia 6 – 9 bulan.
Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran tindakan responden terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo, maka kategori tindakan responden dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8 Kategori Tindakan Responden terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Kategori Tindakan
Responden Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 15 21,1
Kurang Baik 56 78,9
Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 56 orang responden (78,9%) memiliki tindakan terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo, dalam kategori yang kurang baik, dan hanya ada sebanyak 15 orang responden (21,1%) memiliki tindakan terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo dalam kategori yang baik.
4.6 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Analisis bivariat yang digunakan adalah dengan analisis tabulasi silang menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel penelitian yang diasumsikan memiliki hubungan terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo. Pada analisis penelitian ini variabel kategori pengetahuan dan sikap responden dihubungkan dengan variabel pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo.
4.6.1 Hubungan Pengetahuan terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan terhadap Pemberian Makanan (41,2%) hanya ada 9 orang responden (12,6%) yang memiliki pengetahuan dalam kategori yang baik dengan perilaku pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo yang juga dalam kategori yang baik, dan dari 42 orang responden (58,8%) ada 36 orang responden (50,4%) yang memiliki pengetahuan dalam kategori yang kurang baik, memiliki perilaku pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo yang juga dalam kategori yang kurang baik.
pengetahuan responden maka pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo juga akan cenderung semakin kurang baik.
4.6.2 Hubungan Sikap terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Hubungan sikap terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :
Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) sehingga berdasarkan hasil uji diketahui bahwa ada hubungan sikap responden dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo, semakin baik sikap responden maka pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo cenderung akan semakin baik. Begitupun sebaliknya, semakin kurang baik sikap responden maka pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6– 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo juga akan cenderung semakin kurang baik.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Pengetahuan merupakan sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia yang didapatkan melalui proses pembelajaran. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling pengaruh memengaruhi menyesuaikan situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu yang berbeda-beda, pikiran atau perasaan atau keinginan biasa lebih dominan. Pengetahuan seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam memberikan MP-ASI pada bayi.
yang mana sebagian besar ibu yang memiliki bayi dan baduta di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe sudah memberikan makanan lain disamping ASI meskipun usia bayi mereka masih kurang dari 6 bulan.
Para ibu juga belum mengetahui mengenai jenis makanan yang baik untuk diberikan sebagai makanan pendamping ASI sesuai dengan usia pertumbuhan bayi, seperti makanan pendamping ASI yang baik untuk bayi 9-12 bulan ialah makanan lunak seperti bubur susu, nasi tim dan sebagainya, namun justru para ibu memberikan makanan lain yang dinilai tidak sesuai dengan usia pertumbuhan bayi seperti sudah diberikan nasi, buah-buahan, bubur, dan sebagainya yang dinilai cukup menyulitkan untuk dicerna organ pencernaan bayi, hal inilah yang menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, infeksi saluran cerna dan sebagainya, karena pemberian makanan pendamping ASI atau MP-ASI yang tidak sesuai dengan usia pertumbuhan bayi.
dengan baik dan tepat baik dari segi waktu pemberian MP-ASI, dan pemberian jenis makanan sebagai MP-ASI yang disesuaikan dengan usia pertumbuhan bayi.
Pengetahuan tentang MP-ASI sangat penting untuk di dapat karena dengan pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala zat gizi yang diperlukan dan manfaat MP-ASI sehingga ibu dapat memberikan makanan pendamping yang tepat. Pengetahuan tentang MP-ASI seorang ibu juga besar pengaruhnya bagi perubahan sikap dan perilaku didalam pemilihan bahan makanan yang selanjutnya berpengaruh pada tumbuh kembang dan gizi anak yang bersangkutan. Sebagian besar ibu yang memiliki pengetahuan baik dan cukup seharusnya menerapkan pola pemberian ASI dan MP-ASI yang baik pada anak, namun dalam penelitian yang dilakukan tentang pola pemberian ASI dan MP-ASI baik pada anak 24 bulan masih tidak tepat.
tersebut mengalami gangguan kesehatan maka ia akan segera mencari pelayanan kesehatan.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak sama pemahamannya dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki. Secara umum, pengetahuan yang baik akan memunculkan sikap yang baik dan mengaplikasikannya dalam tindakan. Semakin tinggi pengetahuan seseorang terhadap kesehatan, semakin tinggi kesadaran orang tersebut dalam menjaga kesehatannya.
harus dibangunkan untuk diberi makan, karena untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Banyak ibu yang memiliki bayi dan baduta di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe yang memiliki pengetahuan yang baik untuk mengetahui bahwa makanan pendamping AI atau MP-ASI baru diberikan setelah bayi berusia lebih dari 6 (enam) bulan, namun dalam prakteknya justru sudah banyak ibu sudah memberikan MP-ASI dini kepada bayi sebelum bayi berusia 6 (enam) bulan. Hal-hal dominan yang memengaruhi tindakan pemberian MP-ASI dini pada bayi, selain dari pengetahuan dan sikap ibu ialah adanya kebiasaan atau kebudayaan yang sudah menganggap hal biasa, apabila bayi diberikan MP-ASI sebelum berusia 6 (enam) bulan, dan tuntutan dari keluarga bahwa bayi harus segera diberikan MP-ASI agar dapat tumbuh dan berkembang lebih baik, lebih cepat menyesuaikan dengan pola makan keluarga, dan bayi terlihat lebih gemuk dan menggemaskan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bahri (2013) yang menjelaskan bahwa dimana sebagian besar ibu kurang mengetahui tentang makanan pendamping ASI yaitu sebesar 86,8%. Rendahnya pengetahuan responden di duga disebabkan antara lain kurangnya informasi, kurang jelasnya informasi dan kurangnya kemampuan responden untuk memahami informasi yang diterima.
Hal serupa disampaikan hasil penelitian oleh Bona (2014) mengenai pemberian MP-ASI pada bayi di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado yang menunjukkan bahwa pada bahwa 52,8% responden yang menjadi subyek penelitian sebenarnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga menjadi faktor yang menguntungkan untuk diberikan pengetahuan tentang manfaat dari pemberian MP-ASI, namun ternyata masih terdapat lebih dari 50% responden yang tidak memberikan MP-ASI pada bayi dan balita secara tepat. Pengetahuan atau informasi yang telah didapat diharapkan akan memberikan motivasi untuk dapat memberikan MP-ASI secara baik pada bayi agar dapat bertumbuh kembang secara sehat sesuai dengan tahapan usianya.
5.2 Hubungan Sikap terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam pemberian MP-ASI pada bayi dan baduta (6-24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI atau MP-ASI di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe yang telah dilakukan oleh penulis, menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih memiliki kategori sikap yang kurang baik terhadap pemberian makanan pendamping ASI atau MP ASI pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan). Masih banyak ibu yang memiliki bayi dan baduta di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe yang memiliki sikap negatif terhadap pemberian MP-ASI, seperti masih banyak ibu yang menilai bahwa bayi sudah bisa diberikan MP-ASI walaupun belum berusia 6 bulan, serta ibu yang memiliki penilaian bahwa bayi akan terlihat gemuk dan menggemaskan apabila diberikan MP-ASI lebih cepat secara dini, tentu saja ini bukanlah merupakan suatu penilaian yang tepat terhadap pemberian MP-ASI pada bayi.
kurang baik sikap responden maka pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo juga akan cenderung semakin kurang baik. Hal ini terlihat bahwa ibu yang memiliki penilaian atau persepsi yang baik terhadap makanan pendamping ASI atau MP-ASI juga akan cenderung memiliki pemberian akan cenderung memberikan MP-ASI kepada bayi dengan baik dan tepat baik dari segi waktu pemberian MP-ASI, dan pemberian jenis makanan sebagai MP-ASI yang disesuaikan dengan usia pertumbuhan bayi.
Hasil pengamatan penulis, bahwa pada umumnya alasan ibu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe memberikan makanan pendamping ASI yang tidak tepat sesuai usia bayi adalah karena bayi sering menangis sehingga ibu menganggap bahwa bayinya masih lapar, ibu merasa dengan memberikan makanan tambahan bayi akan sehat serta bayi cepat tumbuh besar. Selain itu adapula ibu yang beralasan bahwa khawatir akan tidak naiknya berat badan anak karena kurangnya asupan gizi apabila hanya diberikan ASI.
Menurut penulis, salah satu hal yang paling dominan dalam menentukan sikap ibu dalam memberikan makanan pendamping pada bayi ialah dukungan keluarga. Hal ini terlihat bahwa banyak ibu di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe yang memberikan MP-ASI pada bayi karena adanya perintah dari anggota keuarga dalam hal ini biasanya ialah nenek si bayi yang menyuruh si ibu untuk memberikan MP-ASI pada bayi baik itu berupa pisang, bubur susu, air teh, dan sebagainya, dengan anggapan bahwa bayi akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan pola makan keluarga, dan tumbuh lebih baik. Hal lain yang menentukan sikap ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi ialah bayi dianggap sering sekali rewel apabila hanya diberikan ASI, karena ibu menganggap jika hanya diberikan ASI maka bayi masih tetap merasa lapar, sehingga harus diberikan MP-ASI, ditambah lagi bagi sebagian ibu yang sudah bekerja menganggap sangat merepotkan apabila harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi, sehingga bayi sudah diberikan makanan pendamping ASI atau MP-ASI meskipun usia bayi belum mencapai 6 (enam) bulan.
memengaruhi efektifitas perilaku kesehatan adalah sikap individu. Jika individu setuju dengan bagian-bagian isi stimulus yang diberikan, maka individu akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan individu berbeda dengan stimulus yang di respon oleh individu maka upaya untuj membentuk suatu tindakan yang diinginkan tidak akan bisa tercapai. Sikap penerimaan terlihat dari pendapat para responden mengenai MP-ASI, hal ini merupakan salah satu hal positif dari suatu tindakan yang harapannya dapat berjalan secara berkelanjutan.
Hal yang sama disampaikan dalam penelitian Lianda (2015) yang menjelaskan bahwa berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap responden tentang MP-ASI dengan pemberian MP-ASI kepada bayi. Dilihat dari nilai Odds
Ratio (OR) menunjukkan bahwa responden dengan persepsi yang baik
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo tahun 2016, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang usia yang produktif yakni berkisar antara 26 - 30 tahun, dalam artian dalam usia tersebut, seorang ibu bisa mandiri dalam pencarian informasi dan memberikan tindakan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat dan baik.
2. Sebagian besar responden telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/Sederajat, yang seharusnya responden dapat mencari sumber informasi secara mandiri mengenai pemberian ASI sehingga dapat memberikan MP-ASI pada bayi dan baduta secara tepat dan baik.
4. Sebagian besar responden sudah mengetahui bahwa MP-ASI baru bisa diberikan setelah bayi berusia 6 bulan, namun pada kenyataannya sebagian besar responden sudah memberikan MP-ASI pada bayi, meskipun usia bayi belum mencapai 6 (enam) bulan.
5. Sebagian besar responden memiliki sikap terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dalam kategori yang kurang baik, dalam artian masih banyak ibu di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe yang memiliki penilaian atau persepsi yang salah atau tidak sesuai terhadap MP-ASI, sehingga pemberian MP-ASI pada bayi dan baduta menjadi kurang baik dan tepat baik dari segi waktu pemberian maupun pemilihan jenis bahan makanan yang menjadi MP-ASI.
6. Hal lain yang dapat memengaruhi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi dan baduta ialah perlunya dukungan suami dan dukungan keluarga yang baik kepada ibu, agar ibu dapat memberikan MP-ASI secara baik dan tepat sesuai dengan usia perkembangan bayi dan baduta.
7. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pengetahuan responden terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten, dalam artian bahwa semakin baik pengetahuan ibu maka pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan) cenderung akan semakin baik.
semakin baik sikap responden maka pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan) di cenderung akan semakin baik.
9. Variabel sikap merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta (6 – 24 bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo, dalam artian bahwa meskipun pengetahuan ibu kurang baik, namun jika sikap ibu baik maka pemberian MP-ASI pada bayi dan balita cenderung akan tetap baik dan sesuai baik dari segi waktu pemberian MP-ASI, maupun pemilihan jenis makanan yang dapat dijadikan sebagai MP-ASI.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sesuai dengan penelitian yang telah dilaksanakan ialah :
1. Diharapkan kepada pihak petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas Kabanjahe untuk lebih meningkatkan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) melalui kegiatan penyuluhan kesehatan yang komprehensif melibatkan kader kesehatan di wilayaj kerjanya untuk meningkatakan pengetahuan dan sikap ibu khususnya tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada ibu yang mempunyai bayi dan baduta umur 6-24 bulan 2. Diharapakan kepada Puskesmas Kabanjahe mengarahkan Bidan Desa atau
pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi dan baduta di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Kesehatan
2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus -Organisme–Respon. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
2.1.2 Dimensi Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner, perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu : (Notoatmodjo, 2010)
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu : a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri. Menurut Suchman dalam Muzaham (2005), memberikan batasan perilaku sakit sebagai tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak (discomfort) atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu. Suchman menganalisa pola proses pencarian pengobatan dari segi individu maupun pola proses pencarian pengobatannya, terhadap lima macam reaksi dalam proses mencari pengobatan. Shoping adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan yang menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa atau pengobatan sesuai dengan harapan si sakit.
a) Fregmentation, adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama. Contoh : Berobat ke dokter, sekaligus ke sinse dan dukun.
b) Procastination, adalah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan.
c) Self medication, ialah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat – obatan yang dinilainya tepat baginya.
d) Discontinuity, adalah penghentian proses pengobatan.