• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PISANG BARANGAN

ANTARA SISTEM KONVENSIONAL DENGAN SISTEM

DOUBLE RAW

(Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

Oleh :

FRANSISKA NATALINA S. 040304021

SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang Barangan (Musa Paradisiaca sapientum L) merupakan salah satu

komoditas buah unggulan nasional. Pisang sebagai salah satu di antara tanaman

buah-buahan memang merupakan tanaman asli Indonesia. Hampir di setiap

wilayah banyak dijumpai tanaman ini. Jika tanaman Pisang Barangan

dibudidayakan secara komersial, keuntungannya tidak kalah dengan komoditi lain

mengingat buah ini sudah diekspor (Satuhu, 2006).

Buah Pisang Barangan memiliki keunggulan di kultivar pisang lainnya.

Keunggulan tersebut antara lain : rasa daging buahnya lebih manis, warna kulit

kuning, warna daging buah kuning kemerah-merahan, daging buah kering dan

beraroma baik.

Sebenarnya luas areal pertanaman pisang di Indonesia cukup luas, tetapi

tersebar dalam cakupan luas. Akibatnya sulit diperoleh jenis atau varietas buah

pisang tertentu dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu tertentu untuk satu

macam standar mutu. Hal ini dikarenakan umumnya tanaman pisang masih

dikelola secara tradisional sehingga hanya ditanam di pekarangan tanpa perlakuan

khusus (Sunarjono, 2004).

Bila memperhatikan tujuan penggunaannya maka pengembangan

agribisnis pisang ini dapat diarahkan pada pencapaian mutu buah dari kelompok

buah pisang tersebut. Perlu diingat bahwa buah bermutu tinggi akan jauh lebih

mahal harganya dibandingkan buah bermutu rendah. Tingginya harga ini tentu

(3)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

Disadari bahwa buah-buahan merupakan bahan pangan yang sangat

penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Peranannya sangat banyak dalam

meningkatkan pendapatan petani (Satuhu, 2006).

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting untuk

mencapai tujuan pengembangan ekonomi. Sektor ini menyerap tenaga kerja yang

cukup tinggi dan memegang peranan yang strategis karena turut berperan dalam

menunjang pengembangan sektor industri hulu maupun hilir, (Rangkuti, 2008).

Pemerintah menetapkan pembangunan pertanian sebagai salah satu

prioritas pembangunan nasional pada tahun 2007-2009. Oleh karena itu

diperlukan kebijakan pemerintah yang memperhatikan keseluruhan aspek dan

segmen agribisnis sehingga diharapkan pengembangan komoditas yang produktif,

kompetitif dan kontinuitas dapat dicapai. Salah satu komoditas yang

dikembangkan adalah komoditas buah-buahan (Rangkuti, 2008).

Sebuah komponen dari program AMARTA adalah menyediakan teknologi

maju bagi petani-petani dan staf-staf dinas pemerintah dalam usaha mengulangi

intervensi keberhasilan. Adapun tujuan dari program ini adalah untuk

meningkatkan penghasilan petani pisang. Penanaman Pisang dengan Sistem Dua

Jalur (Double Raw) dari USAID-AMARTA akan meningkatkan produksi Pisang

hampir 80% dari sistem yang ada sebelumnya.

Teknologi yang diterapkan pada budidaya Pisang Barangan diperkenalkan

oleh Julian Velez, Ph.D. Beliau adalah seorang dosen di Universitas Columbia

dan seorang konsultan di AMARTA khususnya komoditi Pisang Barangan. Ia

memberikan suatu teknologi dengan metode penanaman dengan sistem double

(4)

Penanaman sistem double raw dapat meningkatkan kepadatan populasi Pisang

hingga mencapai 2.000-2.200 batang per hektar dan dalam panen tahunan dengan

pemisahan/memilah (meristems) untuk mencegah penyebaran Fusarium. Untuk

menambah pendapatan petani, antar jalur dapat ditanam dengan tanaman lain,

seperti semangka. Metode ini diharapkan dapat membantu petani untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi buah Pisang barangan.

Budidaya Pisang barangan sistem konvensional, memiliki jarak tanam

3,5m x 2m atau 3m x 3 m. Sedangkan Budidaya Pisang barangan dengan sistem

Dua Jalur (Double Raw) memiliki jarak tanam 1m x 2m x 4m. Pada penanaman

sistem konvensional hanya 1.100-1.300 pohon Pisang yang dapat ditanam pada 1

Ha, tetapi dengan sistem Dua Jalur dapat menanam sebanyak 2.000-2.200 pohon

Pisang per hektar.

Dasar penelitian ini adalah peneliti melihat adanya usahatani pisang

barangan yang dibudidayakan dengan sistem konvensional. Dimana budidaya

tanaman pisang barangan ini masih sederhana, sehingga hasil Pisang Barangan

tidak memenuhi standar ekspor, dan pendapatan para petani masih rendah.

Dengan adanya teknologi double raw, diharapkan penerimaan petani pisang

barangan dapat meningkat, melalui kualitas buah yang memenuhi standar ekspor,

sehingga pendapatan petani pisang barangan juga meningkat.

Budidaya pisang barangan dengan sistem konvensional dan sistem double

raw umumnya sama yaitu meliputi persiapan lahan, pengaturan jarak tanaman,

penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Namun terdapat perbedaan antara

(5)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

Adanya usahatani pisang barangan dengan sistem konvensional dan sistem

double raw, maka peneliti ingin membandingkan kedua sistem usahatani tersebut.

Dengan adanya perbedaan dari sistem budidaya tersebut, maka perbedaan tersebut

akan menyebabkan adanya perbedaan pada biaya produksi, penerimaan,

pendapatan dari kedua sistem tersebut.

Potensi sektor pertanian khususnya hortikultura cukup besar bagi

masyarakat di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Lahan hortikultura yang

diusahakan di kecamatan ini didominasi oleh pisang terutama pisang barangan.

Pisang barangan merupakan salah satu buah spesifik Sumatera Utara.

Tabel 1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang Tahun 2007

No Kabupaten/Kota Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)

(6)

Permintaan buah pisang barangan akhir-akhir ini terus meningkat,

terutama di kota-kota besar di Sumatera Utara, Batam dan Jakarta, sehingga

beberapa petani telah mulai membudidayakan secara komersial. Potensi sektor

pertanian di atas merupakan peluang yang sangat besar dalam upaya peningkatan

pendapatan masyarakat. Perbaikan sistem, dukungan kelembagaan dan

peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat dibutuhkan agar teknologi

dapat diterapkan seutuhnya (Napitupulu, 2008).

Kabupaten Deli Serdang memiliki luas lahan 249.772 Ha dimana terdapat

lahan sawah seluas 43.802 ha dan lahan kering/darat yang digunakan untuk

tanaman pangan dan hortikultura 59.537 ha yang terdri dari tegal/kebun 40.082

ha, ladang 12.477 ha dan lahan pekarangan 7.012 ha (Rangkuti, 2008).

Dengan keadaan potensi wilayah tersebut, pengembangan sektor

hortikultura atau buah-buahan merupakan penunjang pembangunan pertanian di

Kabupaten Deli Serdang yang terus dikembangkan, meskipun belum dilakukan

secara profesional. Pada sektor hortikultura atau buah-buahan yang merupakan

penunjang pembangunan pertanian di Kabupaten Deli Serdang turut

dikembangkan, berbagai komoditi terkenal yang tumbuh dan berkembang di

Kabupaten Deli Serdang seperti Pisang Barangan, dengan luas lahan tanaman

(7)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009 Identifikasi Masalah

1. Apakah ada perbedaan produktivitas tanaman Pisang Barangan antara sistem

konvensional dan sistem double raw?

2. Apakah ada pengaruh nyata faktor jumlah bibit, jumlah pupuk, dan jumlah

obat-obatan terhadap produktivitas tanaman ?

3. Apakah ada perbedaan biaya produksi usahatani Pisang Barangan antara

sistem konvensional dan sistem double raw?

4. Apakah ada perbedaan pendapatan usahatani pisang barangan antara sistem

konvensional dan sistem double raw?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbedaan produktivitas tanaman Pisang Barangan antara

sistem konvensional dan sistem double raw

2. Untuk mengetahui pengaruh nyata faktor jumlah bibit, jumlah pupuk, dan

jumlah obat-obatan terhadap produktivitas tanaman

3. Untuk mengetahui perbedaan biaya produksi usahatani Pisang Barangan

antara sistem konvensional dan sistem double raw.

4. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan usahatani pisang barangan antara

(8)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk pengembangan

usahatani Pisang Barangan.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan,

(9)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Asal mula tanaman pisang adalah Asia Tenggara, lalu pisang disebarkan

ke sekitar Laut Tengah. Dari Afrika Barat menyebar ke Amerika Selatan dan

Amerika Tengah. Asia Tenggara termasuk Indonesia disebut sebagai sentra asal

tanaman pisang. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia meliputi daerah tropik

dan subtropik (Satuhu, 2006).

Sistematika tatanama (taksonomi) tanaman Pisang Barangan

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Musales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa Paradisiaca sapientum L

Pisang Barangan ini berasal dari Medan, Sumatera Utara. Kulit buahnya

agak tebal, bentuk buahnya melengkung dengan ujung membulat. Produksi

buahnya antara 100-150 buah per pohon. Bobot rata-rata setiap buahnya sekitar

100 g.

Pisang barangan sangat terkenal sebagai pisang meja. Panjang buah 12-18

(10)

bintik-bintik coklat. Warna daging buah agak orange. Rasa daging buah enak dengan

rasa agak manis dan sedikit asam dan aromanya harum. Pisang juga memiliki

kandungan gizi sebagai berikut :

Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Pisang per 100 gram bahan

Kandungan Senyawa Bahan

Air (gram) 75,00

Kalori (kkal) 90

Karbohidrat (gram) 22,84

Protein (gram) 1,09

Lemak (gram) 0,33

Ca (mg) 8,00

P (mg) 22,00

Fe(mg) 5,00

Vitamin A (SB) 439,00

Vitamin B-1 (mg) 0,031

Vitamin C (mg) 0,26

Sumber : USDA Nutrient data base, 2007

Pohon Pisang Barangan berakar rimpang dan tidak mempunyai akar

tunggang. Akar ini berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di

bagian bawah tanah. Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah berupa umbi

batang. Di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun

dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung), sedangkan yang berdiri

tegak di atas tanah yang biasanya dianggap batang itu adalah batang semu. Batang

(11)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti batang

tanaman (Satuhu, 2006).

Helaian daun berbentuk lanset memanjang. Pada bagian bawahnya

berlilin. Lembaran daun Pisang Barangan lebar dengan urat daun utama menonjol

berukuran besar sebagai pengembangan dari morfologis lapisan batang semu. Urat

daun utama ini sering disebut pelepah daun. Lembaran daun yang lebar berurat

sejajar dan tegak lurus pada pelepah daun. Urat daun ini tidak ada ikatan daun

yang kuat di tepinya (Sunarjono, 2004).

Bunga Pisang Barangan berupa tongkol yang disebut jantung. Bunga ini

muncul dari primordia yang terbentuk pada bonggolnya. Perkembangan primordia

bunga memanjang ke atas hingga menembus inti batang semu dan keluar di ujung

batang semu (Sunarjono, 2004).

Bunga Pisang Barangan terdiri dari beberapa lapisan yang disebut

seludang. Seludang umumnya bewarna merah tua. Di antara lapisan seludang

bunga tersebut terdapat bakal buah yang disebut sisiran tandan terdiri dari

beberapa buah (Sunarjono, 2004).

Budidaya Pisang Barangan yang berorientasi pasar mencakup beberapa

kegiatan penting, yaitu penyiapan lahan, penyediaan bibit, penanaman, dan

perawatan tanaman, dan panen (Sunarjono, 2004).

Tanaman pisang memang banyak di manfaatkan untuk berbagai keperluan

hidup manusia. Bunga dan bonggol pisang biasanya dimanfaatkan untuk dibuat

sayur, manisan, acar, dan lalapan. Daun pisang banyak dimanfaatkan untuk

membungkus. Daun-daun yang tua dan kulit buah pisang digunakan untuk pakan

(12)

lubang pada bangunan, dan buahnya banyak digunakan sebagai makanan

(Satuhu, 2006).

Untuk menghasilkan pisang kualitas ekspor, persyaratan yang harus

dipenuhi, antara lain :

1. Hasil cukup tinggi dan seragam baik per individu maupun per luas areal (ha)

2. Kualitas tinggi, terutama panjang buah, kelengkungan buah, dan kekerasan

3. Pohon asal cukup tinggi dan sehat

4. Mempunyai aroma yang sedap sesuai dengan jenisnya, termasuk tingkat

kemasakannya

5. Resisten terhadap penyakit bercak daun, black sigatoca, dan fusarium

6. Mempunyai toleransi terhadap Radopholus similis (Suhardiman, 1997).

Keberhasilan usaha ditentukan oleh keberhasilan pemasaran. Saat ini,

petani di desa-desa penghasil pisang tidak kesulitan menjual hasil karena

didatangi tengkulak ( Suhardiman, 1997).

Syarat Tumbuh

Pisang Barangan termasuk tanaman yang gampang tumbuh. Agar

produktivitas tanaman optimal, sebaiknya pisang ditanam di dataran rendah.

Ketinggian tempat harus di bawah 1000m dpl. Iklim yang dikehendaki adalah

iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun (1500-2500 mm/tahun).

Temperatur 15-35°C, optimal 27°C. Tanaman Pisang Barangan memberikan hasil

yang baik pada musim hujan. Tanaman Pisang Barangan tumbuh optimal pada

tanah bertekstur liat atau tanah alluvial, mengandung kapur, kaya akan bahan

(13)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009 Landasan Teori

Sistem usahatani mengandung pengertian pola pelaksanaan usahatani

masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama

pertanian atau usahatani yang diterapkan sebagian besar petani kita adalah untuk

memenuhi kebutuhan keluarga (pola subsistence). Tetapi ada juga yang bertujuan

untuk dijual ke pasar atau market oriented ( Daniel, 2002).

Prinsip ekonomi dalam proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah

atau asumsi yang dapat dipakai dalam menggunakan sumber daya yang terbatas

dalam proses produksi agar tercapai hasil yang optimal. Sumber daya yang

diartikan sebagai input atau pengorbanan untuk menghasilkan output tertentu.

Input produksi yang diperlukan dalam usahatani berupa tanah, tenaga kerja,

modal dan manajemen (Prawirokusumo, 1990).

Masing-masing faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan

saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor produksi tidak tersedia maka

proses produksi tidak akan berjalan terutama tiga faktor yakni tanah, tenaga kerja

dan modal (Daniel, 2002).

Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi.

Pengertian produktivitas ini merupakan penggabungan konsepsi efisiensi usaha

(fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi

(output) yang dapat diperoleh dari satu ke satuan input. Kapasitas tanah

menggambarkan kemampuan tanah untuk menyerap tenaga dan modal sehingga

memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi

tertentu. Secara teknis produktivitas adalah merupakan perkalian antara efisiensi

(14)

Perilaku kenaikan hasil produksi yang disebabkan oleh penambahan salah

satu atau lebih faktor-faktor produksi sedangkan faktor produksi lainnya dianggap

jumlahnya tetap. Dalam usahatani hal ini menunjukkan pada hukum kenaikan

hasil yang makin berkurang (law of diminishing return), yang dirumuskan dalam

perilaku hasil produksi yang marginal (marginal product). Jika semua faktor

produksi ditambah sekaligus maka hasil produksi akan naik, peristiwa ini disebut

efisiensi skala produksi yang menaik (increasing return to scale). Bila kenaikan

hasil produksinya hanya sebanding atau tetap sama dengan hasil yang sebelumnya

maka ini berarti efisiensi skala produksi adalah tetap (constant return to scale),

sedangkan bila kenaikan hasil produksi menurun disebut efisiensi skala produksi

yang menurun (decreasing return to scale) (Mubyarto, 1985).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasi menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed

cost) dan biaya tidak tetap (variable costing). Yang dimaksud dengan biaya tetap

adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi.

Biaya yang lain umumnya masuk ke dalam biaya variabel karena besar kecilnya

berhubungan langsung dengan besarnya produksi (Mubyarto, 1994).

Curahan tenaga kerja adalah besarnya penggunaan tenaga kerja pada setiap

tahapan pekerjaan pengolahan. Tenaga kerja merupakan faktor produksi, tenaga

kerja diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja manusia

terdiri atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Perhitungan tenaga kerja

ketiga jenis tersebut berbeda-beda, perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan

proses produksi adalah menggunakan satuan HKO.

Fungsi produksi yang sering digunakan dalam bidang pertanian adalah

(15)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel

yang satu disebut variabel independen,yang dijelaskan (Y), dan variabel lain

disebut variabel dependen, yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara

Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi Y akan dipengaruhi

oleh variasi X (Soekartawi, 1994).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual. Pendapatan adalah suatu ukuran balas jasa terhadap

faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi. Pengukuran pendapatan untuk

tiap-tiap jenis faktor produksi yang ikut dalam usaha tergantung kepada

tujuannya. Ada beberapa pembagian tentang pendapatan yaitu :

1. Pendapatan bersih (Net Income) adalah pendapatan usaha dikurangi biaya.

2. Pendapatan tenaga kerja (Labour Income) adalah jumlah seluruh

penerimaan dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja.

3. Pendapatan tenaga kerja keluarga(Family’s Labour Income) adalah total

pendapatan tenaga kerja ditambah tenaga kerja dalam keluarga.

4. Pendapatan keluarga pengolah (Family’s Income) adalah pendapatan

(16)

Kerangka Pemikiran

Petani pisang barangan merupakan petani yang mengusahakan tanaman

pisang barangan. Petani pisang barangan melakukan kegiatan usahatani pisang

barangan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, pendapatan yang ia peroleh mayoritas berasal dari usahatani

pisang barangan.

Usahatani pisang barangan merupakan usaha budidaya dan pengembangan

tanaman pisang barangan. Usahatani ini meliputi sistem perbanyakan dan

pemeliharaan. Teknik perbanyakan pisang barangan menjadi salah satu kunci

sukses untuk menghasilkan pisang barangan yang berkualitas. Walaupun

terkadang terdapat masalah dalam usaha ini tetapi petani selalu berusaha untuk

mengatasi masalah-masalah yang ada.

Adanya permintaan yang meningkat terhadap pisang barangan sedangkan

kemampuan untuk menghasilkan rendah, maka diperlukan suatu teknologi untuk

menghasilkan produksi pisang yang tinggi dan berkelanjutan. Oleh karana itu,

para petani diberikan suatu teknologi yaitu teknologi double raw yang meliputi

teknologi dalam pengaturan jarak tanam pisang barangan. Dengan adanya double

raw ini diharapkan produksi dari tiap lahannya meningkat.

Dalam melakukan kegiatan usahataninya, para petani membutuhkan

faktor-faktor produksi. Adapun faktor-faktor produksi tersebut yaitu lahan, bibit,

pupuk, pestisida, alat-alat, dan tenaga kerja untuk mengusahakan usahatani

tersebut. Dalam melakukan usahatani pisang barangan maka diperlukan

(17)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

usahatani pisang barangan. Setelah biaya dikumpulkan lalu diperoleh biaya

produksi usahatani pisang barangan.

Setelah dilakukan usaha budidaya pisang barangan maka tanaman pisang

akan berproduksi, akhirnya para petani akan panen dan menjual hasilnya kepada

pedagang dengan harga jual yang sesuai dengan biaya produksinya dan kualitas

dari produk tersebut. Dengan adanya harga jual, maka para petani akan

memperoleh penerimaan dimana penerimaan ini diperoleh berdasarkan jumlah

produksi yang ia jual dan harga jual yang ia tawarkan. Dari penerimaan ini,

diperoleh pendapatan, dimana pendapatan diperoleh dari jumlah penerimaan

(18)

Keterangan :

: menyatakan hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

(19)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009 Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan produktivitas tanaman Pisang Barangan antara sistem

double raw dengan sistem konvensional.

2. Ada pengaruh nyata faktor jumlah bibit, jumlah pupuk, dan jumlah

obat-obatan terhadap produktivitas tanaman pisang barangan.

3. Ada perbedaan biaya produksi usahatani Pisang Barangan antara sistem

double raw dengan sistem konvensional.

4. Ada perbedaan pendapatan usahatani Pisang Barangan sistem double raw

(20)

III. METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) yaitu Kecamatan STM

Hilir dan Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang dimana kecamatan ini

merupakan sentra penghasil pisang terbesar di Sumatera Utara.

Desa lokasi penelitian di Kecamatan STM Hilir adalah Desa Nagara, Desa

Kutajurung, dan Desa Talun Kenas, dan di Kecamatan Biru-Biru adalah Desa

Namo Tualang. Pemilihan desa tersebut sebagai tempat penelitian disebabkan

oleh kecamatan tersebut merupakan penghasil produksi Pisang barangan terbesar

di Kabupaten Deli Srdang dan pada desa tersebut sedang dilaksanakan Program

Penyebaran Transfer Teknologi Double Raw untuk komoditi Pisang Barangan,

yang dilaksanakan oleh organisasi USAID (United States Agency of international

Development) dan DAI (Development Alternative Incoorporation) melalui

(21)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 3. Data Produksi Tanaman Pisang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

(22)

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah usahatani Pisang Barangan dengan

sub-populasi usahatani sistem konvensional dan usahatani (lahan demplot) Pisang

Barangan dengan sistem double raw. Metode pengambilan sampel untuk

usahatani sistem Double Raw dilakukan secara Sensus sedang pengambilan

sampel untuk usahatani sistem konvensional dilaksanakan secara simple random

sampling. Sub-populasi untuk sistem double raw ada sebanyak 6 unit dan yang

diambil sebagai sampel adalah keseluruhannya. Sub-populasi untuk sistem

konvensional ada sebanyak 2803 unit dan yang diambil sebagai sample sebanyak

30 unit, karena sampel bersifat homogen.

Tabel 4. Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian Berdasarkan Sistem Usahatani Double Raw dan Sistem Usahatani Konvensional

Sistem

Sumber : Koordinator Lapangan Amarta (2008)

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan koordinator

(23)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari

lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara,

Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, dan buku-buku yang berhubungan

dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan ditabulasi dan diolah sesuai dengan metode

analisis data yang sesuai.

a. Untuk menyelesaikan hipotesis 1:

Untuk menghitung produktivitas tanaman Pisang Barangan digunakan

perhitungan, sebagai berikut :

b. Untuk menyelesaikan hipótesis 3:

Untuk biaya produksi usahatani Pisang Barangan digunakan rumus total

biaya :

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Total Cost (Biaya Total)

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

(24)

c. Untuk menyelesaikan hipótesis 4:

Untuk pendapatan usahatani Pisang Barangan digunakan rumus total

biaya:

Pendapatan Bersih : Pd = TR – TC

Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani (Rp)

TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp)

Lalu untuk menguji hipotesis 1,3,dan 4 digunakan Uji beda rata-rata

setiap variabel usahatani baik sistem konvensionala maupun sistem double

raw, dan yang akan digunakan uji Beda rata-rata (Compare Means) T-test,

karena yang diukur adalah sampel bukan populasi.

Uji Beda rata-rata (Compare Means)T-test terdiri dari 4 jenis yaitu:

1. One sample T-test : digunakan untuk satu kasus sampel.

2. Two sample T-test : digunakan untuk menguji rerata (mean) dua sampel,

terbagi 2 macam yaitu :

Paired sample T-test : digunakan untuk dua sample yang

berhubungan/berpasangan.

Independent sample T-test : digunakan untuk dua sample yang

tidak berhubungan.

3. One-way ANOVA : digunakan untuk analisis varians satu variabel

independen.

Dalam penelitian ini yang akan dibandingkan adalah rata-rata usahatani

dengan sistem konvensional dan usahatani dengan sistem double raw. Adapun

(25)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

double raw berjumlah 6 usahatani. Karena berasal dari dua sampel yang

berbeda dan sistem tanam yang berbeda, maka uji beda rata-rata yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Independent sample T-test.

Persyaratan penggunaan rumusan t-test adalah :

a. Datanya harus berskala interval atau rasio.

b. Sampel diambil secara random dari populasi yang berdistribusi normal.

Untuk tes signifikansinya dapat digunakan tabel kritik F dengan terlebih

dahulu menetapkan derajat kebebasannya yaitu menggunakan ketentuan

sebagai berikut (n1-1) dan (n2-1). Jika F observasi harganya lebih kecil dari

pada harga kritik F dalam tabel dengan tingkat kepercayaan 95 % (taraf

signifikansi 0,05), maka varians-varians tersebut adalah homogen, dan

sebaliknya jika F observasi lebih besar dari pada harga F dalam tabel maka

dapat dipastikan varians sampel tersebut adalah heterogen (Soepono.B,2002,).

Perhitungan varians dilakukan dengan rumus :

2

Bila dalam uji beda rata-rata metode independent sample T-test memiliki

varians yang heterogen maka digunakan rumus :

t = X1 – X2

√S12 / n1 + S22 / n2

Keterangan :

X1 = rata-ratasampel usahatani sistem konvensional

X2 = rata-ratasampel usahatani sistem double raw

(26)

S22 = varianssampel usahatani sistem double raw

n1 dan n2= jumlah sampel pertama dan kedua

Sedangkan uji satistik independent sample T-test varians yang homogen

yang digunakan rumus :

t = X1 – X2

∑X12 + ∑X22 / n ( n-1 )

Keterangan :

X1 = rata-ratasampel usahatani sistem konvensional

X2 = rata-ratasampel usahatani sistem double raw

∑X12 = jumlah kuadratsampel usahatani sistem konvensional

∑X22 = jumlah kuadratsampel usahatani sistem double raw

n1 dan n2= jumlah sampel

Kriteria Uji dengan 2 pihak:

-(t-tabel) ≤ th≤ t-tabel Hipotesis H0 diterima

th < -(t-tabel) atau th> t-tabel Hipotesis H1 diterima

Jika :

H0 : µ1 = µ2 atau µ1 - µ2 = 0

H1 : µ1 ≠ µ2 atau µ1 - µ2 ≠ 0

Keterangan :

µ1 =Rata-rata variable I (Usahatani Pisang Barangan dengan sistem

konvensional)

µ2 = Rata-rata variable II (Usahatani Pisang Barangan dengan sistem double

raw) (Sudjana, 1992 ).

d. Untuk menguji hipótesis 2 diuji dengan fungís Cobb-Douglas dengan model

Y = f(X1,X2,...Xn)

(27)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

untuk memudahkan pendugaan maka persamaan di atas ditransformasikan ke

dalam bentuk linier

Dimana:

Y = Produktivitas Pisang Barangan (sisir/ha)

bo

=

Konstanta

b1-n= Koefisien regresi dari setiap faktor produksi

X1 = Jumlah Bibit (Batang)

X2 = Jumlah Pupuk (Kg)

X3 = Jumlah Obat-Obatan (Kg)

hipotesis 2 :

Ho = Ada pengaruh yang tidak nyata faktor jumlah bibit, jumlah pupuk,

dan jumlah obat-obatan terhadap produktivitas tanaman.

H1 = Ada pengaruh nyata faktor bibit, dosis pupuk, dan obat-obatan

terhadap produktivitas tanaman.

Kemudian diuji dengan menggunakan:

Dimana:

r2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah sampel

k = Derajat pembilang bebas

n-k-1 = Derajat bebas penyebut

Kriteria uji:

F-hitung < F-tabel : Hipotesis H0 diterima (H1 ditolak)

F-hitung > F-tabel : Hipotesis H1 diterima (H0 ditolak)

(28)

Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi dan batasan operasional digunakan untuk menjelaskan dan

menghindari kesalahpahaman atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan

beberapa defenisi dan batasan operational.

Defenisi

1. Usahatani Pisang Barangan adalah suatu kegiatan untuk mengembangkan dan

memelihara tanaman Pisang Barangan.

2. Usahatani Pisang Barangan dengan sistem konvensional adalah usahatani

Pisang barangan dengan sistem tradisional dengan jarak tanam 3 x 3 m atau

2 x 3,5 m tanpa perlakuan perawatan yang khusus.

3. Usahatani Pisang Barangan dengan sistem double raw adalah usahatani Pisang

Barangan dengan menggunakan teknologi doule raw (dua jalur) dengan jarak

tanam 1m x 2m x 4m dan menggunakan perawatan khusus.

4. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani Pisang Barangan

yaitu Pisang Barangan yang siap dijual.

5. Biaya produksi usahatani Pisang Barangan merupakan seluruh biaya yang

dikeluarkan selama proses usahatani Pisang Barangan.

6. Harga jual pisang barangan adalah harga jual pisang barangan dari petani

pisang barangan.

7. Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari perkalian total produksi dengan

harga jual.

(29)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009 Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Desa Talun Kenas, Desa Negara, dan Desa

Kutajurung, Kecamatan STM Hilir dan desa Namo Tualang, Kecamatan

Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2008, dimana penelitian dilakukan hanya

sampai tanaman induk berproduksi.

3. Produktivitas Pisang barangan diukur dari :

1) Jumlah sisir per tandan dan

(30)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

1. KECAMATAN STM HILIR

Letak dan Geografis Kecamatan STM Hilir

1. Luas Daerah

Kecamatan Hilir memiliki luas 190,50 Km2.Kecamatan STM Hilir terdiri

dari 15 Desa dan 80 Dusun. Kecamatan STM Hilir dikelilingi oleh

Kecamatan Patumbak, Bangun Purba, Biru-biru dan Kecamatan STM Hulu.

2. Keadaan Alam/Topografi

Kecamatan STM Hilir berada di dataran rendah dengan ketinggian 190 s/d 500

m dpl, dimana sebelah selatan berbatasan dengan bukit kecil . Wilayah STM

Hilir termasuk wilayah pedesaan dimana masih banyak terdapat ladang atau

sawah yang digunakan untuk bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup.

3. Iklim

Kecamatan STM Hilir beriklim sedang, yang terdiri dari 2 iklim/musim,

yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini dipengaruhi oleh 2

angin yaitu angin laut dan angin gunung. Musim kemarau terjadi pada bulan

Januari - Agustus dan musim hujan biasanya terjadi pada bulan September -

Desember.

4. Batas-batas

- Utara berbatasan dengan Kecamatan Patumbak dan Biru-biru

- Selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hulu

(31)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

- Barat berbatasan dengan Kecamatan Biru-biru

Keadaan Penduduk

Penduduk Kecamatan STM Hilir sebanyak 30.098 jiwa terdiri dari 7.257

KK yang didiami berbagai suku, dimana satu sama lain hidup rukun dan mampu

memelihara adat-istiadat dan tenggang rasa antar pemeluk agama yang berbeda.

Mata pencaharian utama penduduk di Kecamatan STM Hilir adalah

bertani. Selain bertani penduduk juga ada yang bekerja sebagai pegawai,

pedagang, karyawan dan lain-lain. Persentase mata pencaharian penduduk di

Kecamatan STM Hilir yaitu :

a. Pertanian : 73,2 %

Mayoritas penduduk di Kecamatan STM Hilir merupakan Suku Batak

Karo. Pada umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya.

Keakraban penduduk dapat dilihat dari adanya gotong royong, acara-acara adat

yang dilakukan, misalnya pelaksanaaan acara perkawinan yang dilakukan sesuai

adat istiadat. Berikut adalah persentase suku bangsa di Kecamtan STM Hilir

(32)

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik dapat memperlancar

jalannya laju pembangunan sehingga mempengaruhi perkembangan masyarakat

untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Pada umumnya sekitar 85% jalan sudah

diaspal sehingga transportasi di kecamatan ini menjadi lancar, seperti Desa

Sumbul, Talun Kenas, Negara, dan Desa Kutajurung namum sekitar 15% desa

yang masih belum diaspal sehingga desa tersebut masih tertinggal terutama dalam

hal bantuan dari pemerintah.

Sarana dan prasarana (misalnya sekolah, pasar, dan jembatan ) hampir

90% sudah lengkap, hanya saja sarana dan prasarana tersebuit dalam jumlah yang

kecil sehingga desa-desa tersebut berkembang dengan lambat. Salah satu actor

yang mempengaruhi perkembangan di desa ini adalah sarana komunikasi, dimana

sarana komunikasinya sudah lengkap, seperti televisi, radio dan telepon.

2. KECAMATAN BIRU-BIRU

Letak dan Geografis Kecamatan Biru-Biru

2.1.Luas Daerah

Kecamatan Biru-Biru memiliki luas 89,69 Km2 atau sekitar 8.969 Ha.

Kecamatan Biru-Biru terdiri dari 17 Desa dan 89 Dusun dan ibukotanya

terletak di Desa Biru-Biru.

2.2.Keadaan Alam/Topografi

Kecamatan Biru-biru terletak di dataran rendah yaitu pada ketinggian 200 s/d

(33)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

ataupun sawah, dimana ladang-ladang tersebut terletak jauh dari jalan,

sehingga sawah atau ladang mereka dalam jumlah yang besar. Kecamatan

Biru-biru juga memiliki banyak objek wisata yang alami seperti sungai,

sehingga banyak orang berkunjung ke kecamatan ini.

2.3.Iklim

Kecamatan Biru-Biru mempunyai 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan

musim hujan, kedua musim tersebut dipengaruhi oleh angin laut dan angin

gunung. Musim hujan terjadi pada bulan September-Desember, sedangkan

musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Januari-Agustus.

2.4.Batas-batas

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Patumbak

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe

Keadaan Penduduk

Penduduk Kecamatan Biru-biru sebanyak 33.601 jiwa., yang terdiri dari

16.926 orang laki-laki dan 16.675 orang perempuan. Terdapat Bermacam-macam

suku bangsa dan agama, dimana sekitar 45% mayoritas suku Suku Karo, dan 65%

mayoritas agama Islam. Satu sama lainnya hidup rukun dan mampu memelihara

adat-istiadat dan tenggang rasa antar pemeluk agama yang berbeda. Ini dapat

dilihat dari acara-acara adat yang dilakukan, dimana para tetangga ikut serta

membantu dalam acara adat tersebut. Mata pencaharian penduduk umumnya

adalah bertani yaitu sekitar 72,32%. Mata pencaharian lainnya adalah karyawan

(34)

Sarana dan Prasarana

Kecamatan Biru-biru dapat dikatakan wilayah yang sedang berkembang

karena sarana dan prasaran sudah hampir lengkap yaitu sekitar 80%, dimana

sekolah, tempat ibadah, jembatan, dan puskesmas sudah ada di kecamatan

tersebut, hanya saja jumlahnya tidak begitu banyak. Hampir 45% di desa-desa

tersebut memiliki sarana tersebut, misalnya Desa Namo Tualang, dimana desa

tersebut sudah memiliki sekolah mulai dari SD dan SLTP, dan sarana kesehatan

di kecamatan ini sudah baik, ini terbukti dari hampir 85% desa sudah memiliki

puskesmas pembantu.

KARAKTERISTIK SAMPEL

A. Usahatani Pisang Barangan Sistem Konvensional

Sampel dalam penelitian ini adalah usahatani Pisang Barangan dengan

sistem konvensional dan sistem double raw. Pengambilan sampel usahatani

sistem konvensional dilakukan secara acak (random) di dua kecamatan, yaitu

Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru. Karakteristik usahatani sampel

meliputi luas lahan, jarak tanam, kepemilikan dan pola usahatani.

Dari lampiran 1 terlihat range luas lahan usahatani sampel adalah antara

0,2 – 1 Ha dengan rata-rata luas lahan adalah 0,62 Ha. Pada umumnya lahan

sudah merupakan milik sendiri, tetapi ada juga usahatani yang disewa, hanya saja

walaupun lahan tersebut sudah milik sendiri tapi lahan tersebut tidak dikenakan

(35)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

Pada umumnya usahatani Pisang Barangan sistem konvensional

menggunakan jarak tanam 3m x 3m. Dimana dengan jarak tanam ini hanya bisa

menanam tanaman pisang sebanyak 1.000-1.300 batang.

Usahatani tersebut merupakan usahatani yang polikultur, yang artinya

dalam usahatani tersebut banyak ditanami komoditi. Pada umumnya dalam

usahatani tersebut ditanami tanaman Pisang Barangan, Cokelat, Jagung dan

Pepaya, dan Kelapa Sawit.

B. Usahatani Pisang Barangan Double Raw

Pengambilan usahatani sampel sistem double raw dilakukan dengan cara

sensus, dimana semua populasi menjadi sampel.

Pada sistem Double Raw jarak tanam Pisang Barangan adalah 1m x 2m x

4m sehingga populasi tanaman Pisang Barangan bisa mencapai 2.000 – 2.200

tanaman.

Usahatani tersebut merupakan usahatani yang polikultur karena dalam

usahatani tersebut ditanami lebih dari 1 tanaman. Tetapi yang disarankan adalah

jenis tanaman yang tidak memperoleh hasil dari akar, seperti semangka, untuk

menghindari persaingan penyerapan unsur hara.

Dari lampiran 19 dapat dilihat bahwa range luas lahan usahatani sampel

adalah 0,32 – 1,7 Ha, dengan rataan luas lahan 0,97 Ha. Beberapa usahatani

Pisang Barangan sistem Double raw dikelola oleh AMARTA sebagai proyek

percontohan AMARTA, yang didanai oleh USAID, yang berjangka waktu tiga

tahun dari September 2006-September 2009. Proyek ini bertujuan untuk

(36)

Indonesia, yang dapat memberikan kontribusi bermanfaat dalam terciptanya

lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan. AMARTA bekerja

sama dengan perusahaan-perusahaan swasta, masyarakat petani, dan pihak-pihak

lain untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas produk dalam mata

rantai nilai. Termasuk dalam rantai nilai tersebut adalah komoditas ekspor bernilai

tinggi, produk-produk hortikultura berkualitas, seperti kakao di Sulawesi dan

komoditas-komoditas lain di Sumatra Utara dan/atau Aceh, Bali, Jawa, Papua dan

wilayah NTT/NTB untuk tujuan pasar-pasar domestik dan ekspor.

AMARTA fokus pada peningkatan produktivitas dan kualitas agrikultura

untuk meningkatkan akses pasar. AMARTA memberikan bantuan teknis dengan

menyediakan tenaga ahli berpengalaman dari Indonesia maupun ahli agribisnis

internasional untuk mengidentifikasi, menilai dan memberikan solusi terhadap

berbagai masalah yang menghambat daya saing produk-produk agribisnis

Indonesia. Program kegiatan AMARTA dan hasilnya akan diperkenalkan di

berbagai wilayah di Indonesia dengan menggunakan metode tepat guna agar

target yang diinginkan dapat tercapai, yakni dengan menggunakan program

pendidikan dengan bekerja sama dengan badan badan pemerintah, asosiasi,

perusahaan-perusahaan agribisnis, dan penyedia jasa bisnis. Program ini akan

mengadakan seminar nasional dan regional, pelatihan dan kampanye di media

(37)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

V. TEKNIS BUDIDAYA PISANG BARANGAN SISTEM

KONVENSIONAL DAN SISTEM DOUBLE RAW

Teknis Budidaya Pisang Barangan

Budidaya Pisang Barangan dengan sistem konvensional merupakan

budidaya Pisang Barangan dengan sistem tradisional, dimana dalam sistem ini

para petani hanya menanam dan memelihara tanaman Pisang Barangan dengan

seadanya (sesuai kondisi keuangan) sehingga hasil yang diperoleh tidak begitu

memuaskan.

Budidaya Pisang Barangan dengan sistem Double Raw adalah Teknologi

yang diterapkan pada budidaya Pisang Barangan dengan metode penanaman

dengan sistem dua jalur dan penjarangan anakan dengan menggunakan prinsip

Mama-Anak-Cucu. Penanaman sistem doule raw dapat meningkatkan kepadatan

populasi hingga mencapai 2.000-2.200 batang per hektar.

Prinsip peremajaan anak-anak yang tumbuh untuk mencapai sebuah

rentetan produksi Mama-Anak-Cucu diharapkan dapat mencegah

perkembangbiakan yang ganda (membiarkan dua anak pisang yang baru tumbuh

hidup untuk produksi) di kebun pisang dan merawat kepadatan populasi yang

stabil. Metode ini diharapkan dapat membantu petani untuk meningkatkan

kuantitas dan kualitas produksi.

(38)

Pada sistem konvensional pengolahan lahan dilakukan satu kali.

pengolahan tersebut dapat dilakukan secara mekanis, kimia, dan secara

manual. Secara mekanis yaitu dengan menggunakan alat-alat seperti traktor.

Ini dilakukan bila tanah tersebut sudah padat, dan membutuhkan waktu yang

singkat. Secara kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida, ini dilakukan

bila lahan tersebut hanya ditumbuhi oleh ilalang atau tumbuhan tersebut

tidak terlalu tinggi. Secara manual yaitu dengan menggunakan tenaga

manusia. Ini dilakukan bila keadaan topografi yang terlalu terjal, sehingga

tidak memungkinkan untuk menggunakan traktor.

Pada sistem double raw, lahan yang mempunyai rumputan tebal

dilakukan pembabatan kemudian dibersihkan. Bila tanahnya padat

sebaiknya dilakukan pembajakan (dengan traktor) kemudian dilakukan

penggaruan atau dilakukan pentraktoran dua kali dengan jalur yang berbeda

(memotong). Lahan yang gembur (tidak padat) setelah dilakukan

pembabatan dan pembersihan sudah siap untuk ditanam. Pada sistem double

raw pengolahan lahan dilakukan secara mekanik atau manual, karena pada

sistem double raw, penggunaan bahan kimiawi sangat dihindari.

Pemilihan Bibit

Pada sistem konvensional, bibit yang digunakan adalah bibit lokal yang

diperoleh dari tanaman induk yang sudah tebang beberapa kali. Bibit yang

digunakan tidak begitu seragam, ada yang menggunakan anakan yang muda,

sedang dan dewasa, sehingga pertumbuhan tanaman tidak serentak. Pada

sistem konvenional bibit yang digunakan tidak diperhatikan apakah bibit

(39)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

3 meter

3 meter

bibit yang sudah terinfeksi penyakit. Bibit yang sudah tersedia langsung

ditanam tanpa adanya perlakuan khusus.

Pada sistem double raw, bibit yang baik adalah berasal dari kultur

jaringan, tetapi jika tidak ada maka dipergunakan dari anakan dari pohon

induk yang sudah cukup tua (sudah tebang beberapa kali dalam satu rumpun)

dan mempunyai batang dan buah yang masih bagus. Bibit yang demikian pada

umumnya sudah terseleksi secara alamiah (unggul). Anakan yang dijadikan

bibit yang bersumber dari pohon induk dapat dikelompokkan menjadi (anakan

dewasa ”maiden sucker” dan rebung ”peeper”). Anakan dewasa (berdaun 2

helai) dan anakan sedang (berdaun satu helai) sudah siap ditanam di lapangan.

Ukuran bibit yang berasal dari anakan berkisar antara 60-70 cm

(seragam). Sebelum ditanam disterilkan dengan menggunakan bayclin dosis

30 cc per liter air. Anakan muda dan rebung sebaiknya disemaikan terlebih

dahulu dengan menggunakan polybag hingga tinggi anakan mencapai 60-70

cm baru ditanam di lapangan.

Pengajiran

(40)

4 atau 5 meter

1 meter 1,75 atau 2 meter

Utara Pada sistem konvensional lubang sudah disiapkan tanpa menggunakan

ajir. Pada sistem konvensional jarak tanam yang digunakana antar baris

adalah 3m dan jarak antar larikan adalah 3m (3m x 3m), sehingga pada sistem

konvensional populasi tanaman Pisang Barangan adalah 1.100-1.300 tanaman

dan tidak pola penanaman tidak memperhatikan arah sinar matahari.

Gbr 3. Pola Jarak Tanam Pisang Barangan dengan Sistem Double Raw

Pada sistem double raw tempat lubang dibuat terlebih dahulu ditandai

dengan ajir bambu dengan panjang lebih kurang 1,2 meter. Jarak tanam yang

dipergunakan dalam satu larikan 2m x 1 m dan antar larikan 3 atau 4 m.dan

pada sistem double raw bisa ppopulasi tanaman bisa mencapai 2.000-2.200

tanaman. Pada sistem double raw penanaman diatur ke arah timur (menurut

arah sinar matahari) sehingga sinar matahari yang diperoleh tanaman untuk

berfotosintesis lebih optimal.

Penanaman

Pada sistem konvensional bibit yang sudah tersedia dapat langsung

ditanam. Tapi sebelum penanaman, lubang tanam diberikan pupuk kandang

(41)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

lubang tersebut dibiarkan selama 2 minggu, lalu setelah itu bibit langsung

dapat ditanam dan lubang ditutup dengan tanah galian.

Pada sistem double raw bibit yang berasal dari perbanyakan kultur

jaringan atau anakan yang sudah berada di dalam polybag, maka terlebih

dahulu dikeluarkan dari polybag dengan hati-hati agar tanah jangan pecah.

Bibit yang sudah dikeluarkan dari polybag ditanam pada lubang yang sudah

disediakan. Bibit yang berasal dari anakan setelah disterilisasi dapat ditanam

pada lubang yang dipersiapkan. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30cm x

30cm x 30cm atau disesuaikan dengan ukuran bibit. Lubang ditutup kembali

dengan tanah galian.

Pengaturan Anakan

Pada sistem konvensional setelah tanaman tumbuh, lalu anakan dibiarkan

tumbuh tanpa memperhatikan banyaknya anakan, sehingga terjadi persaingan

anakan dalam penyerapan unsur hara, sehingga lambat laun anakan tersebut

akan mati karena tidak mampu bersaing dengan tanaman lain untuk

memperoleh makanan. Anakan yang sudah agak besar dapat dipotong untuk

dijadikan bibit tanaman yang baru. Anakan dipotong dengan menggunakan

pisau lalu dipindahkan ke dalam polybag. Pemotongan anakan ini dilakukan

ketika tanaman sudah berumur 8 bulan.

Pada sistem double raw penyeleksian anakan dalam satu rumpun

dilaksanakan 7-8 minggu sekali. Dalam satu rumpun hanya dibiarkan

maksimum 3 batang, yakni membentuk sebuah rentetan 1 batang mama

(induk), 1 batang anak dan 1 batang cucu. Anakan yang berlebih dalam satu

(42)

parang dan pemotongan ini jangan sampai merusak tanaman utama

(MAMA-ANAK-CUCU). Anakan yang dikeluarkan dari rumpun masih mempunyai

bonggol dan sudah berukuran 60-70 cm ditanam di lahan sedangkan yang

masih kecil dimasukkan ke dalam polybag untuk dijadikan bahan bibit.

Gambar 4. Rentetan Mama-Anak-Cucu Anakan yang dibiarkan Anakan yang dibuang

Penyiangan

Pada sistem konvensional penyiangan dilakukan 1 x 3 bulan, sehigga

penyiangan dapat dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Pada umumnya

penyiangan dillakukan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida

karena dengan penyemprotan herbisida, waktu yang digunakan lebih singkat..

Pada sistem double raw penyiangan disesuaikan dengan pertumbuhan

rumput/tanaman pengganggu yang ada di areal perkebunan pisang.

Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tenaga

manusia, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih besar. Penyiangan ini

ditujukan untuk membersihkan jalur tanaman pisang dari rerumputan,

sedangkan sampah-sampah yang ada diletakkan di tengah gang (antara jalur).

(43)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

Pada sistem konvensional alat yang digunakan adalah pisau. Pembersihan

batang dilakukan 1 x 2 bulan. Pembersihan batang ini dilakukan secara manual

yaitu dengan menggunakan tenaga manusia. Daun yang dipotong adalah daun

yang sudah benar-benar kering dan pemotongan tidak terlalu dekat dengan

batang tanaman dan jumlah daun yang harus ditinggalkan tidak dibatasi.

Pada sistem double pembersihan batang dilakukan 1 x 2 bulan. Alat yang

digunakan adalah pisau dan parang. Alat-alat yang digunakan harus

benar-benar bersih, yaitu direndam dengan larutan desinfektan. Batang pisang

dibersihkan dari daun-daun yang kering ataupun daun-daun yang sudah sakit.

Bagian daun yang sakit dipotong untuk mengurangi serangan penyakit dan

tetap menjaga jumlah daun (minimal 6). Daun yang telah tua (kering lebih dari

50%) dipotong dan dibuang, karena dianggap tidak berfungsi lagi bagi

tanaman. Metode pemotongan daun relatif dekat dengan batang.

Gambar 5. Proses Pembersihan Batang

Daun yang telah tua (kering lebih dari 50%) sudah dapat dipotong dan

dibuang, karena dianggap tidak berfungsi lagi bagi tanaman. Metode

pemotongan pelepah relative dekat dengan batang.

(44)

Pemupukan pada sistem konvensional dilakukan 1 x 2 bulan atau 1 x 3

bulan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk makro yang diberikan melalui akar

dengan cara ditabur. Pada umumnya pupuk yang digunakan adalah pupuk

kandang, Urea, KCL dan NPK. Dosis Pupuk Kandang yang diberikan adalah

5 Kg/batang, dosis Pupuk Urea adalah 200-300 gr/batang, dosis Pupuk KCL

adalah 100 gr/batang dan dosis pupuk NPK adalah 200-230 gr/batang. Pupuk

diberikan pada radius 30 cm dari akar tanaman.

Pada sistem double raw pemupukan dilakukan 1 x 1 bulan. Pupuk yang

diberikan adalah pupuk makro dan pupuk mikro. Pupuk makro diberikan

melalui akar dengan cara ditabur, dan pupuk mikro diberikan melalui daun

dengan cara disemprot. Pupuk yang dipergunakan adalah pupuk UREA = 36

gr/batang/bulan, KCL = 42 gr/batang/bulan dan Dolomit = 63 gr/batang/bulan.

Metode pemberian pupuk sistem tabur melingkar dengan jarak 0-30 cm dari

batang pada tanaman muda dan setengah lingkaran pada tanaman yang sudah

pernah ditebang. Bila tanaman terlihat kekurangan unsur hara mikro maka

pemupukan ditambah dengan pupuk daun seperti Growmore dengan dosis 1

gr/liter air dengan frekuensi 2 minggu sekali.

Gambar 6 . Pemupukan Daun dan Pemupukan tabur

(45)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

Pada sistem konvensional tanaman Pisang Barangan tidak mendapatkan

perawatan khusus, atau perawatan yang dilakukan hanya pemupukan,

pembersihan batang dan penyiangan.

Pada sistem double raw tanaman Pisang Barangan mendapat banyak

perawatan, atau dengan kata lain perawatan pada sistem double raw lebih

intensif. Perawatan-perawatan itu antara lain :

1) Pasang Pita

Pemasangan pita dilakukan pada saat bunga/ontong pisang sudah

merunduk ke bawah atau berkisar 1 minggu setelah keluar ontong.

Pemasangan pita dilakukan dengan memanjat pohon dengan menggunakan

tangga lalu pita (tali rapia) diikat pada dasar tandan. Pemberian pita dibedakan

setiap minggu agar diketahui perbedaan umur setiap ontong/buah pisang, atau

dengan kata lain untuk mengetahui waktu panen Pisang tersebut. Umur panen

adalah 11-12 minggu dari keluar bunga.

Gambar 7. Proses Pemasangan Pita

2) Potong Kuku

Pemotongan kuku buah berfungsi untuk menjadikan buah mulus (tidak

terjadi goresan pada buah) dan penyerapan unsur hara optimal oleh bakal

(46)

buah masih muda. Dilakukan 3 x 1 minggu (tutup buah dibawahnya belum

jatuh) dan dimulai dari buah yang paling atas. Potong kuku dilakukan 3-5 hari

setelah keluar bunga.

Gambar 8. Proses Potong Kuku

3) Potong Ontong

Pemotongan ontong bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur

hara oleh bakal buah. Dilaksanakan pada saat buah di sisir terakhir sejajar

dengan tanah atau 2 minggu setelah keluar bunga. Dilakukan dengan tangan

tanpa alat seperti pisau. Pada saat pemotongan ontong, buah yang tidak

sempurna juga turut dibuang dan ditinggalkan 1-2 buah dalam satu sisir.

Hama Penyakit Tanaman

Pada sistem konvensional untuk pengendalian hama penyakit tanaman

dilakukan dengan pemberian obat-obatan (kimiawi), misalnya untuk mengatasi

ulat penggerek batang digunakan pestisida seperti Curater dengan dosis 10-15

gr/batang yang diberikan 1-2 kali yaitu berumur 3 dan 5 bulan. Untuk

mengatasi serangan seranggga digunakan insektisida yaitu dengan

menyemprotkan pada tandan/buah yang dilakukan 1-2 kali dengan dosis

(47)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

Pada sistem double raw tanaman yang terkena penyakit kerdil, diatasi

dengan membongkar tanaman yang sakit, alat yang digunakan disterilkan

dengan disinfektan dan diganti dengan tanaman baru. Penyakit layu fusarium

dicegah dengan pemilihan bibit yang sehat, pengunaan alat yang steril, dan

menghindari mobilitas yang tinggi. Bila sudah terserang maka tanaman yang

sakit dibongkar dan dibakar dan bila tidak memungkinkan maka tanaman

dibunuh dengan menyuntikkan herbisida sistemik (seperti Round Up) dengan

dosis 1 cc per 5 cm lingkar batang pada ketinggian 30 cm dari tanah.

Maksimum penggunaan 15 cc per rumpun pisang.

Pengendalian terhadap penggerek batang dilakukan dengan sanitasi,

karena hama ini hidup dan berkembang biak pada sampah-sampah yang

membusuk. Tanaman yang sudah terserang, bila sudah tidak memungkinkan

untuk dibiarkan tumbuh maka tanaman dipotong, dan bagian titik tumbuh

dicongkel agar anakan cepat tumbuh.

Pengendalian terhadap Ulat pengulung daun yaitu secara mekanis dengan

memangkas bagian-bagian daun yang terserang kemudian dihancurkan.

Pengendalian terhadap Thrips dilakukan dengan penyuntikan ontong pisang

dengan insektisida dengan dosis maksimum 0,02 gr Bahan Aktif per ontong

atau dengan pembungkusan tandan pisang dengan plastik warna biru atau

(48)

Gambar 9. Penyuntikan Ontong

Pemberongsongan adalah pembungkusan buah atau tandan dengan

plastik. Setelah bagian bunga/ontong mekar maka dilakukan

pemberongsongan. Brongsong terbuat dari plastik bewarna biru atau plastik

warna putih. Kulit buah yang dibrongsong terlihat mulus/bersih (tanpa bintik).

Pengendalian terhadap Sigatoka yaitu dengan menjaga kesuburan tanah dan

daun-daun yang menunjukkan gejala dipotong (dioperasi).

Panen

Pada sistem konvensional pemanenan dilakukan begitu saja, sehingga

tingkat kematangan buah tidak cukup Berkisar 70%-80%. Penentuan panen

dilakukan dengan melihat tingkat kebulatan buah, bila buah Pisang sudah

cukup bulat maka buah sudah dapat dipanen. Pemanenan dilakukan ketika

tanaman berumur 12 bulan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan

parang. Pada sistem konvensional pemanenan dilakukan 1x 1 tahun (2 x 2

tahun).

Pada sistem double raw tingkat kematangan buah yang sudah dapat

dipanen berkisar antara 75-85%. Penentuan saat panen dapat dilakukan dengan

dua cara, yakni dengan menggunakan kliper yang terbuat dari kayu dan yang

(49)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

kebutuhan konsumen. Untuk Pisang Barangan umumnya ukuran kliper 3,3 cm

dan ini sebagai penentu dengan mencocokkan pada buah pisang di sisir kedua

bagian tengah. Sedangkan jika menggunakan umur buah maka buah tersebut

dapat dipanen dan dinyatakan sudah tua setelah umur 11-12 minggu dari

keluar bunga. Pada sistem double raw pemanenan dilakukan 3 x 2 tahun,

karena adanya rentetan mama-anak-cucu

Gambar 10. Panen Pisang Barangan

Pasca Panen

Pada sistem konvensional dan double raw kegiatan pasca panen adalah

sama, dimana pengangkutan dilakukan dengan hati-hati agar jangan terjadi

gesekan yang menyebabkan kulit buah pisang memar. Setelah buah disisir

sebaiknya dicuci dan disusun bagian tandan di sebelah bawah. Setelah kering

maka dapat dilakukan pengepakan.l

Gambar 11. Pengemasan Pisang Barangani

(50)

Intisari perbedaan usahatani Pisang Barangan sistem konvensional dan

sistem double raw dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Perbedaan Antara Sistem Konvensional dan Sistem Double Raw

No. Perbedaan Konvensional Sistem Double Raw

1 Pengajiran o jarak tanam 3m x 3m

o Populasi 1.100-1.300 batang

per hektar

o Tidak ada aturan penanaman

o jarak tanam 1m x 2m x 4m

o Populasi 2.000-2.200 batang per

hektar

o Penanaman menghadap timur

2 Penanaman o Bibit tidak diperhatikan

o Bibit tidak mendapat

perlakuan sebelum ditanam

o Bibit harus bebas dari penyakit

o Bibit tdirendam dahulu dengan

larutan bayclin

3 Pengaturan

Anakan

o Dalam 1 rumpun terdapat

5-6 tanaman

o Tidak ada penyeleksian

anakan (pengaturan anakan)

o Dalam 1 rumpun hanya terdapat

3 tanaman

o Adanya pemilihan anakan

(pengaturan anakan)

4 Penyiangan o Dilakukan 1 x 3 bulan

o Secara kimiawi (herbisida)

o Sesuai rumput yang tumbuh

o Secara manual (tenaga manusia)

(51)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

Batang diperhatikan

o Daun yang dipotong bila

sudah tua/kering 100%

o Tidak ada pensterilan alat

o Daun yang dipotong bila sudah

tua/kering lebih dari 50%

o Ada pensterilan alat

6 Pemupukan o Dilakukan 1 x 3 bulan

o Pupuk yang dierikan hanya

pupuk makro

o Dilakukan 1 x 1 bulan

o Pupuk yang dierikan pupuk

makro dan mikro

7 Perawatan o Pemberian Obat-obatan/

Bahan kimiawi (herbisida,

pestisida, insektisida)

o Tidak ada perlakuan khusus

yang lain

Keuntungan Usahatani Pisang Barangan dengan Sistem Double Raw adalah :

1) Populasi lebih banyak dan Produktivitas lebih tinggi

2) Frekwensi panen adalah 3 x 2 tahun

3) Lebih aman terhadap ekosistem (lingkungan)

4) Perawatan lebih intensif dan lat-alat yang digunakan steril

Kelemahan Usahatani Pisang Barangan dengan Sistem Double Raw adalah :

(52)

2) Membutuhkan waktu yang lebih banyak, karena perawatn intensif

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan Produktivitas Tanaman Pisang Barangan antara Sistem Konvensional dan Sistem Double Raw.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan produktivitas tanaman Pisang

Barangan antara sistem konvensional dan sistem double raw digunakan Analisis

Uji beda rata-rata dengan metode Independent Samples Test. Hasil pengujian

dengan metode tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Analisis Perbedaan Produktivitas Tanaman Pisang Barangan antara Sistem Konvensional dan Sistem Double Raw

Variabel Nilai

Sig 0,000

Df 34

T tabel(0,95) 1,7

Ttabel(0,99) 2,75

T hitung -4,236

Mean Produktivitas Konvensional 7225,75

Mean Produktivitas Double RaW 11508,38

Sumber : Analisis data primer 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Thitung adalah -4,236, dan

nilai Ttabel adalah -1,7. Bila Thitung < –Ttabel atau Thitung > Ttabel maka H1

diterima. Berarti pada taraf kepercayaan *)95% Hipotesis yang menyatakan

(53)

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw (Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), 2009.

USU Repository © 2009

konvensional dan sistem double raw (H1 diterima). **)Pada taraf 99% nilai

Ttabel adalah -2,75, berarti pada taraf 99% Hipotesis yang menyatakan bahwa

terdapat perbedaan produktivitas tanaman Pisang Barangan antara sistem

konvensional dan sistem double raw (H1 diterima)

Untuk melihat nyata atau tidak perbedaan tersebut, dapat dilihat dari nilai

signifikansi. Dari tabel di atas nilai signifikansi adalah 0,00, yang berarti nilaiSig

(2-tailed)(0.00) < (0.05), maka Hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan

produktivitas tanaman Pisang Barangan antara sistem konvensional dan sistem

double raw, diterima atau (H1 diterima).

Secara sederhana dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang nyata

produktivitas tanaman pisang Barangan antara sistem konvensional dan sistem

double raw, dimana pada lampiran 15 rataan produktivitas sistem konvensional

per hektar sebesar 7.226 sisir/ha sedangkan pada lampiran 34 rataan produktivitas

sistem double raw 11.508 sisir/ha yang berarti produktivitas tanaman Pisang

barangan dengan sistem double raw lebih tinggi dibandingkan dengan

produktivitas tanaman Pisang barangan dengan sistem konvensional.

Hal ini disebabkan karena perawatan usahatani sistem double raw lebih

intensif sehingga produksi usahatani lebih besar dan pada sistem double raw

dalam 1 rumpun hanya ada 1 tanaman induk, dan 1 tanaman anak, dan 1 tanaman

cucu sehingga penyerapan air dan unsur hara dapat difokuskan hanya untuk 3

tanaman saja sedangkan pada sistem konvensional dalam 1 rumpun tanaman

anakan lebih dari 1, sehingga tingkat kematian pada sistem konvensional lebih

tinggi karena adanya persaingan dalam menyerap air dan unsur hara antara anak

Gambar

Tabel 1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang Tahun 2007
Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Pisang per 100 gram bahan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 4. Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian Berdasarkan Sistem           Usahatani Double Raw dan Sistem Usahatani Konvensional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan pada ciri data uji yang dihasilkan dari proses ekstraksi ciri MFCC dengan menggunakan model codebook dari data latih.. Output yang dihasilkan berupa jumlah orang

Dari eksperimen sederhana pada tes penentuan posisi pada titik kontrol N0005 dan pengukuran detil planimetrik didapat dua hasil yang agak berbeda dimana pada tes

Analisa Sistem Usulan Admin Helpdesk Pelayanan Perbaikan Barang ... Analisa Sistem Usulan User Helpdesk Pelayanan Perbaikan

Setia lestari khususnya pihak marketing yang bertanggung jawab kepada pelanggan untuk jasa pelayanan perbaikan barang yang telah berjalan masih kurang efisien, dalam segi

daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi dengan rubrik. Pembelajaran Akidah Akhlak Dalam Kurikulum 2013. 1. Pembelajaran

Sebagai t indak l anj ut dari Surat Penunj ukan Penyedia Barang/ Jasa (SPPBJ) i ni Saudar a diharuskan unt uk menyerahkan Jaminan Pel aksanaan sebel um penandat angan

Alat Bantu Perakitan Pesawat Udara ( Fixture) Aircraft Tools Jig and 216 2. Instalasi Hidrolik dan Pneumatik Pesawat Udara Hydraulic and Pneumatic Installation) (Aircraft 2163.

verifik*si dan kiaritikasi terhadap Fenewera&amp; s$t$k pkerjaa* dimaks*4 decrga* ini Faniria rt?irrg$Eirlrrrrkarr Fvrneiang l,*Iaiig cnt*k