Daftar Pustaka
Aulia,Ilham.2012. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan komodti kopi di sumatra Utara.Fakultas Pertanian.Universiitas Sumatra Utara.Sumatra Utara
Bathin,win rudhi. 2012 Mengapa kopi gayo special. Dikutip dari
Deptan. 2011. http :// ditjenbun.deptan.go.id.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode penelitian ilmu social.Penerbit Erlangga . Jakarta
Edwar, MT. 2009. Manajemen Strategis. Fakultas Tekhnik Industri. Universitas Mercu Buana Kotler, Philip. 2000. manajemen Pemasaran. Erlangga. Jakarta
Maulendra, Adjie M. 2011.Komoditas Perkebunan di Tahun 2012.Arsip Komoditas Perkebunan.Jakarta
Mubyarto, 1984, Pengantar Ekonomi Pertanian,LP3ES,Jakarta
Najiyati S, dkk. 1992 Kopi:Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.Penebar Swadaya,Jakarta Rangkuti, F. 2009. Analisa SWOT Teknik Membedah kasuss bisnis. PT. Gramedia Pustaka
Umum.Jakarta.
Renata,Imelda.2004.Prospek pengembangan kopi di kabupaten toba samosir.Fakultas pertanian.universitas Sumatra utara.
Riyanto,B. 1997. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan . BPFE. Yogyakarta.
Sinaga,Dadjim.2008.Studi Kelayakna Bisnis dalam Ekonomi Global. Mitra Wicara Media.Jakarta
Siswoputranto,P.S.1993. Kopi International dan Indonesia. Kanisius .Yogyakarta Soekartawi,1996. Pembangunna Pertanian.PT. Rajagrafindo Persada,Jakarta Suparman.2012.Produksi Kopi Arabika Gayo.Artikel Tim Ketiara Coffee.Aceh
Spillane,J.J.1990.Komoditi Kopi dan Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia, Kanisius.Yogyakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Gayo Lues, Kecamatan Pantan Cuaca. Desa Cane
Baru. Penentuan daerah dilakukan secara Purposive atau disengaja. Lokasi penelitian ini
dilakukan didesa Cane Baru di Kecamatan Pantan Cuaca dengan pertimbangan bahwa
Kecamatan Pantan Cuaca merupakan daerah produksi kopi Arabika terbesar di Kabupaten Gayo
Lues.
Adapun kecamatan di Kabupaten Gayo Lues yang merupakan penghasil atau yang
mengusahakan Komoditi Kopi
Tabel 4 Luas Usaha dan Produksi Komoditi Kopi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2011
Dari tabel 4 tersebut diketahui Kecamatan pantan cuaca merupakan kecamatan yang
memiliki produksi kopi yang lebih tinggi dengan luasan lahan menghasilkan sebesar 785 Ha dan
Produksi sebesar 471 Ton/ Tahunnya. Oleh karena itu Pantan Cuaca dipilih oleh penulis sebagai
daerah penelitian karena Pantan Cuaca memproduksi kopi lebih besar dikarenakan luas areal
tanam yang juga cukup besar disbanding daerahh lain.
Dan Desa Cane Baru dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Cane Baru
merupakan Daerah yang menghasilkan. Produksi Kopi terbesar di Kecamatan Pantan Cuaca.
Tabel 5 Produksi Kopi Arabika di Kecamatan Pantan Cuaca Tahun 2011
No. Desa
Sumber : Kantor Kecamatan Pantan Cuaca 2011
3.2 Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan sampel digunakan dengan Simple Random Sampling. Populasi dalam
penelitian ini adalah petani kopi yang bersifat Homogen.Berdasarkan data dari Kecamatan
Pantan Cuaca sebesar 1000 petani kopi di Lecaatan Pantan Cuaca. Pengambilan sampel secara
random atau acak dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure atau anggota
Dimana dalam menentukan sampel dihitung dengancara Metode Slovin dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
N : Ukuran Populasi
n : Ukuran Sampel
e : Galat penduga ( 10 % )
Persen Kelonggaran sebesar 10% serta jumlah populasi petani kopi Arabica didesa Cane
Baru berdasarkan rumus Slovin diperoleh besar sampel Petani Kopi Arabika sebanyak 76 Petani.
n = �
1+( ��2 )
n = 328
1+( 328 � 0,12)
n = 76 Sampel
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari melakukan wawancara dan pengisian kuisioner oleh responden, serta
pengamatan langsung dilapangan.
Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data Luas Lahan serta produksi usaha tani kopi
di beberapa tahun. Data tersebut didapat dari Badan Pusat Statistik Naggroe Aceh Darussalam.
3.4 Metode Analisis Data
a. Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan analisis deskriptif yaitu menganalisa
perkembangan luas lahan dan produksi perkembangan usaha tani kopi gayo 3 tahun terakhir
berdasarkan data yang diambil didaerah penelitian yaitu kabupaten Gayo Lues.
b. Untuk menyelesaikan masalah 2 digunakan analisis deskriptif yaitu menganalisis faktor –
faktor internal apa saja yang mempengaruhi permintaan kopi gayo berdasarkan data yang
diambil di daerah penelitian.
c. Untuk menyelesaikan masalah 3 digunakan analisis deskriptif yaitu menganalisis faktor –
faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi permintaan kopi gayo berdasarkan data yang
diambil di daerah penelitian.
d. Untuk menyelesaikan masalah 4 digunakan metode analisis SWOT. SWOT adalah singkatan
dari lingkungan internal kelemahan dan kekuatan dan lingkungan eksternal peluang dan ancaman
yang dihadapi didunia bisnis.
Setelah tahapaan – tahapan terdahulu dibuat dan dianalisa, maka tahap selanjutnya
disusunlah daftar prioritas yang harus di-implementasikan. Quantitative Strategic Planning
Matrix ( QSPM ) merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan startegi alternative
yang diprioritaskan. Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif ( QSPM ) adalah teknik analisis
untuk menentukan daya tarik relative dari alternative tindakan yang layak. Matriks ini
memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternative strategi secara objektif,
berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasikan
Enam langkah Mengembangkan QSPM
Langkah 1.
Membuat daftar peluang / ancaman dan Kekuatan/ kelemahan nternal kunci perusahaan
pada kolom kiri. Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE.
Minimum sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh ffaktor keberhasilan kunci
internal.
Langkah 2.
Berikan bobot untuk masing – masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik
dengan yang ada pada Matriks EFE dan IFE
Langkah 3
Evaluasi matriks tahap 2 ( Pencocokan ) dan identifikasi alternatve – alternative
strategiyang harus dipertimbangkan organisasi untuk impleentasi. Catat strategi – strategi ini
pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi kedalam set yang independen jika
memungkinkan.
Langkah 4 ;
Tentukan nilai daya tarik ( AS ) addalah angka yang mengindikasikan daya tarik relative
dari masing – masing strategi dalam set alternative tertentu. Angka ini sebagai jawaban dari
pertanyaan : “ Apakah Faktor ini memengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” Jika jawabannya
ya, maka strategi tersebut harus dibandingkan secara relative terhadap faktor kunci tersebut.
Jangkauan untuk nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik,
Jika jawabannya tidak, mengindentifikasikan bahwa faktor kunci tersebut tidak memiliki dapak
terhadap pilihan spesifik yang dibuat, dengan demikian tidak perlu memberikan bobot terhadap
strategi dalam set tersebbut. Gunakan tanda minus untuk mengindikasikan bahwa faktor utama
tersebut tidak ememengaruhi pilihan strategi yang dibuat.
Langkah 5 :
Hitung total nilai daya tarik ( TAS ) merupakan pengalian bobot ( langkah 2 ) dengan
nilai daya tarik ( langkah 4 ) dalam masing – masing baris.
Langkah 6
Hitung penjumlahan total nilai daya tarik
Alternatif Strategi
Faktor Kunci Bobot
Strategi 1 Strategi 2
AS TAS AS TAS
Hindari untuk memberikan nilai daya tarik yang sama untuk masing – masing strategi.
Tanda minus dimasukkan sepanjang baris bila digunakan. Pemberian nilai 4,3,2 dan dua kali
tidak pernah ada pada baris yang sama ( Edwar. 2009 )
3.4 Definisi dan Batasan Operasional
3.4.1 Definisi Operational
1. Kopi Gayo adalah Kopi yang ditanam di dataran tinggi Gayo.
2. Produksi adalah hasil yang diperoleh petani kopi gayo dan kemudian di jual.
3. Lingkungan Internal adalah Lingkungan organisasi yang berada didalam organisasi tersebut
dan secara normal memiliki implikasi lanngsung dan khusus pada perusahaan.
4. Lingkungan eksternal adalah suatu proses yang dilakukan oleh perencana strategi untuk
memantau sector lingkungan dalam menentukan peluang dan ancaman
5. SWOT adalah Singkatan dari Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal peluang dan
ancaman yang dihadapi di dunia bisnis.
3.4.2. Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues Nanggroe Aceh
Darussalam.
2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan komoditi Kopi Gayo
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
PETANI SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Desa Cane Baru adalah kampung pemekaran dari Kampung Induk Cane Toa, Kecamatan Rikit
gaib. Pemekaran ini terjadi seiring dinamika perkembangan wilayah kabupaten dimana pada
tahun 2002 Kabupaten Gayo Lues lahir sebagai bentuk pemekaran dari Kabupaten Induk yaitu
Aceh Tenggara.
Desa ini mempuyai luas wilayah ± 1900 Ha, yang terdiri dari: pemukiman seluas 10 ha, luas
lahan pertanian dan perkebunan mencapai ± 1875 H dan dengan luas Lahan Hutan Produktif ±
15 Ha. Desa Cane Baru kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues ini memiliki 3 buah
Dusun yang terdiri dari Dusun Gedabuhan, Dusun Atang Puter dan Dusun Senebuk.
Desa Cane Baru dijadikan Sebagai daerah sector pertanian dikarenakan memiliki suatu keunikan
tersendiri, baik itu aspek budaya dan adat istiadatnya maupun aspek alamnya yan begitu
mempesona keindahannya. Keunikan aspek alamnya disini adalah memiliki kesuburan tanah,
dan adanya aliran sungai yang membelah disepanjang wilayah kampung cane baru dan lain
Wilayah Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues ini memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Gedabuhan
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung UPT Aihselah
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Berhul
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung ATU Kapur.
4.2 Keadaan Penduduk
Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca kabupaten Gayo Lues memiliki jumlah penduduk
sebanyak 503 jiwa pada tahun 2010-2013 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Cane Baru Tahun 2010-2013 No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 262 52,08
2 Perempuan 241 47,92
Total 503 100
Sumber : Kantor Kepala Cane Baru 2010-2013
Diketahui jumlah penduduk yang dominan di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca
Kabupaten Gayo Lues adalah berjenis kelamin Laki - laki yakni sebanyak 262 jiwa atau sekitar
52,08 % dan dari keseluruhan jumlah penduduk.
Selanjutnya keadaan penduduk menurut agama yang dianut penduduk Desa Cane Baru
4.3 Sarana dan Prasarana
4.3.1 Jalan dan Transportasi
Kondisi jalan di Desa cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues tergolong
relative baik dimana Ruas jalan Provinsi, kabupaten, Kecamatan maupun Desa merupakan jalan
beraspal. Walaupun begitu Jalan lintas antar kecamatan masih berupa daerah rawan Longsor
sehingga dapat memutuskan hubungan transportasi.
4.3.2 Pasar
Pasar memiliki fungsi sebagai tempat memfasilitasi pemasaran barang – barang yang berada di
Desa cane baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues sebanyak 1 buah. Pasar dapat
mendukung petani untuk memperoleh sarana dan prasarana pertanian serta mempermudah
pemasaran hasil pertaniannya ke berbagai pasar yang masih bisa dijangkau. Di samping itu pasar
juga memberikan kesempatan lebih bagi para pedagang sarana produksi dan pedagang
pengumpul.
4.4 Pertanian
4.4.1 Kegiatan Pertanian
Sektor pertanian adalah mata pencaharian utama masyarakat yang ada di desa Cane Baru.
Oleh karena itu sektor pertanian merupakan sector penting dan menjadi sector yang menjadi roda
penggerak perekonomian di Desa Cane Baru. Tanaman pertanian yang ditanam di desa Cane
Baru adalah Tanaman Palawija, Kopi dan Jagung. Serta ada sebaian kecil mengusahakan
4.5.2 Pemasaran Kopi
Kegiatan pemasaran kopi pada umumnya tidak berdasarkan waktu tertentu. Ketika panen,
petani langsung menjual kopi kepada pedagang pengumpul yang ada di Desa Cane Baru
kemudian Pedagang pengumpul menjual Kopi tersebut ke pedagang pengumpul besar kemudian
kopi tersebut dibawa ke Pihak - pihak eksportir yang berada di Takengon.
Gambar 4. Saluran pemasaran Kopi di Desa cane Baru
4.6 Karakteristik Petani Sampel
Petani sampel pada penelitian ini adalah petani yang membudidayakan kopi Arabika. Berikut ini
jumlah petani berdasarkan umur yaitu sebagai berikut.
Tabel 9 . Jumlah petani berdasarkan umur No Umur Jumlah
Berdasarkan pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa petani yang membudidayakan kopi Arabika paling
besar yaitu pada umur 41 – 50 Tahun yaitu sebesar 36,84 %. Berikut ini jumlah petani jika
dilihat dari Luas Lahan Yang diusahakan
Petani Pedagang pengumpul
di Desa
Eksportir Pedagang
Tabel 10 . Luas Lahan Yang diUsahakan Petani Kopi Arabika
No Luas Lahan Jumlah Petani
%
1 0,5 – 1 Ha 12 15,79
2 1 – 3 Ha 37 48,68
3 3 – 5 Ha 18 23,69
4 > 5 Ha 9 11,84
Total 76 100
Berdasarkan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa Luas Lahan petani paling besar yaitu pada
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Perkembangan volume Produksi Dan Produktivitas Kopi Arabika di Kabupaten Gayo Lues
Perkembangan volume produksi kopi Arabika pada lima tahun terakhir mengalami
peningkatan dari tahun ketahun yaitu dapat diperlihatkan pada tabel 7 :
Tabel 7 Tabel Luas Lahan dan Produksi Kopi di Kabupaten Gayo Lues tahun 2007 – 2011
Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh dalam Angka
Dari data diatas dapat diketahui gambar produksi perkembangan Kopi di Kabupaten
Gayo Lues dari tahun 2007 – 2011 adalah:
Gambar 5. Grafik Perkembangan Produksi kopi Arabika di Kabupaten Gayo Lues
Pada Gambar 5 perkembangan volume produksi kopi Arabika cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun yaitu dengan perkembangan sebesar 37,8 Ton/Tahun dan Rata –
rata perkembangannya sebesar 7,24 % selama 5 tahun terakhir.
Dari tabel dapat dilihat pada tahun 2007 terdapat produksi sebesar 868 Ton/ha dengan
luasan wilayah sebesar 3.374 Ha. Pada tahun 2008 terdapat produksi sebesar 670 Ton/ha dengan
luasan wilayah sebesar 3.628 Ha. Pada tahun 2009 terdapat produksi sebesar 713 Ton/ha dengan
luasan wilayah sebesar 3.938 Ha. Pada tahun 2010 terdapat produksi sebesar 712 Ton/ha dengan
luasan wilayah sebesar 3.945 Ha. Pada tahun 2011 terdapat produksi sebesar 1.086 Ton/ha
dengan luasan wilayah sebesar 4.288 Ha.
` Dan dari Tabel diatas dapat diketahui Grafik perkembangan produktivitas Kopi di
Kabupaten Gayo Lues dari tahun 2007 – 2011 adalah:
Gambar 6. Grafik Perkembangan Produktivitas kopi Arabika di Kabupaten Gayo Lues
Gambar grafik perkembangan produktivitas kopi Arabika pada tahun 2007 – 2011 dapat
dilihat dari tabel dan gambar tersebut.Pada tahun 2007 produktivitas Kopi sebesar 0,25 ton/ha.
produktivitas Kopi sebesar 0,26 ton/ha. Serta dapat diketahui perkembangan produktivitas rata –
rata selama 5 tahun sebesar 2,45 ton/ha/Tahun.
Dari hasil wawancara kepada Bapak Rantuji di Dinas Pertanian di Kabupaten Gayo Lues
diketahui bahwa terjadinya penurunanan Produksi di tahun 2007 ke tahun 2008 dikarenakan
adanya terjadi Bencana Alam Longsor dan Kebakaran Hutan sehingga sebahagian wilayah yang
melakukan usaha tani kopi terbakar. Dan terjadinya peningkatan produksi di tahun 2010 – 2011
dikarenakan adanya perluasan lahan karena sebagian rakyat yang sebelumnya mengusahakan
komoditi sri wangi mengganti usahanya ke tanaman Kopi.
5.2 Hasil Perkembangan volume Produksi Dan Produktivitas Kopi Arabika di Kecamatan Pantan Cuaca.
Perkembangan volume produksi kopi Arabika pada lima tahun terakhir di Kecamatan
Pantan Cuaca mengalami peningkatan hal tersebut dapat dilihat pada:
Tabel 8 Tabel Luas Lahan dan Produksi Kopi di Kecamatan Pantan Cuaca tahun 2007 – 2011
Tahun Produksi Tahun Luas Lahan Tahun Produktivitas
2007 451.00 2007 1,378.00 2007 0.327285922
2008 437.00 2008 1,358.00 2008 0.32179676
2009 449.00 2009 1,391.00 2009 0.32278936
2010 465.00 2010 1,427.00 2010 0.325858444
2011 472.00 2011 1,449.00 2011 0.325741891
Sumber Badan Pusat Statistik Gayo Lues Dalam Angka
Dari data diatas dapat diketahui gambar produksi perkembangan Kopi di Kecamatan
Gambar 7. Grafik Perkembangan Produksi kopi Arabika di Kecamatan Pantan Cuaca
Pada Gambar 7 perkembangan volume produksi kopi Arabika cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun yaitu dengan perkembangan sebesar 37,8 Ton/Tahun dan Rata –
rata perkembangannya sebesar 1,18 % selama 5 tahun terakhir.
Dari tabel dapat dilihat pada tahun 2007 terdapat produksi sebesar 451 Ton/ha dengan
luasan wilayah sebesar 1.378 Ha. Pada tahun 2008 terdapat produksi sebesar 437 Ton/ha dengan
luasan wilayah sebesar 1.358Ha. Pada tahun 2009 terdapat produksi sebesar 449 Ton/ha dengan
luasan wilayah sebesar 1391 Ha. Pada tahun 2010 terdapat produksi sebesar 465 Ton/ha dengan
luasan wilayah sebesar 1427 Ha. Pada tahun 2011 terdapat produksi sebesar 472 Ton/ha dengan
luasan wilayah sebesar 1449 Ha.
` Dan dari Tabel diatas dapat diketahui Grafik perkembangan produktivitas Kopi di
Gambar 8. Grafik Perkembangan Produktivitas kopi Arabika di Kecamatan Pantan Cuaca
Gambar grafik perkembangan produktivitas kopi Arabika pada tahun 2007 – 2011 dapat
dilihat dari tabel dan gambar tersebut.Pada tahun 2007 produktivitas Kopi sebesar 0,33 ton/ha.
Pada tahun 2008 produktivitas Kopi sebesar 0,32 ton/ha Pada tahun 2009 produktivitas Kopi
sebesar 0,33 ton/ha. Pada tahun 2010 produktivitas Kopi sebesar 0,325 ton/ha Pada tahun 2011
produktivitas Kopi sebesar 0,325 ton/ha.
5.3 ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PROSPEK
PENGEMBANGAN KOPI ARABICA 5.3.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor- faktor yang terdiri dari Faktor Strength ( Kekuatan ) dan
Faktor Weakness ( Kelemahan ) untuk menentukan strategi dalam prospek pengembangan Kopi
Arabika di Kabupaten Gayo Lues Kecamatan Pantan Cuaca studi kasus di Desa Cane Baru.
Setelah melakukan wawancara dan serta mengambil kesimpulan berdasarkan hasil kuisioner
diperoleh faktor – faktor strategis Internal yang menjadi Kelemahan dan Kekuatan dalam
pengembangan agribisnis kopi di Desa Cane Baru yaitu sebagai berikut :
A.Kekuatan
Faktor kekuatan adalah salah satu faktor – faktor yang terdapat dalam faktor Internal
yang berupa kelebihan yang dimiliki oleh usaha tani tersebut. Faktor kekuatan dianggap sebagai
faktor yang mempengaruhi perkembangan usahatani kopi di Desa cane baru.
Faktor – faktor itu terdiri dari :
1. Terdapat Sumber Daya Alam yang sesuai
Keadaan sumber daya alam yang menjadi faktor kekuatan antara lain iklim (memiliki
suhu berkisar 170C-290C), kesuburan tanah, topografi, ketinggian bervariasi antara 330-2.075 m
di atas permukaan laut. Faktor-faktor itulah yang diharapkan dapat membantu memperlancar
pengembangan agribisnis kopi secara alamiah. Dengan kondisi sumberdaya alam yang subur dan
ditunjang dengan iklim dan ketinggian yang cocok untuk budidaya kopi dan tanaman dataran
tinggi lainnya.
2. Ketersediaan Lahan yang cukup besar
Luas wilayah Desa Cane Baru yang digunakan untuk tanamaman perkebunan mencapai
1875 Ha dan tersebar diseluruh Desa. Lahan yang paling luas diperuntukkan untuk perkebunan
kopi, yakni seluas 1.229 Ha. Menurut Kepala Camat, Desa Cane Baru masih terdapat banyak
lahan yang belum produktif yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian,
3. Sumber Daya Manusia yang terampil dalam mengusahakan Produksi Kopi
Jumlah penduduk Desa Cane Baru sampai dengan tahun 2010 – 2014 mencapai 503
jiwa yang tersebar di sepuluh kecamatan. Dari jumlah tersebut hampir 89 persen atau 448
penduduk bekerja sebagai petani dari total angkatan kerja di Desa Cane Baru. Penduduk lainnya
bekerja sebagai petani lain dan peternak sekitar 11 persen.
4. Terciptanya Keamanan Berusaha Tani
Masyarakat Cane Baru merasa nyaman untuk menjalankan usaha budidaya kopi. Hampir
tidak pernah terjadi kehilangan akan hasil panen. Petani memiliki lahan kopi sendiri, dan
mengusahakan kopi sendiri untuk kebutuhan keluarga, sehingga tidak pernah berpikir untuk
mencuri hasil kopi dari lahan kopi masyarakat lainnya.
5. Sarana dan Prasarana yang mendukung Usaha Tani
Secara umum, jalur transportasi dalam Desa Cane Baru ataupun Kecamatan Pantan
Cuaca dapat digunakan dengan baik. Hal ini dapat mempermudah kegiatan mobilitas penduduk
dan hasil produksi kopi. Demikian juga jalur transportasi antar Kecamatan dan antar kabupaten
lainnnya telah memadai dan dapat digunakan dengan baik.
B. Kelemahan
Salah satu bagian dari faktor – faktor internal selain Kekuatan adalah Kelemahan. Faktor
– faktor kelemahan yang ada di Desa Cane Baru yang merupakan kendala dalam mengusakan
usaha tani komoditi kopi arabica adalah sebagai berikut ;
1. Sebagian petani masih menggunakan tekhnologi sederhana
Penggunaan tekhnologi tepat guna dalam pengembangan agribisnis kopi mempunyai
minat petani untuk menggunakan teknologi dibidang pertanian dalam kegiatan budidaya kopi.
Sebagian besar petani masih mempertahankan cara-cara tradisional dalam melakukan
usahataninya. Sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal dan kualitas yang dihasilkan relatif
masih rendah.
Petani menganggap bahwa dalam penggunaan teknologi tersebut membutuhkan dana
yang lebih besar dari pada cara-cara bertani yang dilakukan selama ini. Pengolahan kopi juga
membutuhkan inovasi teknologi yang dapat mempermudah proses pengolahan pasca panen..
2. Tidak adanya lembaga keuangan didaerah penelitian
Keterbatasan modal dalam berusahatani merupakan masalah klasik hamper di semua
daerah pertanian, khususnya usahatani kopi. Kondisi inilah yang menyebabkan para petani tidak
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan skala produksinya. Dengan modal yang terbatas
sangat sulit bagi petani untuk mengelola usahataninya, apalagi untuk menambah lahan
pertaniannya.
3. Tidak adanya lembaga penelitian didaerah penelitian
Pemerintah daerah melalui dinasnya yaitu Dinas Pertanian yang berhubungan langsung
dalam pembinaan melakukan penyuluhan kepada kelompok tani, namun hal ini tidak
dilaksanakan secara berkelanjutan. Lembaga pelatihan belum ada di Desa Cane Baru, padahal
petani sangat membutuhkannya. Petani juga sangat membutuhkan dukungan pemerintah
khususnya dalam pembinaan dan pendampingan pemerintah langsung kepada petani agar dapat
mengembangkan produktivitas kopi.
4. Kurangnya penyuluhan
Pemerintah daerah yang berhubungan langsung dalam melakukan penyuluhan kepada
Penyuluhan belum ada di Desa Cane Baru, padahal petani sangat membutuhkannya. Petani juga
sangat membutuhkan dukungan pemerintah khususnya dalam pembinaan dan pendampingan
pemerintah langsung kepada petani agar dapat mengembangkan produktivitas kopi.
5. Saluran pemasaran yang merugikan petani
Saluran pemasaran kopi yang terjadi dimulai dari petani kopi menjual kopi kepada
pengumpul di Desa atau menjual langsung kepada pengumpul di desa. Pengumpul di Desa
menjual kopi ke pedagang pengumpul di Pasar kemudian di angkut ke Takengon untuk dijual
kepada Eksportir. Saluran pemasaran ini membuat harga di petani tidak layak, karena harga
sering kali dikuasai oleh pedagang pengumpul di Pasar.
6. Kurang berjalannya peraturan dan program pemerintah
Didesa cane baru terdapat berbagai peraturan – peraturan dan program – program
pemerintah. Seperti program Pembuatan sertifikat di Desa Cane Baru atau program pengaktifan
lembaga keuangan serta pemerintah membentuk peraturan – peraturan dalam melakukan ekspor
pasar akan tetapi hal tersebut kurang berjalan didaerah tersebut karena lemahnya pengawasan di
Desa Cane Baru.
7. Sedikitnya industry pengolahan kopi didaerah penelitian
Industri pengolahan kopi di Desa Cane Baru sulit berkembang, hal ini disebabkan
rendahnya tingkat pengetahuan dan modal yang dimiliki oleh masyarakat. Beberapa tahun yang
lalu ada sebuah industri yang mengolah kopi namun Industri tersebut tutup karena kekurangan
8. Sistem kemitraan dengan pasar eksport hanya terjadi di pengumpul
Pada umumnya budidaya kopi dilakukan sendiri oleh petani dengan lahan yang telah
diwariskan oleh orangtua turun temurun, diolah sendiri dan hanya mengandalkan kesuburan
tanah. Kemitraan usaha hanya dilakukan oleh pengumpul di Pasar dengan pihak Eksportir
Takengon. Akibatnya petani hanya bisa menerima harga yang telah ditentukan oleh pengumpul.
9. Kurangnya persediaan saprodi
Di Desa Cane Baru persediaan sarana saprodi sangat kurang. Di Desa tersebut tidak ada
kios – kios yang menjual saprodi seperti pupuk, pestisida dan lain sebagainya. Oleh karea itu
petani di Desa Cane Baru harus membeli saprodi tersebut ke Kecamatan lain. Hal ini
memberatkan para petani karena harga saprodi yang mahal dan lokasi kios yang jauh dari Desa
Cane Baru sehingga sebagian petani lebih memilih tidak menggunakan pestisida.
10. Kurangnya benih bersertifikat
Lembaga penelitian bibit bermutu belum ada di Kecamatan Pantan Cuaca, padahal petani
sangat membutuhkan lembaga ini untuk dapat mengembangkan produksi kopi. Petani
menggunakan bibit dari hasil produksi kopi mereka. Menurut petani syarat bibit kopi baik adalah
induk harus berumur paling sedikit 7 tahun, induk harus sehat, bebas penyakit. Induk harus dari
varietas hybrid (berbuah banyak, cepat berbuah. Bantuan penyediaan bibit bermutu ini sangat
dibutuhkan oleh petani.
11. Kurangnya sistem manajemen yang baik
Sistem manajeman penting bagi petani di Desa Cane Baru sehingga petani dapat
melakukan usaha tani dengan baik dan dapat memperkirakan segala hal sebelum melakukan
5.3.2 Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor- faktor yang terdiri dari Faktor – faktor peluang dan
faktor – faktor ancamanuntuk menentukan strategi dalam prospek pengembangan Kopi Arabika
di Kabupaten Gayo Lues Kecamatan Pantan Cuaca studi kasus di Desa Cane Baru. Setelah
melakukan wawancara dan serta mengambil kesimpulan berdasarkan hasil kuisioner serta
masukan dari Kepala Desa Cane Baru, Ketua kelompok Tani dibidang komoditi Kopi di Desa
Cane Baru Bapak Ibrahim G, serta Kepada pedagang pengumpul di Desa Cane Baru maka
diperolehlah faktor – faktor strategis Internal yang menjadi Kelemahan dan Kekuatan dalam
pengembangan agribisnis kopi di Desa Cane Baru yaitu sebagai berikut :
A. Peluang
Faktor peluang adalah bagian dari faktor – faktor eksternal. Faktor peluang adalah faktor
– faktor yang dianggap sebagai suatu potensi yang dapat simanfaatkan dalam pengembangan
usaha tani kopi arabika didesa Cane Baru. Beberapa macam potensi – potensi tersebut yang
harus dimanfaatkan dalam pencapaian tujuan tersebut terdiri dari :
1. Permintaan Kopi gayo yang semakin meningkat
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak Eksportir, citarasa, kualitas dan
produksi kopi gayo dengan kopi arabika lainnya jelas berbeda. Beberapa negara sangat
menyukai kopi gayo karena kualitasnya yang tinggi dengan kadar kafein yang tinggi yang
disukai oleh negara lain. Kebutuhan konsumen akan kopi memberi peluang bagi petani untuk
mengembangkan usahanya.
Di gayo mulai adanya organisasi pecinta kopi gayo. Asosiasi ini dimulai dari satu
kelompok tani dan setelah 4 tahun banyak kelompok tani yang bergabung menjadi 12 kelompok
dengan jumlah anggota 350 anggota. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk menguatkan
petani kopi untuk dapat berdiri sendiri dalam mengolah dan memasarkan kopinya sendiri (untuk
bisa bersaing dengan pihak ketiga) yang selalu menentukan harga kopi sehingga petani tidak
pernah mendapatkan harga yang layak. Akan tetapi organisasi ini juga terkesan diam ditempat
karena kurangnya fasilitas dan dukungan dari pemerintah.
3. Otonomi daerah yang memberikan kebijaksanaan dalam penentuan harga
Pemberlakuan UU No.22 tahun 1999 mulai tahun 2000, menimbulkan dampak yang
sangat besar bagi pemerintah daerah, karena dengan diberlakukannya undang-undang tersebut
maka pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh dalam mengadakan pembangunan di
daerahnya masing-masing.
4. Adanya perdagangan bebas yang membuat usaha tani kopi gayo dikenal
Perdagangan bebas merupakan peluang dalam memasarkan kopi, hal ini juga menuntut
petani untuk memperbaiki kualitas kopi yang dihasilkan. Disamping itu, Gayo Lues telah
mempunyai jaringan ekspor, khususnya dengan negara negara eropa Khususnya jerman. Hal ini
memberi peluang besar jika petani terus memperbaiki kualitas kopinya.
5. Perkembangan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi Berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan aksesibilitas terhadap informasi pasar bagi
masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan budidaya, pengolahan serta pemasaran kopi,
teknologi dan informasi sangat dibutuhkan, seperti internet. Adanya internet memberi manfaat
penyakit dan informasi pemasaran kopi dapat diakses dengan mudah. Telekomunikasi juga
mempermudah petani untuk berkomunikasi dengan petani lainnya serta dengan pihak investor.
6. Adanya pasar yang tersedia untuk usaha tani kopi gayo
Permintaan atas kopi di Indonesia terus meningkat hal ini memberikan dampak positif
kepada para pengusaha tani kopi. Terlebih kopi gayo dimana para eksportir di kabupaten gayo
lues yang berpusat ditakengon selalu melakukan pengeksporan. Berdasarkan keterangan dari
salah satu pengekspor diTakengon mengatakan permintaan dari negara Jerman dan Taiwan terus
meningkat Hal ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa seharusnya usaha ini lebih didukung
oleh pemerintah. Disamping itu jumlah kopi ekspor juga berfluktuatif, hal ini juga memberi
peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produktivitas kopi Indonesia.
B. Ancaman
Faktor – faktor ancaman merupakan bagian dari faktor – faktor eksternal dimana faktor
ini dianggap sebagai ancaman yang dikemudian hari akan menjadi hambatan dalam
pengembangan usaha tani kopi arabika di Desa Cane baru. Adapun faktor faktor ancaman yang
terdapat di Desa cane Baru adalah :
1. Adanya ketidakpastian iklim
Faktor alam memegang peranan penting dalam kegiatan usahatani dibidang pertanian.
Oleh karena itu, ketidakpastian iklim global yang disebabkan oleh pemanasan bumi dan
terjadinya penebangan hutan, bencana alam dan kekeringan menjadi ancaman dalam kegiatan
agribisnis kopi. Perubahan iklim di Gayo Lues ditandai dengan ketidakpastian antara musim
berbunga, bunga kopi berguguran akibat hujan deras dan angin kencang. Hal ini dapat
mempengaruhi tingkat produksi kopi.
2. Persaingan penerimaan kopi sejenis dari wilayah lain
Semakin banyaknya kopi yang dihasilkan oleh kabupaten lain menyebabkan konsumen
mempunyai banyak pilihan dan terjadinya kelebihan penawaran di pasar yang menyebabkan
harga kopi tersebut rendah.
3. Persaingan penerimaan kopi tidak sejenis dari wilayah lain
Adanya penghasilan kopi robusta yang dihasilkan oleh kabupaten lain menyebabkan
konsumen mempunyai banyak pilihan dan terjadinya kelebihan penawaran yang menyebabkan
harga kopi tersebut rendah.
4. Terdapat perubahan harga kopi
Petani sangat merasa terancam dengan harga kopi yang tidak menentu. Pada saat panen
raya harga kopi turun, tetapi saat musim paceklik harga kopi menurun, sehingga pendapatan
petani menjadi menurun. Kopi di Kabupaten Gayo Lues juga tidak memiliki sertifikat sehingga
menjadi salah satu alasan mengappa harga kopi dapat berubah – ubah.
5. Pertumbuhan ekonomi yang tidak pasti
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingkat perbaikan yang mendasar dalam
perekonomian Indonesia, juga berlaku di Kabupaten Gayo Lues sebagaimana dengan daerah
lainnya. Namun pertumbuhan ekonomi yang tidak pasti, tingginya tingkat inflasi dan rendahnya
nilai tukar rupiah merupakan ancaman yang dapat menghambat pelaksanaan Pengembangan
Agribisnis Kopi . Hal tersebut juga menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat sehingga
6. Penegakan hukum dan perundangan yang tidak diketahui petani
Situasi keamanan dan politik yang tidak menentu bisa menjadi ancaman bagi
pengembangan agribisnis kopi. Pemerintah harus memberikan penyuluhan kepada para petani
kopi agar mengetahui segala hukum yang ada dan peraturan – peraturan ..
5.4 Metode IFAS & EFAS
Metode ini memiliki tujuan untuk menilai atau mengevaluasi faktor – faktor yang
berpengaruh dalam keberhasilan strategi yang akan dilaksanakan dalam pengembangan usaha
tani kopi arabika di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues. Metode
ini dilakukan dengan cara melakukan perhitungan pembobotan dan scoring. Setelah dilakukan
pembobotan terhadap faktor – faktor eksternal dan Internal melalui Kuisioner kepada Petani
Kopi di Desa Cane Baru kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues hasil akhir dari analisis
IFE dan EFE adalah sebagai berikut :
5.4.1 Analisis matriks IFAS
Analisis ini bertujuan untuk menilai dan mengevaluasi faktor – faktor strategis yang
berpengaruh terhadap keberhasilan strategis yang akan dilaksanakan dalam Pengembangan
Agribisnis Kopi di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues. Setelah
dilakukan pembobotan terhadap faktor – faktor strategis baik internal maupun eksternal melalui
pendapat / wawancara dengan Kepala Desa Cane Baru, Ketua kelompok Tani dibidang komoditi
Kopi di Desa Cane Baru Bapak Ibrahim G, serta Kepada pedagang pengumpul di Desa Cane
Baru maka hasil akhir dari Matriks IFAS dapat diketahui nilai diperoleh nilai indeks akumulatif
untuk elemen kekuatan sebesar 1,18, sedangkan untuk elemen kelemahan diperoleh 0,975.
Dari hasil ini diketahui bahwa dari hasil wawancara responden lebih memberikan
skor dari faktor – faktor Internal adalah 2,155. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa dalam
Pengembangan Agribisnis Kopi di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo
Lues memiliki kekuatan yang mampu mengatasi kelemahan yang ada.
Tabel 11 Hasil akhir dari analisis IFAS
No Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor
A Kekuatan
1 Terdapat SDA yang sesuai 0.06 3,5 0,21
2 Ketersediaan Lahan yang cukup besar 0,07 3,57 0,25 3 SDM yang terampil dalam mengusahakan
Produksi Kopi
0.06 3,605 0,22
4 Keamanan Berusaha Tani 0,07 3,605 0,25
5 Sarana dan Prasarana yang mendukung Usaha Tani
0,07 3,64 0,25
Total 1,18
B Kelemahan
1 Sebagian petani masih menggunakan tekhnologi sederhana
0.06 1,57 0,09
2 Tidak adanya lembaga keuangan didaerah penelitian
0.07 1,23 0,08
3 Tidak adanya lembaga penelitian didaerah penelitian
0,07 1,25 0,09
4 Kurangnya penyuluhan 0.06 1,5 0,09
5 Saluran pemasaran yang merugikan petani 0.06 1,67 0,1 6 Kurang berjalannya peraturan dan
program pemerintah
0.06 1,57 0,09
7 Sedikitnya industry pengolahan kopi didaerah penelitian
0.06 1,52 0,09
8 Sistem kemitraan dengan pasar eksport hanya terjadi di pengumpul
0.06 1,71 0,1
9 Kurangnya persediaan saprodi 0.06 1,57 0,09 10 Kurangnya benih bersertifikat 0.06 1,25 0,075 11 Kurangnya sistem manajemen yang baik 0.06 1,53 0,09
Total 0,985
Berdasarkan Matriks IFAS diatas dapat diketahui secara terinci tentang faktor – faktor
yang mempengaruhi pengembangan agribisnis Kopi, baik yang termasuk elemen kekuatan dan
A. Elemen Kekuatan
Ketersediaan lahan, Sarana dan Prasarana serta Keamanan memiliki bobot sebesar 0,07,
nilai ini merupakan nilai tertinggi dalam faktor kekuatan dan menunjukan bahwa faktor ini
memiliki dampak yang sangat penting dalam Pengembangan Kopi di Desa Cane Baru jika
disbanding dengan faktor Kekuatan Lainnya.
Sedangkan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam mememiliki bobot 0,06 yang
mengartikan bahwa faktor – faktor ini merupakan faktor kekuatan yang penting dan juga
mendukung dalam hal pengembangan usaha Kopi Gayo di Desa Cane Baru.
B. Elemen Kelemahan
Dari pembobotan tersebut diketahui Lembaga Keuangan serta Lembaga Penelitian
memiliki nilai 0,07 dimana hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor ini memiliki dampak yang
sangat penting untuk Pengembangan Agribisnis Kopi di Desa Cane Baru jika dibandingkan
dengan faktor – faktor kelemahan lainnya.
Penggunaan tekhnologi sederhana, penyuluhan, saluran pemasaran, kurang berjalannya
program – program pemerintah, sedikitnya industry pengolahan Kopi, sistem kemitraan dengan
pasar eksport, kurangnya persediaan saprodi, kurangnya benih bersertifikat serta manajemen
yang baik memiliki nilai bobot yang sama dimana menunjukkan bahwa faktor – faktor ini
memiliki nilai yang penting serta kelemahan tersebut agak sulit diatasi dalam Pengembangan
Agribisnis Kopi di Desa Cane Baru.
Analisis ini bertujuan untuk menilai dan mengevaluasi faktor – faktor strategis yang
berpengaruh terhadap keberhasilan strategis yang akan dilaksanakan dalam Pengembangan
Agribisnis Kopi di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues. Setelah
dilakukan pembobotan terhadap faktor – faktor strategis eksternal melalui pendapat / wawancara
dengan Kepala Desa Cane Baru, Ketua kelompok Tani dibidang komoditi Kopi di Desa Cane
Baru Bapak Ibrahim G, serta Kepada pedagang pengumpul di Desa Cane Baru maka hasil akhir
dari Matriks EFAS dapat diketahui nilai diperoleh nilai indeks akumulatif untuk elemen Peluang
sebesar 2,19, sedangkan untuk elemen Ancaman diperoleh 0,73.
Dari hasil ini diketahui bahwa dari hasil wawancara responden lebih memberikan
tanggapan yang tinggi terhadap faktor peluang dan faktor ancaman lebih sedikit. Dan total skor
dari faktor – faktor Eksternal adalah 2,92. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa dalam
Pengembangan Agribisnis Kopi di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo
Tabel 12 Hasil akhir dari analisis EFAS
No Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor
PELUANG
1 Permintaan Kopi gayo yang semakin meningkat
0,105 3,49 0,37
2 Mulai tumbuhnya organisasi petani kopi gayo
0,105 3,5 0,37
3 Otonomi daerah yang memberikan kebijaksanaan dalam penentuan harga
0,08 3,06 0,25
4 Adanya perdagangan bebas yang membuat usaha tani kopi gayo dikenal
0,106 3,8 0,4
5 Perkembangan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi
0,09 3,71 0,4
6 Adanya pasar yang tersedia untuk usaha tani kopi gayo
0,103 3,6 0,4
Total 2,19
ANCAMAN
1 Adanya ketidakpastian iklim 0,047 1,8 0,08
2 Persaingan penerimaan kopi sejenis dari wilayah lain
0,09 2,15 0,2
3 Persaingan penerimaan kopi tidak sejenis dari wilayah lain
0,05 1,6 0,08
4 Terdapat perubahan harga kopi 0,105 1,72 0,2
5 Pertumbuhan ekonomi yang tidak pasti
0,052 1,5 0,08
6 Penegakan hukum dan perundangan yang tidak diketahui petani
0,057 1,6 0,09
Total 0,73
Berdasarkan Matriks EFAS diatas dapat diketahui secara terinci tentang faktor – faktor
yang mempengaruhi pengembangan agribisnis Kopi, baik yang termasuk elemen peluang dan
A. Elemen Peluang
Perdagangan bebas memiliki bobot paling tinggi yaitu sebesar 0,106 hal ini menunjukkan
bahwa peluang ini memiliki dampak yang sangat penting terhadap pengembangan Agribisnis
Kopi di Desa Cane Baru jika dibandingkan dengan peluang lainnya. Dan nilai ratingnya
menunjukkan bahwa kemampuan dalam merespon peluang tersebut adalah baik.
Faktor peluang seperti permintaan kopi gayo serta mulai tumbuhnya organisasi kopi di
Desa Cane Baru memiliki bobot 0,105 sehingga dapat diketahui faktor ini juga merupakan
peluang yang baik yang ada di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues.
Sedangkan faktor – faktor peluang lainnya seperti Adanya pasar yang tersedia,
Perkembangan Tekhnologi dan Informasi, serta Otonomi Daerah merupakan faktor – faktor
peluang yang agak penting dalam Pengembangan Kopi di Desa Cane Baru.
B. Elemen Ancaman
Dari pembobotan tersebut diketahui Adanya perubahan harga Kopi memiliki nilai 0,105
dimana hal ini menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang sangat penting untuk
Pengembangan Agribisnis Kopi di Desa Cane Baru dan merupakan ancaman yang sangat kuat
dalam hal pengembangan usaha tani Kopi di Desa Cane Baru.
Persaingan penerimaan Kopi sejenis dari daerah lain memiliki nilai bobot sebesar 0,09
yang menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang sangat penting dalam
Pengembangan Agribisnis Kopi serta agak kuat pengaruhnya dalam Pengembangan usaha ini.
Persaingan kopi tidak sejenis dari daerah lain memiliki nilai bobot sebesar 0,05 yang
menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang sangat penting dalam Pengembangan
Penegakan Hukum memiliki bobot 0,52 yang menunjukkan bahwa faktor ini memiliki
dampak yang sangat penting dalam Pengembangan Agribisnis Kopi serta agak kuat pengaruhnya
dalam Pengembangan usaha ini.
Pertumbuhan ekonomi memiliki bobot sebesar 0,57 yang menunjukkan bahwa faktor ini
memiliki dampak yang sangat penting dalam Pengembangan Agribisnis Kopi serta agak kuat
pengaruhnya dalam Pengembangan usaha ini. Ketidakpastian iklim memiliki bobot 0,047
menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang sangat penting dalam Pengembangan
Agribisnis Kopi serta agak kuat pengaruhnya dalam Pengembangan usaha ini.
5.5 Tahap Matriks Internal Eksternal
Dari hasil perhitungan Matriks IFAS ( Tabel 11 ) dan Matriks EFAS ( Tabel 12 ) maka
diketahui total skor pembobotan masing – masing sebesar 2,155 dan 2,92. Nilai ini menempatkan
usahatani Kopi Arabika di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues
pada sel V ( Kelompok Hold and Mauntain ) pada Matriks Internal Eksternal pada Gambar 1.
Hal ini menunjukkan usaha tani di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo
Lues berada dalam Kondisi Internal dan Eksternal sedang, artinya kekuatan dan kelemahan yang
dihadapi usaha tani berada dalam kondisi rata – rata. Strategi yang cocok untuk diterapkan pada
sel V adalah Jika usaha tersebut berada di posisi sel 5 maka tujuan relative lebih defensive yaitu
menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit. Usaha yang berada disel ini dapat
memperluas pasar, fasilitas produksi dan tekhnologi melalui pengembangan internal maupun
Skor IFE
Kuat Rata - Rata Lemah
I II III
IV V VI
VII VII IX
Gambar 9. Grafik Matriks Analisis Internal Eksternal
5.5 Analisis SWOT
Setelah dilakukan analisis identifikasi faktor Eksternal dan analisis indentifikasi faktor
Internal maka selannjutnya memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model perumusan
strategi yaitu Analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk menentukan alternative strategi dalam
Pengembangan usaha tani kopi arabika. Dari hasil Matriks SWOT dapat diperoleh beberapa
alternnatif strategi dalam Pengembangan Usahatani Kopi Arabika di Desa cane baru Kecamatan
Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues.
4 3 2 1
2 3
Tabel 13. Matriks SWOT Pengembangan Usaha Tani Kopi Di Desa Cane baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues
Faktor –
Faktor Internal
Faktor – Faktor Eksternal
Kekuatan ( Strength )
1. Terdapat Sumber Daya Alam yang sesuai
2. Ketersediaan Lahan yang cukup besar
3.Sumber Daya Manusia yang terampil dalam mengusahakan Produksi Kopi
4.Terciptanya Keamanan Berusaha Tani
5. Sarana dan prasarana Yang Baik
Kelemahan ( Weakness )
1.Sebagian petani masih menggunakan tekhnologi sederhana
2. Kurangnya lembaga keuangan didaerah penelitian
3. Kurangnya lembaga penelitian didaerah penelitian
4. Kurangnya penyuluhan
5.Saluran pemasaran yang merugikan petani
6. Kurang berjalannya peraturan dan program pemerintah
7. Sedikitnya industry pengolahan kopi didaerah penelitian
8. Sistem kemitraan dengan pasar eksport hanya terjadi di pengumpul 9. Kurangnya persediaan saprodi 10.Kurangnyabenih bersertifikat 11.Kurangnya sistem manajemen yang baik
Peluang ( Opportunities )
1. Permintaan Kopi gayo yang semakin meningkat
2. Mulai tumbuhnya organisasi petani kopi gayo
3. Otonomi daerah yang memberikan kebijaksanaan dalam penentuan harga 4. Adanya perdagangan bebas yang membuat usaha tani kopi gayo dikenal 5. Perkembangan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi
6. Adanya pasar yang tersedia untuk usaha tani kopi gayo
Strategi SO
1. Meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia yang terampil melalui pelatihan dan meluaskan usahatani kopi.
Strategi WO
1. Membentuk Lembaga Penelitian serta lembaga keuangan.
2. Memperluas jaringan pemasaran dengan cara memanfaatkan organisasi – organisasi petani.serta penggunaan tekhnologi dan Informasi
Ancaman ( Threats )
1. Adanya ketidakpastian iklim
2. Persaingan penerimaan kopi sejenis dari wilayah lain
3. Persaingan penerimaan kopi tidak sejenis dari wilayah lain
4. Terdapat perubahan harga kopi 5. Pertumbuhan ekonomi yang tidak pasti 6. Penegakan hukum dan perundangan yang tidak diketahui petani
Strategi ST
1. Mengembangkan Mutu Kopi dan Produksi Kopi serta membentuk peraturan terhadap mitra usaha.
.
Strategi WT
1. Memperbaiki sistem rantai pemasaran melalui lembaga yang terkait.
1. Strategi Strenghts – Oppurtunities ( S – O )
Strategi ini disusun dengan menggunakan kekutan yang dimiliki serta dengan
memanfaatkan peluang – peluang yang ada. Strategi ini mengusulkan Meningkatkan kualitas
Sumber daya Manusia yang terampil melalui pelatihan dan meluaskan usahatani kopi.
Strategi Meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia yang terampil melalui pelatihan
dan meluaskan usahatani kopi.. Hal ini didukung dengan adanya Ketersediaan lahan yang cukup
dan sumber daya manusia yang terampil serta pasar usaha tani komoditi kopi dan perdagangan
bebas dapat dimanfaatkan oleh para organisasi – organisasi petani kopi yang mulai tumbuh untuk
mengoptimalkan usaha tani kopi.
2. Strategi Weakness – Oppurtunities ( W – O )
Strategi ini disusun untuk mengurangi kelemahan – kelemahan yang ada di daerah
penelitian dengan memanfaatkan peluang – peluang yang ada. Strategi ini terdiri dari 3 strategi
yaitu :
1. Membentuk Lembaga Penelitian serta Lembaga keuangan.
Kabupaten Gayo Lues tidak memiliki Badan Penelitian Kopi. Hal ini yang menyulitkan
petani – petani kopi didaerah penelitian. Seperti yang diketahui Lembaga penelitian sangat
penting selain sebagai penyuluh lembaga penelitian juga dapat membantu petani dalam hal
penyediaan bibit – bibit kopi yang berkualitas.
Karena tidak adanya lembaga penelitian didaerah penelitian maka memberikan dampak
negative bagi petani seperti petani menanam kopi dengan bibit yang tidak bermutu, kurang
menerima penggunaan tekhnologi dalam melakukan usaha tani kopi yang menyebabkan produksi
Selain lembaga Penelitian, lembaga keuangan juga dirasa penting didaerah
penelitian.Tidak adanya lembaga keuangan menyulitkan petani untuk mengembangkan usaha
taninya didaerah penelitian. Oleh karena itu strategi ini menekankan pada Pembentukan
Lembaga Penelitian dan Lembaga Keuangan karena lembaga – lembaga ini mendukung dalam
peningkatan hasil pertanian dan pengembangan usaha.
2. Memperluas jaringan pemasaran dengan cara memanfaatkan organisasi – organisasi petani
serta penggunaan Kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi.
Seperti yang diketahui jaringan pasar kopi gayo masih terbuka sangat besar Ditambah
dengan adanya pasar bebas maka diyakini Kopi Gayo dapat lebih dikembangkan sehingga
jaringan pemasaran kopi gayo tidak hanya didalam negri tetapi juga diluar Negri. Dengan
memanfaatkan perkembangan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi serta Organisasi –
organisasi petani yang mulai tumbuh hal ini akan mendorong peningkatan pemasaran Kopi gayo
sehingga secara langsung meningkatkan usaha produksi kopi.
3. Strategi Strenghts – Threats ( S – T )
Strategi ini merupakan strategi yang diajukan dengan menggunakan faktor – faktor
kekuatan untuk menghindari ancaman dalam pengembangan usaha tani Kopi di Kabupaten Gayo
Lues. Strategi ST yang diusulakn dalam hal ini adalah Mengembangkan mutu kopi dan produksi
kopi serta membentuk peraturan terhadap mitra usaha.
Strategi mengembangakan Mutu Kopi dan Produksi Kopi serta peraturan terhadap mitra
usaha dirasa dapat dilakukan karena Kabupaten gayo Lues memiliki Sumber daya Alam serta
kekuatan tersebut usaha tani kopi dalam memproduksi kopi dapat ditingkatkan serta mutu dapat
dikembangkan dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia yang terampil.
Pengembangan usaha tani juga dapat dilakukan dengan melakukan pemasaran kepada
mitra – mitra usaha oleh sebab itu perlu adanya peraturan – peraturan yang diketahui oleh petani
maupun pihak kemitraan agar dapat terjalin kerja sama yang baik diantara keduanya. Dengan
melakukan strategi tersebut diharapkan usaha tani Kopi di desa cane baru dapat ditingkatkan
sehingga Prospek usaha pengembangan Usaha Tani Kopi dapat berjalan dengan baik.
4. Strategi Weakness- Threats ( W – T )
Strategi ini dilakukan atas dasar meminimalkan faktor – faktor kelemahan untuk
menghindari faktor – faktor ancaman yang ada. Dalam hal ini stratehgi yang diusulkan adalah :
1. Memperbaiki sistem rantai pemasaran melalui lembaga yang terkait.
Seperti yang kita ketahui rantai pemasaran yang panjang akan meningkatkan biaya
sehingga diperlukan perbaikan dalam rantai pemasaran juga salah satu faktor yang penting
karena panjangnya jalur distribusi di daerah penelitian menyebabkan rendahnya harga jual petani
kopi. Akses petani untuk menjual langsung kepada pembeli sangat minim disamping itu petani
juga tidak ingin turut andil dalam melakukan proses pemasaran kopi sehingga harga kopi selalu
ditetapkan oleh pedagang pengumpul.
2. Menciptakan kerjasama dengan pihak lain melalui perbaikan sistem manajemen usaha tani.
Strategi dalam menciptakan kerja sama yang baik dengan pihak lain melalui perbaikan
sistem manajemen usaha tani dapat dilaksanakan dengan memperbaiki sistem manajemen yang
ada dalam usaha tani tersebut sehingga dapat meningkatkan kerja sama dengan pihak – pihak
lain baik pedagang pengumpul maupun sector lain. Seperti yang diketahui kerja sama yang baik
tekhnologi. Untuk itu petani harus dapat menjalin komunikasi dengan pihak investor dan
diperlukannya program – program pemerintah dalam hal pendukung sebagai penghubung antara
pihak investor dengan petani kopi.
5.6 Analisis QSPM
Setelah melakukan penganalisisan melalui anlisis SWOT, maka strategi – strategi yang
didapat dari analisis SWOT tersebut adalah :
1. Meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia yang terampil melalui pelatihan dan meluaskan
usahatani kopi.
2.Membentuk Lembaga Penelitian serta lembaga keuangan.
3.Memperluas jaringan pemasaran dengan cara memanfaatkan organisasi – organisasi petani
serta penggunaan tekhnologi dan Informasi
4.Mengembangkan Mutu Kopi dan Produksi Kopi serta membentuk peraturan terhadap mitra
usaha.
5. Memperbaiki sistem rantai pemasaran melalui lembaga yang terkait.
6. Menciptakan kerjasama dengan pihak lain melalui perbaikan sistem manajemen usahatani.
Setelah melalui tahap analisis Matriks SWOT maka selanjutnya masuk ketahap
pengambilan keputusan dengan menggunakan matriks QSP. Analisis ini digunakan dengan
tujuan agar dapat menentukan strategi yang akan digunakan baik bagi petani maupun pemerintah
dalam hal pengembangan usaha tani kopi gayo di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca
Kabupaten Gayo Lues. Matriks QSP ini dapat dilakukan melalui penilaian terhadap strategi –
Hasil dari Matriks QSP diketahui bahwa strategi – strategi yang menjadi prioritas utama
dengan nilai Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 6,58 adalah strategi “Mengembangkan
Mutu Kopi dan Produksi Kopi serta membentuk peraturan terhadap mitra usaha” dan Strategi
dengan Nilai Total Attractiveness Score (TAS) terendah sebesar 4,93 dengan strategi
Tabel 14. Alternatif dan Prioritas Strategi Pengembangan Agribisnis di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues
Faktor – Faktor Strategis Bobot
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Prioritas strategi disusun berdasarkan urutan nilai TAS tertinggi sampai terendah.
Adapun prioritas strategi yang dihasilkan matriks QSP sebagai berikut :
1. Mengembangkan Mutu Kopi dan Produksi Kopi serta membentuk peraturan terhadap
mitra usaha (6,58 )
2. Memperluas jaringan pemasaran dengan cara memanfaatkan organisasi – organisasi
petani serta penggunaan tekhnologi dan Informasi (6,17 )
3. Membentuk Lembaga Penelitian serta lembaga keuangan (6,06 )
4. Meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia yang terampil melalui pelatihan dan
meluaskan usahatani kopi ( 5,49 )
5. Memperbaiki sistem rantai pemasaran melalui lembaga yang terkait (5,36 )
6. Menciptakan kerjasama dengan pihak lain melalui perbaikan sistem manajemen
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data – data yang diperoleh serta hasil analisis yang dilakukan terhadap
Usahatani Kopi gayo di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues yang
meliputi analisis internal dan eksternal (IFE dan EFE Matriks), analisis SWOT dan Analis
QSPM, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Diketahui Produksi Kopi Gayo di Kabupaten Gayo Lues dari tahun ke tahun berfluktuatif.
Terjadi penurunan produksi dari tahun 2007 – 2008 dan terjadi peningkatan produksi dari
tahun 2010 – 2011 hal ini dikarenakan peningkatan Luas Lahan Usahatani Kopi di Kabupaten
Gayo Lues.Dan diketahui luas lahan di Kabupaten Gayo Lues juga meningkat dari tahun 2007
hingga ketahun 2011.
2. Faktor – faktor eksternal yang mempengaruhi Hasil analisis eksternal yang menjadi peluang
yaitu Permintaan Kopi yang semakin meningkat, Mulai tumbuhnya organisasi petani kopi,
Otonomi daerah. Adanya perdagangan bebas, Perkembangan tekhnologi dan informasi serta
adanya pasar yang tersedia. Faktor peluang tersebut memiliki bobot skor sebesar 2,19.
Ketidakpastian iklim, persaingan penerimaan kopi sejenis maupun tidak sejenis, perubahan
harga kopi, pertumbuhan ekonomi, penegakan hukum dan perundangan maka faktor ancaman
bagi Pengembangan Agribisnis Kopi dengan bobot skor 0,73 serta nilai total bobot skor 2,92,
berarti secara eksternal Masyarakat/petani telah merespon dengan baik terhadap peluang dan
ancaman yang dimiliki, yang berarti bahwa faktor peluang eksternal dalam upaya
Pengembangan Agribisnis Kopi di Desa Cane Baru dapat mengatasi ancaman yang
3. Hasil analisis terhadap faktor internal dalam Pengembangan Agribisnis Kopi di Desa Cane
Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues menunjukkan faktor kekuatan (
Terdapatnya Sumber Daya Alam, Ketersediaan lahan yang Cukup, Sumber Daya Manusia
yang terampil, Terciptanya keamana berusahatani, serta Baiknya Prasarana dan Sarana )
mampu mengatasi faktor kelemahan ( Penggunaan Tekhnologi yang Sederhana, Tidak adanya
Lembaga keuangan, Kurangnya Lembaga penelitian, kurangnya penyuluhan, Salurann
pemasaran yang merugikan petani, kurang berjalannya peraturan dan program
pemerintah,sedikitnya industry pengolahan kopi, sistem kemitraan dengan pasar eksport,
kurangnya saprodi, benih bersertifikat serta manajemen yang buruk ) yang dimiliki kawasan
tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh nilai bobot skor faktor kekuatan yang lebih besar dari bobot
skor kelemahan yakni sebesar 1,18 untuk faktor kekuatan dan 0,975 untuk faktor kelemahan.
Secara umum menunjukkan bahwa Pengembangan Agribisnis Kopi dibawah rata-rata dalam
kekuatan internalnya secara keseluruhan, hal ini ditunjukkan dengan total nilai bobot skor
2,155. Ini berarti berarti Masyarakat/petani secara internal (kekuatan dan kelemahan) belum
baik (kuat), dalam upaya pengembangan kopi di Desa Cane Baru.
4. Hasil penggabungan matriks IFAS dan EFAS dalam matriks SWOT dalam Pengembangan
Agribisnis Kopi Di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues,
menghasilkan beberapa alternatif strategi yaitu sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas
Sumber daya Manusia yang terampil melalui pelatihan dan meluaskan usahatani kopi. 2)
Membentuk Lembaga Penelitian serta lembaga keuangan 3) Memperluas jaringan pemasaran
dengan cara memanfaatkan organisasi – organisasi petani serta penggunaan tekhnologi dan
Informasi 4) Mengembangkan Mutu Kopi dan Produksi Kopi serta membentuk peraturan
6) Menciptakan kerjasama dengan pihak lain melalui perbaikan sistem manajemen usahatani.
Hasil dari Matriks QSP diketahui bahwa strategi – strategi yang menjadi prioritas utama
dengan nilai Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 6,58 adalah strategi “Mengembangkan
Mutu Kopi dan Produksi Kopi serta membentuk peraturan terhadap mitra usaha”
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan faktor-faktor internal dan eksternal yang
mendukung Pengembangan Agribisnis Kopi di Desa Cane Baru Kecamatan Pantan Cuaca
Kabupaten Gayo Lues maka dengan ini diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada Petani
Sebaiknya petani mulai mengembangkan organisasi – organisasi petani kopi yang telah ada di
Desa Cane Baru serta Mulai menciptakan usaha permodalan sendiri seperti Koperasi Petani
Kopi.Serta mulai mengusahakan bibit berkualitas dan sistem budidaya yang lebih modern
sehingga dapat menghasilkan produksi kopi yang lebih tinggi selanjutnya.
2. Kepada Pemerintah
Pemerintah daerah melalui lembaga – lembaga terkait seharusnya membentuk Lembaga
keuangan, Penyuluhan serta Lembaga Penelitian , Penyediaan Sarana Produksi khususnya
bibit kopi yang bermutu, sehingga petani tidak membuat bibit sendiri. Pemerintah juga
hendaknya membuat sertifikasi pada usaha tani kopi didaerah tersebut dan membantu dalam
penciptaan industry kecil serta mendukung dan menjadi fasilitator bagi pengembangan
organisasi – organisasi kopi yang telah ada, karena hal itu dapat meningkatkan kesejahteraan
satu sama lainnya. Pemerintah hendaknya ikut membantu dalam perbaikan rantai pemasaran
serta menguatkan lembaga agribisnis serta pengembangan Informasi dan Komunikasi.
3. Kepada peneliti selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Pengembangan Agribisnis Kopi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tumbuhan kopi (Coffea Sp.) termasuk familia Rubiaceae yang dikenal mempunyai
sekitar 500 jenis dengan tidak kurang dari 600 species. Genus Coffea merupakan salah satu
genus penting dengan beberapa species jenis tanaman kopi namun secara garis besarnya kopi
yang mempunyai nilai ekonomi dan dikembangkan secara komersial dibagi tiga, yaitu: Coffea
Arabica (dengan hibridanya), Coffea Liberica dan Coffea Canephora (diantaranya varietas
robusta) ( Siswoputranto,1993 ).
Dari ketiga jenis kopi yang paling komersial ditanam di Indonesia, Kopi Robusta adalah
kopi yang paling pertama di usahakan di Indonesia kemudian menyusul kopi golongan liberica
dan golongan Arabica dengan segala blaster ( hybride-hybridenya ). Di Indonesia yang
terpenting hanya Kopi Robusta ( Coffea Robusta ) dan Kopi Arabika ( Coffea Arabica ) serta
sedikit Kopi Liberika (Coffea Liberica ). Tanaman Kopi Robusta tumbuh baik didataran rendah
sampai pada ketinggian 1.000m di atas permukaan laut, di daerah – daerah dengan suhu 20oC.
Tanaman Kopi Arabica menghendaki daerah – daerah yang lebih tinggi sampai ketinggian
sekitar 1.700m diatas permukaan laut, daerah – daerah yang umummnya dengan suhu sekitar 10
– 16 oC. Tanaman kopi Liberika dapat tumbuh didataran – dataran rendah (Spillane.1993 ).
Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis
Arabika,Andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70%. Jenis robusta yang mutunya
masing – masing 3%. Arabika dianggap baik daripada robusta karena rasanya lebih enak dan
jumlah kafeinnya lebih rendah. Maka arabika lebih mahal daripada robusta ( Spillane,1990 ).
Kopi Arabika ialah kopi yang paling baik tanda – tandanya ialah biji picak dan daun yang
hijau – tua dan berombak ombak. Agar baik tumbuhnya maka hendaknya tinggi kadar bahan
organik dalam tanah yang ditanami dengan kopi Arabika itu. Untuk keperluan itu ditanam
berbagai leguminosa sebagai pupuk hijau didekat kopi tersebut serta pohon – pohon pelindung.
Karena jenis ini ternyata tidak tahan disembarang tempat ( Spillane,1990 ).
Kopi memiliki rasa pahit - pahit sedap menyegarkan karena kandungan zat kafeina itu,
kurang lebih sebagai berikut Kafeina 1% - 2,5% minyak atsiri 10% - 16% Asam Chlorogen 6% -
10% Zat Gula 4% - 12% selulosa 22% - 27% ( Spillane,1990 ).
Kopi Arabika Gayo ditanam pada lebih tinggi, ketinggian lebih dingin, biasanya
1100-1300 meter di atas permukaan laut kopi gunung ini berproduksi 1500-3000 kg perhektarnya
dengan suhu 12-28 derajat celcius dan curah hujan 1500 sampai 3000mm jenis tanah di dataran
tinggi gayo ini adalah tanah hitam berbentuk dari bahan vulkanik muda yang sangat subur
mengandung nutrisi mikro yang penting bagi tanaman, kopi arabika gayo mengandung kafeein
0,8 sampai 1,4% bentuk biji kopi arabika gayo adalah Flat dengan garis tengah yang jelas
karakter asam dan coklat dan trase 8 sampai max 10% atau nilai cacatnya 11 % . Elevasi yang
lebih tinggi menyebabkan biji kopi tumbuh lebih lambat, yang menyumbang rasa mendalam dan
aroma. Kopi ini tumbuh pada ketinggian yang lebih tinggi lebih sulit dan lebih baik dalam
kualitas, tetapi mereka juga rentan terhadap embun beku (emun), hama dan penyakit, sehingga
kacang (biji kopi) lebih sulit untuk melindungi dan panen. Biji matang pada waktu yang berbeda,
Dataran Tinggi Gayo merupakan penghasil kopi Arabika terluas di Indonesia. Lahan
yang ditanam di kopi dikawasan ini mencakup 46.493 ha, dengan jumlah petani kopi lebih dari
20.000 KK, dan setiap tahun jumlahnya terus meningkat. Ini menjadikan dataran tinggi Gayo
sebagai produsen kopi Arabika terbesar tidak hanya di Indonesia, tapi juga Asia. Karena kebun
kopi di Gayo dikelola oleh petani individual dengan rata-rata kepemilikan lahan maksimum 2
hektar. Karakter kopi Gayo menjadi sangat beragam, sudahlah jenis tanah dan ketinggian tumbuh
yang berbeda bahkan terbilang ekstrim. (Tanah Vulkanis di Lukup Sabun, Bandar lampahan,
Simpang Balik dan wilayah Bener Meriah lainnya dan bukan vulkanis di Jagong Jeget, Batu
Lintang dan sekitarnya. Ketinggian sekitar 700-an Mdpl di Singah Mulo, sampai 1500-an Meter
di Lukup Sabun). Varietas kopi yang ditanam pun berbeda-beda, mulai dari Bourbon sampai
Catimor dengan aneka ragam variasinya.
Spesies Biji Kopi arbika gayo yang dikenal dibelahan dunia Jenisnya adalah
1. Typica - Ini adalah dasar dari mana varietals kopi banyak telah dikembangkan. Seperti
Arabika varietas lain Coffe yang telah dikembangkan dari itu, tanaman kopi Typica memiliki
bentuk kerucut dengan batang vertikal utama dan vertikal sekunder yang tumbuh pada miring
sedikit. Typica adalah tanaman tinggi mencapai 3,5-4 m di ketinggian. Cabang-cabang lateral
membentuk sudut 50-70 ° dengan batang vertikal. Typica kopi memiliki produksi yang sangat
rendah, tetapi memiliki kualitas cangkir yang sangat baik.
2. Bourbon - Bourbon tanaman kopi menghasilkan kopi 20-30% lebih dari Typica, tetapi
memiliki panen yang lebih kecil dari kurang varietals kopi paling. Bourbon memiliki kurang dari
bentuk kerucut dari tanaman kopi Typica, tetapi memiliki cabang lebih sekunder. Sudut antara
cabang-cabang sekunder dan batang utama lebih kecil, dan titik cabang pada batang utama
Biji kopi yang jatuh tempo cepat dan berada pada risiko jatuh selama angin kencang atau hujan.
Hasil terbaik untuk kopi Bourbon yang diwujudkan antara 3,500-6,500 kaki. Piala kualitas
sangat baik dan mirip dengan Typica.
3. Caturra - Caturra adalah mutasi dari Bourbon kopi ditemukan di Brasil. Ini adalah mutasi
dengan produksi tinggi dan kualitas yang baik, tetapi membutuhkan perawatan yang luas dan
pembuahan. Ini adalah pendek dengan inti tebal dan memiliki cabang sekunder banyak. Ini
memiliki daun besar dengan perbatasan bergelombang mirip dengan kopi Bourbon. Ini
menyesuaikan dengan baik untuk hampir lingkungan apapun, tapi apakah terbaik antara
1,500-5,500 kaki dengan curah hujan tahunan antara 2,500-3,500 mm. Pada ketinggian yang lebih
tinggi meningkatkan kualitas, tetapi penurunan produksi.
4. Catuai - Catuai adalah tanaman kopi unggul yang dihasilkan dari persilangan antara Mundo
Novo dan Caturra. Tanaman ini relatif singkat, dan cabang-cabang lateral membentuk sudut
dekat dengan cabang primer. Buah tidak jatuh dari dahan mudah, yang menguntungkan dengan
daerah dengan angin kencang atau hujan. Catuai juga perlu pemupukan yang cukup dan
perawatan.
5. Pache comum - Pache comum adalah mutasi kopi Typica pertama kali diamati di pertanian El
Brito, Santa Cruz Naranjo, Santa Rosa, Guatemala. Banyak yang menganggap cangkir menjadi
lancar atau flat. Ini varietas kopi beradaptasi dengan baik antara 3,500-5,500 kaki.
6. Pache colis - Pache colis ditemukan di Mataquescuintla, Guatemala di sebuah peternakan
yang terdiri dari Caturra dan Pache comum. Buah kopi yang sangat besar dan daunnya yang
bertekstur kasar. Pache colis memberikan ketahanan beberapa Phoma. Memiliki sekunder dan
tersier bercabang, dan biasanya tumbuh 0,8-1,25 m. Ini menyesuaikan dengan baik untuk