DATA PERCOBAAN
PENGARUH BANYAKNYA KEPING ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR
RANTAI KONDISI BASAH TUGAS AKHIR
1. Tabel Pengukuran Distribusi Tegangan Isolator Tekanan (P) : 751,7 mmHg
Temperatur (T) : 28 °C
Tabel 1. Distribusi Tegangan 5 Keping Isolator pada Kondisi Kering No Isolator
ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
I II III IV V Vrata-rata
Tabel 2. Distribusi Tegangan 6 Keping Isolator pada Kondisi Kering No Isolator
ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
2 7
Tabel 4. Distribusi Tegangan 8 Keping Isolator pada Kondisi Kering No Isolator
ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
Tekanan (P) :749,6 mmHg Temperatur (T) :30,3 °C
Tabel 5. Distribusi Tegangan 9 Keping Isolator pada Kondisi Kering No Isolator
ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
I II III IV V Vrata-rata
Tabel 6. Distribusi Tegangan 10 Keping Isolator pada Kondisi Kering No Isolator
ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
Vrata-No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
I II III IV V Vrata-rata
Tabel 7. Distribusi Tegangan 5 Keping Isolator pada Kondisi Basah Sedang (Intensitas Pembasahan : 3,3 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
Tekanan (P) : 748,8 mmHg Temperatur (T) :30,8 °C
Tabel 8. Distribusi Tegangan 5 Keping Isolator pada Kondisi Basah Tinggi (Intensitas Pembasahan : 5,5 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
I II III IV V Vrata-rata
Tabel 9. Distribusi Tegangan 6 Keping Isolator pada Kondisi Basah Ringan (Intensitas Pembasahan : 0,8 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
1 Gap 6
Tabel 11. Distribusi Tegangan 6 Keping Isolator pada Kondisi Basah Tinggi (Intensitas Pembasahan : 5,5 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
Tekanan (P) :751,8 mmHg Temperatur (T) :28,1 °C
Tabel 12. Distribusi Tegangan 7 Keping Isolator pada Kondisi Basah Ringan (Intensitas Pembasahan : 0,8 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
I II III IV V Vrata-rata
Tabel 13. Distribusi Tegangan 7 Keping Isolator pada Kondisi Basah sedang (Intensitas Pembasahan : 3,3 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
1 Gap 7
Tabel 15. Distribusi Tegangan 8 Keping Isolator pada Kondisi Basah Ringan (Intensitas Pembasahan : 0,8 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
Tekanan (P) :748,5 mmHg Temperatur (T) :30,9 °C
Tabel 16. Distribusi Tegangan 8 Keping Isolator pada Kondisi Basah sedang (Intensitas Pembasahan : 3,3 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
I II III IV V Vrata-rata
Tabel 17. Distribusi Tegangan 8 Keping Isolator pada Kondisi Basah Tinggi (Intensitas Pembasahan : 5,5 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
1 Gap 9
Tabel 19. Distribusi Tegangan 9 Keping Isolator pada Kondisi Basah sedang (Intensitas Pembasahan : 3,3 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
8 3
Tabel 20. Distribusi Tegangan 9 Keping Isolator pada Kondisi Basah Tinggi (Intensitas Pembasahan : 5,5 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
I II III IV V Vrata-rata
Tabel 21. Distribusi Tegangan 10 Keping Isolator pada Kondisi Basah Ringan (Intensitas Pembasahan : 0,8 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
6.8 6.5 6.3 6.6 6.5 6.53
Tekanan (P) :748,5 mmHg Temperatur (T) :30,9 °C
Tabel 22. Distribusi Tegangan 10 Keping Isolator pada Kondisi Basah Sedang (Intensitas Pembasahan : 3,3 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
I II III IV V Vrata-rata
1 Gap 10
66.4 66.2 65.4 66.1 65.9 66 2 10
57.2 58.4 57.3 58 57.3 57.63 3 9
53.2 52.3 52.4 52.9 52.3 52.63 4 8
47.8 47.5 44.3 46.6 46.5 46.53 5 7
40.9 40.8 40.4 41.2 40.2 40.7 6 6
35.6 35.8 34.9 35.5 35.4 35.43 7 5
29.4 28.9 28.6 29 28.9 28.96 8 4
24.2 23.5 23.6 23.8 23.7 23.76 9 3
18.1 17.6 17.8 17.8 17.9 17.83 10 2
14.4 13.2 12.8 13.5 13.4 13.46 11 1
Tekanan (P) :748,8 mmHg Temperatur (T) :30,5 °C
Tabel 23. Distribusi Tegangan 10 Keping Isolator pada Kondisi Basah Tinggi (Intensitas Pembasahan : 5,5 mm/menit)
No Isolator ke (n)
Tegangan Tembus (kV)
I II III IV V Vrata-rata
1 Gap 10
65.9 65.3 64.8 65.3 65.3 65.33 2 10
58.3 57.9 57.2 57.9 57.7 57.8 3 9
54.5 53.2 52.1 53.3 53.2 53.26 4 8
46.9 47.4 45.2 47.5 45.2 46.5 5 7
42.7 40.9 41.2 41.9 41.3 41.6 6 6
34.8 34.9 34.1 34.9 34.3 34.6 7 5
28.7 28.5 28.2 28.4 28.5 28.46 8 4
23.2 22.9 23.8 23.5 23.1 23.3 9 3
17.5 17.3 16.5 17 17.2 17.1 10 2
13.2 12.9 12.8 12.9 13 12.96 11 1
5 8
20 0,125 0,0125 20 0,069 0,0069
30 0,163 0,0163 30 0,085 0,0085
40 0,201 0,0201 40 0,094 0,0094
50 0,239 0,0239 50 0,110 0,0110
60 0,277 0,0277 60 0,126 0,0126
70 0,315 0,0315 70 0,142 0,0142
80 0,353 0,0353 80 0,158 0,0158
6
10 0,077 0,0077
9
10 0,032 0,0032
20 0,117 0,0117 20 0,041 0,0041
30 0,146 0,0146 30 0,052 0,0052
40 0,186 0,0186 40 0,056 0,0056
50 0,226 0,0226 50 0,063 0,0063
60 0,266 0,0266 60 0,086 0,0086
70 0,306 0,0306 70 0,109 0,0109
80 0,346 0,0346 80 0,132 0,0132
7
10 0,072 0,0072
10
10 0,024 0,0024
20 0,097 0,0097 20 0,036 0,0036
30 0,106 0,0106 30 0,048 0,0048
40 0,121 0,0121 40 0,053 0,0053
50 0,131 0,0131 50 0,072 0,0072
60 0,142 0,0142 60 0,084 0,0084
70 0,153 0,0153 70 0,096 0,0096
50 258,6 25,86 50 147,8 14,78
60 300,4 30,04 60 163,2 16,32
70 343,1 34,31 70 198 19,8
80 384,9 38,49 80 224,8 22,48
6
10 73,2 7,32
9
10 41,2 4,12
20 110,3 11,03 20 68,2 6,82
30 147,4 14,74 30 95,3 9,53
40 184,5 18,45 40 122,1 12,21
50 221,6 22,16 50 144,9 14,49
60 258,6 25,86 60 156,3 15,63
70 295,4 29,54 70 182,2 18,22
80 332,9 33,29 80 210,2 21,02
7
10 68,7 6,87
10
10 38,7 3,87
20 91,7 9,17 20 61,7 6,17
30 112,9 11,29 30 84,5 8,45
40 149,1 14,91 40 107,2 10,72
50 160,7 16,07 50 130,4 13,04
60 183,7 18,37 60 153,1 15,31
70 206,8 20,68 70 168,9 16,89
Post 20 kV Terpolusi”. Medan : Tugas Akhir Universitas Sumatera
Utara
[4] Venancio, Zico. 2013.”Pengaruh Pembersihan oleh Air Hujan terhadap Arus
Bocor Isolator Post Terpolusi”. Medan : Tugas Akhir Universitas
Sumatera Utara
[5] Arismunandar, Kuwahara S. 1972. “Pembangkit Listrik Tenaga Air”. Jilid I.
Edisi Ketujuh. Jakarta : Penerbit Pradya Paramita
[6] Aryanto, Riza. 2013 “Studi Distribusi Tegangan dan Arus Bocor Isolator
Rantai”. Malang : Universitas Brawijaya
[7] Arismunandar A, Artono.2001. “Teknik Tegangan Tinggi”. Edisi Kedelapan.
Jakarta : Pradya Paramita
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Metode penelitian merupakan suatu cara yang harus dilakukan dalam
kegiatan penelitian agar pengetahuan yang akan dicapai dari suatu penelitian
dapat memenuhi nilai-nilai ilmiah. Dengan demikian penyusunan metode ini
dimaksudkan agar peneliti dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode penelitian ini mencakup beberapa
hal yang masing-masing tujuannya untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan
penelitian guna menjawab permasalahan disampaikan dalam penelitian,
langkah-langkah yang telah ditetapkan adalah penetapan tempat dan waktu penelitian,
penetapan alat dan bahan dan penetapan prosedur percobaan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 20 Juni 2016 sampai bulan Juli
2016 dan bertempat di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Universitas
Sumatera Utara.
3.3 Alat dan Bahan
Untuk melakukan pengujian dibutuhkan peralatan-peralatan yang meliputi :
• High Voltage Test Set Model ET-1010 (Trafo uji).
Gambar 3.1 berikut ini merupakan trafo uji yang digunakan.
Gambar 3.2 Auto Transformator
• 1 unit tahanan pengukuran dan 1 unit tahanan uji seperti pada Gambar 3.3. Spesifikasi : 43 kΩ ; 60 Watt dan 10 MΩ ; Watt
Gambar 3.3 Tahanan Peredam
• 1 unit multimeter seperti pada Gambar 3.4 .
Spesifikasi : - Tipe CD800a merek SANWA ; Tingkat akurasi 0.7 %
• 1 unit barometer/humiditymeter digital seperti pada Gambar 3.5 .
Spesifikasinya : merek Lutron PHB 318; range tekanan 7,5 – 825,0 mmHg; range kelembapan 10 – 110 % RH; range suhu 0 – 50 ˚C.
Gambar 3.5 Barometer/humiditymeter
• 1 unit elektroda bola-bola seperti pada Gambar 3.6 Spesifikasi : berbahan stainless steel berdiameter 12,5 cm
Gambar 3.6 Elektroda bola-bola
• 10 unit isolator piring seperti pada Gambar 3.7 Spesifikasi : berbahan porselen, berdiameter 25 cm
Gambar 3.7 Isolator Piring
• 1 unit mesin hujan buatan
lubang pada silinder tabung hujan. Selanjutnya plat tipis tersebut diputar oleh motor listrik tersebut agar air hujan yang lewat dari tabung hujan ini seolah-olah terputus, di mana saat keadaan lubang pada tabung hujan bertemu dengan lubang pada plat tipis maka air hujan dapat mengalir atau jatuh. Begitu pula sebaliknya, saat lubang pada tabung hujan tidak bertemu dengan lubang pada plat tipis maka air hujan tidak dapat mengalir atau jatuh. Oleh karena itu, air hujan yang mengalir atau jatuh seolah-olah terputus sesuai dengan keadaan hujan yang sebenarnya.
3.4 Rangkaian Pengujian
3.4.1 Rangkaian Pengujian Distribusi Tegangan
Adapun rangkaian pengujian distribusi tegangan pada penelitian tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3.8 Rangkaian Pengujian Distribusi Tegangan pada Isolator Rantai Keterangan Gambar 3.8:
S1 : Saklar CB TU : Trafo Uji
RP2 : Tahanan Pengujian AT : Autotrafo
3.4.1 Rangkaian Pengujian Arus Bocor
Adapun rangkaian pengujian arus bocor pada penelitian tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
Gambar 3.9 Rangkaian Pengujian Arus Bocor pada Isolator Rantai Keterangan Gambar 3.9:
S1 : Saklar CB TU : Trafo Uji
AT : Autotrafo RP1 : Tahanan Pengujian
S2 : Saklar High Voltage Test Set V : Voltmeter
RP2 : Tahanan Pengukuran
3.5 Prosedur Percobaan
3.5.1 Prosedur Percobaan Distribusi Tegangan Isolator Rantai Kondisi Kering
1. Isolator dicuci dengan air sampai bersih
2. Isolator dikeringkan secara alami sekitar 24 jam dalam suatu ruangan yang
ditutupi plastik agar tidak terjadi pencemaran dari luar.
3. Percobaan dirangkai seperti Gambar 3.8 untuk 5 keping isolator piring.
4. Temperatur dan tekanan pada ruang uji diukur dengan menggunakan
barometer.
5. Jarak sela bola dibuat sebesar 0,2 cm
6. Terminal B dihubungkan pada pin 1.
terminal B dipindahkan ke pin 2,3,4, dan 5.
14.Lakukan pengujian ini untuk 6 s/d 10 keping isolator.
15.Percobaan selesai.
3.5.2 Prosedur Percobaan Distribusi Tegangan Isolator Rantai Kondisi Basah
1. Pada percobaan ini isolator dirangkaikan pada peralatan pembuat simulasi hujan, air hujan yang dimaksud adalah air hujan alami yang ditampung di sekitar daerah Padang Bulan. Untuk pembasahan ringan air hujan dicurahkan dengan intensitas pembasahan sebesar 0,8 mm/menit, untuk intensitas pembasahan sedang sebesar 3,3 mm/ menit dan untuk pembasahan tinggi sebesar 5,5 mm/menit.
2. Isolator dihujani selama ± 5 menit.
3. Kemudian diulangi kembali langkah 3 sampai 15 pada sub bab 3.5.1.
3.5.3 Prosedur Percobaan Arus Bocor Isolator Rantai Kondisi Kering
1. Pada percobaan ini akan diukur besar arus bocor yang mengalir
melalui permukaan isolator. Arus bocor yang akan diukur diperkirakan berada dalam kisaran mikroampere (μA) sehingga pengukuran dengan menggunakan amperemeter praktis akan menghasilkan pembacaan
yang tidak akurat. Oleh karena itu untuk mengukur arus bocor, di
dalam eksperimen ini ditambahkan suatu rangkaian sederhana yang
memanfaatkan hukum Ohm. Pada kabel pembumian rangkaian
percobaan dipasang tahanan dengan nilai yang telah diketahui,
selanjutnya akan disebut sebagai tahanan uji. Tahanan uji kemudian
dihubungkan pada voltmeter, sehingga pada saat tegangan kerja
tahanan. Dari nilai tegangan tersebut, diperoleh besar arus bocor yang
mengalir melalui tahanan uji dengan menggunakan persamaan 3.1
berikut ini:
������ =�2
� ... (3.1) Dimana :
Ibocor = Arus Bocor (Ampere) V2 = Pembacaan V2 (Volt)
R = Tahanan uji (Ohm)
2. Percobaan dirangkai sesuai dengan Gambar 3.9 untuk 5 keping isolator
piring.
3. Saklar primer (S1) ditutup dan AT diatur hingga tegangan keluarannya
nol.
4. Saklar sekunder (S2) ditutup.
5. Tegangan keluaran AT dinaikkan secara bertahap dengan kecepatan 1
kV/detik sampai voltmeter V1 menunjukkan nilai tegangan kerja yang
digunakan yaitu 20 kV, 30 kV dan 40 kV.
6. Pada saat bersamaan, tegangan V2 dibaca dan dicatat.
7. Saklar S1 dan S2 dibuka.
8. Dengan prosedur yang sama diulangi langkah 4 sampai 8 sebanyak 3
kali.
9. Dilakukan pengujian untuk 6 sampai 10 keping isolator.
3.5.4 Prosedur Percobaan Arus Bocor Isolator Rantai Kondisi Basah
1. Pada percobaan ini isolator dirangkaikan sesuai Gambar 3.9 pada peralatan pembuat simulasi hujan, Untuk pembasahan ringan air hujan dicurahkan dengan intensitas pembasahan sebesar 0,8 mm/menit, untuk intensitas pembasahan sedang sebesar 3,3 mm/ menit dan untuk pembasahan tinggi sebesar 5,5 mm/menit.
2. Isolator dihujani selama ± 5 menit.
persentase distribusi tegangan pada setiap keping isolator dan perhitungan arus
bocor pada kondisi kering dan basah.
4.1 Pengolahan Data Hasil Pengukuran Tegangan pada Tiap Keping Isolator Hasil dari pengukuran distribusi tegangan ini menggunakan Pembangkit
Tegangan Tinggi AC dengan jarak sela bola 2 mm. Data pengujian untuk
masing-masing kondisi isolator.
4.1.1 Kondisi Isolator Kering
Tabel 4.1 Tegangan tembus sela bola 5 keping isolator pada kondisi kering
KONDISI KERING 5 KEPING ISOLATOR
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Ket
A B I II III
1 0.963974 Pin 1 Gap 5 40.14 40.14 40.25 40.18 V5
2 0.963974 Pin 1 Pin 5 34.19 34.12 34.11 34.14 V4
3 0.963974 Pin 1 Pin 4 27.74 27.65 27.73 27.71 V3
4 0.963974 Pin 1 Pin 3 20.59 20.62 20.46 20.56 V2
5 0.963974 Pin 1 Pin 2 13.49 13.81 13.37 13.56 V1
Tabel 4.2 Tegangan tembus sela bola 6 keping isolator pada kondisi kering
KONDISI KERING 6 KEPING ISOLATOR
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Ket
A B I II III
1 0.95513 Pin 1 Gap 6 50.35 50.15 47.74 49.41 V6
2 0.95513 Pin 1 Pin 6 44.81 43.65 43.13 43.86 V5
3 0.95513 Pin 1 Pin 5 37.48 36.12 35.49 36.36 V4
4 0.95513 Pin 1 Pin 4 30.46 29.73 29.42 29.87 V3
5 0.95513 Pin 1 Pin 3 22.71 22.61 21.88 22.40 V2
6 0.95513 Pin 1 Pin 2 15.18 14.23 14.44 14.62 V1
7 0.95513 Pin 1 Pin 1 5.96 5.13 5.54 5.54 Vb
Tabel 4.3 Tegangan tembus sela bola 7 keping isolator pada kondisi kering
KONDISI KERING 7 KEPING ISOLATOR
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Ket
A B I II III
1 0.954059 Pin 1 Gap 7 53.66 53.87 52.51 53.35 V7
2 0.954059 Pin 1 Pin 7 48.00 47.06 46.74 47.27 V6
3 0.954059 Pin 1 Pin 6 40.14 40.03 39.41 39.86 V5
4 0.954059 Pin 1 Pin 5 33.96 33.64 31.96 33.19 V4
5 0.954059 Pin 1 Pin 4 28.09 27.46 26.83 27.46 V3
6 0.954059 Pin 1 Pin 3 21.80 20.54 19.81 20.71 V2
7 0.954059 Pin 1 Pin 2 14.46 13.83 14.15 14.15 V1
1 0.953991 Pin 1 Gap 8 59.32 58.59 59.85 59.25 V8
2 0.953991 Pin 1 Pin 8 53.66 52.93 51.67 52.76 V7
3 0.953991 Pin 1 Pin 7 46.43 46.22 45.70 46.12 V6
4 0.953991 Pin 1 Pin 6 40.56 39.72 39.20 39.83 V5
5 0.953991 Pin 1 Pin 5 33.75 33.64 33.12 33.50 V4
6 0.953991 Pin 1 Pin 4 27.35 26.83 27.14 27.11 V3
7 0.953991 Pin 1 Pin 3 21.17 20.75 19.60 20.51 V2
8 0.953991 Pin 1 Pin 2 15.09 14.46 14.36 14.64 V1
9 0.953991 Pin 1 Pin 1 7.86 7.96 7.75 7.86 Vb
Tabel 4.5 Tegangan tembus sela bola 9 keping isolator pada kondisi kering
KONDISI KERING 9 KEPING ISOLATOR
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Ket
A B I II III
1 0.953991 Pin 1 Gap 9 64.99 64.78 64.57 64.78 V9
2 0.953991 Pin 1 Pin 9 58.70 58.28 57.86 58.28 V8
3 0.953991 Pin 1 Pin 8 51.78 50.52 52.93 51.74 V7
4 0.953991 Pin 1 Pin 7 45.28 44.96 45.59 45.28 V6
5 0.953991 Pin 1 Pin 6 39.20 38.99 38.57 38.92 V5
6 0.953991 Pin 1 Pin 5 32.80 32.28 31.86 32.32 V4
Lanjutan Tabel 4.5
KONDISI KERING 9 KEPING ISOLATOR
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
Tabel 4.6 Tegangan tembus sela bola 10 keping isolator pada kondisi kering
KONDISI KERING 10 KEPING ISOLATOR
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
(δ) ( Vs = Vp/δ) kV
Tabel 4.8 Tegangan tembus sela bola 6 keping isolator pada kondisi basah ringan
Intensitas pembasahan 0,8 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
Tabel 4.9 Tegangan tembus sela bola 7 keping isolator pada kondisi basah ringan
Intensitas pembasahan 0,8 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
Tabel 4.10 Tegangan tembus sela bola 8 keping isolator pada kondisi basah ringan
Intensitas pembasahan 0,8 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
9
0.960589 Pin 1 Pin 1 7.59 7.39 7.07 7.35 Vb
Tabel 4.11 Tegangan tembus sela bola 9 keping isolator pada kondisi basah ringan
Intensitas pembasahan 0,8 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Ket
A B I II III
1
0.954051 Pin 1 Gap 9 64.88 64.67 64.46 64.67 V9 2
0.954051 Pin 1 Pin 9 58.59 58.06 57.85 58.17 V8 3
0.954051 Pin 1 Pin 8 51.98 51.04 52.19 51.74 V7 4
0.954051 Pin 1 Pin 7 45.17 44.75 45.28 45.07 V6 5
0.954051 Pin 1 Pin 6 39.30 39.09 38.15 38.85 V5 6
0.954051 Pin 1 Pin 5 32.91 31.86 31.65 32.14 V4 7
0.954051 Pin 1 Pin 4 26.09 26.51 24.94 25.85 V3 8
0.954051 Pin 1 Pin 3 20.22 19.70 18.76 19.56 V2 9
0.954051 Pin 1 Pin 2 12.89 12.68 12.36 12.64 V1 10
Tabel 4.12 Tegangan tembus sela bola 10 keping isolator pada kondisi basah ringan
Intensitas pembasahan 0,8 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
Tabel 4.13 Tegangan tembus sela bola 5 keping isolator pada kondisi basah sedang
intensitas pembasahan 3,3 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
5
0.963782 Pin 1 Pin 2 13.90 13.79 13.28 13.66 V1 6
0.963782 Pin 1 Pin 1 6.01 5.70 6.32 6.01 Vb
Tabel 4.14 Tegangan tembus sela bola 6 keping isolator pada kondisi basah sedang
Intensitas pembasahan 3,3 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Ket
A B I II III
1
0.950711 Pin 1 Gap 6 50.38 48.70 48.49 49.19 V6 2
0.950711 Pin 1 Pin 6 47.43 46.07 43.75 45.75 V5 3
0.950711 Pin 1 Pin 5 35.65 35.86 35.44 35.65 V4 4
0.950711 Pin 1 Pin 4 30.39 30.08 29.66 30.04 V3 5
0.950711 Pin 1 Pin 3 22.71 23.56 22.19 22.82 V2 6
0.950711 Pin 1 Pin 2 16.40 15.25 14.51 15.39 V1 7
Tabel 4.15 Tegangan tembus sela bola 7 keping isolator pada kondisi basah sedang
Intensitas pembasahan 3,3 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
Tabel 4.16 Tegangan tembus sela bola 8 keping isolator pada kondisi basah sedang
intensitas pembasahan 3,3 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar
9
0.950711 Pin 1 Pin 1 7.57 7.25 6.31 7.04 Vb
Tabel 4.17 Tegangan tembus sela bola 9 keping isolator pada kondisi basah sedang
Intensitas pembasahan 3,3 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Ket
A B I II III
1
0.950711 Pin 1 Gap 9 65.63 64.37 63.00 64.33 V9 2
0.950711 Pin 1 Pin 9 58.58 58.48 57.95 58.34 V8 3
0.950711 Pin 1 Pin 8 52.38 51.43 50.06 51.29 V7 4
0.950711 Pin 1 Pin 7 45.54 44.70 45.01 45.08 V6 5
0.950711 Pin 1 Pin 6 39.65 39.02 38.70 39.12 V5 6
0.950711 Pin 1 Pin 5 31.87 31.97 31.76 31.87 V4 7
0.950711 Pin 1 Pin 4 26.08 27.03 25.87 26.33 V3 8
0.950711 Pin 1 Pin 3 19.87 20.09 18.82 19.59 V2 9
0.950711 Pin 1 Pin 2 12.93 12.41 13.04 12.79 V1 10
Tabel 4.18 Tegangan tembus sela bola 10 keping isolator pada kondisi basah sedang
Intensitas pembasahan 3,3 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
Tabel 4.19 Tegangan tembus sela bola 5 keping isolator pada kondisi basah tinggi
Intensitas Pembasahan 5,5 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
5
0.951151 Pin 1 Pin 2 12.51 12.40 13.03 12.65 V1 6
0.951151 Pin 1 Pin 1 6.09 5.78 6.41 6.09 Vb
Tabel 4.20 Tegangan tembus sela bola 6 keping isolator pada kondisi basah tinggi
Intensitas Pembasahan 5,5 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Ket
A B I II III
1
0.951151 Pin 1 Gap 6 48.46 48.04 48.15 48.22 V6 2
0.951151 Pin 1 Pin 6 41.84 40.47 40.68 41.01 V5 3
0.951151 Pin 1 Pin 5 34.58 34.90 34.06 34.51 V4 4
0.951151 Pin 1 Pin 4 28.07 28.17 27.96 28.07 V3 5
0.951151 Pin 1 Pin 3 20.81 20.71 20.50 20.67 V2 6
0.951151 Pin 1 Pin 2 15.13 14.29 13.98 14.47 V1 7
Tabel 4.21 Tegangan tembus sela bola 7 keping isolator pada kondisi basah tinggi
Intensitas Pembasahan 5,5 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Keteranga
n Tabel 4.22 Tegangan tembus sela bola 8 keping isolator pada kondisi basah tinggi
Intensitas Pembasahan 5,5 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Keteranga
1
Tabel 4.24 Tegangan tembus sela bola 10 keping isolator pada kondisi basah tinggi
Intensitas Pembasahan 5,5 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
V rata-rata Keteranga
Lanjutan Tabel 4.24
Intensitas pembasahan 5,5 mm/menit
No Faktor
Koreksi (δ)
Terminal Tegangan Tembus
BolaKeadaan Standar ( Vs = Vp/δ) kV
4.2 Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan
Nilai persentase distribusi tegangan pada tiap isolator piring ditentukan
berdasarkan persamaan dibawah ini :
Keterangan:
Vb = Tegangan standar sela bola pada saat tembus listrik.
V1 = Tegangan tertinggi yang dipikul sela bola pada saat tembus listrik.
Vi1 = Persentase distribusi tegangan posisi 1 dari kawat fasa
Vi2 = Persentase distribusi tegangan posisi 2 dari kawat fasa
Vi3 = Persentase distribusi tegangan posisi 3 dari kawat fasa
Vi4 = Persentase distribusi tegangan posisi 4 dari kawat fasa
Vi5 = Persentase distribusi tegangan posisi 5 dari kawat fasa
Vi6 = Persentase distribusi tegangan posisi 6 dari kawat fasa
Vi7 = Persentase distribusi tegangan posisi 7 dari kawat fasa
Vi8 = Persentase distribusi tegangan posisi 8 dari kawat fasa
Vi9 = Persentase distribusi tegangan posisi 9 dari kawat fasa
Vi10 = Persentase distribusi tegangan posisi 10 dari kawat fasa
4.2.1 Hasil Perhitungan Distribusi Tegangan Kondisi Kering Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 5 keping isolator
• ��1 = (13,56−5,95)
(40,18−5,95)�100% =
22,21%
• ��2 = (20,56−5,95)
(40,18−5,95)�100%−(��1) =
20,45%
• ��3 =(27.71−5,95)
(40,18−5,95)�100%−(��1 +��2) =
20,90%
• ��4 =(34.14−5,95)
(40,18−5,95)�100%−(��1 +��2 +��3) =
• ��5 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4) = 17,63%
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 6 keping isolator
• ��1 = (14,62−5,54)
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 7 keping isolator
13,18%
• ��2 =(20,51−7,86)
(59,25−7,86)�100%−(��1) =
11,42%
• ��3 =(27,11−7,86)
(59,25−7,86)�100%−(��1 +��2) =
12,84%
• ��4 =(33,50−7,86)
(59,25−7,86)�100%−(��1 +��2 +��3) =
12,44%
• ��5 = (39,83−7,86)
(59,25−7,86)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4) =
12,30%
• ��6 =(46,12−7,86)
(59,25−7,86)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5) = 12,23%
• ��7 =(52,76−7,86)
(59,25−7,86)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6)= 12,91%
• ��8 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6 +��7) =
12,64%
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 9 keping isolator
• ��1 = (12,75−6,28)
(64,78−6,28)�100% =
11,05%
• ��2 = (19,35−6,28)
(64,78−6,28)�100%−(��1) =
• ��3 =(25,82−6,28)
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 10 keping isolator
• ��8 =
(69,60−6,98)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6 +
��7) =
10,32%
• ��9 = (60,97−6,98)
(69,60−6,98)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6 +
��7 +��8) =
9,04%
• ��10 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6 +��7 +
��8 +��9) =
13,78%
4.2.2 Hasil Perhitungan Distribusi Tegangan Kondisi Basah Ringan Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 5 keping isolator
• ��1 = (13,69−6,01)
(38,62−6,01)�100% =
23,55%
• ��2 =(20,02−6,01)
(38,62−6,01)�100%−(��1) =
19,41%
• ��3 =(25,38−6,01)
(38,62−6,01)�100%−(��1 +��2) =
16,43%
• ��4 =(33,05−6,01)
(38,62−6,01)�100%−(��1 +��2 +��3) =
23,52%
• ��5 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4) =
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 6 keping isolator
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 7 keping isolator
11,85%
• ��3 =(26,89−7,35)
(58,29−7,35)�100%−(��1 +��2) =
13,07%
• ��4 =(33,13−7,35)
(58,29−7,35)�100%−(��1 +��2 +��3) =
12,24%
• ��5 = (39,31−7,35)
(58,29−7,35)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4) =
12,13%
• ��6 =(45,83−7,35)
(58,29−7,35)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5) = 12,79%
• ��7 =(52,53−7,35)
(58,29−7,35)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6)= 13,15%
• ��8 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6 +��7) =
11,30%
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 9 keping isolator
• ��1 = (12,64−6,25)
(64,67−6,25)�100% =
10,93%
• ��2 = (19,56−6,25)
(64,67−6,25)�100%−(��1) =
11,84%
• ��3 =(25,85−6,25)
(64,67−6,25)�100%−(��1 +��2) =
• ��4 =(32,14−6,25)
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 10 keping isolator
• ��9 =(61,03−6,84)
(69,49−6,84)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6 +
��7 +��8) =
9,26%
• ��10 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6 +��7 +
��8 +��9) =
13,50%
4.2.3 Hasil Perhitungan Distribusi Tegangan Kondisi Basah Sedang Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 5 keping isolator
• ��1 =(13,66−6,01)
(38,56−6,01)�100% =
23,50%
• ��2 = (19,95−6,01)
(38,56−6,01)�100%−(��1) =
19,32%
• ��3 =(25,35−6,01)
(38,56−6,01)�100%−(��1 +��2) =
16,58%
• ��4 = (32,99−6,01)
(38,56−6,01)�100%−(��1 +��2 +��3) =
23,47%
• ��5 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4) =
17,11%
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 6 keping isolator
• ��1 = (15,39−5,46)
(49,19−5,46)�100% =
• ��2 =(22,82−5,46)
(49,19−5,46)�100%−(��1) =
16,99%
• ��3 =(30,04−5,46)
(49,19−5,46)�100%−(��1 +��2) =
16,51%
• ��4 =(35,65−5,46)
(49,19−5,46)�100%−(��1 +��2 +��3) =
12,82%
• ��5 = (45,75−5,46)
(49,19−5,46)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4) =
23,09%
• ��6 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5) =
7,86%
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 7 keping isolator
• ��1 =(14,62−5,29)
(53,25−5,29)�100% =
19,45%
• ��2 = (20,19−5,29)
(53,25−5,29)�100%−(��1) =
11,61%
• ��3 =(27,48−5,29)
(53,25−5,29)�100%−(��1 +��2) =
15,20%
• ��4 =(33,37−5,29)
(53,25−5,29)�100%−(��1 +��2 +��3) =
12,28%
• ��5 = (39,61−5,29)
(53,25−5,29)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4) =
13,01%
• ��6 = (47,19−5,29)
(53,25−5,29)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5) = 15,85%
• ��7 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6) =
• ��3 = −
(58,37−7,04)�100%−(��1 +��2) =
13,92%
• ��4 =(34,46−7,04)
(58,37−7,04)�100%−(��1 +��2 +��3) =
13,59%
• ��5 = (39,37−7,04)
(58,37−7,04)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4) =
9,56%
• ��6 =(47,08−7,04)
(58,37−7,04)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5) = 15,02%
• ��7 =(53,46−7,04)
(58,37−7,04)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6)= 12,42%
• ��8 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6 +��7) =
9,56%
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 9 keping isolator
• ��1 = (12,79−6,20)
(64,33−6,20)�100% =
11,33%
• ��2 = (19,59−6,20)
(64,33−6,20)�100%−(��1) =
11,69%
• ��3 =(26,33−6,20)
(64,33−6,20)�100%−(��1 +��2) =
11,59%
• ��4 =(31,87−6,20)
(64,33−6,20)�100%−(��1 +��2 +��3) =
• ��5 = (39,12−6,20)
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 10 keping isolator
• ��10 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6 +��7 +
��8 +��9) =
14,01%
4.2.4 Perhitungan Distribusi Tegangan Kondisi Basah Tinggi Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 5 keping isolator
• ��1 = (12,65−6,09)
(37,84−6,09)�100% =
20,66%
• ��2 = (19,59−6,09)
(37,84−6,09)�100%−(��1) =
21,85%
• ��3 =(25,61−6,09)
(37,84−6,09)�100%−(��1 +��2) =
18,96%
• ��4 =(33,04−6,09)
(37,84−6,09)�100%−(��1 +��2 +��3) =
23,40%
• ��5 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4) =
15,11%
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Teganganl 6 keping isolator
• ��1 = (14,47−5,46)
(48,22−5,46)�100% =
21,07%
• ��2 =(20,67−5,46)
(48,22−5,46)�100%−(��1) =
• ��3 =(28,07−5,46)
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 7 keping isolator
• ��1 = (10,09−5,50)
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 8 keping isolator
• ��1 =(11,44−5,95)
(58,34−5,95)�100% =
15,17%
• ��5 = (33,81−5,95)
(58,34−5,95)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4) =
7,48%
• ��6 =(40,88−5,95)
(58,34−5,95)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5) = 13,49%
• ��7 = (49,42−5,95)
(58,34−5,95)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6)= 16,30%
• ��8 = 100%−(��1 +��2 +��3 +��4 +��5 +��6 +��7) =
17,02%
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 9 keping isolator
• ��1 =(13,65−6,09)
(64,19−6,09)�100% =
13,01%
• ��2 = (20,19−6,09)
(64,19−6,09)�100%−(��1) =
11,25%
• ��3 =(28,00−6,09)
(64,19−6,09)�100%−(��1 +��2) =
13,44%
• ��4 =(32,62−6,09)
(64,19−6,09)�100%−(��1 +��2 +��3) =
7,95%
• ��5 = (38,99−6,09)
(64,19−6,09)�100%−(��1 +��2 +��3 +��4) =
• ��6 =(44,83−6,09)
Hasil Perhitungan Persentase Distribusi Tegangan 10 keping isolator
12,62%
4.3 Hasil Perhitungan Tegangan yang Dipikul Setiap Unit Isolator
Tegangan yang dipikul setiap unit isolator perlu dihitung agar dapat diketahui
adakah isolator yang memikul tegangan lebih dari kemampuan isolator tersebut.
Jika tegangan yang dipikul oleh salah satu isolator rantai melebihi dari
kemampuan isolator rantai tersebut, maka isolator rantai dapat rusak atau pecah.
Tabel 4.25 Hasil perhitungan tegangan setiap unit isolator pada 5 keping isolator No Isolator
ke (n)
Intensitas Pembasahan (mm/menit)
-
Tabel 4.26 Hasil perhitungan tegangan setiap unit isolator pada 6 keping isolator No Isolator
ke (n)
Intensitas Pembasahan (mm/menit)
Lanjutan Tabel 4.26
No Isolator ke (n)
Intensitas Pembasahan (mm/menit)
-
Tabel 4.27 hasil perhitungan tegangan setiap unit isolator pada 7 keping isolator No Isolator
ke (n)
Intensitas Pembasahan (mm/menit)
-
Tabel 4.28 hasil perhitungan tegangan setiap unit isolator pada 8 keping isolator No Isolator
ke (n)
Intensitas Pembasahan (mm/menit)
6 6
Tabel 4.29 hasil perhitungan tegangan setiap unit isolator pada 9 keping isolator No Isolator
ke (n)
Intensitas Pembasahan (mm/menit)
-
Tabel 4.30 hasil perhitungan tegangan setiap unit isolator pada 10 keping isolator No Isolator
ke (n)
Intensitas Pembasahan (mm/menit)
Lanjutan Tabel 4.30
No Isolator ke (n)
Intensitas Pembasahan (mm/menit)
-
4.4 Hasil Perhitungan Efisiensi Isolator
Efisiensi suatu isolator di definsikan sebagai berikut :
�= ���������������������������������
������������������������������������������������� � 100%
4.4.1 Kondisi Isolator Kering
1. Perhitungan efisiensi 5 keping isolator.
� = 40,18
5 � 8,92 � 100% =
40,18
44,6 � 100% = 89,9 %
2. Perhitungan efisiensi 6 keping isolator.
� = 49,41
6 � 10,22� 100% = 49,41
61,92� 100% = 79,8 %
3. Perhitungan efisiensi 7 keping isolator.
� = 53,35
7 � 9,65� 100% = 53,35
67,55� 100% = 78,9 %
4. Perhitungan efisiensi 8 keping isolator.
� = 59,25
8 � 7,81� 100% = 59,25
1. Perhitungan efisiensi 5 keping isolator.
� = 38,62
5 � 8,9� 100% = 38,62
44,5 � 100% = 86,7 %
2. Perhitungan efisiensi 6 keping isolator.
� = 49,24
6 � 10,32� 100% = 49,24
61,92� 100% = 79,5 %
3. Perhitungan efisiensi 7 keping isolator.
� = 53,05
7 � 9,78� 100% = 53,05
68,45� 100% = 77,5 %
4. Perhitungan efisiensi 8 keping isolator.
� = 58,92
8 � 7,82� 100% = 58,92
69,76� 100% = 84,4 %
5. Perhitungan efisiensi 9 keping isolator.
� = 64,76
9 � 7,42� 100% = 64,76
68,67� 100% = 94,3 %
6. Perhitungan efisiensi 10 keping isolator.
� = 69,49
10 � 9,32� 100% = 69,49
93,2 � 100% = 74,8 %
4.4.3 Kondisi Isolator Basah Sedang 1. Perhitungan efisiensi 5 keping isolator.
� = 38,56
5 � 9,06� 100% = 38,56
45,3 � 100% = 85,1 %
2. Perhitungan efisiensi 6 keping isolator.
� = 49,19
6 � 11,36� 100% = 49,19
68,16� 100% = 72,1 %
� = 53,25
7 � 10,35� 100% = 53,25
72,45� 100 = 73,5 %
4. Perhitungan efisiensi 8 keping isolator.
� = 58,37
8 � 8,76� 100% = 58,37
70,08� 100% = 83,2 %
5. Perhitungan efisiensi 9 keping isolator.
� = 64,33
9 � 8,80� 100% = 64,33
79,2 � 100% = 87,2 %
6. Perhitungan efisiensi 10 keping isolator.
� = 69,42
10 � 9,72� 100% = 69,42
97,2 � 100% = 71,4 %
4.4.4 Kondisi Isolator Basah Tinggi 1. Perhitungan efisiensi 5 keping isolator.
� = 37,84
5 � 8,85� 100% = 37,84
44,25� 100% = 85,5 %
2. Perhitungan efisiensi 6 keping isolator.
� = 49,24
6 � 10,32� 100% = 49,24
61,92� 100% = 79,1 %
3. Perhitungan efisiensi 7 keping isolator.
� = 52,63
7 � 10,7� 100% = 52,63
70,26� 100% = 70,2 %
4. Perhitungan efisiensi 8 keping isolator.
� = 58,34
8 � 9,93� 100% = 58,34
79,44� 100% = 73,4 %
5. Perhitungan efisiensi 9 keping isolator.
� = 64,19
9 � 8,62� 100% = 64,19
77,58� 100% = 82,7 %
6. Perhitungan efisiensi 10 keping isolator.
� = 68,60
10 � 8,66� 100% = 68,60
0
Kondisi Kering
Isolator ke 1Isolator ke 2
4.5 Distribusi Tegangan Isolator pada Kondisi Kering
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.25 sampai Tabel 4.30, dibuat kurva pada
Gambar 4.1, yang menyatakan hubungan antara banyaknya keping isolator dengan
distribusi tegangan isolator pada kondisi kering.
Gambar 4.1 Perbandingan banyaknya keping isolator terhadap distribusi tegangan isolator rantai pada kondisi kering
Dari Gambar 4.1, dapat dilihat adanya fluktuasi tegangan pada setiap
banyaknya keping isolator yang digunakan, semakin banyak isolator yang
dengan menara dan kapasitansi isolator dengan konduktor transmisi yang nilainya
berbeda-beda sehingga nilai tegangan setiap isolator tidak sama, tetapi karena
isolator yang digunakan seragam sehingga perbedaan tidak terlalu signifikan.
4.6 Distribusi Tegangan Isolator pada Kondisi Basah Ringan
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.25 sampai Tabel 4.30, dibuat kurva pada
Gambar 4.2, yang menyatakan hubungan antara banyaknya keping isolator dengan
distribusi tegangan isolator pada kondisi basah ringan.
Gambar 4.2 Perbandingan banyaknya keping isolator terhadap distribusi tegangan isolator pada kondisi basah ringan
Dari Gambar 4.2, dapat dilihat adanya fluktuasi tegangan pada setiap
banyaknya keping isolator yang digunakan, semakin banyak isolator yang
digunakan maka fluktuasi tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Hal ini
terjadi karena adanya pengaruh kapasitansi antar isolator, kapasitansi isolator
dengan menara dan kapasitansi isolator dengan konduktor transmisi yang nilainya
berbeda-beda sehingga nilai tegangan setiap isolator tidak sama. Selain itu, ketika
terjadi hujan arus bocor akan mengalir pada permukaan isolator. Dengan demikian
selain arus kapasitif, terdapat juga arus bocor yang menyebabkan keadaan
tegangan pada setiap isolator tidak sama.
0
Kondisi Basah Ringan
Isolator ke-1Gambar 4.3 Perbandingan banyaknya keping isolator terhadap distribusi tegangan isolator pada kondisi basah sedang
Dari Gambar 4.3, dapat dilihat adanya fluktuasi tegangan pada setiap
banyaknya keping isolator yang digunakan, pada kondisi ini fluktuasi tegangan
terlihat konstan. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh kapasitansi antar isolator,
kapasitansi isolator dengan menara dan kapasitansi isolator dengan konduktor
transmisi yang nilainya berbeda-beda sehingga nilai tegangan setiap isolator tidak
sama. Selain itu, ketika terjadi hujan arus bocor akan mengalir pada permukaan
isolator. Dengan demikian selain arus kapasitif, terdapat juga arus bocor yang
menyebabkan keadaan tegangan pada setiap isolator tidak sama.
0
Kondisi Basah Sedang
Isolator ke-14.8 Distribusi Tegangan Isolator pada Kondisi Basah Tinggi
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.25 sampai Tabel 4.30, dibuat kurva pada
Gambar 4.4, yang menyatakan hubungan antara banyaknya keping isolator dengan
distribusi tegangan isolator pada kondisi basah tinggi.
Gambar 4.4 Perbandingan banyaknya keping isolator terhadap distribusi tegangan isolator pada kondisi basah tinggi
Dari Gambar 4.4, dapat dilihat adanya fluktuasi tegangan pada setiap
banyaknya keping isolator yang digunakan, pada kondisi ini fluktuasi tegangan
terlihat konstan. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh kapasitansi antar isolator,
kapasitansi isolator dengan menara dan kapasitansi isolator dengan konduktor
transmisi yang nilainya berbeda-beda sehingga nilai tegangan setiap isolator tidak
sama. Selain itu, ketika terjadi hujan arus bocor akan mengalir pada permukaan
isolator. Dengan demikian selain arus kapasitif, terdapat juga arus bocor yang
menyebabkan keadaan tegangan pada setiap isolator tidak sama.
4.9 Analisis Pengaruh Pembasahan Terhadap Distribusi Tegangan Isolator Rantai
Air memiliki tahanan yang lebih rendah dibandingkan gas dikarenakan
kontaminan yang terkandung didalam air lebih banyak, sehingga saat kondisi
hujan arus listrik akan lebih mudah mengalir melalui zat cair dibandingkan
0
Kondisi Basah Tinggi
Isolator ke-1Persamaan diatas terbukti berdasarkan hasil percobaan bahwa tegangan tembus
elektroda bola-bola akan turun ketika dihubungkan pada isolator yang basah. Hal
ini disebabkan karena telah menurunnya nilai tahanan permukaan isolator yang
disebabkan oleh polutan sehingga nilai dari impedansi isolator menurun, dimana
pada persamaan diatas nilai impedansi isolator berbanding lurus dengan nilai
tegangan.
4.9.1 Analisis Pengaruh Pembasahan terhadap Distribusi Tegangan Isolator Rantai pada 5 Keping Isolator.
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.25 sampai Tabel 4.30, dibuat kurva pada
Gambar 4.5, untuk melihat distribusi tegangan 5 keping isolator pada berbagai
kondisi.
Gambar 4.5 Tegangan setiap unit isolator pada 5 keping isolator
Dilihat dari Gambar 4.5, tegangan setiap unit isolator rantai menjadi turun
dikarenakan isolator dalam kondisi basah. Penurunan tegangan masing-masing
isolator yakni:
• Isolator posisi 1 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 12,44 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 2 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
ringan. Besar penurunan persentase tegangan adalah 8,76 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 3 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
ringan. Besar penurunan persentase tegangan adalah 24,43 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 4 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 1,32 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 5 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
ringan. Besar penurunan persentase tegangan adalah 19,2 % dari isolator pada
kondisi normal.
4.9.2 Analisis Pengaruh Pembasahan terhadap Distribusi Tegangan Isolator Rantai pada 6 Keping Isolator.
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.25 sampai Tabel 4.30, dibuat kurva pada
Gambar 4.6, untuk melihat distribusi tegangan 6 keping isolator pada berbagai
Gambar 4.6 Tegangan setiap unit isolator pada 6 keping isolator
Dilihat dari Gambar 4.6, tegangan setiap unit isolator rantai menjadi turun
dikarenakan isolator dalam kondisi basah. Penurunan tegangan masing-masing
isolator yakni:
• Isolator posisi 1 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 0,58 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 2 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 27.96 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 3 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 24,97 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 4 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 0,68 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 5 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 13,37 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 6 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
ringan. Besar penurunan persentase tegangan adalah 27,24 % dari isolator pada
kondisi normal.
1 2 3 4 5 6
Isolator ke-n
4.9.3 Analisis Pengaruh Pembasahan terhadap Distribusi Tegangan Isolator Rantai pada 7 Keping Isolator
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.25 sampai Tabel 4.30, dibuat kurva pada
Gambar 4.7, untuk melihat distribusi tegangan 7 keping isolator pada berbagai
kondisi.
Gambar 4.7 Tegangan setiap unit isolator pada 7 keping isolator
Dilihat dari Gambar 4.7, tegangan setiap unit isolator rantai menjadi turun
dikarenakan isolator dalam kondisi basah. Penurunan tegangan masing-masing
isolator yakni:
• Isolator posisi 1 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 46,93 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 2 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 15,02 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 3 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 7,85 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 4 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 13,63 % dari isolator pada
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 0,73 % dari isolator pada
kondisi normal.
4.9.4 Analisis Pengaruh Pembasahan terhadap Distribusi Tegangan Isolator Rantai pada 8 Keping Isolator.
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.25 sampai Tabel 4.30, dibuat kurva pada
Gambar 4.8, untuk melihat distribusi tegangan 8 keping isolator pada berbagai
kondisi.
Gambar 4.8 Tegangan setiap unit isolator pada 8 keping isolator
Dilihat dari Gambar 4.8, tegangan setiap unit isolator rantai menjadi turun
dikarenakan isolator dalam kondisi basah. Penurunan tegangan masing-masing
isolator yakni:
0 2 4 6 8 10 12
1 2 3 4 5 6 7 8
kV
Isolator ke-n
8 Keping Isolator
Kondisi kering
Kond basah ringan
Kond basah sedang
• Isolator posisi 1 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 21,76 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 2 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 21,00 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 3 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 26,80 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 4 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 24,28 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 5 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 40,19 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 6 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
ringan. Besar penurunan persentase tegangan adalah 1,24 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 7 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 12,02 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 8 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
ringan. Besar penurunan persentase tegangan adalah 12,01 % dari isolator pada
kondisi normal.
4.9.5 Analisis Pengaruh Pembasahan terhadap Distribusi Tegangan Isolator Rantai pada 9 Keping Isolator
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.25 sampai Tabel 4.30, dibuat kurva pada
Gambar 4.9, untuk melihat distribusi tegangan 9 keping isolator pada berbagai
Gambar 4.9 Tegangan setiap unit isolator pada 9 keping isolator
Dilihat dari Gambar 4.9, tegangan setiap unit isolator rantai menjadi turun
dikarenakan isolator dalam kondisi basah. Penurunan tegangan masing-masing
isolator yakni:
• Isolator posisi 1 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
ringan. Besar penurunan persentase tegangan adalah 3,2 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 2 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 1,36 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 3 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 35,05 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 4 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 29,16 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 5 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 2,36 % dari isolator pada
kondisi normal.
0 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Isolator ke-n
Kondisi basah sedang
• Isolator posisi 6 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 10,78 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 7 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 34,69 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 8 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
ringan. Besar penurunan persentase tegangan adalah 0,42 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 9 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 14,02 % dari isolator pada
kondisi normal.
4.9.6 Analisis Pengaruh Pembasahan terhadap Distribusi Tegangan Isolator Rantai pada 10 Keping Isolator
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.25 sampai Tabel 4.30, dibuat kurva pada
Gambar 4.10, untuk melihat distribusi tegangan 10 keping isolator pada berbagai
kondisi.
Gambar 4.10 Tegangan setiap unit isolator pada 10 keping isolator
Dilihat dari Gambar 4.10, tegangan setiap unit isolator rantai menjadi turun
dikarenakan isolator dalam kondisi basah. Penurunan tegangan masing-masing
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 2,61 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 4 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 10,94 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 5 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 8,64 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 6 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 4,96 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 7 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 18,19 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 8 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
sedang. Besar penurunan persentase tegangan adalah 31,65 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 9 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
tinggi. Besar penurunan persentase tegangan adalah 16,64 % dari isolator pada
kondisi normal.
• Isolator posisi 10 mengalami penurunan tegangan terbesar pada kondisi basah
ringan. Besar penurunan persentase tegangan adalah 23,08 % dari isolator pada
4.10 Pengolahan Data Hasil Percobaan untuk Arus Bocor
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai perhitungan arus bocor yang mengalir
melalui permukaan isolator. Nilai arus bocor diperoleh dengan memasukkan nilai
yang diperoleh pada Lampiran A ke dalam Persamaan 3.1. Dari persamaan
tersebut akan diperoleh arus bocor isolator pada kondisi kering dan basah.
4.10.1 Kondisi Isolator Kering
Gambar 4.11 Hubungan antara arus bocor terhadap tegangan pada 5 sampai 10 keping isolator kondisi kering
Dari kurva pada Gambar 4.11, dapat dilihat bahwa tegangan yang diberikan
mempengaruhi arus bocor yang mengalir, semakin tinggi tegangan maka semakin
tinggi pula arus bocornya. Hal ini sesuai dengan persamaan 3.1 dimana tegangan
berbanding lurus dengan arus bocornya.
Berdasarkan Tabel 4.32, dibuat kurva yang menyatakan hubungan antara
banyaknya keping isolator terhadap arus bocor pada kondisi kering.
Gambar 4.12. Hubungan antara banyaknya keping isolator terhadap arus bocor
0
5 Keping 6 Keping 7 Keping
Dari Gambar 4.12, dapat dilihat bahwa semakin banyak keping isolator yang
digunakan maka nilai arus bocor semakin kecil. Hal ini dikarenakan tahanan
isolator bertambah, sesuai dengan persamaan 3.1 dimana arus bocor berbanding
terbalik dengan tahanan, sehingga semakin besar tahanan isolator maka arus bocor
semakin kecil.
4.10.2 Kondisi Isolator Basah Ringan
Tabel 4.33 hasil perhitungan arus bocor isolator kondisi basah ringan Banyaknya Berdasarkan data pada Tabel 4.33, dibuat kurva pada Gambar 4.13 yang
menyatakan hubungan antara arus bocor terhadap tegangan pada 5 sampai 10
Gambar 4.13 Hubungan antara arus bocor terhadap tegangan pada 5 sampai 10 keping isolator kondisi basah ringan
Dari kurva pada Gambar 4.13, dapat dilihat bahwa tegangan yang diberikan
mempengaruhi arus bocor yang mengalir, semakin tinggi tegangan maka semakin
tinggi pula arus bocornya. Hal ini sesuai dengan persamaan 3.1 dimana tegangan
berbanding lurus dengan arus bocornya.
Berdasarkan Tabel 4.34, dibuat kurva yang menyatakan hubungan antara
banyaknya keping isolator terhadap arus bocor pada kondisi basah ringan.
Gambar 4.14. Hubungan antara banyaknya keping isolator terhadap arus bocor pada kondisi basah ringan
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Tegangan (kV)
5 Keping 6 Keping 7 Keping 8 Keping 9 Keping 10 Keping
0 5 10 15 20 25 30
5 6 7 8 9 10
A
ru
s
B
o
co
r
(µ
A
)
Dari Gambar 4.14, dapat dilihat bahwa semakin banyak keping isolator yang
digunakan maka nilai arus bocor semakin kecil. Hal ini dikarenakan tahanan
isolator bertambah, sehingga sesuai dengan persamaan 3.1 dimana arus bocor
berbanding terbalik dengan tahanan, sehingga semakin besar tahanan isolator
maka arus bocor semakin kecil.
4.9.3 Kondisi Isolator Basah Sedang
Tabel 4.35 hasil perhitungan arus bocor isolator kondisi basah sedang Banyaknya
Berdasarkan data pada Tabel 4.35, dibuat kurva yang menyatakan hubungan
Gambar 4.15 Hubungan antara arus bocor terhadap tegangan pada 5 sampai 10 keping isolator kondisi basah sedang
Dari kurva pada Gambar 4.15, dapat dilihat bahwa tegangan yang diberikan
mempengaruhi arus bocor yang mengalir, semakin tinggi tegangan maka semakin
tinggi pula arus bocornya. Hal ini sesuai dengan persamaan 3.1 dimana tegangan
berbanding lurus dengan arus bocornya.
Berdasarkan Tabel 4.34, dibuat k urva yang menyatakan hubungan antara
banyaknya keping isolator terhadap arus bocor pada kondisi basah sedang.
Gambar 4.16. Hubungan antara banyaknya keping isolator terhadap arus bocor pada kondisi basah sedang
Dari Gambar 4.16, dapat dilihat bahwa semakin banyak keping isolator yang
digunakan maka nilai arus bocor semakin kecil. Hal ini dikarenakan tahanan
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Tegangan (kV)
5 Keping 6 Keping 7 Keping 8 Keping 9 Keping 10 Keping
isolator bertambah, sehingga sesuai dengan persamaan 3.1 dimana arus bocor
berbanding terbalik dengan tahanan, sehingga semakin besar tahanan isolator
maka arus bocor semakin kecil.
4.9.4 Kondisi Isolator Basah Tinggi
Tabel 4.35 hasil perhitungan arus bocor isolator kondisi basah tinggi Banyaknya
Berdasarkan data pada Tabel 4.35, dibuat kurva yang menyatakan hubungan
Gambar 4.17 Hubungan antara arus bocor terhadap tegangan pada 5 sampai 10 keping isolator kondisi basah tinggi
Dari kurva pada Gambar 4.17, dapat dilihat bahwa tegangan yang diberikan
mempengaruhi arus bocor yang mengalir, semakin tinggi tegangan maka semakin
tinggi pula arus bocornya.
Berdasarkan Tabel 4.34, dibuat kurva yang menyatakan hubungan antara
banyaknya keping isolator terhadap arus bocor pada kondisi basah tinggi.
Gambar 4.18. Hubungan antara banyaknya keping isolator terhadap arus bocor pada kondisi basah tinggi
Dari Gambar 4.18, dapat dilihat bahwa semakin banyak keping isolator yang
digunakan maka nilai arus bocor semakin kecil. Hal ini dikarenakan tahanan
isolator bertambah, sehingga sesuai dengan persamaan 3.1 dimana arus bocor
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Tegangan (kV)
5 Keping 6 Keping 7 Keping 8 Keping 9 Keping 10 Keping
0 1 2 3 4 5
5 6 7 8 9 10
A
ru
s
B
o
co
r
(µ
A
)
berbanding terbalik dengan tahanan, sehingga semakin besar tahanan isolator
maka arus bocor semakin kecil.
4.11 Analisis Pengaruh Pembasahan Terhadap Arus Bocor Isolator Rantai Perbedaan arus bocor yang mengalir dipengaruhi oleh air yang melapisi
permukaan isolator, semakin banyak air yang melingkupi permukaan isolator
maka semakin besar juga arus yang mengalir melalui permukaan isolator tersebut,
hal ini dikarenakan permukaan isolator semakin konduktif sehingga arus listrik
mudah mengalir pada permukaan isolator.
4.10.1 Pengaruh Pembasahan terhadap Arus Bocor 5 Keping Isolator
Dari Tabel 4.32 sampai 4.35 dibuat kurva yang menyatakan hubungan antara arus
bocor terhadap tegangan 5 keping isolator pada berbagai kondisi.
Gambar 4.19 Hubungan antara arus bocor terhadap tegangan 5 keping isolator pada berbagai kondisi
Pada Gambar 4.19, dapat dilihat perbandingan nilai arus bocor pada kondisi
kering dan kondisi basah. Semakin basah permukaan isolator nilai arus bocor
cenderung semakin besar terlihat pada kondisi kering arus bocor terbesar yaitu
0,0353 µA, pada kondisi basah ringan arus bocor terbesar yaitu 27,73 µA dan
pada kondisi basah sedang arus bocor terbesar yaitu 38,49 µA, namun pada
0
Kondisi Kering Kondisi Basah Ringan